Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

TIMBANG TERIMA

DISUSUN OLEH :

1. Yusriyah Nur A (2017110596)


2. Afif Rosalia I (2017110597)
3. Imchatul Iftitah (2017110599)
4. Eka Nurdiyana (2017110601)
5. Riris Dwi E (2017110627)
6. Fredah Alfarsyh (2017110604)
7. Novian Setya (2017110605)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2017
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Model praktik keperawatan adalah diskripsi atau gambaran dari praktik
keperawatan yang nyata dan akurat berdasarkan kepada filosofi, konsep dan teori
keperawatan di era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan
menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal.
Indonesia juga berupaya mengembangkan model praktik keperawatan profesional
(MPKP).
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsih perawat, terutama peran dan fungsih mandiri
perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif antar
perwat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk komunikasi yang
harus ditingkatkan efektivitasnya adalah saat pergantian shift (timbang terima pasien).
Oleh karena itu, kami dari kelompok 2 akan membahas tentang model praktek
keperawatan profesional dalam fase timbang terima.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian timbang terima ?
2. Bagaimana tujuan timbang terima ?
3. Bagaimana manfaat timbang terima ?
4. Bagaimana langkah-langkah timbang terima ?
5. Bagaimana prosedur timbang terima ?
6. Bagaimana metode timbang terima ?
7. Apa efek dari timbang terima ?
8. Hal-hal apa yang perlu diperhatikan dalam timbang terima ?
9. Bagaimana komukasi efektif SBAR dalam timbang terima ?
10. Bagaiama alur dari timbang terima ?
11. Bagaimana komunikasi SBAR dalam timbang terima ?

1
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Untuk menjelaskan dan mengetahui konsep dasar teori model praktek
keperawatan profesional fase timbang terima.
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tentang pengertian dari timbang terima.
2. Untuk mengetahui tujuan dari timbang terima.
3. Untuk mengetahui manfaat dari timbang terima.
4. Untuk mengetahui langkah-lagkah dari timbang terima.
5. Untuk mengetahui prosedur dari timbang terima.
6. Untuk mengetahui metode dari timbang terima.
7. Untuk mengetahui efek dari timbang terima.
8. Untuk mengetahui Hal-hal apa yang perlu diperhatikan dari timbang terima.
9. Untuk mengetahui komunikasi efektif SBAR pada timbang terima.
10. Untuk mengetahui alur dari timbang terima.
11. Untuk komunikasi SBAR dalam timbang terima

1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat menambah
wawasan dan informasi tentang model praktek keperawatan profesional dan mampu
mengaplikasikan secara tepat dan benar, serta mampu megimplementasikan dalam
proses keperawatan.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Timbang Terima


Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya
handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage. Handover
adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat
pada pergantian shift jaga. Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handover
adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat)
selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang
pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat,
tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan perkembangan pasien saat itu.
Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh
perawat primer keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore
atau dinas malam secara tertulis dan lisan.
Menurut Eaton, (2010) timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa
istilah itu diantaranya handover, handoffs, shift report, signout, signover Dan cross
coverage.Handoveradalah komunikasi oral dariinformasi tentang pasien yang
dilakukan oleh perawat pada pergantianshift jaga. Friesen (2008) menyebutkan
tentang definisi dari timbangterima pasien adalah transfer tentang informasi (termasuk
tanggungjawabdan tanggunggugat) selama perpindahan perawatan yang
berkelanjutanyang mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi
tentang pasien. Timbang terima juga meliputi mekanisme transferi nformasi yang
dilakukan, tanggungjawab utama dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya
ke perawat yang akan melanjutnya pera watan yang mencakup peluang tentang
pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Timbang terima juga meliputi
mekanisme transfer informasi yang dilakukan, tanggungjawab utama dan kewenangan
perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya perawatan.

3
Nursalam (2008), menyatakan timbang terima adalah suatu cara dalam
menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang
terima pasien adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau transfer tanggungjawab
tentang pasien dari perawat yang satu ke perawat yang lain. Tujuan dari timbang
terima pasien adalah menyediakan waktu,informasi yang akurat tentang rencana
perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan
antisipasinya.

2.2 Tujuan Timbang Terima


1. Tujuan umum : mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan
informasi yang penting.
2. Tujuan khusus:
a. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data focus).
b. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
kepada pasien.
c. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindaklanjuti oleh perawat dinas
berikutnya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

2.3 Manfaat Timbang Terima


1. Bagi perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
b. Menjalin hubungan kerja sama dan bertanggung jawab antar perawat.
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan.
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.
2. Bagi pasien
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap.Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi,
mereliabilisasi komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan
yang digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam
bekerja.

