TIMBANG TERIMA
DISUSUN OLEH :
1
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Untuk menjelaskan dan mengetahui konsep dasar teori model praktek
keperawatan profesional fase timbang terima.
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tentang pengertian dari timbang terima.
2. Untuk mengetahui tujuan dari timbang terima.
3. Untuk mengetahui manfaat dari timbang terima.
4. Untuk mengetahui langkah-lagkah dari timbang terima.
5. Untuk mengetahui prosedur dari timbang terima.
6. Untuk mengetahui metode dari timbang terima.
7. Untuk mengetahui efek dari timbang terima.
8. Untuk mengetahui Hal-hal apa yang perlu diperhatikan dari timbang terima.
9. Untuk mengetahui komunikasi efektif SBAR pada timbang terima.
10. Untuk mengetahui alur dari timbang terima.
11. Untuk komunikasi SBAR dalam timbang terima
1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat menambah
wawasan dan informasi tentang model praktek keperawatan profesional dan mampu
mengaplikasikan secara tepat dan benar, serta mampu megimplementasikan dalam
proses keperawatan.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
Nursalam (2008), menyatakan timbang terima adalah suatu cara dalam
menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang
terima pasien adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau transfer tanggungjawab
tentang pasien dari perawat yang satu ke perawat yang lain. Tujuan dari timbang
terima pasien adalah menyediakan waktu,informasi yang akurat tentang rencana
perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan
antisipasinya.
4
Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:
a. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan
perawat.
b. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan
keputusan dan tindakan keperawatan.
6
3. PP menyampaikan
timbang terima pada PP
berikutnya, hal yang
perlu disampaikan
dalam timbang terima :
a. Jumlah pasien
b. Identitas klien dan
diagnosis medis.
c. Data(
keluhan/subjektif
dan objektif).
d. Masalah keperawtan
yang masih muncul.
e. Intervensi
keperawatan yang
sudah dan belum
dilaksanakan (secara
umum).
f. Intervensi
kolaboratif dan
dependen.
g. Rencana umum dan
persiapan yang perlu
dilakukan (persiapan
operasi, pemeriksaan
penunjang, dan lain-
lain).
Pelaksanaan 1. Kedua kelompok dinas 20 menit Ners KARU, PP dan
sudah siap (shift jaga). station PA
2. Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan
buku catatan.
3. Kepala ruang membuka
7
acara timbang terima.
4. Perawat yang melakukan
timbang terima dapat
melakukan klarifikasi,
Tanya jawab, dan
melakukan validasi
terhadap hal-hal yang
telah ditimbang
terimakan dan berhak
menanyakan mengenai
hal-hal yang kurang
jelas.
a. Kepala ruang/PP
menanyakan
kebutuhan dasar
pasien.
b. Penyampaian yang
jelas, singkat dan
padat.
c. Perawat yang
melaksanakan Ruang
timbang terima Perawatan
mengkaji secara
penuh terhadap
masalah
keperawatan,
kebutuhan, dan
tindakan yang
telah/belum
dilaksanakan serta
hal-hal penting
lainnya selama masa
perawtan.
8
d. Hal-hal yang
sifatnya khusus dan
memerlukan
perincian yang
matang sebaiknya
dicatat secara khusus
untuk kemudian
diserah terimakan
kepada petugas
berikutnya.
e. Lama timbang
terima untuk tiap
pasien tidak lebih
dari 5 menit kecuali
pada kondisi khusus
dan memerlukan
keterangan yang
rumit.
1. Diskusi. 5 menit Ners Karu, PP dan PA
2. Pelaporan untuk timbang station
terima dituliskan secara
langsung pada format
timbang terima yang
ditandatangani oleh pp
yang jaga saat itu dan pp
yang jaga berikutnya
diketahui oleh kepala
ruang.
3. Ditutup oleh kepala
ruang.
9
Timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu :
a. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan tanggungjawab.
Meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya.
b. Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan datang
melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu sendiri yang berupa
pertukaran informasi yang memungkinkan adanya komunikasi dua arah antara
perawat yang shift sebelumnya kepada perawat shift yang datang.
c. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung jawab
dan tugas yang dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat yang menerima
operan untuk melakukan pengecekan data informasi pada medical record atau
pada pasien langsung.
