Anda di halaman 1dari 94

LAPORAN PRAKTIK PROFESI

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


RW 18 KELURAHAN SENDANGMULYO
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU
KOTA SEMARANG

PERIODE 1 APRIL – 4 MEI 2019

DISUSUN OLEH KELOMPOK I:

Dwy Rizqi G3A018001 Imam AY G3A018003


Puji Pangesti R G3A018046 Dewi Yulaikhah G3A018005
Zalfi Isro’I A G3A018004 Siti Raudah G3A018028
Nyono G3A018024 Rizqi Auwaluwiyati G3A018029
Aditya Tri N G3A018026 Nila Shaumayantika G3A018030

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


RW 18 KELURAHAN SENDANGMULYO
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU
KOTA SEMARANG

Disetujui pada

Hari :……………………………….
Tanggal : ……………………………….

Pembimbing Akademik Pembimbing Masyarakat

(Edy Soesanto, S.Kp., M.Kes) (Ns. Mukti Setiawan S.Kep)

Koordinator Stase Komunitas

(Ns. Heryanto Adi Nugroho, M.Kep., Sp.Kom)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Tim penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Kegiatan Praktek Belajar Lapangan dengan judul”Asuhan Keperawatan
Komunitas Fokus Pada Masalah Kesehatan diRw 18 SendangmulyoKecamatan
Tembalang Kota Semarang.
Penulisan laporan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menempuh pendidikan Profesi Ners UniversitasMuhammadiyah Semarang. Tim
penulis telah berupaya seoptimal mungkin untuk dapat menyelesaikan laporan
kegiatan praktik profesi di komunitas ini dengan sebaik-baiknya, namun Tim
penulis menyadari banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu Tim
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Tim penulis berharap semoga laporan kegiatan praktik profesi di komunitas
ini bermanfaat bagi Tim penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.Dalam
penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini Tim penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Ns. Heryanto Adi Nugroho, M.Kep., Sp.Kom selaku koordinator Stase
Komunitas
2. Edy Soesanto, S.Kp., M.Kesselaku Pembimbing Akademik Departemen
Keperawatan Komunitas
3. Ns. Mukti, S.Kep selaku Pembimbing Masyarakat
4. Pak Lurah Sendangmulyo, RT/RW, ibu kader dan muda mudi serta warga yang
telah menerima kami dengan baik.
5. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu.
Mudah-mudahan bantuan, bimbingan dan budi baik yang telah diberikan
pada penulis mendapat balasan dengan limpahan berkat dan anugrah dari Allah
SWT.

iii
DAFTAR ISI

iv
DAFTAR TABEL

v
DAFTAR GAMBAR

vi
DAFTAR DIAGRAM

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan komunitas merupakan perpaduan antara ilmu praktek
keperawatan klinik dan ilmu keperawatan komunitas dengan tujuan untuk
mempertahankan kesehatan di komunitas dan melindungi kelompok yang
berfokus pada promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan individu dan
kelompok dalam suatu komunitas (Stanhope & Lancaster, 2004). Ilmu
keperawatan komunitas adalah suatu perpaduan antara pelayanan keperawatan
dalam kesehatan komunitas. Disini terjadilah proses alih peran dari perawat
kesehatan komunitas kepada klien (individu, keluarga, kelompok, masyarakat)
sehingga terjadi kemandirian (Nies & Mc Ewen, 2007).
Proses keperawatan komunitas (nursing process community) dalam
pelaksanaanya diutamakan masyarakat menjadi mitra sehingga strategi
pelayanan kesehatan yang utama merupakan pendekatan yang juga menjadi
acuan pelayanan kesehatan yang diberikan (Anderson & McFarlane, 2008).
Pelayanan yang diberikan dengan berbagai inovasi yang dilakukan di
bidang kesehatan, perubahan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
terjadi peningkatan usia harapan hidup warga Indonesia dan ini memberikan
dampak tersendiri dalam upaya peningkatan derajat/status kesehatan
penduduk (Stanhope & Lancaster, 2004).
Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk
mencapai peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah
merupakan hakekat pembangunan kesehatan yang termuat di dalam sistem
kesehatan nasional dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari
tujuan nasional. Agar tujuan tersebut dapat tercapai secara optimal, diperlukan
partisipasi aktif dari seluruh masyarakat bersama petugas kesehatan. Hal ini
sesuai dengan telah diberlakukannya UU No. 23 tahun 1992 yaitu pasal 5
yang menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam

1
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan
lingkungan (Anderson & Mc Farlane, 2008).
Bentuk peran serta masyarakat diantaranya dapat berupa ikut serta
dalam kegiatan kelompok kerja kesehatan yang ada di masyarakat,
diantaranya kegiatan dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan balita, anak
remaja, dewasa, lansia dan lingkungannya.
Keluarga binaan adalah keluarga yang beresiko tinggi terhadap
berbagai masalah kesehatan yang ditentukan untuk dibina oleh mahasiswa
beserta kader kesehatan setempat. Setiap mahasiswa mempunyai 2 keluarga
binaan dengan resiko tinggi sebagai kasus keluarga yang tersebar di RW 18
dengan tujuan menciptakan kemandirian keluarga dalam memelihara
kesehatan sehingga ada 20 warga binaan yang dibina oleh 10 mahasiswa.
Pendekatan secara kelompok dilakukan dengan cara pembentukan kelompok
kerja kesehatan dan memberdayakan kader kesehatan.
Pendekatan yang dilakukan dari masing-masing komponen diharapkan
dapat memberikan hasil yang lebih nyata kepada masyarakat. Sedangkan
pendekatan masyarakat sendiri dilakukan melalui kerjasama yang baik dengan
instansi terkait, dan seluruh komponen desa untuk mengikutsertakan warga
dalam upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan. Masyarakat yang
dimotori oleh kader kesehatan diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan
yang terjadi di wilayahnya, beberapa masalah kesehatan yang ditemukan di
RW 18 adalah penyakit DBD, Diare, dan ISPA. Upaya meningkatkan
kemampuan bekerja dengan individu, keluarga dan kelompok ditatanan
pelayanan kesehatan komunitas dengan menerapkan konsep kesehatan dan
keperawatan komunitas, serta sebagai salah satu upaya menyiapkan tenaga
perawat profesional dan mempunyai potensi keperawatan secara mandiri
sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai, maka mahasiswa program studi
Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Semarang melaksanakan praktek
keperawatan kesehatan komunitas di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu.
Kelurahan Sendangmulyo merupakan salah satu daerah binaan Puskesmas.
Wilayah RW yang digunakan saat ini untuk praktek keperawatan kesehatan

2
komunitas dan fokus pada laporan adalah asuhan keperawatan komunitas di
wilayah RW 18 Kelurahan Sendangmulyo. Jumlah kepala keluarga di
wilayah RW 18 kelurahan Sendangmulyo sebanyak 322 KK.
Setelah praktek berakhir , mahasiswa menyerahkan tanggung jawab
secara keseluruhan kepada kader dalam mengatasi masalah kesehatan dengan
pembinaan dari puskesmas. Selanjutnya pencapaian hasil dilaporkan kepada
Puskesmas untuk ditindak lanjuti. Harapan yang ada, masyarakat akan mandiri
dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah, Bagaimana
asuhan keperawatan di RW 18 Kelurahan Sendangmulyo Kecamatan
Tembalang?”

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat
sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat di RW
18 Kelurahan Sendangmulyo Kecamatan Tembalang agar dapat
menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka
miliki.
2. Tujuan khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan komunitas di RW 18
Kelurahan Sendangmulyo Kecamatan Tembalang selama 5 minggu
diharapkan mahasiswa dapat:
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang ada di
RW 18
b. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah.
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/
keperawatan.
d. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang ada di RW 18

3
e. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pelayanan kesehatan/keperawatan.
f. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara
mandiri (self care).
g. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.
h. Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan
terhadap masalah kesehatan.

D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Masyarakat RW 18 Kelurahan Sendangmulyo Kecamatan Tembalang
Dapat mengetahui masalah yang muncul dilingkungan sekitar
serta memberikan gambaran lingkungan di RW 18 meliputi demografi,
lingkungan rumah, pendidikan dan jumlah populasi penduduk.
2. Puskesmas
Memberikan gambaran tentang status kesehatan dan kegiatan-
kegiatan kesehatan serta sosial kemasyarakatan yang ada di masyarakat
RW 18 Kelurahan Sendangmulyo Kecamatan Tembalang.
3. Mahasiswa
Menambah pengetahuan dan pengalaman secara langsung dalam
memberikan asuhan keperawatan individu, keluarga, kelompok dan
komunitas khususnya di RW 18 Kelurahan Sendangmulyo Kecamatan
Tembalang.

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan laporan Akhir Praktek
Keperawatan Komunitas Di Wilayah RW 18 Kelurahan Kecamatan
Tembalang ini sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan, manfaat laporan
dan sistematika penulisan.

4
BAB II : Tinjauan teori yang terdiri dari tinjauan tentang pelayanan
kesehatan utama, konsep keperawatan komunitas, peran keperawatan
komunitas, asuhan keperawatan komunitas, teori perubahan komunitas
BAB III : Aplikasi keperawatan komunitas yang terdiri dari tahap
persiapan, tahap pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan komunitas,
tahap perencanaan, tahap implementasi serta tahap evaluasi
BAB IV : Pembahasan berisi tentang yang hal-hal yang perlu dibahas mulai
dari tahap pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, implementasi dan
tahap evaluasi dengan membandingkan dari teori yang ada
BAB V : Penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran
Daftar pustaka dan lampiran-lampiran

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pelayanan Kesehatan Utama


Pelayanan kesehatan utama berdasarkan kepada metode dan teknologi
praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima di dalam masyarakat melalui
partisipasi sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat dijangkau negara untuk
memelihara setiap perkembangan masyarakat untuk hidup mandiri (self
reliance) dan menentukan nasib sendiri (self determinan) merupakan bentuk
dari PHC (Primary Healtly Care).banyak dari konsep-konsep dasar untuk
PHC yang akrab bagi praktisi kesehatan masyarakat yaitu pencegahan,
cakupan universal dan aksesibilitas, keterjangkauan, kerja tim, penetapan
prioritas untuk mengatasi masalah lokal, manajemen yang efektif, partisipasi
masyarakat, dan kepekaan budaya. PHC menggeser penekanan pelayanan
kesehatan untuk masyarakat sendiri dan kebutuhan mereka dan memperkuat
kapasitas mereka untuk membentuk kehidupan mereka sendiri (Anderson &
Mc Farlane, 2008).
Tujuan umum PHC adalah mencoba menemukan kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan sehingga akan dicapai
tingkat kepuasan pada masyarakat yang menerima pelayanan (Anderson &
Mc Farlane, 2008).
Fungsi PHC meliputi pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit,
diagnosa dan pengobatan, pelayanan tindak lanjut, dan pemberian sertifikat.
Unsur utama dalam PHC yaitu mencakup upaya-upaya dasar kesehatan
melibatkan peran serta masyarakat, melibatkan kerjasama lintas sektor dan
prinsip dasar dalam PHC meliputi hal yaitu pemerataan upaya kesehatan,
penekanan pada upaya preventif, menggunakan teknologi tepat guna,
melibatkan peran serta masyarakat, melibatkan kerjasama lintas sektor
(Anderson & Mc Farlane, 2008).
Delapan elemen esensial PHC yaitu pendidikan untuk pengenalan dan
pencegahan atau pengendalian masalah kesehatan, penyediaan makanan dan

6
gizi yang tepat, penyediaan air bersih dan sanitasi dasar yang adekuat,
kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan Keluarga Berencana (KB),
imunisasi melawan penyakit infeksi utama; pencegahan dan pengendalian
penyakit endemis setempat, penatalaksanaan yang tepat penyakit-penyakit
umum dengan menggunakan teknologi yang tepat, promosi kesehatan mental,
dan penyediaan obat-obatan esensial (McMurray, 2003).
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat utama adalah individu,
keluarga atau kelompok, dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan
primer, sekunder, dan tersier. Oleh karenanya pendidikan masyarakat tentang
kesehatan dan perkembangan sosial akan membantu masyarakat dalam
mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan
menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang
optimal (Anderson & Mc Farlane,2008).

B. Konsep Perawatan Kesehatan Komunitas


1. Pengertian Perawatan Kesehatan Masyarakat
Kesehatan menurut WHO (1974) dalam McMurray (2003) yang
dikatakan sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan
fisik, mental dan sosial buka semata-mata bebas dari penyakit atau
kelemahan. Asumsi dasar komunitas menurut American Nurses Assistition
(ANA,1980) didasarkan pada asumsi sistem pelayanan kesehatan bersifat
kompleks, pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier merupakan
komponene pelayanan kesehatan, keperawatan merupakan subsistem
pelayanan kesehatan, dimana hasil pendidikan dan penelitian melandasi
praktek, fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan
komunitas perlu dikembangkan ditatanan kesehatan utama (Mubarok,
2009). Komunitas adalah sekelompok individu yang tinggal diwilayah
tertentu dengan berbagai karakteristik berdasarkan jenis kelamin, usia,
fisik dan budaya (McMurray, 2003). Perawatan komunitas adalah
pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat
dengan menekankan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya

7
pencapaian dejarat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit
dan peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan (Anderson
& Mc Farlane, 2008).
Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan mengacu kepada asumsi-
asumsi dasar mengenai perawatan kesehatan masyarakat yaitu bagian
integral dari pelayanan kesehatan khususnya perawatan, merupakan
bidang khusus keperawatan, gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu
kesehatan masyarakat dan ilmu sosial (interaksi sosial dan peran serta
masyarakat), sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok
khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit, ruang lingkup
kegiatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan
resosialitatif dengan penekanan pada upaya preventif dan promotif,
melibatkan partisipasi masyarakat, bekerja secara team (bekerjasama),
menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku, menggunakan
proses keperawatan sebagai proses ilmiah, bertujuan meningkatan
kemampuan untuk hidup sehat dan derajat kesehatan masyarakat secara
keseluruhan (Stanhope & Lancaster, 2004).
Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar
tersebut, maka dapat kembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai
landasan praktek keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan
komunitas, keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang
memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-
kultural dan spiritual) terhadap kesehatan komunitas, dan memberikan
prioritas pada strategi penyegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.
Falsafah yang melandasi keperawatan komiunitas yang mengacu
kepada paradigma keperawatan yang terdiri dari empat hal penting, yaitu:
manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat
dirumuskan sebagai berikut pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
adalah pekerjaan yang luhur dan manusiawi yang ditunjukkan kepada

8
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, perawatan kesehatan
masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan kemanusiaan untuk
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia
yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya,
pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat
diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya
kesehatan, upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif, pelayanan keperawatan
kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung secara
berkesinambungan, pelayanan kesehatan masyarakat sebagai provider dan
klien sebagai konsumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin
suatu hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan
dalam kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan kearah peningkatan status
kesehatan masyarakat,mengembangkan tenaga keperawatan kesehatan
masyarakat direncanakan secara berkesinambungan dan terus-menerus,
individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas
kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan
berpartisispasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri (Anderson
& Mc Farlane, 2008).