4
Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:
a. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan
perawat.
b. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan
keputusan dan tindakan keperawatan.

2.4 Langkah-langkah dalam Timbang Terima


1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
2. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan disampaikan.
3. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift
selanjutnya meliputi :
a. Kondisi atau keadaan pasien secara umum
b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
4. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu- buri.
5. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung melihat
keadaan pasien.

2.5 Prosedur dalam Timbang Terima


1. Persiapan
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap.
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
2. Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing
penanggung jawab:
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima
dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta
hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada
perawat yang berikutnya.
5
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
1. Identitas klien dan diagnosa medis.
2. Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
3. Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
4. Intervensi kolaborasi dan dependen.
5. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang
tidak dilaksanakan secara rutin.
e. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas
penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas
f. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada
kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
g. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan
ruangan oleh perawat.

Prosedur Timbang Terima


TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANAAN

Persiapan 1. Timbang terima 5 Ners PP dan PA


dilaksanakan setiap MENIT Station
pergantian shift/operan.
2. Prinsip timbang terima,
semua pasien baru
masuk dan pasien yang
dilakukan timbang
terima khususnya
pasien yang memiliki
permasalahan yang
belum/dapat teratasi
serta yang
membutuhkan
observasi lebih lanjut.

6
3. PP menyampaikan
timbang terima pada PP
berikutnya, hal yang
perlu disampaikan
dalam timbang terima :
a. Jumlah pasien
b. Identitas klien dan
diagnosis medis.
c. Data(
keluhan/subjektif
dan objektif).
d. Masalah keperawtan
yang masih muncul.
e. Intervensi
keperawatan yang
sudah dan belum
dilaksanakan (secara
umum).
f. Intervensi
kolaboratif dan
dependen.
g. Rencana umum dan
persiapan yang perlu
dilakukan (persiapan
operasi, pemeriksaan
penunjang, dan lain-
lain).
Pelaksanaan 1. Kedua kelompok dinas 20 menit Ners KARU, PP dan
sudah siap (shift jaga). station PA
2. Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan
buku catatan.
3. Kepala ruang membuka

7
acara timbang terima.
4. Perawat yang melakukan
timbang terima dapat
melakukan klarifikasi,
Tanya jawab, dan
melakukan validasi
terhadap hal-hal yang
telah ditimbang
terimakan dan berhak
menanyakan mengenai
hal-hal yang kurang
jelas.
a. Kepala ruang/PP
menanyakan
kebutuhan dasar
pasien.
b. Penyampaian yang
jelas, singkat dan
padat.
c. Perawat yang
melaksanakan Ruang
timbang terima Perawatan
mengkaji secara
penuh terhadap
masalah
keperawatan,
kebutuhan, dan
tindakan yang
telah/belum
dilaksanakan serta
hal-hal penting
lainnya selama masa
perawtan.

8
d. Hal-hal yang
sifatnya khusus dan
memerlukan
perincian yang
matang sebaiknya
dicatat secara khusus
untuk kemudian
diserah terimakan
kepada petugas
berikutnya.
e. Lama timbang
terima untuk tiap
pasien tidak lebih
dari 5 menit kecuali
pada kondisi khusus
dan memerlukan
keterangan yang
rumit.
1. Diskusi. 5 menit Ners Karu, PP dan PA
2. Pelaporan untuk timbang station
terima dituliskan secara
langsung pada format
timbang terima yang
ditandatangani oleh pp
yang jaga saat itu dan pp
yang jaga berikutnya
diketahui oleh kepala
ruang.
3. Ditutup oleh kepala
ruang.

9
Timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu :
a. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan tanggungjawab.
Meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya.
b. Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan datang
melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu sendiri yang berupa
pertukaran informasi yang memungkinkan adanya komunikasi dua arah antara
perawat yang shift sebelumnya kepada perawat shift yang datang.
c. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung jawab
dan tugas yang dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat yang menerima
operan untuk melakukan pengecekan data informasi pada medical record atau
pada pasien langsung.

2.6 Metode dalam Timbang Terima


1. Timbang terima dengan metode tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di
sebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:
a. Dilakukan hanya di meja perawat.
b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.
c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara
umum.
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses
informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up to date.
2. Timbang terima dengan metode bedside handover
Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan sekarang
sudah menggunakan model bedside handover yaitu handover yang dilakukan di
samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga pasien secara
langsung untuk mendapatkan feedback.
Secara umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga baik
secara tradisional maupun bedside handover tidak jauh berbeda, hanya pada
handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait kondisi
penyakitnya secara up to date.

