Anda di halaman 1dari 20

PRAKTIK PELAYANAN PROFESIONAL DI RUANG MODEL (MPKP)

Manajemen atau pengelolaan bangsal dapat dilakukan melalui berbagai upaya mulai
dari pengelolaan tenaga, pengaturan tata ruang, pengaturan logistik pengaturan dokumentasi,
pengolaan administrasi, penerapan model asuhan keperawatan profesional atau yang biasa
dikenal dengan metode penugasan serta upaya lain yang mendukung.

Terdapat beberapa pola atau model yang sering digunakan dalam pemberian asuhan
keperawatan, yaitu model asuhan keperawatan fungsional, model asuhan keperawatan tim,
model asuhan keperawatan alokasi klien dan model asuhan keperawatan primer, model
asuhan keperawatan modular dan sebagainya. Setiap pola atau model asuhan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien memiliki kelebihan dan kelemahan.Dengan
penerapan model asuhan yang sesuai dengan situasi dan kondisi bangsal diharapkan dapat
meningkatkan mutu asuhan keperawatan.

A. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan

Penerapan model asuhan keperawatan profesional merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan dalam manajemen asuhan/pelayanan
keperawatan. Penerapan model asuhan harus sesuai dengan situasi dan kondisi
pelayanan keperawatan yang ada, karena hal ini akan mendorong perawat untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal, dapat memfasilitasi
interaksi antara perawat dengan pasien lebih baik, serta dapat memberikan kepuasan
yang lebih baik dari pasien sebagai pengguna jasa pelayanan keperawatan maupun
perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan.

MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL

1. Model Asuhan Keperawatan Fungsional

Yaitu pengorganisasian tugas keperawatan yang didasarkan kepada pembagian


tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Seorang perawat dapat
melakukan dua jenis atau lebih untuk semua klien yang ada di unit tersebut.
Metode ini berkembang ketika perang dunia II, akibat kurangnya perawat
profesional, maka banyak direkrut tenaga pembantu perawat. Mereka dilatih
minimal cara merawat, diajarkan tugas yang sederhana dan berulang seperti
menyuntik, ukur tekanan darah, mengukur suhu, merawat luka dan
sebagainya. Awalnya hal tersebut bersifat sementara, karena keterbatasan
tenaga perawat yang ada, namun dalam kenyataannya hal tersebut tetap
bertahan sampai saat ini, khususnya di Indonesia.

Contoh :

Perawat A tugasnya menyuntik, dan perawat B melakukan pemeriksaan tanda-


tanda vital serta penyuapi pasien dan Perawat C bertugas untuk merawat luka
dan sebagainya.

2. Model Asuhan Keperawatan Tim

Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat dan


sekelompok klien. Kelompok ini dipimpin oleh perawat berijazah dan
berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya. Pembagian
tugas dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/Ketua Tim. Selain
itu Ketua Tim bertanggungjawab dalam mengarahkan anggotanya sebelum
tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta
membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami
kesulitan. Selanjutnya ketua tim yang melaporkan kepada kepala ruangan
tentang kemajuan pelayanan atau asuhan keperawatan klien.

3. Model Asuhan Keperawatan Alokasi Klien

Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan untuk satu atau


beberapa klien oleh satu perawat pada saat tugas/jaga selama periode waktu
tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam
pembagian tugas dan menerima laporan tentang pelayanan keperawatan klien.

4. Model Asuhan Keperawatan Primer

Keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan


dimana perawat profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat
terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24 jam/hari. Metode ini
dikembangkan sejak tahun 1970'an. Tanggung jawab meliputi pengkajian
pasien, perencanaan, Implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan dari
sejak pasien masuk rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini
merupakan tugas utama perawat primer yang dibantu oleh perawat asosiet.
Keperawatan primer ini akan menciptakan kesempatan untuk memberikan
asuhan keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan keperawatan
berorientasi kepada pasien. Pengkajian dan menyusun rencana asuhan
keperawatan pasien dibawah tanggung jawab perawat primer, dan perawat
assosiet yang akan melaksanakan rencana asuhan keperawatan dalam tindakan
keperawatan. Pada Model Asuhan Keperawatan Primer membutuhkan
kualifikasi tertentu karena perawat primer harus tenaga perawat profesional
(Register Nurse) yang mengasuh pasien mulai pengkajian, penentuan
diagnosa, membuat rencana, melakukan implementasi dan evaluasi. Dalam
kegiatan implementasiperawat primer dibantu oleh perawat assosiete. Jadi
peran perawat associate adalah membantu saat pelaksanaan tindakan. Perawat
primer akan mengasuh 4 – 6 klien/pasien selama 24 jam

5. Model Asuhan Keperawatan Moduler (Gabungan asuhan keperawatan primary


dan Tim)
Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan yang dilakukan
oleh perawat profesionaldan non profesional (perawat terampil) untuk
sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang, disebut
tanggung jawab total atau keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat
yang berpengetahuan, trampil dan memiliki kemampuan memimpin. Idealnya
2 - 3 perawat untuk 8 - 12 klien.