2. Tujuan Perawatan Kesehatan Masyarakat


Menurut Anderson dan Mc Farlane (2008), tujuan dari perawatan
kesehatan komunitas antara lain:
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga
tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi
kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.
b. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga,
kelompok khusus dan masyarakat dalam hal mengidentifikasi masalah
kesehatan dan keperawatan yang dihadapi, menetapkan masalah

9
kesehatan atau keperawatan dan prioritas ataumasalah, merumuskan
berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan atau keperawatan,
menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi,
penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan
keperawatan,mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pelayanan kesehatan/ keperawatan, meningkatkan kemampuan
dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care), menanamkan
perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan, lebih sepesifik lagi
adalah untuk menunjang fungsi Puskesmas dalam menurunkan angka
kematian bayi, ibu dan balita serta diterimanya norma keluarga kecil
bahagia dan sejahtera, dan tertanganinya kelompok-kelompok resiko
tinggi yang rawan terhadap masalah kesehatan.

3. Paradigma Keperawatan
Falsafah keperawatan merupakan pandangan mendasar tentang
hakikat manuasia dan esensial keperawatan yang menjadi kerangka
dasar dalam praktik keperawatan. Keperawatan komunitas merupakan
pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan,
baik biologis, psikologis, sosial, kultural dan spiritual terhadap kesehtan
komunitas. Selain itu hal ini juga memberikan prioritas pada strategi
pencegahan penyakit dan pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas pada
falsafah atau paradigma keperawatan secara umum yaitu manusia
merupakan titik sentral dari setiap upaya pembangunan kesehatan yang
menjunjung tinggi niali–nilai kemanusiaan. Bertolak dari pandangan
ini, disusunlah paradigma keperawatan komunitas yang terdiri atas
emapat komponen dasar yaitu manusia, kesehatan, lingkungan dan
keperawatan ( Mubarok, 2009).

10
Paradigma keperawatan terdiri dari manusia, kesehatan,
keperawatan dan lingkungan maka ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Manusia
Fokus model Neuman ini didasarkan pada philosophy
bahwa manusia dipandang secara total sebagai suatu sistem yang
multidimensional.5 variabel subsistem manusia adalah :
1) Fisiologi : merupakan struktur fisik dan biokimia serta fungsi
tubuh manuasia
2) Psikologis : adalah proses mental dan emosional manusia
3) Sosio kultural : hubungan antara manusia, culture yang
mendasari dan mempengaruhi aktivitas manusia
4) Spiritual : kepercayaan
5) Perkembangan : segala sesuatu proses yang berhubungan
dengan perkembangan manusia sepanjang siklus
kehidupannya.
Manusia merupakan komponen paradigma keperawatan
yang menjadi salah satu fokus dari pelayanan keperawatan.
Manusia sebagai klien yang merupakan makhluk biopsikososial
dan spiritual yang merupakan kesatuan dari aspek jasmani dan
rohani , yang memiliki sifat unik dengan kebutuhan berbeda – beda
sesuai dengan tingkat perkembangannya masing – masing. Dengan
demikian, apabila terjadi masalah pada seorang klien tidak hanya
cukup dengan memberi obat saja tetapi perawat juga perlu
memberikan pendekatan keseluruhan yaitu semua faktor yang ada
baik fisik mental maupun sosial
Manusia sebagai makhluk biologis yaitu manusia memiliki
kaidah jasmaniah yang terpadu, diamna bentuk manusia terdiri atas
organ – organ yang bekerja sebagai suatu sistem yang utuh
sehingga apabila ada salah satu organ terganggu maka akan
berpengaruh pada semua sistem tubuhnya. Selain itu masing

11
masing organ manusia mempunyai fungsi dan selalu memiliki daur
yang sama yaitu dilahirkan, berkembang dan mati.
Manusia sebagai makhluk yang memiliki jiwa (psikologi)
diamana manusia mempunyai struktur kepribadian sehingga
tingkah lakunya merupakan manifestasi dari kejiwaannya. Manusia
adalah satu kesatuan yang utuh antara jiwa dan raga, mempunyai
pandangan hidup, memiliki daya pikir, kecerdasan, pendapat,
diperintah oleh ego, dan dipengaruhi perasaan seperti perasaan
sedih dan senang, sehingga pribadi dapat berkembang.
Manusia sebagai makhluk sosial yaitu sejak lahir manusia
tidak dapat hidup tanpa orang lain karena manusia merupakan satu
sistem yang saling bergantung sehingga perlu bekerja sama untuk
memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya. Manusia selalu
dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan dituntut untuk dapat
beradaptasi dan bertinkah laku sesuai harapan, norma atau nilai
yang ada serta menjadi anggota keluarga dan masyarakat.
b. Kesehatan
Neuman (1995) melihat bahwa kesehatan merupakan suatu
kondisi dimana terdapat keserasian pada seluruh maupun sebagian
variabel dalam diri klien. Menurutnya, sistem klien akan bergeser
ke arah sakit dan kematian ketika banyak energi yang dibutuhkan
tidak terpenuhi, sedangkan sistem akan begeser ke arah kesehatan
apabila energi yang dibutuhkan terpenuhi (Neuman, 1995).
Dalam kesehatan terdapat konsep sehat dan konsep sakit.
Sehat yaitu kondisi terbebasnya sesorang dari ganguan pemenuhan
kebutuhan dasar manusia atau komunitas. Sehta merupakan
keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan
mengatsi stresor. Dari definisi tersebut dapat dibuat suatu batas
bahwa sehat fisik adalah suatu keadaan dimana bentuk fisik dan fal
seseorang tidak mengalami gangguan sehingga memungkinkan

12
mental/ psikologis dan sosialnya berkembang serta dapat
melaksanakan kegiatan sehari–hari dengan normal.
Sehat mental yaitu suatu kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari
seseorang dan perkembangan itu berjalan selama dengan orang
lain. Sedangkan sehat sosial yaitu peri kehidupan dalama
masyarakat, di mana peri kehidupan ini harus sedemikian rupa
sehingga setiap warga mempunyai cukup kemampuan untuk
memelihara dan memajukan kehidupan sendiri serta kehidupan
keluarganya dalam masyarakat yang memungkinkannys bekerja,
beristirahat dan menikmati hiburan pada waktunya.
Konsep sakit menurut Parkin’s dalam Mubarok, (2009)
adalah suatu keadaan tidak menyenangkan yang menimpa
seseorang sehingga menimbulkan gangguan dalam beraktivitas
sehari – hari, baik aktivitas jasmani, rohani maupun sosial. Berarti
sakit suatu keadaan yang memperlihatkan adanya keluhan dan
gejala sakit secara subjeltif dan objektif sehingga penderita tersebut
memerlukan pengobatan dan mengembalikan dirinya ke keadaan
sakit.
Proses pencegahan penyakit (stage of disease prevention)
tidak dapat dipisahkan dari kondisi lingkungan dan sejarah
terjadinya penyakit. Pada dasarnya mencegah suatu penyakit lebih
baik daripada mengobati. Artinya pencegahan sendiri berarti
mengadakan inhibisi terhadap perkembangan suatu penyakit
sebelum penyakit tersebut terjadi. Tingkat pencegahan dari suatu
penyakit dibedakan menjadi 3 macam yaitu pencegahan primer
(primary prevention), pencegahan sekunder (secondary prevention)
dan pencegahan tersier (tertiery prevention) (Mubarok,2009).
c. Lingkungan
Neuman (1995) berpendapat bahwa lingkungan harus
dilihat secara total. Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada

13
disekitar manusia, baik lingkungan internal maupun eksternal,
dimana di dalamnya manusia akan berinteraksi setiap saat.
Interaksi manusia meliputi intrapersonal, interpersonal dan
ekstrapersonal yang dapat mempengaruhi stabilitasnya sebagai
suatu sistem.
Neuman mengidentifikasi 3 jenis lingkungan :
1) Lingkungan internal : adalah yang terdapat di dalam diri
masing-masnig individu
2) Lingkungan eksternal : segala sesuatu yang berada di luar diri
individu
Created environment (lingkungan yang diciptakan)
diartikan sebagai lingkungan yang terbentuk dan berkembang tanpa
disadari oleh klien dan merupak simbol sistem secara keseluruhan.
Lingkungan merupakan komponen dalam pradigma
keperawatan yang mempunyai implikasi sangat luas bagi
berlangsungnya hidup manusia, khususnya menyangkut status
kesehtan seseorang. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa
lingkungan internal dan ekstrenal yang berpengaruh baik secara
langsung maupun tidak langsung pada individu, kelompok atau
masyarakat seperti lingkungan yang bersifat biologis, psikologis,
sosial, kultural dan spiritual, iklim, sitem perekonomia, serta
politik. Bila keseimbangan lingkungan ini tidak terjaga dengan baik
maka akan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit.
Hubungan sehat sakit dan lingkungan yaitu derajat atau
tingkat status kesehtan masyarakaat dinyatakan dengan keadaan
kesehtan masyarakat. Pada dasarnya kondisi status kesehatan suatu
masyarakat merupakan spektrum yang luas antara masyarkat yang
berada dalam keadaan sehat optimal sampai masyarakat yang
berada dalam keadaan sakit berat atau menjelang kematian
(Mubarok,2009).

14
d. Keperawatan
Neuman (1995) memandang keperawatan sebagai suatu
profesi yang unik yang konsentrasi/ perhatiannya adalah terhadap
semua variabel dalam diri klien disertai respon individu saat
menghadapi suatu stressor.
Keperawatan didefenisikan sebagai suatu tindakan untuk
membantu individu, keluarga dan masyarakat untuk mencapai
derajat kesehatan yang optimal (tercapainya stabilitas sistem
individu untuk menurunkan stressor melalui serangkaian tindakan
keperawatan). Berdasarkan falsafah di atas maka dikembangkan :
tujuan, sasaran dan strategi intervensi keperawatan komunitas.
Neuman (1995) memandang keperawatan sebagai suatu profesi
yang unik yang konsentrasi/perhatiannya adalah terhadap semua
variabel dalam diri klien disertai respon individu saat menghadapi
suatu stressor.
Keperawatan didefenisikan sebagai suatu tindakan untuk
membantu individu, keluarga dan masyarakat untuk mencapai
derajat kesehatan yang optimal (tercapainya stabilitas sistem
individu untuk menurunkan stressor melalui serangkaian tindakan
keperawatan). Berdasarkan falsafah di atas maka dikembangkan:
tujuan, sasaran dan strategi intervensi keperawatan komunitas.
Dalam memberikan pelayanan kesehtan, perawat akan
menghadapi berbagai individu yang unik. Setiap individu memiliki
banyak segi, baik dalam struktur maupun dalam fungsinya dan
individu tersebut secara terus – menerus mengadakan interaksi
terhadap lingkungan yang selalu berubah, perawat diharapkan
mampu menganalisis secara teoritis faktor yang ada dalam setiap
situasi dan mengambil keputusan yang tepat. Agar dapat
melaksanakan tugas sesuai dengan tuntutan tersebut, perawat harus

15
dapat mengadakan interaksi terhadap lingkungan yang selalu
berubah.
Perawat diharapkan mampu menganalisis secara teoritis
faktor yang ada dalam setiap situasi dan mengambil keputusan
yang tepat. Agar dapat melaksankan tugas sesuai dengan tuntutan
tersebut, perawat harus dapat mengadakan pendekatan dengan klien
sehingga dapat tercapai perawatan yang bermutu dalam memenuhi
kebutuhan klien melalui proses perawatan secara mendalam.
Intervensi atau tindakan yang dilakukan bertujuan untuk menekan
stresor atau meningkat kemampuan klien dalam menghadapi
stresor melalui upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Oleh karena itu perawat komunitas dituntut memahami
beberpa konsep yang mencakup konsep asuhan keperawatan agar
mampu memberikan yang paripurna dan efektif pada semua orang
yang memerlukan pelayanan kesehtan sesuai dengan Sistem
Kesehtan nasional (SKN), menjamin bahwa semua bantuan
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan klien, melibatkan klien
dalam perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan dan
memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua anggota tim
kesehatan.

4. Sasaran Keperawatan Komunitas


Menurut Anderson dan Mc Farlane (2008), sasaran perawatan
kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai
masalah kesehatan/ perawatan.
a. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila
anggota individu tersebut mempunyai masalah kesehatan atau
keperawatan karena ketidakmampuan merawat diri sendiri oleh

16
suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota
keluarga lainnya baik secara fisik maupun sosial.
b. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat terdiri
atas kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan
tinggal dalam satu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan
perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan
berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga
mempunyai masalah kesehatan/ keperawatan, maka akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya dan keluarga-
keluarga yang ada disekitarnya.
c. Kelompok Khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang
mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan
yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan.
Termasuk diantaranya adalah:
1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhannya, seperti ibu hamil, bayi
baru lahir, balita, anak usia sekolah dan usia lanjut
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan
pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan,
diantaranya adalah penderita penyakit menular, seperti : TBC,
Lepra, AIDS, penyakit kelamin lainnya. Serta penderita
dengan penyakit tidak menular, seperti : penyakit Diabetes
Mellitus, Jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan
lain sebagainya
3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit,
diantaranya wanita tuna susila, kelompok penyalahgunaan
obat dan narkoba, kelompok-kelompok pekerja tertentu dan
lain-lain

17
4) Lembaga sosial, perawatan, dan rehabilitasi, diantaranya
adalah panti wredha, panti asuhan, pusat-pusat rehabilitasi
(cacat fisik, mental dan sosial) dan penitipan balita
d. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan
bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri
mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial
dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat
merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling
tergantung dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalam
berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul banyak
permaslahan, baik .