10
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan
perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien
secara khusus.
Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang
kerahasiaan pasien jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya
komplikasi penyakit atau persepsi medis yang lain.
Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya:
a. Menggunakan Tape recorder
Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan kembali saat
perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa one way
communication.
b. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken
Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
c. Menggunakan komunikasi tertulis written
Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record saja atau
media tertulis lain.
Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan
bahkan beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk dikombinasi.
Menurut Joint Commission Hospital Patient Safety, menyusun pedoman
implementasi untuk timbang terima, selengkapnya sebagai berikut:
1. Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya pertanyaan
dari penerima informasi tentang informasi pasien.
2. Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi terapi,
pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta yang harus diantipasi.
3. Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh perawat penerima
dengan melakukan pengecekan dengan membaca, mengulang atau
mengklarifikasi.
4. Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk perawatan
dan terapi sebelumnya.
5. Handover tidak disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan kegagalan
informasi atau terlupa.
Faktor-faktor dalam Timbang Terima
1. Komunikasi yang objective antar sesama petugas kesehatan.
11
2. Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan.
3. Kemampuan menginterpretasi medical record.
4. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
5. Pemahaman tentang prosedur klinik.

2.7 Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga


Timbang terima atau operan jaga memiliki efek-efek yang sangat
mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-
efek dari shift kerja atau operan adalah sebagai berikut:
1. Efek Fisiologi
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak
gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur
selama kerja malam. Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan
mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.
2. Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis
hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan
mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat. Saksono (1991)
mengemukakan pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat
yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi
pekerja malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat
berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat tersisih dari lingkungan
masyarakat.
3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek
fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan
kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan
pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.
4. Efek Terhadap Kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung
terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap
keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.

12
5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang
dilakukan Smith et. Al (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa frekuensi
kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam) dengan rata-
rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian
menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift
malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi
selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift malam.

2.8 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan :


1. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift.
2. Dipimpin oleh kepala ruang atau penanggung jawab pasien (PP).
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
5. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien .
6. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara yang
cukup sehingga pasien disebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi
klien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung
di dekat klien.
7. Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan shock sebaiknya dibicarakan di
nurse station.

