Anda di halaman 1dari 16

TIMBANG TERIMA KEPERAWATAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata ajar Manajemen Keperawatan

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 8

1. Safira Mutiara Mubarokah (1701039)


2. Siti Nur Hanifah (1701044)
3. Surya Alam (1701046)
4. Tiyas Fitriani (1701047)
5. Yanuario Burnama Putra (1701051)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN

TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengoptimalan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
merupakan satu upaya dalam meningkatkan profesionalisme pelayanan keperawatan.
Hal ini berkaitan dengan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan
memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan
yang terjadi. Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan dirasakan sebagai
suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat
kondusif dengan belajar tentang konsep pelayanan keperawatan dan langkah-langkah
konkret dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah tersebut dapat berupa penataan
ketenagaan dan pasien, penerapan MAKP dan perbaikan dokumentasi keperawatan.
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi efektif antar
perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk komunikasi yang
harus ditingkatkan efektifitasnya adalah saat pergantian shif, yaitu saat timbang
terima klien. Timbang terima merupakan tekhnik atau cara untuk menyampaikan dan
menerima sesuatu (informasi) yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima
klien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat jelas dan
lengkap tentang mandiri perawat, tindakan kolabratif yang sudah dilakukan atau
belum dan perkembangan klien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat
sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna.
Timbang terima dilakukan oleh perawat primer antar shift secara lisan dan tulisan.
Timbang terima merupakan teknik atau cara menyempaikan dan menerima
informasi yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima harus dilakukan
seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas komplit tentang tindakan
mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan saat itu. Informasi yang
disampaikan harus akurat sehingga kesimanbungan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer antar shift
secara lisan dan tulisan.
Selama ini timbang terima sudah dilakukan. Isi dan substansi timbang terima
yang dilakukan selama ini adalah identitas pasien, diagnosa medis, diagnosa
keperawatan, program terapi yang sudah dilakukan dan rencana tindakan yang akan
dilakukan. Timbang terima perlu terus ditingkatkan baik teknik maupun alurnya
karena timbang terima merupakan bagian penting dalam menginformasikan
permasalahan klien sehari-hari.
Keakuratan data yang diberikan saat timbang terima sangat penting, karena
dengan timbang terima ini maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan akan
bisa dilaksanakan secara berkelanjutan, mewujudkan tanggungajawab dan
tanggunggugat dari seorang perawat. Bila timbang terima yang telah dilakukan
dengan baik, maka akan muncul kerancauan dari tindakan keperawatan yang
diberikan karena tidak ada informasi yang bisa digunakan sebagai dasar pemberian
tindakan keperawatan. Hal ini akan menurunkan kualitas pelayanan keperawatan dan
menurunkan tingkat kepuasan pasien. Kegiatan timbang terima yang telah dilakukan
perlu dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan timbang terima, maka mahasiswa mampu mengkomunikasikan
hasil pelaksanaan asuhan keperawatan dengan baik dan mampu bermain peran,
sehingga kesinambungan informasi mengenai keadaan klien dapat dipertahankan.
2. Tujuan Khusus
a) Menyampaikan masalah, kondisi dan keadaan klien (data fokus).
b) Menyampaikan hal-hal yang sudah dan belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan pada klien.
c) Menyampaikan hal-hal yang perlu ditindak lanjuti oleh dinas berikutnya.
d) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
C. Manfaat
1. Bagi perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
b. Menjalin suatu hubungan kerjasama dan tanggungajawab antar perawat.
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap klien yang berkesinambungan.
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
2. Bagi klien
Klien mendapatkan pelanyanan kesehatan yang optimal.
3. Bagi rumah sakit
Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara komprehensif.
BAB II

