PENDAHULUAN
2
3. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Timbang terima memiliki 2 fungsi utama; Sebagai forum diskusi untuk
bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan perawat dan sebagai sumber
informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan keputusan dan tindakan
keperawatan.
3
2.3 Prosedur dalam Timbang Terima
Berikut adalah prosedur timbang terima menurut Nurslam (2014):
Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana
Persiapan 1. Timbang terima dilaksanakan setiap Nurse Karu, PP,
pergantian shift. station PA
2. Yang pelu dipertimbangkan, semua
pasien baru dan pasien yang memiliki
permasalahan yang belum bisa teratasi
serta yang memerlukan observasi
lebih lanjut
3. PA/PP menyempaikan timbang terima
kepada PP shift berikutnya. Yang
perlu disampaikan:
S : Sebutkan nama pasien, umur,
tanggal masuk, dan hari
perawatan, serta dokter yang
merawat. Sebutkan diagnosis
medis dan masalah keperawtan
yang belum atau sudah
teratasi/keluhan utama.
B : Jelaskan intervensi yang telah
dilakukan dan respons pasien
dari setiap diagnosis
keperawatan. Sebutkan riwayat
alergi, riwayat pembedahan,
pemasangan alat invasive, dan
obat-obatan termasuk cairan
infuse yang digunakan. Jelaskan
engetahuan pasien dan keluarga
terhadap diagnosisi medis.
A : Jelaskan secara lengkap hasil
pengkajian pasien terkini seperti
tanda vital, skor nyeri, tingkat
kesadaran, braden score,status
restrain,risiko jatuh, pivas
score, status nutrisi,
kemampuan eliminasi dan lain-
lain. Jelaskan informasi klinik
lain yang mendukung.
4
R : Merekomendasikan intervensi
keperawatan yang telah dan
perlu dilanjutkan (refer to
nursing care plan) termasuk
discharge planning dan edukasi
pasien dan keluarga.
5
2.4 Metode dalam Timbang Terima
Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya: 1)
Menggunakan Tape recorder, Metode itu berupa one way communication. 2)
Menggunakan komunikasi Oral atau spoken. 3) Menggunakan komunikasi tertulis
atau written.
Menurut Joint Commission Hospital Patient Safety, menyusun pedoman
implementasi untuk timbang terima, selengkapnya sebagai berikut:
1. Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya
pertanyaan dari penerima informasi tentang informasi pasien.
2. Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi terapi,
pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta yang harus diantipasi.
3. Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh perawat
penerima dengan melakukan pengecekan dengan membaca, mengulang atau
mengklarifikasi.
4. Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk
perawatan dan terapi sebelumnya.
5. Timbang terima tidak disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan
kegagalan informasi atau terlupa.
Berikut beberapa contoh model Timbang terima:
Timbang terima dengan menggunakan SBAR
SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang
memerlukan perhatian atau tindakan segera (Nursalam, 2014).
S: Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)
Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan hari perawatan, serta
dokter yang merawat.
Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawtan yang belum atau
sudah teratasi/keluhan utama.
B: Background (Info Penting yang Berhubungan dengan Kondisi Pasien
Terkini)
a. Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari
setiap diagnosis keperawatan.
6
b. Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat
invasive, dan obat-obatan termasuk cairan infuse yang digunakan.
c. Jelaskan engetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosisi medis.
A: Assessment (Hasil Pengkajian dari Kondisi Pasien Saat Ini)
a. Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti tanda
vital, skor nyeri, tingkat kesadaran, braden score,status
restrain,risiko jatuh, pivas score, status nutrisi, kemampuan
eliminasi dan lain-lain.
b. Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung.
R: Recommendation
Merekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu
dilanjutkan (refer to nursing care plan) termasuk discharge planning dan
edukasi pasien dan keluarga.