2.9 Timbang Terima dengan SABR


Komunikasi efektif saat timbang terima yang dilaksanakan dengan baik dapat
membantu mengidentifikasi kesalahan serta memfasilitasi kesinambungan perawatan
pasien. Prinsip komunikasi efektif dalam timbang terima menurut.
Komunikasi yang tidak efektif dapat mengancam keselamatan pasien di rumah
sakit. Alvarado (2006) mengatakan ketidakakuratan informasi dapat menimbulkan
dampak yang serius pada pasien, hamper 70% kejadian sentinel yaitu kejadian yang
mengakibatkan kematian atau cedera yang serius di rumah sakit disebabkan karena
buruknya komunikasi. Sejalan dengan prinsip komunikasi efektif di atas, Nursalam
(2012) membagi kegiatan timbang terima menjadi beberapa tahapan yaitu tahap
persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap post timbang terima.
13
Menurut Jefferson (2012), dalam melakukan timbang terima ada perkembangan
alternatif komunikasi efektif yang dapat dilakukan yaitu metode SBAR. Rekomendasi
WHO pada tahun 2007, mewajibkan untuk anggota Negara WHO dalam memperbaiki
pola komunikasi pada saat melakukan operan jaga harus menggunakan suatu standard
yang strategis yaitu dengan mengunakan metode komunikasi S-BAR. Proses
komunikasi S-BAR terbukti telah menjadi alat komunikasi yang efektif dalam
pengaturan perawatan akut untuk tingkatan komunikasi yang urgen, terutama antara
dokter dan perawat,
Definisi SBAR
Komunikasi SBAR merupakan komunikasi yang dilaksanakan secara face to
face yang terdiri dari 4 komponen yaitu:
1) S (Situation): merupakan suatu gambaran yang terjadi pada saat itu.
2) B (Background): merupakan sesuatu yang melatar belakangi situasi yang terjadi.
3) A (Assessment): merupakan suatu pengkajian terhadap suatu masalah.
4) R (Recommendation): merupakan suatu tindakan dimana meminta saran untuk
tindakan yang benar yang seharusnya dilakukan untuk masalah
tersebut.(Jefferson,2012).
Penggunaan komunikasi yang tepat dengan read back telah menjadi salah satu
sasaran dari program keselamatan pasien yaitu peningkatan komunikasi yang
efektif. Selain itu dengan menggunakan komunikasi SBAR dapat menghemat waktu
sehingga perawat yang akan dinas dapat melakukan tindakan segera terutama
terhadap pasien kritis seperti di ruang intensif (Smith, 2008; Rushton, 2010;
JCAHO, 2013).
SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi penting
yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap eskalasi
yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien. SBAR juga dapat digunakan
secara efektif untuk meningkatkan serah terima antara shift atau antara staf di
daerah klinis yang sama atau berbeda. Melibatkan semua anggota tim kesehatan
untuk memberikan masukan ke dalam situasi pasien termasuk memberikan
rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara anggota tim
kesehatan atau tim kesehatan lainnya.
Ruang Lingkup SBAR
Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background, Assessment,
Recommendation. Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan oleh semua tenaga
14
kesehatan, diharapkan semua tenaga kesehatan maka dokumentasi tidak terpecah
sendiri-sendiri. Diharapkan dokumentasi catatan perkembangan pasien terintegrasi
dengan baik. sehingga tenaga kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan
pasien.
1) Situation :
Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/ dilaporkan
- Mengidentifikasi nama diri petugas dan pasien.
- Diagnosa medis
- Apa yang terjadi dengan pasien yang memprihatinkan
2) Background :
Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan dengan situasi
- Obat saat ini dan alergi
- Tanda-tanda vital terbaru
- Hasil laboratorium : tanggal dan waktu tes dilakukan dan hasil tes
sebelumnya untuk perbandingan
- Riwayat medis
- Temuan klinis terbaru
3) Assessment :
Berbagai hasil penilaian klinis perawat
- Apa temuan klinis ?
- Apa analisis dan pertimbangan perawat ?
- Apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan?
4) Recommendation :
Apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan?
- Apa tindakan / rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki masalah?
- Apa solusi yang bisa perawat tawarkan dokter ?
- Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi pasien?
- Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi ?
Sebelum serah terima pasien, perawat harus melakukan :
1. Perawat mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.
2. Perawat mengkumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan
dengan kondisi pasien yang akan dilaporkan.
3. Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah
keperawatan yang harus dilanjutkan.
15
4. Perawat membaca dan pahami catatan perkembangan terkini & hasil
pengkajian perawat shift sebelumnya.
5. Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawat harian.
Contoh komunikasi efektif SBAR antar shift dinas/ serah terima :
1. Situation (S) :
Nama : Tn.A umur 35 tahun, tanggal masuk 8 Desember 2013 sudah 3 hari
perawatan, DPJP :dr Setyoko, SpPD, diagnosa medis : Gagal ginjal kronik.
Masalah keperawatan:
a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit lebih
b. Perubahan kebutuhan nutrisi kurang
2. Background (B) :
a. Pasien bedrest total , urine 50 cc/24 jam, balance cairan 1000 cc/ 24 jam.
b. Mual tetap ada selama dirawat, ureum 300 mg/dl.
c. Pasien program HD 2x seminggu Senin dan Kamis.
d. Terpasang infuse NaCl 10 tetes/menit
e. Dokter sudah menjelaskan penyakitnya tentang gagal ginjal kronik
f. Diet : rendah protein 1 gram
3. Assessment (A) :
a. Kesadaran composmentis, TD 150/80 mmHg, Nadi 100x/menit, suhu 37 0C,
RR 20 x/menit, oedema pada ekstremitas bawah, tidak sesak napas, urine
sedikit, eliminasi faeses baik.
b. Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl
c. Pasien masil mengeluh mual.
4. Recommendation (R) :
a. Awasi balance cairan
b. Batasi asupan cairan
c. Konsul ke dokter untuk pemasangan dower kateter
d. Pertahankan pemberian pemberian deuritik injeksi furosemit 3 x 1 amp
e. Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar pasien
f. Jaga aseptic dan antiseptic setiap melakukan prosedur
Contoh komunikasi efektif SBAR antar perawat dengan dokter lewat telepon :
1. Situation (S) :
a. Selamat pagi Dokter, saya Noer rochmat perawat Nusa Indah 2