B. Tahapan Kegiatan Perawat di Ruang Model Praktik Keperawatan Profesional


Kegiatan Perawat di Ruangan Model Asuhan Keperawatan dengan Model Tim
1. Timbang Terima atau Operan Pasien
Timbang terima atau operan merupakan kegiatan yang rutin sebagai bentuk
serah terima pasien kelolaan antara satu shif dengan shif lainnya sebelum dan
sesudah perawat melaksanakan tugasnya. Timbang terima dilakukan untuk
mengetahuikondisi pasien dengan cermat sesuai kondisi pasien terkini. Dalam
operan akan disampaikan beberapa informasi penting tentang tindakan yang
akan dan telah dilakukan, serta dapat memberikan suatu kejelasan yang lebih
luas yang tak dapat diuraikan secara tertulis dalam kegiatan penulisan laporan.
Kegiatan operan sebaiknya dilakukan setelah perawat membaca laporan shift
jaga sebelumnya atau resume laporan, sehingga saat kegiatan operan
dilakukan perawat telah mempunyai gambaran tentang kondisi pasien yang
dioperkan. Kegiatan operan pasien sebaiknya dilakukan oleh perawat yang
bertanggung jawab langsung dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
perawat yang akan bertanggung jawab memberikan asuhan pada shift
selanjutnya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kealpaan atau kekeliruan
dalam kegiatan layanan yang akan diberikan pada pasien. Dalam metode
penugasan tim, operan dapat juga dilakukan oleh ketua tim kepada ketua tim
yang dinas berikutnya. Kegiatan operan sebaiknya diikuti kepala ruangan,
ketua tim dan seluruh perawat yang bertugas saat itu dan yang akan bertugas.
Hal ini dimaksudkan untuk dapat memberikan informasi yang jelas (riil)
tentang situasi dan kondisi pasien dan memudahkan menerima limpahan tugas,
serta sebagai bahan masukan saat melaksanakan pre konrefense. Selain
kegiatan timbang terima pasien, umumnya juga diikuti dengan timbang terima
barang/alat obat-obatan, uang dan sebagainya. Pada saat kegiatan ini yang
perlu disampaikan adalah jumlah dan kondisi barang atau alat pada saat
operan dilaksanakan. Agar kegiatan timbang terima dapat dipertanggung
jawabkan, selain informasi secara langsung juga diikuti dengan bukti secara
tertulis yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak.

PROSEDUR OVERAN

No. Prosedur Overan

1. Pra Interaksi (Persiapan)

1) Menyiapkan Buku laporan shif sebelumnya

2) Membaca laporan shif sebelumnya

3) Shif yang akan mengoperkan, menyiapkan hal-hal yang akan


disampaikan

4) Shif yang akan menerima membawa buku catatan operan / catatan


harian

5) Kedua kelompok sudah siap

2. Pelaksanaan :

1) Kepala ruang / Ketua tim memberi salam (selamat


pagi/assalamualaikum) dan menyampaikan akan segera dilakukan
operan.

2) Kegiatan dimulai dengan menyebut / mengidentifikasi secara satu


persatu (berurutan tempat tidur / kamar) :

 Identitas klien : nama, alamat, No Registrasi

 Jelaskan diagnosis medis

 Jelaskan diagnosis keperawatan sesuai data fokus

3) Menjelaskan kondisi / keadaan umum pasien.

4) Menjelaskan tindakan keperawatan yang telah dan belum


dilakukan.

5) Menjelaskan hasil tindakan : masalah teratasi, sebagian, belum


atau muncul masalah baru.

6) Menjelaskan secara singkat dan jelas rencana kerja dan tindak


lanjut asuhan (mandiri atau kolaborasi).

7) Memberikan kesempatan anggota shift yang menerima operan


untuk melakukan klarifikasi / bertanya tentang hal-hal atau
tindakan yang kurang jelas.

8) Perawat yang menerima operan mencatat hal-hal penting pada


buku catatan harian.