KONSEP TEORI

A. Pengertian
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa diantaranya
handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross converage. Handover
adalah komunikasi oral dari infomasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat
pada pergantian shift jaga. Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handover
adalah transfer informasi termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat selama
perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakkukp peluang tentang
pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Handoffs juga meliputi
mekanisme transfer informasi yang dilakukan, tanggungjawab utama dan kewenangan
perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutkan perawatan.
Nursalam (2008), menyatakan timbang terima adalah salah satu cara dalam
menyampaikan sesuatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Handover
adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau transfer tanggungajawab tentang pasien
dari perawat yang satu ke perawat yang lain. Tujuan dari handover adalah
menyediakan waktu, informasi yang akurat tentang rencana perawatan pasien, tetapi
kondisi terbaru dan perubahan yang akan terjadi dan antisipasinya.
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu
laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan
yang harus dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antara shift, dapat
disampaikan juga informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang
telah atau belum dilaksanakan.
B. Tujuan Timbang Terima
1. Menyampaikan masalah, kondisi dan keadaan klien (data fokus).
2. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada klien.
3. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindak lanjuti oleh dinas
berikuktnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakuisisi, mereliabilisasi
komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan digunakan untuk
kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja. Timbang terima
(handover) memiliki 2 fungsi utama, yaitu:
a. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan
perawat.
b. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan
keputusan dan tindakan keperawatan.
C. Langkah-Langkah Dalam Timbang Terima
1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
2. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan disampaikan.
3. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift
selanjutnya, meliputi:
a. Kondisi atau keadaan pasien secara umum
b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
4. Penyampaian timbang terima diaras harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buru.
5. Perawat primer dan anggota kedua shift bersam-sama secara langsung melihat
keadaan pasien (Nursalam, 2002).
D. Prosedur Dalam Timbang Terima
1. Persiapan
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap.
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
2. Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing
penaggung jawab:
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima
dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta
hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserah terimakan kepada
perawat yang berikutnya.
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah:
 Identitas klien dan diagnosa medis.
 Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
 Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
 Intervendi kolaborasi dan dependen.
 Rencana umum dan persiapan yang perlu dialakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium atau
peneriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau
prosedur lain yang tidak dilaksanakan secara rutin.
e. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kuranng jelas.
f. Lama timbang terima untuk setiap klien lebih dari 5 menit kecuali pada
kondisi khusus dan memerlukan penjelasan secara lengkap dan rinci.
g. Perlaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku
laporan ruangan oleh perawat.
(Nursalam, 2002)
Timbang terima memiliki 3 tahapan:
a. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan tanggungjaawab.
Meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya.
b. Pertukaran shift jaga, diantara perawat yang akan pulang dan datang melakukan
pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu sendiri yang berupa pertukaran
informasi yang memungkinkan adanya komunikasi dua arah antara perawat yang
shift sebelumnya kepada perawat shift yang datang.
c. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggungjawab dan
tugas yang dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat yang menerima operan
untuk melakukan pengecekan data informasi pada medical record atau pada pasien
langsung.
E. Metode Dalam Timbang Terima
1. Timbang terima dengan metode tradisional
Menurut Kassesan dan Jagoo (2005) di sebukan bahwa operan jaga (handover)
yang masih tradisional adalah:
a. Dilakukan hanya di meja perawat.
b. Menggunakan komunikasi satu arah sehingga memungkinkan munculnya
pertanyaan atau diskusi.
c. Jika ada pengecekkan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara
umum.
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses
informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up to date.
2. Timbang terima dengan metode bedsite handover
Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan sekarang sudah
menggunakan bedside handover yaitu handover yang dilakukan di samping
tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga pasien secara
langsung untuk mendapatkan feedback. Secara umum materi yang disampaikan
dalam proses operan jaga baik secara tradisional maupun bedside handover tidak
jauh berbeda, hanya pada handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
a. Meningkatkan keterllibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait kondisi
penyakitnya secara up to date.
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan
perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien
secara khusus.
Bedside hand over juga tetap memperhatikan aspek kerahasiaan pasien jika ada
informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau persepsi
medis yang lain.
Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya:
a. Menggunakan Tape recorder
Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan kembali
saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa one way
communication.
b. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken
Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
c. Menggunakan komunikasi tertulis atau written
Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record saja
atau media tertulis lain.
Beberapa metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan bahkan
beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk dikombinasi.
Menurut Joint Commission Hospital Patient Safty, menyusun pedoman implementasi
untuk timbang terima, sebagai berikut:
1. Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya pertanyaan
dari penerima informasi tentang informasi pasien.
2. Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi terapi,
pelayanan, kondisi saat ini dan kondisi yang harus diantisipasi.
3. Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh perawat penerima
dengan melakukan pengecekan dengan membaca, mengulang atau
mengklarifikasi.
4. Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk perawatan
dan terapi sebelumnya.
5. Handover tidak disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan kegagalan
informasi atau terlupa.
F. Faktor-Faktor Dalam Timbang Terima
1. Komunikasi yang objektif antar sesama petugas kesehatan.
2. Pemahaman dalam penggunaan terminologi keperawatan.
3. Kemampuan menginterpresyasi medical record.
4. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
5. Pemahaman tentang prosedur klinik.
G. Efek Timbang Terima Dalam Shift Jaga
Timbang terima atau operan jaga memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi diri
seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-efek dari shift kerja
atau operan adalah sebagai berikut:
1. Efek Fisiklogi
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan
dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja
malam. Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk
dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.
2. Efek Psikososial
Efek ini berpengaruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis
hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan
mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat.
3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malan yang diakibatkan oleh efek fisiologis
dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kewaspadaan
pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.
4. Efek Terhadap Kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung terjadi
pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap
keseimbangan kadar gula daraj bagi penderita diabetes.
5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Surveri pengaruh kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan
Smith et al (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan
paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah
kecelakaan 0,69% per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan
bahawa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shoft malam. Terdapat
suatu kenyataan bahwa kkecelakaan cenderung banyak terjadi selama shift pagi
dan lebih banyak pada shift malam.
H. Dokumentasi dalam Timbang Terima
Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam komunikasi
keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan keperawatan, sarana
komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan dokumen pasien dalam pemberian
asuhan keperawatan. Ketrampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat
untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa
yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan oleh perawat.
Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain:
1. Identitas pasien.
2. Diagnosa medis pesien.
3. Dokter yang menangani.
4. Kondisi umum pasien saat ini.
5. Masalah keperawatan.
6. Intervensi yang sudah dilakukan.
7. Intervensi yang belum dilakukan.
8. Tindakan kolaborasi.
9. Rencana umum dan persiapan lain.
10. Tanda tangan dan nama terang.
Manfaat pendokumentasi adalah:
 Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat.
 Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan lainnya
tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.
 Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai informasi
mengenai pasien telah dicatat.
(Suarli & Yayan B, 2009)
I. Skema Timbang Terima