Adapun hal yang harus diperhatikan dalam timbang terima yaitu:
1. Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift
2. Dipimpin oleh Karu atau PP
3. Diikuti semua perawat yang sudah dan akan dinas
4. Informasi harus singkat, akurat, sistematis dan menggambarkan kondisi
pasien saat ini (jaga kerahasiaan pasien)
5. Harus berorientasi pada permasalahan pasien
6. Saat timbang terima si bed pasien, menggunakan volume suara yang cukup
agar hal-hal yang mungkin rahasia tidak didengar oleh pasien lain. Hal-hal
yang rahasia sebaiknya tidak dibicarakan langsung di dekat pasien
7. Sesuatu yang mungkin akan membuat pasien terkejut sebaiknya dibicarakan
di nurse station.
Faktor-faktor yang ada dalam Timbang Terima:
1. Komunikasi yang objektif antar sesama petugas kesehatan.
2. Pemahaman dalam penggunaan terminologi keperawatan.
3. Kemampuan menginterpretasi medical record.
4. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
5. Pemahaman tentang prosedur klinik.
7
Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga
1. Efek Fisiologi
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak
gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang
tidur selama kerja malam. Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya
perasaan mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan gangguan
pencernaan.
2. Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis
hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman,
dan mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat. Saksono (1991)
mengemukakan pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari. Sementara
pada saat itu bagi pekerja malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur,
sehingga tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat
tersisih dari lingkungan masyarakat.
3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek
fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan
kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku
kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.
4. Efek Terhadap Kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung
terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap
keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.
5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang
dilakukan Smith dkk (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa
frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja
(malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi
tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan
8
industri terjadi pada shift malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan
cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift
malam.
Dokumentasi dalam Timbang Terima
Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam komunikasi
keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan keperawatan, sarana
komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan dokumen pasien dalam
pemberian asuhan keperawatan. Ketrampilan dokumentasi yang efektif
memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan
lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan oleh
perawat.Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain:
identitas pasien, diagnosa medis pesien, dokter yang menangani, kondisi umum
pasien saat ini, masalah keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan, intervensi
yang belum dilakukan, tindakan kolaborasi, rencana umum dan persiapan lain
serta tanda tangan dan nama terang.
Manfaat pendokumentasian adalah dapat digunakan lagi untuk keperluan
yang bermanfaat, mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga
kesehatan lainnya tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien serta
bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai informasi
mengenai pasien telah dicatat (Suarli & Yayan, 2009).
9
BAB 3
ALUR DAN EVALUASI TIMBANG TERIMA
Situation
Background
Riwayat keperawatan
Recomendation: tingkatkan
yang sudah, dilanjutkan, stop,
modifikasi, strategi baru
(Nursalam, 2014)
10
Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh
seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat
primer malam menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang akan
mengganti shift. Timbang terima pertama dilakukan di nurse
stationkemudian ke tempat tidur klien dan kembali lagi ke nurse station. Isi
timbang terima mencakup jumlah klien, masalah keperawatan, intervensi
yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan serta pesan khusus bila
ada. Setiap klien dilakukan timbang terima tidak lebih dari 5 menit saat
klarifikasi ke klien.
Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat
dapat mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar perawat berjalan
dengan baik.
11
BAB 4
PENUTUP
3.1. Simpulan
Timbang terima pasien (hand over) merupakan cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu laporan yang berkaitan dengan kondisi
pasien. Timbang terima harus dilakukan seoptimal mungkin dengan menjelaskan
secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan
kolaboratif yang sudah dilakukan /belum dan perkembangan pasien saat itu.
Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna
Timbang terima bertujuan untuk kesinambungan informasi mengenai
keadaan klien secara menyeluruh sehingga tercapai asuhan keperawatan yang
optimal.
3.2. Saran
1. Pembagian peran PP dan PA hendaknya lebih jelas baik saat di nurse
stasion atau saat di pasien .
2. Pada laporan timbang terima hendaknya dilengkapi dengan tanda tangan
PP pagi dan PP sore sebagai dokumentasi keperawatan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Friesen, A. M., et al. (2018). Handsoff: Implications for nurses. Ed: Hughes R.G.
diakses pada 24 September 2019.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2649/?report=printable
Kassean HK, Jaggo ZB. Managing change in the nursing handover from
traditional to bedside handover—A case study from Mauritius. BMC
Nursing. 2015 4(1) diakses 24 September 2019.
www.biomedcentral.com/1472-6955/4/1
13