Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL ROLE PLAY MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG

BANGSAL BEDAH DI RSUD DR ACHMAD MUCHTAR


BUKITTINGGI TAHUN 2023

DISUSUN OLEH :

1. Al Ikhlas Jonevi

2. Aulfa Zadkia Mardianto

3. Albi Saputra

4. Harles Trio Saputra

5. Khaira Nikmah

6. Rohadhatul Atika

7. Tesa Aprianti

8. Tri Selsa

9. Zenita Zazkia

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS PERINTIS

INDONESIA TAHUN 2023/2024


BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Model praktik keperawatan adalah diskripsi atau gambaran dari praktik


keperawatan yang nyata dan akurat berdasarkan kepada filosofi, konsep dan teori
keperawatan di era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan
menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang
optimal. Indonesia juga berupaya mengembangkan model praktik keperawatan
profesional (MPKP).

Profesionalisme, dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan


mengoptimalkan peran dan fungsih perawat, terutama peran dan fungsih mandiri
perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif
antar perwat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk
komunikasi yang harus ditingkatkan efektivitasnya adalah saat pergantian shift
(timbang terima pasien).

Oleh karena itu, kami dari kelompok 1 akan membahas tentang model praktek
keperawatan profesional dalam fase timbang terima.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum

Untuk menjelaskan dan mengetahui konsep dasar teori model praktek


keperawatan profesional fase timbang terima

1.2.2 Tujuan Khusus

1 Untuk mengetahui tentang pengertian dari timbang terima.

2 Untuk mengetahui tujuan dari timbang terima.

3 Untuk mengetahui manfaat dari timbang terima.

4 Untuk mengetahui langkah-langkah dari timbang terima.


5 Untuk mengetahui prosedur dari timbang terima.

6 Untuk mengetahui metode dari timbang terima.

7 Untuk mengetahui efek dari timbang terima.

8 Untuk mengetahui Hal-hal apa yang perlu diperhatikan dari timbang


terima.

9 Untuk mengetahui komunikasi efektif SBAR pada timbang terima.

10 Untuk mengetahui alur dari timbang terima.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Timbang Terima

Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya
handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage. Handover
adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat
pada pergantian shift jaga. (Nursalam, 2008)

Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handover adalah transfer tentang
informasi (termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat) selama perpindahan
perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang pertanyaan,
klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien.

Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan
dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien.
Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan
secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan
kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan perkembangan pasien saat itu.
Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh
perawat primer keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas
sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan. (Kassean, H.K, 2005)

2.2 Tujuan Timbang Terima


2.2.1 Tujuan Umum
Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang
penting.
2.2.2 Tujuan Khusus
a. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data focus).
b. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
kepada pasien
c. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindaklanjuti oleh
perawat dinas berikutnya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

2.3 Manfaat Timbang Terima


2.3.1 Bagi Perawat

a Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.

b Menjalin hubungan kerja sama dan bertanggung jawab antar perawat.

c Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang


berkesinambungan

d Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.


2.3.2 Bagi pasien
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang
belum terungkap. Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk
mengakurasi, mereliabilisasi komunikasi tentang tugas perpindahan
informasi yang relevan yang digunakan untuk kesinambungan dalam
keselamatan dan keefektifan dalam bekerja. Timbang terima (handover)
memiliki 2 fungsi utama yaitu:
a. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan
perasaan perawat.
b. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan
keputusan dan tindakan keperawatan

2.4 Langkah-langkah dalam Timbang Terima


1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
2. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan
disampaikan.
3. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift
selanjutnya meliputi:
a. Kondisi atau keadaan pasien secara umum
b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
d. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan
tidak terburu- buru.
e. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara
langsung melihat keadaan pasien.

2.5 Prosedur dalam Timbang Terima


1. Persiapan
a Kedua kelompok dalam keadaan siap.
b Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.

2. Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing- masing
penanggung jawab:
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang
masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum
dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan
kepada perawat yang berikutnya.
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah:
1) Identitas klien dan diagnosa medis.
2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
4) Intervensi kolaborasi dan dependen.
5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam
kegiatan selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan
laboratorium atau pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan
untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan
secara rutin.
e. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi,
tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang
jelas penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas
f. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali
pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
g. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku
laporan ruangan oleh perawat.