5. Strategi Perawatan Kesehatan Masyarakat


a. Pendidikan kesehatan
Menurut Mc Murray (2003), pendidikan kesehatan adalah
beberapa rencana pendidikan yang bertujuan untuk memelihara
kesehatan masyarakat. Bentuk dari pendidikan kesehatan adalah
program pendidikan kesehatan yang disusun untuk mengurangi
resiko dimana peran dari penyuluh kesehatan adalah memberikan
informasi pilihan bagi masyarakat mengenai pemberdayaan sumber
daya manusia dalam memilih cara-cara sehat untuk hidupnya.
Elemen-elemen penting dalam pendidikan kesehatan yaitu
perencanaan, respon audience, setting tempat dan waktu,
kemampuan koselor (penyuluh kesehatan) dan metode evaluasi
Sedangkan Menurut Stanhope dan Lancaster (2004),
promosi kesehatan adalah sekumpulan kegiatan pendidikan
kesehatan yang bertujuan untuk memperoleh gaya hidup sehat.
Perbedaan antara promosi dan pendidikan kesehatan yaitu promosi
kesehatan lebih berfokus pada wujud kwgiatan sedangkan

18
pendidikan kesehatan lebih berfokus pada teknik pelaksanaan
kegiatan.
b. Pemberdayaan Sumber Daya Masyarakat (Empowering)
Menurut Mc Murray (2003), empowering adalah suatu
strategi kesehatan masyarakat pada tingkat komunitas yang
berbentuk partisipasi dari masyarakat dalam upaya perubahan
derajat kesehatan. Konsep empowering berdasarkan pada kondisi
masyarakat yang sakit atau penyembuhan terhadap suatu penyakit
berdasarkan informasi dan support system yang ada sehingga
mampu memperbaiki kondisi masyarakat sehingga dapat menjadi
lebih baik atau sembuh.
Sedangkan menurut Anderson dan McFarlane (2007), peran
perawat dalam pemberdayaan komunitas adalah membengun
kemitraan yang efektif melalui partisipasi komunitas.
Pemberdayaan melalui partisipasi masyarakat memiliki tiga elemen
penting yaitu partisipasi adalah suatu proses aktif yang tidak
mengandung makna pemaksaan nilai-nilai dari kelompok atau
organisasi kepada komunitas. Partisipasi termasuk juga pilihan
dimana masyarakat memiliki hak dan kekuatan untuk membuat
keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka. Keputusan
yang merupakan hasil partisipasi harus cenderung efektif dan ada
system social yang memungkinkan keputusan tersebut
diimplementasikan
c. Bekerjasama dengan kelompok
Menurut Stanhope dan Lancaster (2004), kelompok adalah
sekumpulan individu yang berinteraksi dan mempunyai tujuan atau
berbagai tujuan dimana tiap anggota saling mempengaruhi dan
sebaliknya dipengaruhi oleh masing-masing anggota lain dalam
keadaan tertentu. Bekerjasama dengan kelompok-kelompok
merupakan ketrampilan penting dari perawatan masyarakat.
Perawatan kesehatan masyarakat yang bekerjasama dengan

19
kelompok-kelompok harus mempunyai pengertian tentang konsep-
konsep kelompok, berpraktik dalam kerja kelompok, dan
menghargai pemakaian proses kelompok. Melalui kelompok orang
bisa menyatakan pandangan dan menghubungkannya dengan
pandangan orang lain.
Tujuan utama bekerja sama dengan kelompok-kelompok
masyarakat adalah untuk membuat perubahan-perubahan kesehatan
yang diperlukan. Pengelompokan-pengelompokan yang cocok
untuk pekerjaan terdiri dari kelompok-kelompok yang sudah
terbentuk, dan kelompok-kelompok masyarakat yang bersanksi dan
kelompok-kelompok yang anggotanya diseleksi oleh perawat yang
mewakili berbagai sector masyarakat. Kelompok-kelompok
masyarakat yang ada dibentuk untuk maksud-maksud masyarakat
yang lebih luas seperti kelompok eksekutif yang dipilih, kelompok
perencana kesehatan, kelompok aktifitas wanita, konsultan
masyarakat yang merupakan sumber-sumber yang sangat baik
untuk pengkajian kesehatan karena merupakan bagian dari maksud-
maksud yang sedang berlangsung untuk menentukan dan memberi
respon kepada kebutuhan-kebutuhan masyarakat (Stanhope &
Lancaster, 2004).
d. Kemitraan
Menurut Stanhope dan Lancaster (2004), kemitraan
merupakan konsep esensial bagi perawat kesehatan masyarakat
karena merupakan konsep masyarakat, klien masyarakat dan
kesehatan masyarakat. Kemitraan didefinisi sebagai tenaga yang
terinformasi, fleksibel, didistribusi berdasarkan negoisasi
(redistribusi) tenaga diantara para peserta dari proses perubahan
demi peningkatan kesehatan. Peran dari mitra-mitra dalam
kesehatan mencakup memperhatikan dengan penuh simpati,
memberi nasehat, melakukan rujukan yang menggunakan program-

20
program yang telah ditentukan. Bentuk-bentuk kemitraan antara
lain:
1) Kemitraan pasif yaitu penduduk atau masyarakat dipandang
sebagai sumber-sumber data dan resipien intervensi.
2) Kemitraan aktif yaitu menekankan pada kekuatan yang dibagi
diantara yang awam dan professional pada seluruh perjalanan
proses pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Kemitraan antara anggota komunitas dengan para professional
perawatan kesehatan sangat penting untuk pengambilan keputusan
secara kolaboratif dalam rangka meningkatkan kesehatan.Perawat
membentuk kemitraan dengan klien, keluarga, dan komunitas
untuk meningkatkan penyembuhan dan derajat kesehatan. Proses
pengembangan hubungan penyembuhan atau asuhan oleh perawat
dalam komunitas mencerminkan interaksi diantara empat
komponen utama paradigma keperawatan yaitu kesehatan,
lingkungan, klien dan perawat (Anderson dan Mc Farlane, 2008)

6. Ruang Lingkup Perawatan Kesehatan Komunitas


Ruang lingkup praktek keperawatan masyarakat meliputi :
upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif),
pemeliharaan kesehatan dan prengobatan (kuratif), pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta mefungsikan kembali
baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, lingkungan sosial
dan masyarakatnya (resosialisasi) (Anderson & McFarlane, 2008).
Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan
yang di tekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak
mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif (Anderson &
McFarlane, 2008).
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan
seperti penyuluhan kesehatan masyarakat, peningkatan gizi,

21
pemeliharaan kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan
lingkungan, olah raga secara teratur, rekreasi dan pendidikan seks
(Anderson & McFarlane, 2008).
Upaya preventif ditujukkan untuk mencegah terjadinya penyakit
dan gangguan terhadap kesehatan individu, kelompok dan masyarakat
melalui kegiatan seperti imunisasi masal terhadap bayi, balita serta ibu
hamil, pemeriksaan kegiatan secara berkala melalui Posyandu,
Puskesmas maupun kunjungan rumah, pemberian vitamin A dan
yodium melalui Posyandu Puskesmas ataupun di rumah dan
pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
(Anderson & McFarlane, 2008).
Upaya kuratif ditunjukkan untuk merawat dan mengobati
anggota-anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita
penyakit atau masalah kesehatan, melalui kegiatan seperti perawatan
orang sakit di rumah ( home nursing ), perawatan orang sakit sebagai
tindak lanjut perawatan dari Puskesmas dan Rumah Sakit, perawatan
ibu hanil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas,
perawatan payudara dan perawatan tali pusat bayi baru lahir (Anderson
& McFarlane, 2008).
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi
penderita-penderita yang di rawat di rumah, maupun terhadap
kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama,
misalnya kusta, TBC, cacat fisik, dilkakukan melalui kegiatan seperti
latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita
kusta, patah tulang, maupun kelainan bawaan, latihan-latihan fisik
tertentu pada penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya TBC,
latihan nafas dan batuk, penderita stroke : fisioterapi manual yang
mungkin dilakukan oleh perawat (Anderson & McFarlane, 2008).
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu,
keluarga dan kelompok khusus kedalam pergaulan masyarakat,
diantaranya adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh

22
masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS
atau kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila ( WTS ),
Tuna Wisma dan lain-lain. Disamping itu, upaya resosialisasi
menyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok
yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara
benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya
membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan yang jelas
dan dapat dimengerti (Anderson & McFarlane, 2008).

7. Model Pendekatan Keperawatan Komunitas


Pendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan
masalah kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat secara keseluruhan adalah
pendekatan pemecahan masalah (Problem Solving approach) yang
dituangkan dalam proses keperawatan dengan memanfaatkan
pendekatan epidemiologi yang dikaitkan dengan upaya kesehatan dasar
(PHC) (Anderson & Mc Farlane, 2008).
Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap
masalah kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat akan dapat diatasi oleh perawat melalui keterampilan
melaksanakan intervensi keperawatan sebagai bidang kehliannya dalam
melaksanakan profesinya sebagai perawat kesehatan
masyarakat(Anderson & Mc Farlane,2008).
Bila kegiatan keperawatan komunitas dan keluarga
menggunakan pendekatan terhadap keluarga binaan disebut dengan
family approach, maka pembinaan keluarga berdasarkan seleksi kasus
yang datang kepuskesmas yang dinilai memerlukan tindak lanjut
disebut case approach, sedangkan bila pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan-pendekatan yang dilakukan terhadap masyarakat
daerah binaan melalui survey mawas diri dengan melibatkan partisipasi

23
masyarakat disebut community approach (Anderson & Mc Farlane,
2008).

Gambar 2.1 Community As Partner Model ( Anderson & McFarlane,


2008).
Model teori Newman menggambarkan bahwa komunitas
adalah sistem terbuka yang mempunyai sumber energi ( infra struktur )
dan mempunyai lima variabel yang saling mempengaruhi satu dengan
yang lainnya dalam komunitas yaitu; biologis, psikologis, sosiokultural,
perkembangan dan spiritual ( Anderson & McFarlane, 2008).

24
8. Peran Perawat Komunitas (Provider Of Nursing Care)
Banyak peran yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan
masyarakat menurut Stanhope (2004) diantaranya adalah :
a. Sebagai Pendidik (Health Education)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan
di masyarakat secara terorganisir dalam menanamkan perilaku
sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan
dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
b. Sebagai Pengamat Kesehatan (Health Monitor)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
yang menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan
yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui
pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
c. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator Of Servises)
Mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan
masyarakat dan puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan
melalui kerjasama dengan tim kesehatan lainnya sehingga tercipta
keterpaduan dalam system pelayanan kesehatan. Dengan demikian
pelayanan kesehatan yang diberikan merupakan suatu kegiatan
yang menyeluruh dan tidak terpisah-pisah antara satu dengan yang
lainnya.
d. Sebagai Pembaharuan (Inovator)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen
pembaharu terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
terutama dalam merubah perilaku dan pola hidup yang erat
kaitannya dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.

25
e. Sebagai Peneliti ( Reseacher)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai
peneliti terhadap perilaku dan kebiasaan dalam masyarakat yang
berhubungan dengan penyimpangan dalam maslah kesehtan atau
kebiasaan yang dapatmeningkatkan kesehtan masyarakat serta
menerapkan ilmu pengetahuan yang didapatkan dalam masyarakat
apakah berpengaruh terhadap masyarakat.
f. Pengorganisir Pelayanan Kesehatan (Organisator)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan serta dalam
memberikan motivasi dalam meningkatkan keikutsertaan
masyarakat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam
setiap upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh
masyarakat misalnya: kegiatan posyandu, dana sehat, mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan sampai dengan tahap penilaian,
sehingga ikut dalam berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan
pengorganisasian masyarakat dalam bidang kesehatan.
g. Sebagai Panutan (Role model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan
contoh yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat tentang bagaimana tata cara
hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
h. Sebagai Tempat Bertanya (Fasilitator)
Perawat kesehatan masyarakat dapat dijadikan tempat
bertanya oleh individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
untuk memecahkan berbagai masalah dalam bidang kesehatan
dan keperawatan yang dihadapi sehari-hari.Dan perawat
kesehatan diharapkan dapat membantu memberikan jalan keluar
dalam mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang
mereka hadapi.

26
i. Sebagai Pengelola (Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat
mengelola berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan
masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang
dibebankan kepadanya.
Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilakukan
perawat mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan
dengan tingkat pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat, tetapi
secara umum kegiatan praktek keperawatan komunitas adalah
sebagai berikut memberikan asuhan keperawatan langsung
kepada individu, keluarga, kelompok khusus baik di rumah (home
nursing), di sekolah (School health nursing), di perusahaan, di
posyandu, di polindes dan di daerah binaan kesehatan masyarakat,
penyuluhan/ pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka
merubah perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Kegiatan komunitas juga mencakup konsultasi dan
pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi, bimbingan dan
pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi,
melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan
penanganan lebih lanjut, penemuan kasus pada tingkat individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat, sebagai penghubung antara
masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan, melaksanakan
asuhan keperawatan komuniti, melalui pengenalan masalah
kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan
penilaian kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan
sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah keperawatan.
Tidak hanya terbatas itu kegiatan komunitas juga
mengadakan koordinasi diberbagai kegiatan asuhan keperawatan
komuniti, mengadakan kerjasama lintas program dan lintas
sektoral dengan instansi terkait, memberikan ketauladanan yang

27
dapat dijadikan panutan oleh individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan.

9. Teori Perubahan Komunitas


Proses pembentukan atau perubahan perilaku dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor dari dalam dari luar individu. Disamping sistem
susunan saraf yang mengontrol reaksi individu terhadap segala
rangsangan, aspek-aspek dalam diri individu yang juga sangat
berpengaruh dalam pembentukan dan perubahan perilaku adalah
pengetahuan morivasi dan emosi. Untuk dapat mengubah perilaku dapat
dilakukan pendekatan dengan menggunakan teori:
a. Pendekatan Edukatif (Mantra, 1976)
Tujuan pokok dan pendekatan edukatif ini adalah untuk
mengembangkan kemandirian masyarakat dibidang kesehatan dan
memecahkan masalah kesehatan setempat. Pendekatan edukatif
dijalankan melalui dua tahap yaitu pengembangan provider
(petugas kesehatan dan tokoh masyarakat) supaya strategi
perubahan ini dapat berhasil maka perlu dilakukan tindakan untuk
mempersiapkan petugas, meliputi kesiapan dalam ketrampilan dan
pengetahuan dan pengembangan masyarakat yaitu pada tahap ini
petugas mengajak masyarakat bersama-sama melakukan
identifikasi masalah dan alternatif pemecahannya serta membuat
perencanaan kegiatan kesehatan.

10. Model Penyesuaian Perilaku (Merton, 1957)


Terdiri dari lima kategori yaitu kepatuhan/konformitas, inovasi,
ritualisme, pengunduran diri dan memberontak

11. Model Perubahan Perilaku (Lawrence Green)


Menyatakan bahwa kesehatan individu atau masyarakat
dipengaruhi oleh dua factor yaitu factor perilaku dan luar perilaku.