10
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan
perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien
secara khusus.
Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang
kerahasiaan pasien jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya
komplikasi penyakit atau persepsi medis yang lain.
Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya:
a. Menggunakan Tape recorder
Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan kembali saat
perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa one way
communication.
b. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken
Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
c. Menggunakan komunikasi tertulis written
Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record saja atau
media tertulis lain.
Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan
bahkan beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk dikombinasi.
Menurut Joint Commission Hospital Patient Safety, menyusun pedoman
implementasi untuk timbang terima, selengkapnya sebagai berikut:
1. Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya pertanyaan
dari penerima informasi tentang informasi pasien.
2. Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi terapi,
pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta yang harus diantipasi.
3. Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh perawat penerima
dengan melakukan pengecekan dengan membaca, mengulang atau
mengklarifikasi.
4. Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk perawatan
dan terapi sebelumnya.
5. Handover tidak disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan kegagalan
informasi atau terlupa.
Faktor-faktor dalam Timbang Terima
1. Komunikasi yang objective antar sesama petugas kesehatan.
11
2. Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan.
3. Kemampuan menginterpretasi medical record.
4. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
5. Pemahaman tentang prosedur klinik.
12
5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang
dilakukan Smith et. Al (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa frekuensi
kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam) dengan rata-
rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian
menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift
malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi
selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift malam.
16
b. Melaporkan pasien nama Tn A mengalami penurunan pengeluaran urine 40
cc/24 jam, mengalami sesak napas
2. Background (B) :
a. Diagnosa medis gagal ginjal kronik, tanggal masuk 8 Desember 2013,
program HD hari Senin-Kamis
b. Tindakan yang sudah dilakukan posisi semi fowler, sudah terpasang dower
kateter, pemberian oksigen 3 liter/menit 15 menit yang lalu.
c. Obat injeksi diuretic 3 x 1 amp
d. TD 150/80 mmHg, RR 30 x/menit, Nadi 100 x/menit, oedema ekstremitas
bawah dan asites
e. Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl
f. Kesadaran composmentis, bunyi nafas rongki.
3. Assessment (A) :
a. Saya pikir masalahnya gangguan pola nafas dan gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit lebih
b. Pasien tampak tidak stabil
4. Recommendation (R) :
17
A. Contoh Format SBAR
18
19
20
2.10 Alur Timbang Terima
PASIEN
RENCANA TINDAKAN
PERKEMBANGAN/KEADAAN
PASIEN
MASALAH :
1. TERATASI
2. BELUM TERATASI
3. TERATASI SEBAGAIAN
4. MUNCUL MASALAH BARU
21
FORMAT TIMBANG TERIMA
TIMBANG TERIMA
ASUHAN
KEPERAWATAN
SHIFT PAGI SHIFT SIANG SHIFT MALAM
Masalah
Keperawatan :
Data Fokus
Subyektif ( S ) :
Obyektif (O) :
Intervensi yang
sudah dilakukan :
Intervensi yang
belum dilakukan :
22
FORMAT SBAR TIMBANG TERIMA
S B A R
(SITUATION) (BACKGROUND) (ASSASMENT) (RECOMENDATION)
23
BAB 3
B. Metode
a. Diskusi
b. Tanya jawab
C. Media
a. Status klien
b. Buku timbang terima
c. Sarana dan prasarana keperawatan
D. Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Fredha A
PP (malam) : Riris D
PA 1 (malam) : Yusriyah Nur A
PA 2 (malam) : Eka Nurdiyana
PP (pagi) : Novian S
PA 1 (pagi) : Imchatul iftitah
PA 2 (pagi) : Afif Rosalia I
Pasien 1 :-
Pasien 2 :-
Pasien 3 :-
Pasien 4 :-
24
E. Uraian Kegiatan
Prolog
Pada hari Senin, 10 Agustus 2017 jam 07.00 di Ruang Bedah RSUD Ngimbang
terdapat 3 orang perawat shift malam yang sedang bertugas, terlihat juga kepala
ruangan di ruangannya. Tiba saat pergantian shift di ruangan tersebut dan 3
perawat shift pagi datang. Semua perawat diruangan tersebut bersiap siap untuk
melakukan tindakan timbang terima yang sudah sering menjadi kegiatan rutin
setiap pergantian shift diuangan tersebut. Seluruh perawat PP dan PA shift
malam dan pagi serta kepala ruangan berkumpul dinurse station untuk
melakukan timbang terima
25
Fredah : Siapa dokter yang menangani Nn.Meri ?