2.6 Prosedur Timbang Terima


Tahap Kegiatan Pelaksanaan
1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian Karu,
Persiapan
shift/operan perawat
2) Prinsip timbang terima, semua pasien ditimbang terima pelaksana
yang memiliki permasalahan yang belum/dapat teratasi
serta yang membutuhkan observasi lebih lanjut.
3) PP menyampaikan timbang terima pada PP berikutnya,
hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima :
 Jumlah pasien
 Identitas klien dan diagnosis medis.
 Data keluhan/subjektif dan objektif).
 Masalah keperawatan yang masih muncul.
 Intervensi keperawatan yang sudah dan belum
dilaksanakan (secara umum).
 Intervensi kolaboratif dan dependen
 Rencana umum dan persiapan yang dilakukan (persiapan
operasi, pemeriksaan penunjang
1. Kedua kelompok dinas sudah siap (shift jaga).
Pelaksanaan Karu,
2. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku
perawat
catatan.
pelaksana
3. Kepala ruang membuka acara timbang terima.
4. Perawat yang melakukan timbang terima dapat
melakukan klarifikasi, Tanya jawab, dan melakukan
validasi terhadap hal- hal yang telah ditimbang
terimakan dan berhak menanyakan mengenai hal-hal
yang kurang jelas.
5. Kepala ruang/PP menanyakan kebutuhan dasar
pasien.
6. Penyampaian yang jelas, singkat dan padat.
7. Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji
secara penuh terhadap masalah keperawatan,
kebutuhan, dan tindakan yang telah/belum
dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya selama
masa perawtan.
8. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan
perincian yang matang sebaiknya dicatat secara khusus
untuk kemudian diserahterikmakan kepada petugas
berikutnya
9. Lama timbang terima untuk tiap pasien tidak lebih dari
5 menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan
keterangan yang rumit
10. Pelaporan timbang terima dituliskan secara langsung
pada format timbang terima yang ditandatangani oleh
pp yang jaga saat itu dan pp yang jaga berikutnya
diketahui oleh kepala ruangan
11. Ditutup oleh kepala ruangan

1. Timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu:


a. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan
tanggungjawab. Meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh
perawat jaga sebelumnya.

b. Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan
datang melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu
sendiri yang berupa pertukaran informasi yang memungkinkan adanya
komunikasi dua arah antara perawat yang shift sebelumnya kepada
perawat shift yang datang.
c. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung
jawab dan tugas yang dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat
yang menerima operan untuk melakukan pengecekan data informasi
pada medical record atau pada pasien langsung.

2.7 Metode dalam Timbang Terima

1. Timbang terima dengan metode tradisional

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005)


disebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:
a Dilakukan hanya di meja perawat.
b Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.
c Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi
secara umum.
d Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga
proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak
up to date.

2. Timbang terima dengan metode bedside handover


Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan sekarang
sudah menggunakan model bedside handover yaitu handover
yangdilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien
atau keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback. Secara
umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga baik secara
tradisional maupun bedside handover tidak jauh berbeda, hanya pada
handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait
kondisi penyakitnya secara up to date.
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien
dengan perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi
pasien secara khusus.

Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentangkerahasiaan pasien


jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau
persepsi medis yang lain. Menurut Nursalam, 2002 timbang terima memiliki
beberapa metode pelaksanaan diantaranya:
a. Menggunakan Tape recorder
Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan
kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa
one way communication.
b. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken Melakukan pertukaran
informasi dengan berdiskusi.
c. Menggunakan komunikasi tertulis —written Melakukan pertukaran informasi
dengan melihat pada medical record saja atau media tertulis lain.

Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan


bahkan beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk
dikombinasi. Menurut Joint Commission Hospital Patient Safety, menyusun
pedoman implementasi untuk timbang terima, selengkapnya sebagai berikut:
a. Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk
adanyapertanyaan dari penerima informasi tentang informasi pasien.
b. Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi
terapi, pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta yang harus
diantipasi.
c. Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh perawat
penerima dengan melakukan pengecekan dengan membaca,
mengulangatau mengklarifikasi.
d. Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk
perawatan dan terapi sebelumnya.
e. Handover tidak disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan
kegagalan informasi atau terlupa.

Faktor-faktor dalam timbang terima :


a. Komunikasi yang objective antar sesama petugas kesehatan.
b. Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan.
c. Kemampuan menginterpretasi medical record.
d. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
e. Pemahaman tentang prosedur klinik.