28
Factor perilaku ditentukan oleh factor predisposisi meliputi:
pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma social. Factor
pendukung yang meliputi tersedianya sarana kesehatan dan kemudahan
untuk mencapai.Factor pendorong seperti sikap dan perilaku petugas
kesehatan.Factor non perilaku mencakup tingkat kesejahteraan atau
factor sosial ekonomi.
Menurut Lawrence Green (1991), bahwa kesehatan individu
atau masyarakat dipengaruhi oleh dua factor pokok yaitu: perilaku dan
non perilaku.Faktor perilaku ditentukan oleh tiga faktor yaitu faktor
yang mempengaruhi faktor yang mencakup pengetahuan, sikap,
kepercayaan, nilai. Juga dipengaruhi oleh faktor demografi seperti
status ekonomi, umur, jenis kelamin, dan besarnya keluarga, faktor
pendukung, faktor yang memungkinkan keinginan terlaksana meliputi
sumber daya, keahlian atau keterampilan, organisasi, kebijakan dan
undang-undang.Faktor pendorong dimana faktor yang memperkuat
perubahan seseorang yang disebabkan oleh sikap dan perilaku orang
lain misalnya guru, keluarga, dan tokoh masyarakat.Faktor non perilaku
yang dapat mempengaruhi pencapaian individu atau masyarakat antara
lain: sulit mencapai sarana pelayanan kesehatan, mahalnya biaya
pengobatan dan lain-lain (Anderson & Mc Farlane,2008).

12. Proses Keperawatan Komunitas


Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan
masyarakat, metode yang digunakan adalah proses keperawatan sebagai
suatu pendekatan ilmiah di dalam bidang keperawatan. Keperawatan
komunitas sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan utama yang
ditujukkan pada masyarakat pada prakteknya memerlukan acuan atau
landasan teoritis untuk menyelesaikan penyimpangan dalam kebutuhan
dasar kounitas. Banyak konseptual model keperawatan dikembangkan
oleh para ahli salah satunya konsep model dari Betty Neuman ( 1972),

29
yang menekankan pada pendekatan sistem untuk mengatasi masalah
kesehatan (Anderson & Mc Farlane, 2008).
Model konsep Betty Neuman menunjukkan hubungan interaksi
dari delapan interaksi elemen utama yaitu lingkungan fisik, pendidikan,
keamanan, komunikasi, pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi dan
transportasi, lingkungan politik dan pemerintahan dan rekreasi.
Berdasarkan delapan elemen tersebut saling berberpengaruh dan
mempengaruhi core/ inti atau komunitas yang ada
diwilayahnya(Anderson & Mc Farlane, 2008).
Core/inti dari komponen riwayat/ sejarah, demografi/ penduduk,
vital statistik termasuk didalamnya nilai, keyakinan dan agama yang
dianut di dalam komunitas tersebut. Dan delapan elemen yang
merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap komunitas tersebut
seperti lingkungan fisik mulai dari batas wilayah, lingkungan terbuka
dan keadaan daerahnya. Proses keperawatan komunitasmelalui tahap-
tahap sebagai berikut:
a. Pengkajian
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan
masyarakat dalam mengkaji masalah kesehatan baik di tingkat
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat adalah :
1) Pengumpulan data
Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok khusus
dan masyarakat melalui wawancara , observasi, studi
dokumentasi dengan menggunakan instrument pengumpilan
data dalam menghimpun informasi.

30
Gambar 2.2 Roda Pengkajian Komunitas (Sumber : Anderson & Mc
Farlane.2008)
Pengkajian diperlukan adalah inti komunitas beserta
factor lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas
Anderson dan McFarlane (2008), terdiri dari inti komunitas,
yaitu meliputi demografi; populasi; nilai-nilai keyakinan dan
riwayat individu termasuk riwayat kesehatan. Sedangkan
factor lingkungan adalah lingkungan fisik; pendidikan;
keamanan dan transportasi; politik dan pemerintahan;
pelayanan kesehatan dan social; komunikasi; ekonomi dan

31
rekreasi. Hal diatas perlu dikaji untuk menetapkan tindakan
yang sesuai dan efektif dalam langkah-langkah selanjutnya.
2) Analisa data
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah
diperoleh dan di susun dalam suatu format yang
sistematis.Dalam menganalisa data memerlukan pemikiran
yang kritis.
Data terkumpul kemudian di analisa seberapa besar
factor stressor yang mengancam dan seberapa berat reaksi
yang timbul di komunitas. Selanjutnya di rumuskan masalah
atau diagnosa keperawatan. Menurut Mueke (1987), masalah
tersebut terdiri dari masalah sehat sakit, karakteristik populasi
dan karakteristik lingkungan (Anderson & Mc Farlane, 2008).
3) Perumusan masalah dan diagnosa keperawatan/ kesehatan
Kegiatan ini dilakukan di berbagai tingkat sesuai
dengan urutan prioritasnya. Diagnosa keperawatan yang di
rumuskan dapat actual, ancaman resiko atau wellness. Dasar
penentuan masalah keperawatan kesehatan masyarakat antara
lain masalah yang di tetapkan dari data umum dan masalah
yang di analisa dari hasil kesenjangan pelayanan kesehatan
(Anderson & Mc Farlane, 2008).
Menetapkan skala prioritas dilakukn untuk menentukan
tindakan yang lebih dahulu di tanggulangi karena di anggap
dapat mengancam kehidupan masyarakat secara keseluruhan
dengan mempertimbangkan masalah spesifik yang
mempengaruhi kesehatan masyarakat, kebijaksanaan nasional
dan wilayah setempat, kemampuan dan sumberdaya
masyarakat dan keterlibatan, partisipasi dan peran serta
masyarakat (Anderson & Mc Farlane, 2008).
Kriteria skala prioritas meliputi perhatian masyarakat,
meliputi: pengetahuan, sikap, keterlibatan emosi masyarakat

32
terhadap masalah kesehatan yang di hadapi dan urgensinya
untuk segera di tanggulangi. Prevalensi menunjukkan jumlah
kasus yang ditemukan pada suatu kurun waktu tertentu.
Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah tersebut dapat
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat.
Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan
mempertimbangkan berbagai alternatif dalam cara-cara
pengelolaan masalah yang menyangkut biaya, sumber daya,
sarana yang tersedia dan kesulitan yang mungkin timbul
(Anderson & Mc Farlane, 2008).
b. Perencanaan
Setelah mengkaji kesehatan komunitas, menganalisis data
dan menetapkan diagnosa keperawatan komunitas, langkah
selanjutnya adalah mempertimbangkan intervensi keperawatan
yang dapat meningkatkan kesehatan komunitas tersebut.Rencana
berfokus komunitas didassarkan pada diagnosa keperawatan dan
mengandung tujuan serta intervensi spesifik dalam mencapai hasil
yang diharapkan. Perencanaan seperti pengkajian dan analisis
merupakan suatu proses sistematis yang dibuat melalui kemitraan
dengan komunitas (Mc Farlane, 2008).
Strategi intervensi keperawatan yang digunakan dalam
model ini bersifat preventif. Pencegahan primer merupakan
intervensi yang bertujuan menguatkan garis pertengahan sehingga
stressor tidak dapat masuk dan menimbulkan reaksi atau
mempengaruhi stressor dengan melakukan perlawanan
terhadapnya. Salah satu contoh dalam pencegahan primer adalah
imunisasi terhadap anak-anak usia pra sekolah untuk meningkatkan
presentase anak-anak yang diimunisasi di masyarakat. Intervensi
mendukung garis pertahanan dan resistensi untuk meminimalkan
derajat reaksi terhadap stressor. Penapisan kanker payudara
(pemeriksaan payudara sendiri dan mamografi) dan program

33
rujukan merupakan contoh pecegahan sekunder. Setiap program
ditujukan pada penemuan kasus dini untuk menurunkan derajat
reaksi (misalnya keparahan kanker ketika ditemukan) (Anderson &
Mc Farlane, 2008).
Pencegahan tersier dilaksanakan setelah stressor memasuki
garis pertahanan dan muncul derajat reaksi. Terjadi
ketidakseimbangan sistem dan pencegahan tersier bertujuan
mencegah ketidakseimbangan tambahan dan meningkatkan
keseimbangan. Seperti contoh, terjadi kebakaran gedung sekolah
dan banyak anak-anak yang menderita syok baik fisik maupun
emosinya. Tim spesialis (termasuk didalamnya adalah perawat
kesehatan komunitas) didatangkan untuk memberikan terapi yang
memadai dan tindak lanjut jangka panjang sesuai kebutuhan untuk
memulihkan keseimbangan komunitas dan menengah masalah yang
lebih berat pada anak-anak.
Setelah data diolah dan diketahui masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi oleh individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat serta keseluruhan, dengan mempertimbangkan faktor
sebagai berikut tujuan yang ingin dicapai, kelompok sasaran,
jangka waktu, target yang ingin dicapai, sumber-sumber yang
tersedia di masyarakat, biaya dan kelompok kerja kesehatan
(POKJAKES).
c. Pelaksanaan
Setelah tujuan dan objektif disetujui dan didokumentasi
pada fase perencanaan, semua hal yang tercakup dalam
implementasi akan secara aktual menjalankan aktivitas untuk
mencapai tujuan tersebut. Implementasi adalah fase tindakan dari
proses keperawatan yang terkait dengan pelaksanaan rencana
berfokus komunitas. Implementasi berguna untuk mencapai tujuan
dan objektif, tetapi hal yang lebih penting adalah bahwa
implementasi intervensi keperawatan berfungsi untuk

34
menungkatkan, memelihara atau memulihkan kesehatan, mencegah
penyakit dan memfasilitasi rehabilitasi (Mc Farlane, 2008).
Pada tahap ini rencana yang telah di susun dilaksanakan
dengan melibatkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
sepenuhnya dalam mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan
yang di hadapi. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam
pelaksanaan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat adalah
melaksanakan kerja sama lintas program dan lintas sektoral dengan
instansi terkait, mengikutsertakan partisipasi aktif individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatannya dan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang
ada di masyarakat (Anderson & Mc Farlane, 2008).
Adapun kegiatan-kegiatan dalam implementasi meliputi :
home visit atau home nursing, bimbingan dan penyuluhan
kesehatan, mensisik dalam pelaksanaan perawatan dasar,
menemukan kasus seara dini dan melaksanakan rujukan serta
tindak lanjut pembinaan kasus, mengadakan pendidikan dan
pelatihan kader kesehatan, mengorganisir dalam menanggulangi
masalah kesehatan dan keperawatan, mendorong partisipasi aktif
masyarakat, memanfaatkan posyandu, polindes, pos obat sebelum
adanya rujukan ke puskesmas. Pada tahap ini rencana yang telah
disusun dilaksanakan dengan melibatkan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi masalah
kesehatan dan keperawatan yang dihadapi (Mc Farlane, 2008).
Level pencegahan dalam pelaksanaan praktek keperawatan
kominitas terdiri atas pencegahan primer dimana pencegahan yang
terjadi sebelum sakit atau ketidakfungsinya dan diaplikasikannya
kedalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan khusus
terhadap penyakit. Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri
dan intervensi yang tepat untuk menghambat proses patologi,
sehingga memperpandek waktu sakit dan tingkat keparahan.

35
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi
ketidakmampuan sambil stabil atau menetap atau tidak dapat
diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan primer
lebih dari upaya menghambat proses penyakit sendiri, yaitu
mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal
dari ketidakmampuannya (Anderson & Mc Farlane, 2008).
d. Penilaian / Evaluasi
Penilaian dan pemantauan merupakan kegiatan untuk
melihat sejauh mana keberhasilan pencapaian tujuan dari rencana
yang telah dibuat, apakah telah mencapai hasil yang maksimal atau
belum sesuai dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan.
Penilaian dan pemantauan dapat dilaksanakan :
1) Selama pelaksanaan kegiatan (penilaian formatif)
2) Selama pelaksanaan kegiatan (penilaian sumatif)
Penilaian dan pemantauan penting artinya untuk mengkaji
ulang perencanaan pembinaan dalam pelaksanaan perawatan
kesehatan masyarakat yang telah disusun mencapai sasaran atau
tidak, dan penting juga untuk pengembangn perencanaan
selanjutnya, termasuk perluasan kegiatan dari segi kualitatif
(kualitas kegiatan). Apabila kegiatan tersebut mendatangkan
manfaat yang besar bagi masyarakat dan perluasan kegiatan bila
dilihat dari segi kuantitatif (penambahan jumlah kegiatan), bila
kegiatan tersebut dipandang perlu untuk ditambah, setelah melihat
hasil-hasil yang telah dicapai (Anderson & Mc Farlane, 2008).
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program
kesehatan. Hal-hal yang perlu di evaluasi adalah masukan (input),
pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output).
Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang
akan di capai, sesuai dengan perencanaan yang telah disusun
semula. Ada 4 dimensi yang harus dipertimbangkan dalam
melaksanakan penilaian, yaitu: hasil guna, daya guna, kelayakan

36
dan kecukupan. Faktor evaluasi adalah relevansi atau hubungan
antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan, perkembangan atau
kemajuan proses: apakah perencanaan, bagaimana dengan peran
serta staf atau pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
Efisiensi biaya yaitu pencariian sumber dana dan penggunaanya.
Efektivitas kerja, meliputi apakah tujuan tercapai dan apakah klien
atau masyarakat puas. Dampak: apakah status kesehatan meningkat
atau menurunsetelah dilakukan intervensi(Anderson & Mc Farlane,
2008).
Pada gambar diatas dapat dijelaskan alih peran untuk
memandirikan klien dalam menangulangi masalah kesehatan, pada
awalnya peran perawat lebih besar daripada klien dan berangsur –
angsur peran klien besar daripada perawat.
Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian
keluarga, yang terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu:
mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan tindakan
kesehatan, merawat anggota keluarga, menciptakan lingkungan
yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehtan keluarga serta
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia,
sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah
keperawatan yaitu melalui proses keperawatan(Anderson & Mc
Farlane, 2008).

13. Proses Keperawatan Keluarga Bagian dari Keperawatan


Komunitas
Keluarga merupakan bagian dari suatu komunitas dalam
masyarakat, dalam pelaksanaan keperawatan komunitas diupayakan
dekat dengan masyarakat sehingga strategi pelayanan kesehatan yang
utama merupakan pendekatan yang juga menjadi acuan pelayanan
kesehatan yang akan diberikan.Merupakan salah satu area spesialisasi
didalam keperawatan yang berfokus pada keluarga sebagai target

37
pelayanan.Praktek keperawatan keluarga yaitu pemberian pelayanan
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan terhadap
keluarga dan anggota keluarga dalam situasi sehat atau sakit (
Friedman,2003).
Secara historis keperawatan keluarga mempunyai hubungan
dengan keperawatan kesehatan komunitas. Terkadang ini menimbulkan
kebingungan, keperawatan keluarga berfokus pada keluarga sebagai
target pelayanan keperawatan dan target pelayanan keperawatan
kesehatan keluarga yaitu komunitas. Tujuan akhir dari keperawatan
kesehatan komunitas bukan kesehatan keluarga. Tetapi melalui keluarga
perawat kesehatan komunitas menjaga dan memperbaiki kesehatan
komunitas (Friedman, 2003).
Proses keperawatan digunakan untuk mengkaji, merencakana,
mendiagnosa, mengintervensi dan mengevaluasi individu, keluarga dan
komunitas. Praktik keperawatan komunitas mengarahkan
pelayananannya kepada individu, keluarga dan kelompok meskipun
tanggung jawab keseluruhannya adalah kepada populasi
keseluruhannya. Keperawatan keluarga sebagai komponen yang vital
dalam praktik keperawatan kesehatan komunitas (Friedman, 2003).
Tujuan utama dari keperawatan keluarga adalah peningkatan
kesehatan keluarga secara menyeluruh dan setiap anggota keluarga.
Peningkatan kesehatan keluarga meliputi upaya untuk meningkatkan
kesehatan anggota keluarga.dan meningkatkan kesehatan anggota
keluarga.
Keluarga dianggap perawat keluarga karena penting bagi
perawat keluarga karena keluarga sebagai sebuah sistem,
membutuhkan pelayanan kesehatanseperti halnya individu agar ia dapat
memenuhi tugasnya dalam setiap fase perkembangan,tingkat kesehatan
individu berkaitan erat dg tingkat kesehatan keluarga begitu pun
sebaliknya dan tingkat fungsional keluarga sebagai unit terkecil dari
komunitas dapat mempengaruhi derajat kesehatan sistem di atasnya.