Riris : Dr. Heri, spesialis orthopedi
Yusriyah : Pasien kedua Ny.Leli (45 tahun).
Diagnosa Ca.Mammae post mastektomi 19 Mei 2016, KU :
composmentis, TD : 110/80 mmHg, N : 100x/menit, S : 37,5
C.
Keluhannya nyeri pada luka post-op dengan skala 7.
Masalah keperawatan : Nyeri, Resti infeksi dan ganggan
integritas kulit
Rencana yang sudah dilakukan : monitor TTV, mengajarkan
destraksi relaksasi, injeksi cefotaxim 500mg. Rencana yang
belum dilakukan : observasi tanda tanda infeksi, observasi
luka dan nyeri, pemberian terapi Tramadol 3x1 amp,
Cefitaxim 2 x 500 mg, Infus PZ 20 tpm. Persiapan lain tidak
ada. Dokter yang menangani adalah dokter Rina.
Oiya, perlu diingat lagi bahwa berdasarkan hasil
pemeriksaan darah Ny.Leli ini ternyata HbSAg positif, jadi
memiliki potensi untuk menularkan hepatitis.
Eka Nur : Pasien kita selanjutnya adalah Ny.Aisyah (40 tahun)
dengan Ca.mammae pasien dari dokter Rina direncanakan
operasi siang ini jam 11.30.
KU : baik, composmentis, TD : 130/80 mmHg, N :
100x/menit, RR : 20x/menit, S : 36 C. Keluhannya nyeri
pada area mammae dan katanya takut kalau mau dioperasi.
Masalah kepeawatan: Ansietas. Rencana yang sudah
dilakukan : Monitor TTV, motivasi individu. Rencana yang
belum dilakukan : mengajarkan distraksi relaksasi,
pendidikan klien. Terapi : injeksi Cefotaxim 3 x 500 mg,
Antrain 2 x 1 amp, Infus RL : 20 tpm.
Riris : Mas mbak nanti tolong dipersiapkan pasiennya untuk tetap
berpuasa sampai operasi dilakukan, persiapan pre-Op sudah
saya siapkan d statusnya pasien.
afif : Siap mbak. Informed Consent sudah lengkap kan
berkasnya ?
26
Riris : Sudah siap mbak.
yusriyah : Pasien terakhir kita adalah Tn.Abdul (50 tahun) dengan
Tumo kulit ditangani dokter Boy.
KU : baik, kompoksmentis. TD : 190/100 mmHg, N :
88x/menit, RR : 24x/menit, S : 37 C. Keluhannya nyeri
dengan skala 7 dari 10, Masalah keperawatan : Nyeri, resiko
tinggi infeksi dan ganggan integitas kulit.
Rencana yang sudah dilakukan : monitor TTV dan distraksi
relaksasi, ganti balut, injeksi cefotaxim 500 mg. Rencana
yang blum dilakukan pembean asam mefenamat 500 mg
per-oral, Monitor TTV. Terapi yang harus diberikan : Infus
PZ 20 tpm, Injeksi cefotaxin 2x 500 mg, Asam mefenamat 3
x 500 mg . Dan untuk program operasi Tn. Abdul ini ditunda
dulu.
Novian : Kenapa operasi Tn.Abdul ditunda mbak ?
Eka nur : Iya karena Tn Abdul tensinya masih tinggi jadi beresiko
untuk dilakukan operasi, kalau tensinya sudah turun bisa
dilakukan segera.
Imcha : Lalu tindakan apa saja yang sudah dilakukan untuk
mengatasi hipertensinya mbak ?
Eka Nur : Iya itu tadi mbak, tadi malam sudah dikonsulkan dokter
Boy untuk diberikan piracetam mg dan masuk kedalam
terapinya Tn.Abdul.