2.8 Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga


Timbang terima atau operan jaga memiliki efek-efek yang sangat
mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada
pasien.Efek-efek dari shift kerja atau operan adalah sebagai berikut:

1. Efek Fisiologi
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak
gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang
tidur selama kerja malam. Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya
perasaan mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan gangguan
pencernaan.
2. Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya ganggun akehidupan keluarga, efek fisiologis
hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman,
dan mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat. Saksono (1991)
mengemukakan pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari. Sementara
pada saat itu bagi pekerja malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur,
sehingga tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat
tersisih dari lingkungan masyarakat.
3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek
fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan
kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku
kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.
4. Efek Terhadap
Kesehatan Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini
cenderung terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi
masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita
diabetes.
5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang
dilakukan Smith et. Al (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa
frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja
(malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi
tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan
industri terjadi pada shift malam. Kenyataan bahwa kecelakaan cenderung
banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift malam.

2.9 Hal-hal yang perlu diperhatikan

Hal-hal yang perlu diperhatikan menurut Kassean H K, 2005 adalah:


1. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift.
2. Dipimpin oleh kepala ruang atau penanggung jawab pasien (PP).
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan
pasien.
5. Timbang terima harus beriorientasi pada permasalahan pasien. Pada saat
timbang terima dikamar pasien, menggunakn volume suara yang cukup
sehingga pasien disebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi
klien. Sesuatu yang dianggap rahasia tidak dibicarakan langsung didepan
pasien
6. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.
7. Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan shock sebaiknya di
bicarakan di nurse station.

2.10 Komunikasi SBAR


Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah
komunikasi SBAR(Situation, Background, Assessment,
Recommendation), metode komunikasi ini digunakan pada saat perawat
melakukan handover ke pasien. Komunikasi SBAR adalah kerangka teknik
komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam
menyampaikan kondisi pasien. (Nursalam, 2008)

SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi


penting yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi
terhadap eskalasi yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien. SBAR
juga dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah terima antara
shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda. Melibatkan
semua anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam situasi
pasien termasuk memberikan rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan
untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya.

Keuntungan dari penggunaan metode SBAR adalah Kekuatan perawat


berkomunikasi secara efektif:
1. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat
paham akan kondisi pasien.
2. Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan
pasien.

Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background,


Assessment, Recommendation. Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan
oleh semua tenaga kesehatan, diharapkan semua tenaga kesehatan maka
dokumentasi tidak terpecah sendiri-sendiri. Diharapakan dokumentasi
cacatan perkembangan pasien terintegrasi dengan baik. Sehingga tenaga
kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan pasien. Melalui:
1. Situation: Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/ dilaporkan?
a Mengidentifikasi nama diri petugas dan pasien.
b Diagnosa medis
c Apa yang terjadi dengan pasien yang memprihatinkan

2. Background: Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan


dengan situasi?

3. Obat saat ini dan alergi


a Tanda-tanda vital terbaru
b Hasil laboratorium: tanggal dan waktu tes dilakukan dan hasil
tes sebelumnya untuk perbandingan
c Riwayat medis
d Temuan klinis terbaru

4. Assessment: berbagai hasil penilaian klinis perawat


a Apa temuan klinis?
b Apa analisis dan pertimbangan perawat?
c Apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan?

5. Recommendation: apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan?


a Apa tindakan / rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki
masalah?
b Apa solusi yang bisa perawat tawarkan dokter?
c Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki
kondisi pasien?
d Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi?
2.11 Alur Timbang Terima

Pasien

Diagnosas medis Diagnosis keperawatan


masalah kolaboratif didukung data

Rencana Tindakan

Telah Dilakukan Belum dilakukan

Perkembanbangan
Keadaan Pasien

Masalah:
1 teratasi
2 1 belum teratasi
3 Teratasi sebagian
4 Munculn masalah baru

2. 12 Contoh Rencana Kegiatan Timbang Terima


1. Pelaksanaan timbang
terima Hari/Tanggal :
Pukul :
Topik :
Tempat :
2. Metode
a. Diskusi
b. Tanya Jawab
3. Medis
1. Status Klien
2. Buku timbang terima
3. Alat tulis
4. Leaflet
5. Sarana dan Prasarana perawatan
4. Pengorganisasian Kepala Ruangan :
Perawat Primer (pagi) :
Perawat Primer (sore) :
Perawat Associate (pagi) :
Perawat Associate (sore) :
Perawat Associate (malam) :
Perawat Associate (libur) :