PASIEN

DIAGNOSA MEDIS DIAGNOSA


MASALAH KEPERAWATAN

RENCANA
TINDAKAN

YANG TELAH YANG AKAN


DILAKUKAN DILAKUKAN

PERKEMBANGAN
KEADAAN PASIEN

MASALAH:

 TERATASI
 BELUM
 SEBAGIAN
J. Mekanisme Kegiatan Timbang Terima

TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA


Pra Timbang 1. Kedua kelompok dinas 10 menit Nurse Karu
Terima sudah siap dan Station PP
berkumpul di Nurse PA
Station.
2. Karu mengecek
kesiapan timbang
terima tiap PP.
3. Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan
catatan (Work Sheet),
PP yang akan
mengoperkan,
menyiapkan buku
timbang terima
& nursing kit.
4. Kepala ruangan
membuka acara
timbang terima
dilanjutkan dengan
doa.
Pelaksanaan 1. PP dinas pagi 20 menit Nurse Karu
Timbang melakukan timbang Station PP
Terima terima kepada PP dinas PA
sore. Hal-hal yang
perlu disampaikan PP
pada saat timbang
terima :
a. Identitas klien dan
diagnosa medis
termasuk hari rawat
keberapa atau post
op hari keberapa.
b. Masalah
keperawatan.
c. Data yang
mendukung.
d. Tindakan
keperawatan yang Disamping
sudah/belum tempat
dilaksanakan. tidur klien
e. Rencana umum
yang perlu
dilakukan:
Pemeriksaan
penunjang, konsul,
prosedur tindakan
tertentu.
2. Karu membuka dan
memberi salam kepada
klien, PP pagi
menjelaskan tentang
klien, PP sore
mengenalkan anggota
timnya dan melakukan
validasi data.
3. Lama timbang terima
setiap klien kurang lebih
5 menit, kecuali kondisi
khusus yang
memerlukan keterangan
lebih rinci.
Post timbang 1. Klarifikasi hasil 5 menit Nurse Karu
terima validasi data oleh PP station PP
sore. PA
2. Penyampaian alat- alat
kesehatan.
3. Laporan timbang
terima ditandatangani
oleh kedua PP dan
mengetahui Karu
(kalau pagi saja).
4. Reward Karu terhadap
perawat yang akan dan
selesai bertugas.
5. Penutup oleh karu.
Hal yang perlu diperhatikan:
 Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift.
 Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab
 Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
 Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
 Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.
 Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume yang cukup
sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi
klien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara
langsung di dekat klien.
 Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya
dibicarakan di nurse station.
(Nursalam, 2008)
K. Evaluasi dalam Timbang Terima
1. Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara
lain : Catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift timbang terima.
Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada
pergantian shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan kegiatan timbang terima pada shift
sore ke malam dipimpin oleh perawat primer.

2. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh
seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat
primer malam menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti
shift. Timbang terima pertama dilakukan di nurse station kemudian ke bed klien
dan kembali lagi ke nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah klien,
masalah keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan
serta pesan khusus bila ada. Setiap klien dilakukan timbang terima tidak lebih dari
5 menit saat klarifikasi ke klien.
3. Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat dapat
mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu laporan
yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang
harus dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift,dapat
disampaikan juga informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang
telah atau belum dilaksanakan.
Timbang terima adalah satu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien (Nursalam, 2002). Timbang terima
bertujuan untuk kesinambungan informasi mengenai keadaan klien secara menyeluruh
sehingga tercapai asuhan keperawatan yang optimal.
B. SARAN
Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat kiranya lebih mematuhi SOP yang
ditetapkan, menerapkan kerjasama dengan tim kesehatan dalam pemberian pelayanan
kesehatan, menerapkan komunikasi yang baik terhadap pasien dan keluarga serta
tenaga kesehatan lainnya, peka dalam menyelesaikan masalah terhadap kejadian tidak
diharapkan, mendokumentasikan dengan benar semua asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien dan keluarga. Pada laporan timbang terima hendaknya
dilengkapi dengan tanda tangan PP pagi dan PP sore sebagai dokumentasi
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, (2002). Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Salemba Medika. Jakarta.

Gillies, (1989). Managemen Keperawatan Suatu pendekatan Sistem, Edisi Terjemahan. Alih


Bahasa Dika Sukmana dkk. Jakarta.

PSIK, (2003). Buku Panduan Manajemen Keperawatan : Program Pendidikan Ners.


Surabaya.

Depkes RI. 2006. Panduan Nasional Keselamatan Pasien di Rumah Sakit.


Online.http://www.inapatsafety-persi.or.id/data/panduan.pdf.Diakses tanggal 26 Januari
2013.

Anda mungkin juga menyukai