16
b. Melaporkan pasien nama Tn A mengalami penurunan pengeluaran urine 40
cc/24 jam, mengalami sesak napas
2. Background (B) :
a. Diagnosa medis gagal ginjal kronik, tanggal masuk 8 Desember 2013,
program HD hari Senin-Kamis
b. Tindakan yang sudah dilakukan posisi semi fowler, sudah terpasang dower
kateter, pemberian oksigen 3 liter/menit 15 menit yang lalu.
c. Obat injeksi diuretic 3 x 1 amp
d. TD 150/80 mmHg, RR 30 x/menit, Nadi 100 x/menit, oedema ekstremitas
bawah dan asites
e. Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl
f. Kesadaran composmentis, bunyi nafas rongki.
3. Assessment (A) :
a. Saya pikir masalahnya gangguan pola nafas dan gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit lebih
b. Pasien tampak tidak stabil
4. Recommendation (R) :

a. Haruskah saya mulai dengan pemberian oksigen NRM


b. Apa advise dokter? Perlukah peningkatan diuretic atau syringe pump?
c. Apakah dokter akan memindahkan pasien ke ICU

17
A. Contoh Format SBAR

18
19
20
2.10 Alur Timbang Terima

PASIEN

DIAGNOSIS MEDIS DIAGNOSIS KEPERAWATAN


MASALAH KOLABORATIF (didukung data)

RENCANA TINDAKAN

TELAH DILAKUKAN BELUM DILAKUKAN

PERKEMBANGAN/KEADAAN
PASIEN

MASALAH :

1. TERATASI
2. BELUM TERATASI
3. TERATASI SEBAGAIAN
4. MUNCUL MASALAH BARU

21
FORMAT TIMBANG TERIMA

Nama Pasien : Kamar :


Umur : Dx. Medis :
Tanggal : No. Registrasi :

TIMBANG TERIMA
ASUHAN
KEPERAWATAN
SHIFT PAGI SHIFT SIANG SHIFT MALAM
Masalah
Keperawatan :

Data Fokus
Subyektif ( S ) :

Obyektif (O) :

Intervensi yang
sudah dilakukan :

Intervensi yang
belum dilakukan :

Hal-hal yang perlu


diperhatikan :
( Lab, advis medis)

Tanda tangan dan


nama terang

22
FORMAT SBAR TIMBANG TERIMA

S B A R
(SITUATION) (BACKGROUND) (ASSASMENT) (RECOMENDATION)

23
BAB 3

SKENARION TIMBANG TERIMA

3.1 RENCANA STRATEGI ROLEPLAY TIMBANG TERIMA


A. Pelaksanaan Timbang Terima
Hari / Tanggal : kamis, 10 agustus 2017
Pukul : 07.00
Tempat : Ruang Bedah, RSUD Ngimbang

B. Metode
a. Diskusi
b. Tanya jawab

C. Media
a. Status klien
b. Buku timbang terima
c. Sarana dan prasarana keperawatan

D. Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Fredha A
PP (malam) : Riris D
PA 1 (malam) : Yusriyah Nur A
PA 2 (malam) : Eka Nurdiyana
PP (pagi) : Novian S
PA 1 (pagi) : Imchatul iftitah
PA 2 (pagi) : Afif Rosalia I
Pasien 1 :-
Pasien 2 :-
Pasien 3 :-
Pasien 4 :-

24
E. Uraian Kegiatan
Prolog
Pada hari Senin, 10 Agustus 2017 jam 07.00 di Ruang Bedah RSUD Ngimbang
terdapat 3 orang perawat shift malam yang sedang bertugas, terlihat juga kepala
ruangan di ruangannya. Tiba saat pergantian shift di ruangan tersebut dan 3
perawat shift pagi datang. Semua perawat diruangan tersebut bersiap siap untuk
melakukan tindakan timbang terima yang sudah sering menjadi kegiatan rutin
setiap pergantian shift diuangan tersebut. Seluruh perawat PP dan PA shift
malam dan pagi serta kepala ruangan berkumpul dinurse station untuk
melakukan timbang terima

Di ruangan nurse station

Fredah : assalamualaikum. Selamat pagi semua. Alhamdulillah kita


pagi ini bisa berkumpul disini untuk melakukan timbang
terima dan shift malam ke shift pagi. Karena semuanya
sudah lengkap, langsung saja perawat shift malam untuk
menyampaikan laporannya.
Riris : Terima kasih kepada bapak kepala ruangan, saya akan
menyampaikan laporan saya. Di ruangan ini, jumlah
pasiennya 4 orang yaitu Tn.Abdul, Nn. Meri, Ny.Leli, dan
Ny. Aisyah.
Nn. Meri (20 tahun) jam 23.30 WIB masuk ruang bedah 3
pindahan dari UGD dengan fraktur cruris. Sudah terpasang
infus PZ 20 tpm, kateter, bidai. Masalah keperawatan :
Nyeri
Tadi jam 05.00 dilakukan TTV TD = 120/70 mmHg, RR =
24x/menit, N = 90x/menit, S = 37.2 C. Ganti cairan RL dan
injeksi ketorolac. Keluhan utamanya nyeri, skala 7, sudah
diajarkan metode distraksi relaksasi. Tadi pagi juga sudah di
ambil darahnya oleh petugas lab untuk di cek dan tinggal
menunggu hasilnya pagi ini