Pembimbing/Supervisor :
5. Uraian Kegiatan
a Prolog
Pada hari jum’at jam 09.00 seluruh perawat shift pagi dan sore
serta kepala ruangan berkumpul di nurse station untuk melakukan
timbang terima.
b Sesi I di nurse station
Kepala ruangan memimpin dan membuka acara yang didahului
dengan do’a dan kemudian mempersilahkan PP dinas pagi untuk
melaporkan keadaan dan perkembangan pasien selama bertugas
kepada PP yang akan berdinas selanjutnya (sore). PP shift sore
memberikan klarifikasi keluhan, intervensi keperawatan yang sudah
dan belum dilaksanakan (secara umum), intervensi kolaboratif dan
dependen. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan
(persiapan operasi, pemeriksaan penunjang dan lain-lain), hal yang
belum jelas atas laporan yang telah disampaikan. Setelah melakukan
timbang terima di nurse station berupa laporan
tertulis dan lisan, kemudian diteruskan di ruang perawatan pasien.
c Sesi II di ruang perawatan pasien
Seluruh perawat dan kepala ruangan bersama-sama melihat ke
tempat pasien. PP dinas selanjutnya mengklarifikasi dan
memvalidasi data langsung kepada pasien atau keluarga yang
mengalami masalah khusus. Untuk pasien yang tidak mengalami
masalah khusus, kunjungan tetap dilaksanakan. Lama kunjungan
tidak lebih 5 menit per pasien. Bila terdapat hal-hal yang bersifat
rahasia bagi pasien dan keluarga perlu diklarifikasi, maka dapat
dilakukan di nurse station setelah kunjungan ke pasien berakhir.
d Epilog
Kembali ke nurse station. Diskusi tentang keadaan pasien yang
bersifat rahasia. Setelah proses timbang terima dilakukan, maka
kedua PP menandatangani laporan timbang terima dengan diketahui
oleh kepala ruang.
e Evaluasi
a. Struktur Input
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang
telah tersedia antara lain: catatan timbang terima, status klien
dan kelompok shift timbang terima. Kepala ruang selalu
memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada
pergantian shift, yaitu malam ke pagi dan pagi ke sore. Kegiatan
timbang terima pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat
primer yang bertugas saat itu.
b. Proses
c. Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruang dan oleh
dilaksanakan seluruh perawat yang bertugas maupun yang
akan mengganti shift. Perawat primer mengoperkan ke
perawat primer berikutnya yang akan mengganti shift.
Timbang terima pertama dilakukan di nurse station
kemudian ke ruang perawatan pasien dan kembali lagi ke
nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah pasien,
diagnosis keperawatan, dan intervensi yang belum/ sudah
dilakukan. Waktu untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit
saat klarifikasi ke pasien.
d. Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift.
Setiap perawat dapat mengetahui perkembangan pasien.
Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.

2.13 Format Timbang Terima

Nama Pasien: Format Overan Pasien

Umur :
Tanggal :
Kamar :
Diagnose medis:
Asuhan Keperawatan
Shift Pagi Shift Sore Shift Malam
Masalah keperawatan
Data focus S: S: S:
Data subjektif dan O: O: O:
objektif A: A: A:
P: P: P:
Intervensi yang sudah
Dilakukan
Intervensi yang belum
Dilakukan
Tanda tangan PP PP pagi: Pp Sore : PP malam:
Pp sore: Pp Malam: Pp pagi :

Karu: Karu
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam.2008. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional.Jakarta: Salemba Medika

Kassean, H.K., & Jagoo, Z.B.2005.Managing Change in the Nursing


Handoνer from Traditional to Beside Handoνer.

Nursalam.2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional.Jakarta: Salemba Medika
Role Play Timbang Terima Dengan Metode SBAR

A. Peran
Karu
Ppja
Perawat shift pagi
Perawat shift siang
B. Pelaksanaan
Pagi pukul 07.45 wib, tiba lah perawat Shift pagi bersama karu.
Perawat Pagi :Assalamualaikum,,
Perawat malam :Walaikumsalam
Perawat malam :Ehh,, sudah datang...
Perawat Pagi :Iya, , , alhamdulillah tepat waktu...
Perawat malam :Yasudah, letakkan dulu tasnya diruangan
Perawat pagi :Baiklah,,

Detik-detik Proses Operan pun tiba pada jam 08.00 Wib, setelah lengkap Karu,
Katim dan perawat shift pagi datang...

Karu : (melihat jam) sudah jam 08.00 nih, sudah waktunya operan shift
malam dengan shift pagi...

Perawat malam: baik bu,, mari kita mulai saja operan pagi ini

Karu : yasudah, langsung saja... Assalamualaikum,,, (membuka acara operan)


Sebelum memulai operan ini alangkah baiknya kita berdoa menurut agama dan
kepercayaan masing-masing.. do'a dimulai... selesai... baiklah silahkan ppja
menyebutkan rentang kendali hari ini

PPJA :Sebelumnya saya akan membacakan rentang kendali hari ini….