38
14. Tingkat Kemandirian
Tingkat kemandirian keluarga (Depkes, 2006)
a. Keluarga mandiri tingkat I
1) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan
b. Keluarga mandiri tingkat II
1) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara
benar
4) Melakuka perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
c. Keluarga mandiri tingkat III
1) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara
benar
4) Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang di
anjurkan
5) Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif
6) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
d. Keluarga mandiri Tingkat IV
1) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara
benar
4) Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang
dianjurkan

39
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
6) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
7) Melaksanakan tindakan promotif secara aktif

15. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga


Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan dilihat dari
5 tugas kesehatan keluarga yaitu:
a. Mengenal masalah kesehatan
b. Mengambil keputusan dalam melaksanakan tindakan yang tepat
c. Merawat keluarga yang sakit
d. Memodifikasi lingkungan (menciptakan dan mempertahankan
suasana rumah yang sehat)
e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat

40
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
RW 18 KELURAHAN SENDANGMULYO

A. WINSIELD SURVEY
No. Variabel Deskripsi
1 Demografi Jumlah penduduk RW 18 sebesar 1.349 jiwa dengan terbagi
menjadi 11 RT (393 KK) terdiri dari:
- RT 1: 53 KK
- RT 2: 40 KK
- RT 3: 32 KK
- RT 4: 40 KK
- RT 5: 19 KK
- RT 6: 71 KK
- RT 7: 43 KK
- RT 8: 30 KK
- RT 9 : 33 KK
- RT 10 : 15 KK
- RT 11 : 17 KK
Laki-laki: 669 jiwa, perempuan: 680 jiwa
Nilai dan keyakinan agama adalah Islam dan Kristen
2 Lingkungan fisik Batas Wilayah RW 18 :
1. Perumahan Batas Barat : Berbatasan dengan RW 6 dan RW 5
a. Luas rumah, Jenis Batas Timur : Berbatasan dengan kabupaten Demak yang
rumah
dibatasi Sungai
b. Ventilasi,
keadaannya Batas Selatan : Berbatasan dengan RW 1
c. Pencahayaan, Batas Utara : Berbatasan dengan RW 7
keadaannya
d. Jenis lantai, Hasil observasi perumahan
keadaannya RT 1 :
e. Kebersihan dalam - Jumlah rumah : 50 rumah
dan luar rumah - Permanen : 50
f. Kepadatannya - Semi permanen : -
g. Vector - Kosong : -
RT 2 :
- Jumlah rumah :
- Permanen :
- Semi permanen :
- Kosong :
RT 3 :
- Jumlah rumah : 31 rumah
- Permanen : 31 rumah
- Semi permanen : -
- Kosong : 1 rumah
RT 4 :
- Jumlah rumah : 43 rumah
- Permanen : 43 rumah
- Semi permanen : -
- Kosong : 3 rumah

41
No. Variabel Deskripsi
RT 5 :
- Jumlah rumah : 28
- Permanen : 28
- Semi permanen : -
- Kosong : 9
RT 6 :
- Jumlah rumah :
- Permanen :
- Semi permanen :
- Kosong :
RT 7 :
- Jumlah rumah :
- Permanen :
- Semi permanen : 1 rumah
- Kosong : 2 rumah
RT 8 :
- Jumlah rumah : 33 rumah
- Permanen : 33 rumah
- Semi permanen : -
- Kosong : 3 rumah
RT 9 :
- Jumlah rumah : 34 rumah
- Permanen : 34 rumah
- Semi permanen : -
- Kosong : 1 rumah
RT 10 :
- Jumlah rumah : 39 rumah
- Permanen : 39 rumah
- Semi permanen : -
- Kosong : 21 rumah
RT 11 :
- Jumlah rumah : 20 rumah
- Permanen : 20 rumah
- Semi permanen : -
- Kosong : 3 rumah

2. Pekarangan RT 1
- Berdasrkan hasil observasi di perkarangan rumah
terdapat 1 tempat sampah yang terbuka yang tergenang
air serta terdapat jentik
- Di RT 1 terdapat 2 lahan kosong dengan keadaan tidak
terawat dan terdapat gentong yang menampung air
- Ditemukan 2 orang yang merokok dihalaman rumah
RT 2
- Berdasarkan hasil observasi ditemukan 4 halaman
rumah dengan kondisi terdapat barang-barang tidak
terpakai seperti kaleng dan pakaian tidak terpakai
- Di RT 2 ditemukan 3 rumah yang memilihara burung
- Ditemukan 2 rumah kosong terdapat sampah plastik
- Terdapat 1 anak usia prasekolah yang bermain-main di
jalan komplek dan memakan makanan yang sudah
terjatuh

42
No. Variabel Deskripsi
- Ditemukan 3 orang yang merokok dihalaman rumah
RT 3
- Berdasarkan hasil observasi 2 halaman rumah dengan
kondisi terdapat barang-barang tidak terpakai seperti
potongan kayu, potongan papan
- Di RT 3 ditemukan 3 rumah yang memilihara burung
- Ditemukan 3 orang yang merokok dihalaman rumah
RT 4
- Berdasarkan hasil observasi 5 halaman rumah dengan
kondisi terdapat barang-barang tidak terpakai seperti
ban bekas, material bangunan, dan kaleng-kaleng cat
- Di RT 4 ditemukan 3 rumah yang memilihara burung
- Ditemukan 2 orang yang merokok dihalaman rumah
RT 5
- Berdasarkan hasil observasi 1 halaman rumah dengan
kondisi terdapat barang-barang tidak terpakai seperti
material bangunan
- Ditemukan 1 rumah yang memelihara burung
- Ditemukan 8 rumah kosong yang tidak terawat dengan
kondisi
- Ditemukan 2 halaman kosong dengan kondisi adanya
semak-semak
- Terdapat 2 warga yang membakar sampah dengan warna
asap abu-abu dan asapnya menyebar ke komplek
perumahan
- Ditemukan 1 orang yang merokok dihalaman rumah
- Ditemukan 1 penjual makanan dengan kondisi makanan
tidak ditutup yang lokasinya di pinggir jalan raya
RT 6
- Berdasarkan hasil observasi ditemukan jentik nyamuk
pada 2 tempat di samping jalan komplek dan dipinggir
rumah
- Ditemukan 2 halaman kosong dengan kondisi adanya
semak-semak, tumpukan sampah, dan bekas bakaran
- Ditemukan 7 rumah yang memelihara dan 1 rumah
burung yang berbau
- Ditemukan 1 rumah kosong yang terdapat sampah-
sampah
- Ditemukan 5 tempat sampah yang terbuka, 1 tempat
sampah yang tergenang air dan didapatkan lalat
- Ditemukan 2 orang yang merokok di depan rumah
RT 7
-
RT 8
- Ditemukan jentik nyamuk pada 2 tempat di samping jalan
komplek dan dipinggir rumah
- Ditemukan 3 kondisi halaman rumah terdapat barang-
barang tidak terpakai
- Ditemukan 4 rumah yang memelihara burung
- Ditemukan 1 rumah yang terdapat tanaman rambat yang
menutup area depan rumah
- Ditemukan 2 rumah kosong yang tidak terawatt

43
No. Variabel Deskripsi
- Terdapat 2 tempat sampah di luar rumah yang terbuka
tergenang air
- Ditemukan 2 orang yang merokok di halaman rumah
RT 9
- Ditemukan 2 halaman rumah dengan kondisi terdapat
barang-barang tidak terpakai
- Ditemukan 2 rumah yang memelihara burung
- Ditemukan 1 rumah kosong
- Ditemukan 1 tempat sampah yang terbuka
- Ditemukan 1 orang yang merokok
RT 10
- Ditemukan 4 rumah yang ada jentik nyamuk saat
pemeriksaan jentik
- Ditemukan 2 halaman rumah yang memiliki barang-
barang tidak terpakai
- Ditemukan 21 rumah kosong
- Ditemukan 1 halaman kosong dengan keadaan tidak
terawat
- Ditemukan 1 orang dewasa yang merokok di halaman
rumah
RT 11
- Ditemukan 2 jentik nyamuk di luaran rumah
- Ditemukan 2 halaman rumah yang terdapat barang-
barang bekas
- Ditemukan 2 rumah yang memelihara burung
- Ditemuakan 3 rumah kosong
- Ditemukan 1 pekarangan yang terdapat bekas
pembakaran sampah
- Ditemukan 2 tempat sampah yang terbuka tergenang air
- Ditemukan 1 orang dewasa yang merokok
Wawancara :
- Berdasarkan hasil wawancara dengan Kader RW 18 dan
Pak RW mengatakan bahwa salahsatu penyakit yang
sering menjadi masalah kesehatan di RW 18 yaitu
demam berdarah sejak bulan januari 2019
- Kader mengatakan masih terdapat warga yang kurang
kooperatif dalam pemantauan pemeriksaan jentik
- Kader mengatakan warga RW 18 pernah melakukan
foging pribadi tanpa konsultasi dengan pelayanan
kesehatan

Hasil observasi terkait dengan sumber air di RW 18 terdapat


3. Sumber Air
tandon artetis di depan gerbang perumahan. Warga RW 18
a. Dari mana air untuk
menggunkan air isi ulang untuk minum.
minum dan masak
b. Dari mana air untuk
Wawancara :
MCK
“sumber air untuk minum dan masak warga RW 18 berasal
c. Keadaan/mutu air
dari air isi ulang, sedangkan sumber air untuk MCK berasal
d. Jarak sumber air
dari artetis, PDAM , sumur gali dan sumur bor dengan
dengan
keadaan mutu air kurang baik karena terdapat endapan.

44
No. Variabel Deskripsi
penampungan Tempat penampungan air terdapat dibelakang dan tempat
limbah/kotoran penampungan limbah/kotoran terdapat di depan dengan jarak
e. Kondisi bak mandi ±5-8 meter. Bak mandi menggunakan bak mandi permanen dan
/penampungan air, bak mandi menggunakan ember dengan kondisi terbuka tanpa
terbuka/tertutup tutup. Bak mandi dibersihkan setiap hari. Pembuangan air
f. Waktu limbah langsung masuk ke selokan yang mengarah ke sungai,
membersihkannya dengan selokan ada yang terbuka dan ada yang tertutup.
g. SPAL, bagaimanan Selokan yang airnya tersumbat karena ada material atau
keadaannya sampah yang menutupi.”

‘Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu warga RT 2,


RT 6 mengatakan masalah yang sering dihadapi sekarang
adalah diare. Sedangkan dengan Ibu Kader RT 9 mengatakan
kondisi lingkungan dan sumber air di RW 18 kadang keruh dan
mengendap’

Hasil observasi tempat pembuangan kotoran warga RW 18


4. Pembuangan kotoran sudah memiliki safety tank yang kepemilikikannya dimiliki
manusia
oleh masing-masing rumah. Keadaan safety tank tertutup dan
a. Jenis tempat
pembuangan kotoran berada di depan rumah.
manusia
b. Kepemilikan Wawancara :
c. Keadaannya “setiap rumah memiliki safety tank, safety tank ada di depan
rumah”

Dari hasil observasi


5. Pembuangan sampah RT 1 : warga RT 1 membuang sampah ditempat sampah yang
a. Cara pembuangan berada di depan rumah. Di RT 1 terdapat 1 tempat pembuangan
sampah sampah akhir yang berada di belakang komplek yang terdapat
b. Keadaan tempat banyak lalat. Terdapat sampah yang berserakan dilahan
pembuangan, kosong.
terbuka/tertutup RT 2 : warga RT 2 membuang sampah ditempat sampah yang
c. Vektor yang ada berada di depan rumah. Di RT 2 terdapat tempat pembuangan
d. Kebiasaan sampah akhir yang berada di belakang komplek yang terdapat
membuang sampah banyak lalat.
e. Polusi RT 3 : warga RT 3 membuang sampah ditempat sampah yang
berada di depan rumah. Di RT 3 terdapat tempat pembuangan
sampah akhir yang berada di belakang komplek yang terdapat
banyak lalat.
RT 4 : warga RT 4 membuang sampah ditempat, terdapat
sampah plastik diletakkan diluar tempat sampah dengan
keadaan menumpuk.
RT 5 : warga RT 5 membuang sampah ditempat sampah yang
berada di depan rumah. Di RT 3 terdapat tempat pembuangan
sampah akhir yang berada di belakang komplek yang terdapat
banyak lalat dan berbau busuk, tempat TPA tersebut dekat
dengan area perumahan warga
RT 6 : berdasarkan hasil observasi tempat sampah
menggunakan tong terbuka dan tertutup, ditemukan 4 sampah
didalam kantong plastic yang diletakkan di luar tempat sampah
sehingga dihinggapi lalat.

45
No. Variabel Deskripsi
RT 7 : berdasarkan hasil observasi menggunakan tempat
sampah permanen dengan kondisi terbuka. Ditemukan sampah
didalam kantong plastic diletakkan di luar tong sampah.
RT 8 : berdasarkan hasil observasi di RT 8 memiliki tempat
sampah di masing-masing rumah. Sampah diangkut oleh
petugas.
RT 9 : berdasarkan hasil observasi di RT 9 memiliki tempat
sampah di depan rumah kondisi tempat sampah tertutup
sejumlah 31, tempat sampah terbuka 2. Sampah diangkut oleh
petugas.
RT 10 : berdasarkan hasil observasi di RT 10 memiliki tempat
sampah didepan rumah. Sampah diangkut oleh petugas.
RT 11 : berdasarkan hasil observasi di RT 10 memiliki tempat
sampah didepan rumah. Sampah diangkut oleh petugas.
Terdapat 1 tempat sampah yang dikerunbungi oleh lalat.