Riris : yasudah,, nanti tolong observasi terus perkembangan
dari Tn abdul kalau sudah bisa dikonsultasikan kedokter
Boy lagi ketika visite. Ini tadi hasil laporan timbang
terima dari perawat shift malam untuk lebih lanjutnya lagi
saya kembalikan ke kepala ruangan
Fredah : iya, termah kasih untuk perawat shift malam telah
melaksanakan tugasnya dengan baik sekarang mari kita
bersama sama menuju ke ruang perawatan
27
Sesi 2 diruangan perawatan pasien
28
( perawat primer malam dan pagi melakukan tanda tangan dan disahkan
oleh kepala ruangan )
Fredah : Ya sudah kalau tidak ada. Timbang terima kali ini cukup sampai
disini, saya ucapkan terima kasih kepada perawat shift malam dan
selamat bbekerja untuk tim perawat shift pagi. Sebelum pulang dan
bekerja untuk shift pagi, mari kita berdoa bersama agar semuanya
berjalan lancar. Berdoa silahkan. Berdoa selesai. Hati-hati perawat
malam pulangnya, selamat bekerja perawat pagi. Saya akhiri
wassalamualaikum wr wb.
29
FORMAT KOMUNIKASI SBAR
30
integritas Observasi
kulit pada tanda tanda
pasien terjadi infeksi
akibat luka 3. Persiapan
post op lain tidak ada
31
karena kalau sudah
perawatan bisa
luka dikonsultasika
dilakukan 2 n kedokter
hari sekali Boy lagi
3. Gangguan ketika visite
integritas
kulit pada
pasien terjadi
akibat luka
post op
32
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pada model metode praktik keperawatan professional harus mampu memberikan
asuhan keperawatan professional dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama:
Tenaga perawat (M1), Sarana, Prasarana (M2), Metode pemberian asuhan keperawatan
(M3)
1. Sumber Daya Mnausia (M1)
- Struktur organisasi
- Jumlah tenaga d Ruang perawatan
- Tingkat ketergantungan paien dan kebutuhan tenaga perawat
2. Sarana dan Prasarana (M2-Material)
- Lokasi dan denah ruangan
- Peralatan dan fasilitas
- Administrasi penunjang
3. Metode Asuhan Keperawatan (M3-Method)
Penerapan model MAKP, Timbang Terima, Ronde Keperawatan, Pengelolaan
Sentralisasi Obat, Supervisi, Discharge Planning, Dokumentasi Keperawatan
Data focus dalam timbang terima terdiri dari:
1. Pra: masalah pasien, tinadakan yang sudah dan rencana yang belum dilakukan:
perhatian khusus
2. Pelaksaan: mekanisme timbang terima
3. Pasca: klarifikasi, tindak lanjut tindak
3.2 SARAN
Dalam aplikasi timbang terima harus dipahami alur overran, dan point-point yang
harus diklarifikasi oleh PP dan PA yang sedang berdinas saat itu.
33
DAFTAR PUSTAKA
Azrul Azwar. 1997. Peran Perawat Profesional dalam Sistem Kesehatan di Indonesia.
Jakarta: Makalah Seminar. UI.
Nursalam. 2008. Mnajaemen Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2012. Mnajaemen Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika
Seto Sagung. 2008. Manajemen Kinerja Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta: Sabarguna
Adreoli, A., Fancott, C., Velji, K et al . (2010). Using SBAR to CommunicateFalls risk and
manajement in Inter-profesional Rehabilitation Teams. Journal Healthcare Quarterly.
Diunduh dariwww.longwoods.com
Nursalam.2008.Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional.Jakarta: Salemba Medika
Kassean, H.K., & Jagoo, Z.B.2005.Managing Change in the Nursing Handover from
Traditional to Beside Handover.
Nursalam.2002.Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional.Jakarta: Salemba Medika
Raymond, M., & Harrison, M.C. (2014). The structured communication toolSBAR improves
communication in neonatology. South African Medical Journal.vol 104;1-5 diunduh dari:
http://dx.doi.org/10.7196/SAMJ.8684
34