25
Fredah : Siapa dokter yang menangani Nn.Meri ?
Riris : Dr. Heri, spesialis orthopedi
Yusriyah : Pasien kedua Ny.Leli (45 tahun).
Diagnosa Ca.Mammae post mastektomi 19 Mei 2016, KU :
composmentis, TD : 110/80 mmHg, N : 100x/menit, S : 37,5
C.
Keluhannya nyeri pada luka post-op dengan skala 7.
Masalah keperawatan : Nyeri, Resti infeksi dan ganggan
integritas kulit
Rencana yang sudah dilakukan : monitor TTV, mengajarkan
destraksi relaksasi, injeksi cefotaxim 500mg. Rencana yang
belum dilakukan : observasi tanda tanda infeksi, observasi
luka dan nyeri, pemberian terapi Tramadol 3x1 amp,
Cefitaxim 2 x 500 mg, Infus PZ 20 tpm. Persiapan lain tidak
ada. Dokter yang menangani adalah dokter Rina.
Oiya, perlu diingat lagi bahwa berdasarkan hasil
pemeriksaan darah Ny.Leli ini ternyata HbSAg positif, jadi
memiliki potensi untuk menularkan hepatitis.
Eka Nur : Pasien kita selanjutnya adalah Ny.Aisyah (40 tahun)
dengan Ca.mammae pasien dari dokter Rina direncanakan
operasi siang ini jam 11.30.
KU : baik, composmentis, TD : 130/80 mmHg, N :
100x/menit, RR : 20x/menit, S : 36 C. Keluhannya nyeri
pada area mammae dan katanya takut kalau mau dioperasi.
Masalah kepeawatan: Ansietas. Rencana yang sudah
dilakukan : Monitor TTV, motivasi individu. Rencana yang
belum dilakukan : mengajarkan distraksi relaksasi,
pendidikan klien. Terapi : injeksi Cefotaxim 3 x 500 mg,
Antrain 2 x 1 amp, Infus RL : 20 tpm.
Riris : Mas mbak nanti tolong dipersiapkan pasiennya untuk tetap
berpuasa sampai operasi dilakukan, persiapan pre-Op sudah
saya siapkan d statusnya pasien.
afif : Siap mbak. Informed Consent sudah lengkap kan
berkasnya ?
26
Riris : Sudah siap mbak.
yusriyah : Pasien terakhir kita adalah Tn.Abdul (50 tahun) dengan
Tumo kulit ditangani dokter Boy.
KU : baik, kompoksmentis. TD : 190/100 mmHg, N :
88x/menit, RR : 24x/menit, S : 37 C. Keluhannya nyeri
dengan skala 7 dari 10, Masalah keperawatan : Nyeri, resiko
tinggi infeksi dan ganggan integitas kulit.
Rencana yang sudah dilakukan : monitor TTV dan distraksi
relaksasi, ganti balut, injeksi cefotaxim 500 mg. Rencana
yang blum dilakukan pembean asam mefenamat 500 mg
per-oral, Monitor TTV. Terapi yang harus diberikan : Infus
PZ 20 tpm, Injeksi cefotaxin 2x 500 mg, Asam mefenamat 3
x 500 mg . Dan untuk program operasi Tn. Abdul ini ditunda
dulu.
Novian : Kenapa operasi Tn.Abdul ditunda mbak ?
Eka nur : Iya karena Tn Abdul tensinya masih tinggi jadi beresiko
untuk dilakukan operasi, kalau tensinya sudah turun bisa
dilakukan segera.
Imcha : Lalu tindakan apa saja yang sudah dilakukan untuk
mengatasi hipertensinya mbak ?
Eka Nur : Iya itu tadi mbak, tadi malam sudah dikonsulkan dokter
Boy untuk diberikan piracetam mg dan masuk kedalam
terapinya Tn.Abdul.
Riris : yasudah,, nanti tolong observasi terus perkembangan
dari Tn abdul kalau sudah bisa dikonsultasikan kedokter
Boy lagi ketika visite. Ini tadi hasil laporan timbang
terima dari perawat shift malam untuk lebih lanjutnya lagi
saya kembalikan ke kepala ruangan
Fredah : iya, termah kasih untuk perawat shift malam telah
melaksanakan tugasnya dengan baik sekarang mari kita
bersama sama menuju ke ruang perawatan