Wawancara :
“wawancara dengan ibu PKK mengatakan sampah akan
diangkut oleh petugas kebersihan namundan dibuang di TPA
yang lokasinya jauh dari perumahan, serta ada beberapa RT
yang langsung membuang sampah rumah tangga ke tempat
penampungan sampah yang berada di belakang komplek
seperti RT 1,2 3, 5”

6. Jalan Hasil observasi jalan di RW 18 semua menggunakan paving,


kondisi jalan yang bergelombang terdapat di RT 6 dan RT 1.

7. Saluran air Hasil observasi saluran air di RW 18 terdapat di depan masing-


masing rumah. Saluran air digunakan sebagai tempat
pembuangan air limbah rumah tangga. Saluran air ada yang
tertutup di RT 2,4,6,7,8,9,10,11 dan terbuka di RT 1, 2,3,6 .

Wawancara :
“RW 18 memiliki saluran air terletak di depan rumah, saat
hujan deras, air terkadang meluap namun kembali surut jika
hujan reda ”
3 Pelayanan Kesehatan dan Hasil observasi terdapat tenaga kesehatan yaitu dokter spesialis
Sosial THT di RT 6 dengan papan praktik dokter. Sedangkan tempat
pelayanan kesehatan terdapat dibalai RW bertempat di RT 5
dengan kegiatan posyandu balita dan lansia yang diadakan
setiap tanggal 05.

Wawancara :
“Hasil wawancara dengan ketua PKK mengatakan jika ada
posyandu lansia maupun balita mereka antusias melakukan
pemeriksaan di balai RW dan beberapa warga memeriksakan
kesehatanya seperti tekanan darah, cek gula, kolesterol dan
asam urat, dan penyakit yang di alami beragam seperti batuk
pilek dan demam dan darah tinggi”

46
No. Variabel Deskripsi
4 Ekonomi a. RT 1 : Hasil Observasi Terdapat 2 Toko Sembako, 1 Usaha
Air Isi Ulang Dan 1 Bengkel Motor. Hasil Waawancara
Dengan Ketua RT 1 Mengatakan Bahwa Stasus Ekonomi
Masyarakat Menengah Ke Atas Dan Seluruhnya Bekerja
Swasta.
b. RT 2 : Hasil Observasi Terdapat 1 Toko Sembako. Hasil
Wawancara Dengan Ketua RT 2 Mengatakan Bahwa Stasus
Ekonomi Masyarakat Menengah Ke Atas Dan Bekerja
Secara Swasta, Negeri. Penghasilan Setiap Orang Sekitar 2
Juta – 3 Juta Perbulan.
c. RT 3 : Hasil Observasi Terdapat 1 Toko Sembako. Hasil
Wawancara Dengan Ketua RT 3 Mengatakan Bahwa
Sebagian Besar Bekerja Swasta Dan Terdapat Pekerja PNS.
d. RT 4 : Tidak Terlihat Kegiatan Yang Menunjang
Perekonomian. Hasil Wawancara Dengan Ketua RT 4
Mengatakan Bahwa Status Ekonomi Masyarakat Menengah
Ke Atas Dan Bekerja Sebagai Pegawai Swasta Dan Negeri.
e. RT 5 : Hasil Observasi Di RT 5 Terdapat 1 Usaha Mandiri
Salon. Hasil Wawancara Dengan Ketua RT 5 Mengatakan
Masyarakat Bekerja Sebagai Pegawai Swasta Dan Ibu
Rumah Tangga.
f. RT 6 : Hasil Observasi Di RT 6 Di Temukan 1 Toko
Sembako. Hasil Wawancara Dengan Ketua RT 6
Mengatakan Masyarakat Bekerja Sebagai Pegawai Swasta,
Ibu Rumah Tangga, Ada Yang Sudah Pension.
g. RT 7 : Tidak Terlihat Kegiatan Yang Menunjang
Perekonomian. Hasil Wawancara Dengan Ketua RT 7
Mengatakan Masyarakat Bekerja Sebagai Pegawai Swasta
Dan Ibu Rumah Tangga,
h. RT 8: Hasil Observasi Di RT 8 Terdapat 1 Toko Sembako.
Hasil Wawancara Dengan Ketua RT 8 Mengatakan
Masyarakat Bekerja Sebagai Swasta Dan PNS.
i. RT 9 : Hasil Observasi Terdapat 5 Rumah Dijadikan Toko
Usaha Seperti Toko Sembakau, Wirausaha Isi Ulang Air,
Tatarias, Tempat Laundry.
Hasil Wawancara Dengan Ketua RT 9 Mengatakan
Masyarakat Bekerja Sebagai Pegawai
Swasta,Berwiraswasta, PNS Dan Ibu Rumah Tangga.
j. RT 10 : Tidak Terlihat Kegiatan Yang Menunjang
Perekonomian. Hasil Wawancara Dengan Ketua RT 9
Mengatakan Masyarakat Bekerja Sebagai Pegawai Swasta.
k. RT 11 : Tidak Terlihat Kegiatan Yang Menunjang
Perekonomian. Hasil Wawancara Dengan Ketua RT 9
Mengatakan Masyarakat Bekerja Sebagai Pegawai Swasta.

Wawancara :
“Hasil Wawancara Dengan Ketua RW 18 menyatakan bahwa
warganya mempunyai status ekonomi menengah ke atas.
Sebagian besar warganya berkerja sebagai pegawai negri,
swasta, serta berwirausaha”
5 Keamanan: a. Lingkungan RW 18 dibatasi oleh sungai dimana tepatnya di
a. Sistem keamanan yang RT 6 ada lapangan bulu tangkis yang langsung berbatasan
ada dengan sungai namun tidak terdapat pagar dengan
b. Sanitasi ketinggian tebing ±8 m.

47
No. Variabel Deskripsi
b. Sistem keamanan
1) RT 1
a) Didalam lingkungan RT 1 memiliki portal di akses
keluarnya
b) RT 1 memiliki pos Ronda
2) RT 2
a) Didalam lingkungan RT 2 memiliki portal di setiap
gangnya
b) Di akses keluar di RT 2 memiliki sistem CCTV one
gate system
c) Memiliki 1 posko ronda di akses keluarnya
3) RT 3
a) Di dalam lingkungan RT 3 memiliki portal di akses
keluarnya dan di setiap gangnya
b) Di akses keluar dari RT 3 memiliki CCTV dengan
one gate system
4) RT 4
a) Di dalam lingkungan RT 4 terdapat CCTV di setiap
gangnya kemudian di akses keluarnya juga terdapat
CCTV
b) Terdapat portal di setiap gangnya
5) RT 5
a) Di dalam lingkungan memiliki CCTV dengan one
gate system
b) Tidak memiliki portal
c) Memiliki Poskampling
6) RT 6
a) Di gang RT 6 tidak terdapat portal namun di akses
keluarnya memiliki portal
b) Memiliki 1 sistem CCTV di gangnya
7) RT 7
a) Di RT 7 memiliki 3 sistem CCTV di gangnya
b) Memiliki sitem portal di pusat keluar masuk gang
8) RT 8, 9, 10 dan 11
a) Di RT 8 merupakan lingkungan perumahan Cluster
b) Memiliki sistem CCTV di gangnya dan diakses
keluar masuknya
c) Terdapat Poskampling di ujung gang

Wawancara :
“Dari hasi lwawancara yang dilakukan pada Ketua RW 18
mengatakan bahwa di setiap RT memiliki system keamanan
Ronda malam yang aktif, system keamanan lain yang
digunakan adalah CCTV yang dapat diakses oleh semua
warga. Sistem kemanan lain yaitu portal dimana portal
tersebut dimiliki di setiap gang dan jalan keluar masuk RW 18.
Portal tersebutmaisng-masing ada yang ditutup jam 22.00
malam dan ada yang di tutup jam 00.00 kemudian dibuka
kembali jam 05.00 pagi. Kunci portal hanya diketahui kodenya
oleh warga sekitar”

48
No. Variabel Deskripsi
Transportasi: Berdasarkan hasil observasi:
1) Jenis transportasi yang a) Masyarakat kelurahan Sendang Mulyo RW 18
digunakan oleh menggunakan kendaraan pribadi seperti menggunakan
masyarakat sepeda motor maupun mobil pribadi untuk bepergian
2) Pelayanan transportasi, b) Pelayanan transportasi umum hanya ada +- 200 m yaitu
kondisi jalan angkutan umum
3) Transportasi c) Pelayanan transportasi umum lain yang dapat diakses yaitu
4) pelayanan kesehatan Ojek online
5) Kondisi jalan d) Semua jalan di RW 18 paving namun ada yang tidak rata
e) Disetiap jalan di RW 18 terdapat polisi tidur untuk
membatasi kecepatan laju kendaraan
f) Di kawasan masuk RW 18 di RT 8,9,10 dan 11 memiliki
rambu-rambu lalu lintas pemberitahuan tentang maksimal
kecepatan berkendaraan 20 km/jam

Wawancara
“Dari hasil wawancara yang dilakukan pada ketua RW 18
mengatakanbahwa semua warga menggunakan transportasi
kendaraan pribadi seperti motor ataumobil. Ada juga warga
yang menggunakan transportasi umum seperti ojek online.
Tidak ada angkutan yang masuk di wilayah RW 18, ada
angkutan namun hanya sampai di bunderan itu pun jauh”

Politik: Di RW 18 sudah memiliki struktur organisasi


1) Sistem organisasi
2) Kegiatan masyarakat Wawancara
“Hasil wawancara yang dilakukan pada ketua RW 18 terdapat
system organisasi di setiap RT nyadan RW. Di RW juga
terdapat kegiatan PKK, Karang taruna yang aktif. Dalam
pemilihan organisasi seperti ketua RW di RW 18 dilakukan
seperti pencoblosan siapa suara terbanyak maka dia yang jadi
ketua RW.”
6 Sistem pemerintahan Hasil observasi terdapat aktifitas politik di RT 4 dengan adanya
media poster dan calon legislatif.

Wawancara
“hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua RW
mengatakan bahwa ada wargannya yang menjadi calon
legistatif”
7 Komunikasi Dari hasil observasi yang dilakukan di RW 18 menggunakan
bahasa jawa dan bahasa Indonesia. Alat komunikasi yang
digunakan yaitu handphone.

Wawancara
“Hasil wawancara dengan ketua RW menyatakan bahwa jenis
komunikasi yang digunakan untuk sarana informasi dengan
media handphone (Grub Whatsapp)”
8 Rekreasi Hasil observasi anak-anak usia pra sekolah dan sekolah
bermain di depan rumah dan taman. Fasilitas rekreasi yang di
RW 18 adalah pos kampling, taman bermain, lapangan bulu
tangkis kolam dan pemancingan di RT 9 serta tenis meja di RT
10.

49
No. Variabel Deskripsi
Wawancara
“Hasil wawancara dengan ketua RW mengatakan bahwa
masyarakat memanfaatkan taman yang ada di depan area
perumahan sebagai sarana rekreasi dan bekas kolam renang
sebagai tempat untuk memancing ikan”
9 Pendidikan Sarana pendidikan yang ada di RW 18 adalah pendidikan non
formal (TPQ).

Wawancara :
“Hasil wawancara dengan ketua RW menyatakan bahwa di RW
18 tidak ada sarana pendidikan formal, namun ada 1 sarana
pendidikan non formal (TPQ)”

50
B. ANGKET
Data didapat dari kuesioner yang dibagikan kepada 178 warga dengan
pendampingan langsung dari mahasiswa:
1. Penyakit
Karakteristik warga dalam penelitian ini diklasifikasikan berdasarkan
usia dan jenis kelamin. Warga yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah
berjumlah 178 warga.
a) Karakteristik Warga Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 3.1 Karakteristik Warga Berdasarkan Jenis Kelamin Warga
Desa Sendangmulyo RW 18 Kecamatan Tembalang Kota Semarang 2019
(N=178)

Data warga berdasarkan jenis


kelamin
laki-laki perempuan

19%

81%

Hasil data diatas menunjukan kategori warga berdasarkan warga di


RW 18 sebagian besar berjenis kelamin Perempuan sejumlah 81% ( dari
178 warga) sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki 19% ( dari 178
warga).

51
b) Karakteristik Warga Berdasarkan Usia
Gambar 3.2 Kategori Warga berdasarkan usia warga Desa
Sendangmulyo RW 18 Kecamatan Tembalang Kota Semarang 2019
(n=178)

Data warga berdasarkan


usia
<25 tahun 26-50 tahun >50 tahun

20% 3%

77%

Hasil data diatas menunjukan kategori warga berdasarkan warga


di RW 18 sebagian besar berusia 26-50 tahun sejumlah 77% ( dari 178
warga) sedangkan berusia >50 tahun sejumlah 20% ( dari 178 warga)
dan warga berusia <25 tahun sejumlah 3% (dari 178 warga).

52
1) Demam Berdarah
a) Distribusi warga berdasarkan keberadaan tempat
penampungan air dalam rumah

Gambar 1. Distribusi warga berdasarkan keberadaan


tempat penampungan air dalam rumah
Tempat penampungan air dalam rumah
ada tidak

39%

61%

Hasil data diatas menunjukkan keluarga yang mempunyai

tempat penampungan air (gentong,vas bunga) di lingkungan dalam

rumah s\ebagian besar mengatakan ada 108 (60,7%), yang mengatakan

tidak ada 70 (39,3%).

53
b) Distribusi warga berdasarkan keberadaan jentik-jentik
nyamuk di tempat penampungn air
Gambar 2. Distribusi warga berdasarkan keberadaan
jentik-jentik nyamuk di tempat penampungn air

Keberadaan jentik-jentik
nyamuk ditempat
penampungan air
ya tidak
10%

90%

Dari hasil data diatas terdapat jentik-jentik nyamuk


ditempat penampungan air yang mengatakan terdapat jentik
nyamuk sebanyak 17 (9,6%) dan yang mengatakan tidak
terdapat jentik nyamuk sebanyak 161 (90,4%).