Jumlah pasien ….. Dan untuk tj pasien yaitu

Karu: Baik, untuk Pj malam, bisa disampaikan laporan pagi ini,.silahkan...


Situasi :

Untuk tim dinas pagi ini ada ada satu pasien lama dan tidak ada pasien baru.
Pasien kita yaitu atas nama bpk januar berumur 61 tahun 10 bulan masuk pada
tanggal 27 november 2023 , dirawat di kamar 2.1. Masuk dari IGD dengan
diagnosa anemia berat ec gros hematuria, ca buli + hidronefrosis, dengan dr.
Sufriadi Sp.U. pada tanggal 1 Desember 2023 pukul 09.00 wib dengan
diagnosa keperawatan nyeri pada perut bagian bawah pusat memberat 2 hari
sebelum masuk rumah sakit.

Background :

Berdasarkan pada hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 1 Desember


2023
 pasien mengatakan adanya nyeri pada perut bagian bawah, nyeri yang
dirasakan hilang timbul, intervensi yang diberikan untuk mengatasi
nyeri `adalah teknik nafas dalam dan tindakan kolaborasinya adalah
pemberian keterolac.
 Pasien mengeluhkan sulit BAK, berkemih tidak tuntas, urin menetes,
urin berdarah dengan diagnosa keperawatan Gangguan eliminasi urin
Intervensi : monitor eliminasi urin, kateter terpasaang, urin keluar
berwarna masih merah.
 Pasien tanpak pucat, akral terasa dingin, konjungtiva tanpak anemis
dengan diagnosa Resiko perfusi cerebral tidak efektif intervensi: berikan
posisi semi fowler, monitor nadi, pernafasan, suhu tubuh, tekanan darah.

Pasien tidak memiliki riwayat alergi, pembedahan dan tindakan invasif


sedangkan obat-obatan yang digunakan biasanya hanya obat warung. Pasien dan
keluarga hanya mengetahui pasien terkena penyakit kanker namun pasien dan
keluarga tidak mengetahui lebih spesifik penyakit kankernya.

Assesment :
Pasien ini memiliki status kesadaran composmetis GCS 15, dengan status
hemodinamik stabil (TD 110/70mmhg, nadi 84x/menit, suhu 36,5ºC, RR
20x/menit), SP02 98%, skala nyeri 5, pasien tampak pucat, pasien mengeluh
kesulitan BAB dan BAK. Dan kami sudah mengajarkan teknik nafas dalam,
didapatkan data pendukung hb:6,89 ml/dl
Rekomendasi :
Kaji skala nyeri
Monitor nadi, pernafasan, suhu tubuh, tekanan darah.
Monitor eliminasi urine dan cek kepatenan kateter
serta edukasi minum yang cukup
Ajarkan teknik nafas dalam kolaborasi pemberian keterolac.
Posisi semi fowler, monitor nadi, pernafasan, suhu tubuh, tekanan darah.

Karu : baiklah untuk tim pagi , ada yang mau diklarifikasi atau ditanyakan ?

Katim pagi : sudah cukup jelas bu


Karu : baiklah kalau sudah jelas, kita ke kamar pasien untuk klarifikasi kondisi
pasien.....

Dikamar pasien ....

Karu : selamat pagi bapak, bagaimana kabarnya hari ini, sudah makan pak?
bagaimana nyeri pada perutnya, bagian tidurnya apakah nyenyak ?

Pasien : pagi suster........, baik kabarnya, saya sudah makan sust, nyeri perut bawahnya
masih ada tapi hilang timbul....

PP : selamat pagi pak kami perawat shift malam sudah selesai bertugas dan akan
digantikan oleh tim pagi.

PPJA : selamat pagi pak...perkenalkan saya perawat...................yang bertugas pagi


ini dari jam 08.00 wib sampai dengan jam 14.00 wib, kalau bapak ada keluhan ,
silahkan sampaikan keluhannya.

Karu : baiklah pak ... terimakasih , kami permisi dulu, kalau ada keluhan silahkan
hubungi perawatnya.

Di nurse station...

Karu : baiklah teman-teman hand over kita sudah selesai , untuk shift malam
silahkan pulang semoga selamat tujuan, dan untuk shift pagi selamat bertugas.
Saya tutup dengan , Assalamualaikum wr wb.

Anda mungkin juga menyukai