27
Sesi 2 diruangan perawatan pasien

Riris : Ruang bedah 3 ini Nn Maria yang pindahan dari UGD


dengan fraktu cruris pasien Dr Hari TTV tdak ada masalah,
skala nyeri 7 distraksi dan relaksasi dilanjutkan dan jangan
lupa jam 08.30 dilakukan foto AP lat
Imcha : Dan ruang bedah 5 ini ada Tn abdul dengan tumor kulit
pasien dr Boy yang tindakan operasinya ditunda karena
hipertensi. Sudah diberkan injeksi piracetam atas advis
dokter Boy tolong monitoring terus TTVnya
Novian : ruang bedah 2 ada Ny asyah dengan CA mamae pasien dr
samsul akan dilakukan tindakan operasi jam 09.30 WIB
semua berkas sudah lengkap dan pasien diuasakan sampai
operasi dilakukan
afif : ruang bedah 4 Ny Lely dengan Ca Mamae pst mastektomi
tanggal 19 agustus 2015. Skala nyeri 7 tindakan distraksi dan
relaksasi dilanjutkan, jangan lupa lakukan perawatan luka
ganti balut dan observasi tanda tanda infeksi
imcha : Ny lely ini pasien dokter rina ya mbk??
Eka Nur : Iya, diruang bedah saat ini ada 4 pasien dan sudah kita
kunjungi semua , mari kita kembali keruangan

Sesi 3 kembali keruangan perawat


Fredah : Iya terima kasih untuk perawat shift malam telah
melaksanakan tugasnya dengan baik. Dan untuk teman-
teman perawat tadi kan sudah tahu ada pasien yang HbsAg
(+) yaitu Ny.Leli di Bedah 4, disini saya himbau untuk
semuanya untuk lebih hati-hati, jangan lupa lengkapi APD
ketika akan melakukan tindakan, bukan untuk Ny.Leli tetapi
semua pasien yang ada di Ruangan Bedah ini. Apa ada yang
didiskusikan lagi ?
Semua : Tidak pak
Riris : ini lembar dokumentasinya mohon ditanda tangani

28
( perawat primer malam dan pagi melakukan tanda tangan dan disahkan
oleh kepala ruangan )

Fredah : Ya sudah kalau tidak ada. Timbang terima kali ini cukup sampai
disini, saya ucapkan terima kasih kepada perawat shift malam dan
selamat bbekerja untuk tim perawat shift pagi. Sebelum pulang dan
bekerja untuk shift pagi, mari kita berdoa bersama agar semuanya
berjalan lancar. Berdoa silahkan. Berdoa selesai. Hati-hati perawat
malam pulangnya, selamat bekerja perawat pagi. Saya akhiri
wassalamualaikum wr wb.

29
FORMAT KOMUNIKASI SBAR

Nama Situasion Backgrund Assasment Recomendation


Pasien
Ny Meri 1. Nn. Meri (20 1. Tadi jam 05.00 1. Nyeri sedikit 1. jangan lupa
tahun) jam dilakukan TTV menurun jam 08.30
23.30 WIB TD = 120/70 tampak dilakukan
masuk ruang mmHg, RR = pasien sudah foto AP lat
bedah 3 24x/menit, N = tidak 2. distraksi dan
pindahan dari 90x/menit, S = menyeringai relaksasi
UGD dengan 37.2 C. dilanjutkan
fraktur cruris 2. Ganti cairan RL
2. Masalah dan injeksi
keperawatan : ketorolac.
Nyeri 3. Keluhan
utamanya nyeri,
skala 7
Ny Lely 1. Pasien kedua 1. KU : 1. Pasien masih 1. Berdasarkan
Ny.Leli (45 composmentis, merasakan hasil
tahun). TD : 110/80 nyeri terlihat pemeriksaan
Diagnosa mmHg, N : pasien darah Ny.Leli
Ca.Mammae 100x/menit, S : mengganti ini ternyata
post 37,5 C. posisi tubuh HbSAg
mastektomi 19 2. Keluhannya nyeri secara hati- positif, jadi
Mei 2016, pada luka post-op hati memiliki
2. Masalah dengan skala 7. 2. Resiko tinggi potensi untuk
keperawatan : 3. pemberian terapi infeksi pada menularkan
Nyeri, Resti Tramadol 3x1 tubuh pasien hepatitis
infeksi dan amp, Cefitaxim 2 masih 2. Tindakan
ganggan x 500 mg, Infus berlanjut distraksi dan
integritas kulit PZ 20 tpm. karena jarang relaksasi
dilakukan dilanjutkan,
perawatan Perawatan
luka luka ganti
3. Gangguan balut dan