54
c) Distribusi warga berdasarkan perilaku kebiasaan warga
menguras dan membersihkan bak mandi/tempat
penampungan air
Gambar 2. Distribusi warga berdasarkan perilaku
kebiasaan warga menguras dan membersihkan bak
mandi/tempat penampungan air

Kebiasaan menguras dan membersihkan


bak mandi/tempat penampungan air

jarang sering selalu

35% 22%

43%

Dari hasil diatas kebiasaan warga menguras dan


membersihkan bak mandi/tempat penampungan air yang
berada di rumah, sejumlah 76 warga (42,7%) mengatakan
sering, selalu 63 warga (35,4%) dan sebanyak 39 warga
(21,9%) mengatakan jarang mnguras bak mandi.

d) Distribusi warga berdasarkan perilaku kebiasaan warga Menutup


tempat penampungan air di rumah

55
Gambar 2. Distribusi warga berdasarkan perilaku kebiasaan
warga Menutup tempat penampungan air di rumah

Kebiasaan menutup tempat


penampungan air di rumah
tidak pernah jarang sering selalu

4%
16%
30%

50%

Dari hasil diatas menunjukan kebiasaan warga menutup


tempat penampungan air di dirumah yang mengatakan tidak
pernah sebanyak 7 warga (3,9%), jarang 28 warga (15,7%), sering
89 (50,0% ) dan selalu 54 warga (30,3%).

e) Distribusi warga berdasarkan perilaku kebiasaan warga mengubur


barang-barang yang bisa menyebabkan genangan air

56
Gambar 2. Distribusi warga berdasarkan perilaku kebiasaan warga
mengubur barang-barang yang bisa menyebabkan genangan air

Kebiasaan mengubur barang-


barang yang bisa
menyebabkan genangan air
tidak pernah jarang sering selalu

16% 2%

42%

40%

Dari hasil diatas menunjukkan kebiasaan warga mengubur


barang-barang yang bisa menyebabkan genangan air, sebanyak 75
warga (42,1%) mengatakan tidak pernah, sebanyak 71 warga
(39,9%) mengatakan jarang, sebanyak 28 warga (15,7%) mengatakan
sering dan yang mengatakan selalu sebanyak 4 warga (2,2%)

f) Distribusi warga berdasarkan perilaku kebiasaan warga Menggantung


Baju atau Pakaian di rumah
Gambar 2. Distribusi warga berdasarkan perilaku kebiasaan
warga Menggantung Baju/Pakaian di rumah

57
Mempunyai kebiasaan
menggantung baju/pakaian
tidak pernah jarang sering selalu

11% 20%

35%
34%

Dari hasil data diatas menunjukkan kebiasaan keluarga


menggantung baju/pakaian sebagian besar mengatakan sering 63
warga (35,4%), jarang sebanyak 60 warga (33,7%), tidak pernah
ada 35 warga (19,7%) dan selalu ada 20 warga (11,2%).

g) Distribusi warga berdasarkan perilaku kebiasaan


menggunakan obat nyamuk (bakar atau lotion) pada saat mau
tidur
Gambar 2. Distribusi warga berdasarkan perilaku
kebiasaan menggunakan obat nyamuk (bakar atau
lotion) pada saat mau tidur

58
Menggunakan obat nyamuk
(bakar atau lotion) pada saat
mau tidur
tidak pernah jarang sering selalu

24% 18%

33%
25%

Dari hasil data diatas kebiasaan keluarga menggunakan


obat nyamuk (bakar atau lotion) pada saat mau tidur sebagian
besar mengatakan sering 59 warga (33,1%) dan tidak pernah 32
warga (18,0%).

h) Distribusi warga berdasarkan perilaku kebiasaan warga


menggunakan kelambu saat tidur
Gambar 2. Distribusi warga berdasarkan perilaku
kebiasaan warga menggunakan kelambu saat tidur

59
Menggunakan kelambu saat
tidur
tidak pernah jarang selalu
3% 2%

95%

Dari hasil data diatas kebiasaan keluarga


menggunakan kelambu saat tidur, sebagian besar tidak
pernah menggunakan klambu sebanyak 169 warga (94,9%),
dan selalu 3 warga (1,7%)

60
2) Diare
a) Distribusi Lingkungan Dalam Rumah
Gambar 3.14 Kategori Lingkungan Dalam Rumah
Berdasarkan Tempat Sampah Dalam Rumah di Desa
Sendangmulyo RW 18 Kecamatan Tembalang Kota
Semarang 2019

Keberadaan Tempat
Sampah Dalam Rumah

53% 47% tertutup


terbuka

Hasil data diatas menunjukan Lingkungan dalam


Rumah di RW 18 sebagian besar terbuka dengan
persentase sebesar 53% (95 dari 178 warga) sedangkan
kategori tertutup sebesar 47% (83 dari 178 warga).

b) Distribusi Lingkungan Dalam Rumah

61
Gambar 3.14 Kategori Lingkungan Dalam Rumah
Berdasarkan keberadaan lalat dalam sampah di Desa
Sendangmulyo RW 18 Kecamatan Tembalang Kota
Semarang 2019

Keberadaan Lalat Dalam


Sampah

17%
tidak
ya

83%

Hasil data diatas menunjukan keberadaan lalat


pada sampah di RW 18 sebagian besar tidak ada lalat
dalam sampah dengan persentase sebesar 83,1% (148
dari 178 warga) sedangkan yang terdapat lalar pada
sampah sebesar 16,9% (30 dari 178 warga).

c) Distribusi berdasarkan perilaku

62
Gambar 3.14 Kategori Perilaku Kebiasaan Jajan di Desa
Sendangmulyo RW 18 Kecamatan Tembalang Kota
Semarang 2019

Perilaku Kebiasaan Jajan

12% 12% selalu


sering

35% jarang
41%
tidak pernah

Hasil data diatas menunjukan perilaku kebiasaan


jajan di RW 18 sebagian besar jarang dengan
persentase sebesar 41% (73 dari 178 warga)
sedangkan kategori sering sebesar 35% (62 dari 178
warga).

63
d) Distribusi Perilaku Kebiasaan Konsumsi makan pedas
Gambar 3.14 Kategori perilaku kebiasaan konsumsi
makan pedas di Desa Sendangmulyo RW 18 Kecamatan
Tembalang Kota Semarang 2019

perilaku kebiasaan
makanan pedas

11% 12%
selalu
29% sering
48% jarang
tidak pernah

Hasil data diatas menunjukan kebiasaan


konsumsi makan pedas di RW 18 sebagian besar
jarang dengan persentase 48,3% (46 dari 178
warga) sedangkan kategori sering sebesar 28,7%
(51 dari 178 warga).

64
e) Distribusi kebijakan tentang penyuluhan tentang diare
Gambar 3.14 Kategori kebijakan tentang penyuluhan
tentang diare di Desa Sendangmulyo RW 18
Kecamatan Tembalang Kota Semarang 2019

kebijakan penyuluhan
tentang diare

10%
pernah

90% tidak pernah

Hasil data diatas menunjukan kebijakan


dalam penyuluhan tentang diare di RW 18
sebagian besar tidak pernah dilakukan penyuluhan
dengan persentase sebesar 90% (161 dari 178
warga) sedangkan kategori pernah sebesar 10%
(17 dari 178 warga).

65
3) ISPA
a) Distribusi Warga Berdasarkan Perilaku Merokok
Gambar 3.1 Distribusi Warga berdasarkan perilaku
merokok didalam rumah warga Desa Sendangmulyo RW
18 Kecamatan Tembalang Kota Semarang 2019 (n=178)

Perilaku merokok dalam


Rumah
sering selalu

29%

71%

Hasil data diatas menunjukan warga yang


memilik perilaku merokok didalam rumah di RW 18
berdasarkan wawancara yang memiliki kategori selalu
sejumlah 71% (127 dari 178 warga) sedangkan yang
memiliki kategori sering sejumlah 29% (51 dari 178
warga).

66
b) Distribusi Warga Berdasarkan Perilaku Penggunaan Obat
Nyamuk
Gambar 3.1 Distribusi Warga berdasarkan perilaku
penggunaan obat nyamuk bakar warga Desa
Sendangmulyo RW 18 Kecamatan Tembalang Kota
Semarang 2019 (n=178)

Perilaku Penggunaan Obat


Nyamuk Bakar
selalu kadang-kadang tidak pernah
14%
7%

79%

Hasil data diatas menunjukan warga yang


memilik perilaku penggunaan obat nyamuk bakar di RW
18 berdasarkan wawancara yang memiliki kategori tidak
pernah sejumlah 79% (140 dari 178 warga), kategori
kadang-kadang sejumlah selalu sejumlah 14% (26 dari
178 warga) sedangkan yang memiliki kategori selalu
sejumlah 12% (7 dari 178 warga).

67
2. Risiko
Lansia Nyeri Sendi
a) Distribusi Warga Berdasarkan Perilaku Lansia Mengkonsumsi Sayuran
Gambar 3.1 Distribusi Warga berdasarkan perilaku lansia mengkonsumsi
sayuran warga Desa Sendangmulyo RW 18 Kecamatan Tembalang Kota
Semarang 2019 (n=9)

Lansia mengkonsumsi sayuran


tidak pernah jarang sering selalu

22%
34%

33% 11%

Hasil data diatas menunjukan hasil wawancara mengenai


kebiasaan konsumsi sayuran pada warga dengan keluhan nyeri sendi
dengan hasil yang menjawab sering sejumlah 33% (3 warga dari 16
warga) dan yang menjawab selalu sejumlah 22% (2 warga dari 16
warga)

68
b) Distribusi Warga Berdasarkan Perilaku Mengkonsumsi Jamur
Gambar 3.1 Distribusi Warga berdasarkan perilaku lansia mengkonsumsi
jamur kuping warga Desa Sendangmulyo RW 18 Kecamatan Tembalang
Kota Semarang 2019 (n=9)

Lansia mengkonsumsi jamur kuping


tidak pernah jarang sering

22%

56%
22%

Hasil data diatas menunjukan hasil wawancara mengenai kebiasaan


konsumsi jamur kuping pada warga dengan keluhan nyeri sendi dengan
hasil yang menjawab sering sejumlah 22% (2 warga dari 16 warga) dan
yang menjawab jarang sejumlah 22% (2 warga dari 16 warga)

c) Distribusi Warga Berdasarkan Perilaku Lansia Mengkonsumsi Daging

69
Gambar 3.1 Distribusi Warga berdasarkan perilaku lansia mengkonsumsi
daging warga Desa Sendangmulyo RW 18 Kecamatan Tembalang Kota
Semarang 2019 (n=9)

Lansia mengkonsumsi daging


tidak pernah jarang sering

11%
44%

45%

Hasil data diatas menunjukan hasil wawancara mengenai


kebiasaan konsumsi daging pada warga dengan keluhan nyeri sendi
dengan hasil yang menjawab sering sejumlah 44% (4 warga dari 16
warga)
Lansia Dengan Hipertensi
a) Distribusi Warga berdasarkan perilaku lansia melakukan pemeriksaan
kesehatan warga Desa Sendangmulyo RW 18 Kecamatan Tembalang
Kota Semarang 2019 (n=4)
Gambar 3.1 Distribusi Warga berdasarkan perilaku lansia
melakukan pemeriksaan kesehatan warga Desa Sendangmulyo RW
18 Kecamatan Tembalang Kota Semarang 2019 (n=4)

70
Lansia melakukan pemeriksaan kesehatan
sering jarang

50% 50%

Hasil data diatas menunjukan hasil wawancara mengenai


kebiasaan lansia melakukan pemeriksaan kesehatan pada warga
dengan keluhan hipertensi dengan hasil yang menjawab jarang
sejumlah 50% (2 warga dari 4 warga)

71
b) Distribusi Warga berdasarkan perilaku lansia makan makanan bersantan
warga Desa Sendangmulyo RW 18 Kecamatan Tembalang Kota
Semarang 2019 (n=4)
Gambar 3.1 Distribusi Warga berdasarkan perilaku lansia
makan makanan bersantan warga Desa Sendangmulyo RW 18
Kecamatan Tembalang Kota Semarang 2019 (n=4)

Lansia makan makanan bersantan


sering jarang

25%

75%

Hasil data diatas menunjukan hasil wawancara mengenai


kebiasaan lansia makan makanan bersantan pada warga dengan
keluhan hipertensi dengan hasil yang menjawab sering sejumlah
75% (3 warga dari 4 warga)

72
c) Distribusi Warga berdasarkan perilaku lansia makan makanan daging warga
Desa Sendangmulyo RW 18 Kecamatan Tembalang Kota Semarang 2019
(n=4)

Gambar 3.1 Distribusi Warga berdasarkan perilaku lansia makan


makanan daging warga Desa Sendangmulyo RW 18 Kecamatan
Tembalang Kota Semarang 2019 (n=4)

Lansia makan makanan daging


berlemak
sering jarang tidak pernah

25%
50%

25%

Hasil data diatas menunjukan hasil wawancara mengenai kebiasaan


lansia makan makanan daging berlemak pada warga dengan keluhan
hipertensi dengan hasil yang menjawab sering sejumlah 25% (1 warga
dari 4 warga) dan yang menjawab jarang sejumlah 50% (2 warga dari 4
warga)

73
d) Distribusi Warga berdasarkan perilaku lansia makan makanan jeroan
warga Desa Sendangmulyo RW 18 Kecamatan Tembalang Kota
Semarang 2019 (n=4)

Gambar 3.1 Distribusi Warga berdasarkan perilaku lansia makan


makanan jeroan warga Desa Sendangmulyo RW 18 Kecamatan
Tembalang Kota Semarang 2019 (n=4)

Lansia makan makanan jeroan


jarang tidak pernah

50% 50%

Hasil data diatas menunjukan hasil wawancara mengenai


kebiasaan lansia makan makanan jeroan pada warga dengan
keluhan hipertensi dengan hasil yang menjawab jarang sejumlah
50% (2 warga dari 4 warga)

74
e) Distribusi Warga berdasarkan perilaku lansia makan makanan yang
digoreng warga Desa Sendangmulyo RW 18 Kecamatan Tembalang Kota
Semarang 2019 (n=4)

Gambar 3.1 Distribusi Warga berdasarkan perilaku lansia makan


makanan yang digoreng warga Desa Sendangmulyo RW 18
Kecamatan Tembalang Kota Semarang 2019 (n=4)

Lansia makan makanan yang


digoreng
sering jarang

25%

75%

Hasil data diatas menunjukan hasil wawancara mengenai


kebiasaan lansia makan makanan yang digoreng pada warga dengan
keluhan hipertensi dengan hasil yang menjawab sering sejumlah 25%
(1 warga dari 4 warga) dan yang menjawab jarang sejumlah 75% (3
warga dari 4 warga)

75
76
ANALISA DATA KOMUNITAS
DATA MASALAH KESEHATAN
WINDSHIELD SURVEY Perilaku kesehatan cenderung beresiko demam
a. Berdasarkan hasil observasi di RW 18 berd
ditemukan jentik nyamuk sekitar 12 di arah
lingkungan luar rumah terdiri dari, 4 di RT
10, 2 di RT 6, 2 di RT 8, 2 di RT 9, di RT
10, dan 2 di RT 11. Seperti di ; gentong
bekas yang terletak di lahan kosong dengan
kondisi terdapat air, bekas minuman plastic
yang terdapat genangan air yang terdapat
jentik nyamuk, dan adanya sampah plastic
yang berisi air dan ada jentik nyamuk.
b. Terdapat 23 rumah dengan kondisi
halaman rumah terdapat barang-barang
tidak terpakai terdiri dari 4 di KRT 2, 2 di
RT 3, 5 di RT 4, 1 di RT 5, 2 di 6, 3 di RT
8, 2 di RT 9, 2 di RT 10, 2 di RT 11.
Seperti : botol minum, gallon air, dan drum
bekas.
c. Ditemukan 38 rumah kosong terdiri dari 2
di RT 2, 8 di RT 5, 1 di RT 6, 2 di RT 8, 1
di RT 9, 21 di RT 10 dan 3 di RT 11
d. Ditemukan 10 halaman (perkarangan)
yang kosong dengan keadaan banyak
sampah plastic berserakan dan ada 1 lahan
kosong di RT 1 terdapat gentong bekas
berisi air. Lahan kosong terdiri dari 1 di RT
1, 2 di RT 2, 2 di RT 5, 3 di RT 6, 1 di RT
10, dan 1 di RT 11.
e. Terdapat 10 tempat sampah diluar rumah
yang terbuka dan sampah tergenang air
serta didapatkan jentik nyamuk terdiri dari
1 di RT 1, 5 di RT 6, 2 di RT 8, 1 di RT 9,
dan 2 di RT 11.
WAWANCARA
a. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kader
RW 18 dan Pak RW mengatakan bahwa
salahsatu penyakit yang sering menjadi
masalah kesehatan di RW 18 yaitu demam
berdarah sejak bulan januari yang lalu
b. Kader mengatakan masih terdapat warga
yang kurang kooperatif dalam pemantauan
pemeriksaan jentik
ANGKET:
Berdasarkan hasil angket menunjukkan bahwa :
a. 17 (9,6%) mengatakan bak penampungan air
dirumahnya memiliki jentik nyamuk
b. 39 warga (21,9%) mengatakan jarang
menguras bak mandi

77
c. 75 warga (42,1%) mengatakan tidak pernah
mengubur bararang-barang tidak terpakai
d. 63 warga (35,4%) sering menggantung
baju/pakaian dirumah
e. 169 warga (94,9%) tidak pernah
menggunakan klambu saat tidur
WINDSHIELD SURVEY Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
a. Berdasarkan hasil observasi di RT 2 (Diare)
terdapat 1 anak usia pra sekolah yang
bermain-main di jalan komplek dan
memakan makanan yang sudah terjatuh
b. Berdasarkan hasil observasi di RT 5
terdapat 1 penjual makanan dengan kondisi
makanan tidak ditutup yang lokasinya
berada dipinggir jalan
c. Ada 1 tempat sampah yang terbuka terdapat
lalat di RT 6
WAWANCARA
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua
kader menyatakan bahwa warga tidak
melaporkan kejadian diare, tetapi ketika mereka
biasa melakukan pengobatan sendiri
ANGKET:
Berdasarkan hasil analisis univariat
menunjukkan bahwa :
a. 95 warga (53,4%) terdapat tempat sampah
dalam rumah terbuka
b. 30 warga (16,9%) terdapat adanya lalat di
tempat sampah
c. 62 warga (34,8%) mengatakan (sering)
memiliki kebiasaan jajan di luar
d. 161 warga (90,4%) mengatakan tidak
pernah mendapat penyuluhan terkait
dengan diare.
WINDSHIELD SURVEY Perilaku kesehatan cenderung beresiko (ISPA)
Berdasarkan hasil observasi terdapat kelompok
warga yang sedang kerja bakti di RT 11 dan 2
warga di RT 5 yang membakar sampah kering
dengan warna asap abu-abu dan asapnya
menyebar ke komplek perumahan.
WAWANCARA
Kader mengatakan warganya banyak yang
merokok sekitar 43 %
ANGKET :
Berdasarkan hasil analisis univariat
menunjukkan bahwa :
a. 127 warga (71%) mengatakan bahwa selalu
merokok di dalam rumah
b. 7 warga (12%) mengatakan selalu
menggunakan obat nyamuk bakar
WINDSHIELD SURVEY Resiko sindrom kelemahan lansia (Nyeri sendi)

78
Ditemukan 2 lansia di RT 2 dan RT 9 yang
berjalan hati-hati dan pelan-pelan
WAWANCARA
a. Berdasarkan hasil wawancara dengan
sekretaris kader mengatakan bahwa jumlah
lansia di RW 18 sebanyak 62 orang
b. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu
Kopja mengatakan bahwa di RT 9 terdapat
2 lansia mengalami nyeri sendiri
ANGKET
Berdasarkan hasil analisis univariat
menunjukkan bahwa :
a. Dari 16 warga mengatakan 2 warga warga
(22%) sering mengkonsumsi jamur kuping
b. Dari 16 warga mengatakan 4 warga (44%)
sering mengkonsumsi daging

WINDSHIELD SURVEY Risiko sindrom kelemahan lansia (Hipertensi)


Berdasarkan hasil observasi di posyandu saat
dilakukan pemeriksaan tekanan darah terdapat
lansia yang hipertensi sebanyak 3 orang
WAWANCARA
a. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu
kader RT 6 mengatakan bahwa terdapat
beberapa lansia yang mengalami hipertensi
sebanyak 4 orang.
b. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu
PKK posyandu mengatakan bahwa
kebanyakan lansia yang mengalami
hipertensi sering melakukan kontrol di
puskesmas dan memiliki tensimeter sendiri.
ANGKET
a. 3 warga (75%) mengatakan sering
mengkonsumsi makanan bersantan
b. 1 warga (25%) sering mengkonsumsi
daging

PRIORITAS MASALAH KESEHATAN RW 18 KELURAHAN


SENDANGMULYO
No MASALAH A B C D E F G H I J K L M N
KESEHATAN
1. Perilaku 5 5 4 3 5 3 3 3 5 3 5 3 42 1
kesehatan
cenderung
beresiko
(Demam
Berdarah)
2. Ketidakefektifan 4 4 3 3 4 2 3 3 5 3 4 3 41 2

79
pemeliharaan
kesehatan
(Diare)
3. Ketidakefektifan 4 3 2 3 3 3 4 3 4 3 4 3 39 5
manajemen
kesehatan
(ISPA)
4. Risko sindrom 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 40 3
kelemahan
lansia (Nyeri
Sendi)
5. Risko sindrom 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 39 4
kelemahan
lansia
(Hipertensi)

KETERANGAN
A : Risiko Terjadi H : Waktu
B : Risiko Parah I : Dana
C : Potensi Untuk Pendidikan Kesehatan J : Fasilitas Kesehatan
D : Minat Masyarakat K : Sumber daya
E : Kemungkinan diatasi L : Sesuai Peran Perawat
F : Sesuai Program M : Skor Total
G : Tempat N : Urutan Prioritas
Keterangan Pembobotan:
1 : Sangat Rendah
2 : Rendah
3 : Cukup
4 : Tinggi
5 : Sangat Tinggi

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan sikap negative
terhadap pelayanan kesehatan ditandai dengan:

80
a. 17 (9,6%) mengatakan bak penampungan air dirumahnya memiliki jentik
nyamuk sebanyak
b. 39 warga (21,9%) mengatakan jarang mnguras bak mandi
c. 75 warga (42,1%) mengatakan tidak pernah mengubur bararang-barang tidak
terpakai
d. 63 warga (35,4%) sering menggantung baju/pakaian dirumah
e. 169 warga (94,9%) tidak pernah menggunakan klambu saat tidur
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan hambatan
pengambilan keputusan ditandai dengan:
a. Dari 178 warga terdapat tempat sampah dalam rumah terbuka sebanyak 95
warga (53,4%)
b. Dari 178 warga adanya lalat di tempat sampah 30 warga (16,9%)
c. Dari 178 warga, warga mengatakan memiliki kebiasaan jajan di luar (sering)
62 warga (34,8%)
d. Dari 178 warga, warga mengatakan mengkonsumsi makanan pedas (sering)
51 respenden (8,7%)
e. Dari 178 warga, warga mengatakan tidak pernah mendapat penyuluhan
terkait dengan diare sebanyak 161 warga (90,4%)
3. Perilaku kesehatan cenderung beresiko (ISPA) berhubungan dengan kurang
pemahaman ditandai dengan:
a. Dari 178 warga mengatakan bahwa selalu merokok sebesar 127 warga
(71%)
b. Dari 178 warga mengatakan selalu menggunakan obat nyamuk bakar
sebanyak 7 warga (12%)
4. Risiko kelemahan sindrom lansia (Nyeri Sendi) ditandai dengan:
a. Dari 16 warga mengatakan 2 warga warga (22%) sering mengkonsumsi
jamur kuping
b. Dari 16 warga mengatakan 4 warga (44%) sering mengkonsumsi daging
5. Risiko kelemahan sindrom lansia (Hipertensi) ditandai dengan:

81
a. 3 warga (75%) mengatakan sering mengkonsumsi makanan bersantan
b. 1 warga (25%) sering mengkonsumsi daging

82
PLAN OF ACTION
DI RW VII KELURAHAN SENDANGMULYO KECAMATAN TEMBALANG
MASALAH TUJUAN KEGIATAN SASARAN WAKTU TEMPAT DANA PENANGGUNG
KESEHATAN JAWAB

Perilaku kesehatan Tujuan Umum: Pendidikan kesehatan: Kader dan Balai RW 18 Mahasiswa Masyarakat RW 18
cenderung beresiko Setelah dilakukan tindakan Memberikan Pendidikan perwakilan Kelurahan
DBD keperawatan selama 3 minggu kesehatan terkait warga RW 18 Sendangmulyo
diharapkan masyarakat di penyakit demam dari tiap-tiap
Wilayah kerja Puskesmas berdarah dan cara RT
Kedungmundu, RW 18 Kelurahan pencegahannya.
Sendangmulyo Kecamatan
Tembalang, Kota Semarang
mengubah perilaku untuk mencegah
terjadinya penyakit demam
berdarah

Tujuan Khusus: Rumah ketua Mahasiswa Masyarakat RW 18


Kemitraan: Lingkungan
1. Mampu membahas aktifitas RW 18
Bekerja sama dengan RW 18
rekomendasi dengan praktisi
kesehatan dinas lingkungan hidup
2. Mampu mengidentifikasi dalam penyediaan bibit
manfaat yang diharapkan dari tanaman lavender
kegiatan yang
direkomendasikan
3. Mampu mengidentifikasi
hambatan untuk melaksanakan Pemberdayaan :
aktifitas fisik yang Melakukan Kerjabakti
direkomendasikan dengan masyarakat
4. Mampu menetapkan tujuan untuk menanam
aktifitas yang dapat dicapai tanaman lavender
5. Mampu menggunakan strategi
untuk mengalokasikan waktu
untuk aktifitas yang

83
direkomendasikan
6. Mampu mengidentifikasi
gejala yang perlu dilaporkan Melakukan kerjabakti
untuk pembersihan bak
mandi dan menata
barang-barang yang
tidak terpakai

Melakukan kerjabakti
membersihkan
lingkungan disekitar
rumah kosong

Memotivasi warga agar


selalu menutup tempat
sampah setelah
membuang sampah

Memberikan poster
tentang pencegahan
DBD

84
Ketidakefektifan Tujuan Umum Pendidikan kesehatan Kader dan Balai RW 18 Mahasiswa Masyarakat RW 18
pemeliharaan kesehatan Setelah dilakukan tindakan (Diare): perwakilan
(Diare) keperawatan selama 3 minggu 1. Memberikan warga RW 18
diharapkan masyarakat di Wilayah pendidikan dari tiap-tiap
kerja Puskesmas kedungmundu, kesehatan tentang RT
RW 18 Kelurahan Sendangmulyo diare (Pengertian,
Kecamatan Tembalang, Kota penyebab, tanda
Semarang diharapkan dapat dan gejala, akibat,
mencegah terjadinya tentang dan cara mengatasi
penyakit diare. diare).
2. Mendemonstrasikan
cara mencuci
Tujuan Khusus: tangan dengan
1. Meningkatkan pengetahuan benar dan waktu
masyarakat tentang penyakit cuci tangan yang
diare. tepat.
2. Meningkatkan perilaku
masyarakat untuk hidup bersih
dan sehat Kemitraan :
3. Memahami tentang deteksi dini Bekerjasama antara
tanda dan gejala dari penyakit anggota kader untuk
diare memotivasi warga
bagaimana cara
penanganan pertama
pada anggota keluarga
yang terkena diare
(pemberian oralit dan
cairan pengganti untuk
mencegah dehidrasi)

Kader RW 18 Balai RW 18 Mahasiswa Masyarakat RW 18


Pemberdayaan : dan petugas
Melakukan kerjabakti kesehatan
lingkungan RW 18

85
Perilaku kesehatan Tujuan Umum: Pendidikan kesehatan Kader dan Balai RW 18 Mahasiswa Masyarakat 18
cenderung berisiko Setelah dilakukan tindakan ISPA perwakilan
(ISPA) keperawatan selama 3 minggu 1. Memberikan warga RW 18
diharapkan masyarakat di pendidikan kesehatan dari tiap-tiap
Wilayah kerja Puskesmas tentang ISPA RT
kedungmundu, RW 18 Kelurahan (Pengertian,
Sendangmulyo Kecamatan penyebab, akibat,
Tembalang, Kota Semarang tanda gejala dan cara
diharapkan dapat mencegah mengatasi ISPA
terjadinya tentang penyakit ISPA 2. Memberikan
penyuluhan mengenai
pemilahan sampah
Tujuan Khusus: basah dan kering
1. Meningkatkan pemahaman 3. Memberikan
masyarakat tentang penyakit pendidikan kesehatan
ISPA serta deteksi dini tanda tentang pola hidup
dan gejala penyakit ISPA sehat
2. Mengoptimalkan pelayanan
kesehatan yang berbasis warga
terkait ISPA
3. Memahami dan menerapkan
perilaku hidup bersih untuk
pencegahan ISPA (seperti rutin
membersihkan rumah

86
Resiko sindrom Tujuan Umum : Pendidikan kesehatan: Kader dan Balai RW 18 Mahasiswa Masyarakat RW 18
kelemahan lansia (nyeri Setelah dilakukan tindakan Memberikan pendidikan perwakilan
sendi) keperawatan selama 3 minggu kesehatan tentang warga RW 18
diharapkan masyarakat di penyakit nyeri sendi dan dari tiap-tiap
Wilayah kerja Puskesmas cara pengobatan RT
kedungmundu, RW 18 Kelurahan tradisional (kompres
Sendangmulyo Kecamatan jahe merah )
Tembalang, Kota Semarang
diharapkan dapat mengurangi
resiko terjadinya sindrom Memberikan pendidikan
kelemahan lansia kesehatan tentang
makanan yang harus
Tujuan Khusus : dihindari untuk
1. Meningkatkan pemahaman mengurangi nyeri sendi
masyarakat tentang penyakit
nyeri sendi pada lansia
2. Meningkatkan pemahaman
lansia tentang makanan yang
harus dihindari untuk
mengurangi nyeri sendi

87

Anda mungkin juga menyukai