30
integritas Observasi
kulit pada tanda tanda
pasien terjadi infeksi
akibat luka 3. Persiapan
post op lain tidak ada

Ny Aisyah 1. Ny.Aisyah (40 1. KU : baik, 1. Kecemasan 1. Persiapan


tahun) dengan composmentis, pasien masih pasiennya
Ca.mammae TD : 130/80 meningkat untuk tetap
pasien dari mmHg, N : ketika mau berpuasa
dokter Rina 100x/menit, RR : pelaksanaan sampai
direncanakan 20x/menit, S : 36 tindakan operasi
operasi siang C. operasi dilakukan,
ini jam 11.30. 2. Keluhannya nyeri 2. Pasien dr
2. Masalah pada area samsul akan
kepeawatan: mammae dan dilakukan
Ansietas katanya takut tindakan
kalau mau operasi jam
dioperasi 09.30 WIB
3. Semua berkas
sudah lengkap
Tn Abdul 1. Tn.Abdul (50 1. KU : baik, 1. Nyeri sedikit 1. Untuk
tahun) dengan kompoksmentis. menurun program
Tumor kulit TD : 190/100 tampak operasi Tn.
ditangani mmHg, N : pasien sudah Abdul ini
dokter Boy. 88x/menit, RR : tidak ditunda dulu
2. Masalah 24x/menit, S : 37 menyeringa karena TDnya
keperawatan : C. 2. Resiko tinggi tinggi
Nyeri, resiko 2. Keluhannya nyeri infeksi pada 2. Observasi
tinggi infeksi dengan skala 7 tubuh pasien TTV terus
dan ganggan dari 10 tidak perkembangan
integitas kulit. berlanjut dari Tn abdul

31
karena kalau sudah
perawatan bisa
luka dikonsultasika
dilakukan 2 n kedokter
hari sekali Boy lagi
3. Gangguan ketika visite
integritas
kulit pada
pasien terjadi
akibat luka
post op

32
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pada model metode praktik keperawatan professional harus mampu memberikan
asuhan keperawatan professional dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama:
Tenaga perawat (M1), Sarana, Prasarana (M2), Metode pemberian asuhan keperawatan
(M3)
1. Sumber Daya Mnausia (M1)
- Struktur organisasi
- Jumlah tenaga d Ruang perawatan
- Tingkat ketergantungan paien dan kebutuhan tenaga perawat
2. Sarana dan Prasarana (M2-Material)
- Lokasi dan denah ruangan
- Peralatan dan fasilitas
- Administrasi penunjang
3. Metode Asuhan Keperawatan (M3-Method)
Penerapan model MAKP, Timbang Terima, Ronde Keperawatan, Pengelolaan
Sentralisasi Obat, Supervisi, Discharge Planning, Dokumentasi Keperawatan
Data focus dalam timbang terima terdiri dari:
1. Pra: masalah pasien, tinadakan yang sudah dan rencana yang belum dilakukan:
perhatian khusus
2. Pelaksaan: mekanisme timbang terima
3. Pasca: klarifikasi, tindak lanjut tindak

3.2 SARAN
Dalam aplikasi timbang terima harus dipahami alur overran, dan point-point yang
harus diklarifikasi oleh PP dan PA yang sedang berdinas saat itu.

33
DAFTAR PUSTAKA

Azrul Azwar. 1997. Peran Perawat Profesional dalam Sistem Kesehatan di Indonesia.
Jakarta: Makalah Seminar. UI.
Nursalam. 2008. Mnajaemen Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2012. Mnajaemen Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika
Seto Sagung. 2008. Manajemen Kinerja Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta: Sabarguna
Adreoli, A., Fancott, C., Velji, K et al . (2010). Using SBAR to CommunicateFalls risk and
manajement in Inter-profesional Rehabilitation Teams. Journal Healthcare Quarterly.
Diunduh dariwww.longwoods.com
Nursalam.2008.Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional.Jakarta: Salemba Medika
Kassean, H.K., & Jagoo, Z.B.2005.Managing Change in the Nursing Handover from
Traditional to Beside Handover.
Nursalam.2002.Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional.Jakarta: Salemba Medika
Raymond, M., & Harrison, M.C. (2014). The structured communication toolSBAR improves
communication in neonatology. South African Medical Journal.vol 104;1-5 diunduh dari:
http://dx.doi.org/10.7196/SAMJ.8684

34

Anda mungkin juga menyukai