9) Melakukan prosedur 1 – 8 untuk pasien berikutnya sampai


seluruh pasien dioperkan.

10) Perawat yang mengoperkan menyerahkan semua berkas catatan


perawatan kepada tim yang akan menjalankan tugas berikutnya.

3. Terminasi (Penutup)

1) Kepala Ruang / Ketua Tim (yang memimpin) kembali ke Nurse


Station

2) Berdoa bersama yang dipimpin oleh Kepala Ruang / Ketua Tim

3) Mengucap salam

4) Mengucapkan selamat istirahat bagi anggota tim / shift


sebelumnya

2. Pre Konferens
Pre konferens merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mempersiapkan aktifitas pelayanan pada awal shift dinas. Pada kegiatan ini
sangat efektif untuk membahas rencana kegiatan yang diperlukan umpan balik
atau tanggapan yang bersifat khusus, Maksudnya tanggapan tersebut kurang
etis bila disampaikan di depan pasien saat dilaksanakan timbang terima. Pada
saat kegiatan pre konferens seluruh peserta dapat secara bebas menyampaikan
pendapatnya. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan secara singkat sehingga tidak
mengganggu kelancaran pelayanan keperawatan. Kegiatan ini dibawah
tanggung jawab kepala ruangan atau ketua tim yang telah ditentukan.

PROSEDUR PRE KONFERENS

No. Prosedur pre conferens

1. Pra Interaksi (Persiapan)

1) Buku catatan harian tim

2) Semua anggota tim sudah siap

2. Pelaksanaan :

1) Kepala ruang / Ketua tim memberi salam (selamat pagi


/assalamualaikum).

2) Jelaskan tujuan konferensi awal.

3) Memberikan pengarahan kepada anggota tim tentang rencana


kegiatan / asuhan keperawatan pada shif pagi.

4) Melakukan pembagian tugas kepada tim

5) Berikan kesempatan pada masing-masing ketua tim untuk


menjelaskan pasien kelolaan, membagi tugas kepada anggota
tim.

6) Memberikan kesempatan kepada Tim untuk mempresentasikan


kasus ‘spesial’ / pasien yang menjadi prioritas (Ex : kasus sulit /
kompleks) meliputi:

 Identitas klien : nama, alamat, No Registrasi

 Diagnosis medis

 Diagnosis keperawatan dan data fokus yang menunjang


diagnosa.

7) Tindakan keperawatan yang akan dilakukan.


8) Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan dan hasilnya.

9) Rencana tidak lanjut.

10) Masalah yang dihadapi.

11) Memberikan kesempatan kepada tim yang lain untuk


mendiskusikan / bertanya / menanggapi / memberikan masukan.

12) Karu / katim mencatat hasil diskusi / masukan anggota tim.

13) Karu memberikan kesimpulan dari diskusi yang telah dilakukan.

14) Karu memberikan penekanan pada hal-hal yang perlu


diperhatikan (misal : proteksi diri, SOP) atau membacakan SOP-
SOP untuk pelaksanaan tindakan.

3. Terminasi (Penutup)

1) Tanyakan kesiapan semua anggota untuk melakukan kegiatan


pelayanan keperawatan.

2) Sampaikan kontrak waktu untuk pelaksanaan middle


conference.

3) Mengucap salam.

4) Mengucapkan selamat bekerja

3. Middle Konferens
Middle komferens merupakan kegiatan untuk mendiskusikan kegiatan yang
yang telah dilakukan ditengah waktu dinas, kegiatan ini dimaksudkan agar
didapatkan evaluasi lebih awal dari asuhan keperawatan yang sedang
dilakukan dan memperbaiki perencanaan bila diperlukan. Kegiatan ini
biasanya dilakukan secara singkat disela-sela kegiatan yang diikuti oleh ketua
tim dan anggotanya.
PROSEDUR MIDDLE KONFERENS
No. Prosedur middle konferens

1. Persiapan

1) Buku catatan harian tim.


2) anggota tim sudah siap

2. Pelaksanaan

1) Kepala ruang / Ketua tim memberi salam (selamat pagi /


assalamualaikum).

2) Jelaskan tujuan konferensi tengah.

3) Berikan kesempatan pada masing-masing ketua tim / anggota tim


untuk melaporkan perkembangan masing-masing pasien kelolaan
atau masalah yang dihadapi dalam melakukan asuhan keperawatan.

4) Berikan kesempatan kepada anggota tim yang lain untuk


mendiskusikan / bertanya / menanggapi / memberikan masukan.

5) Karu / katim mencatat hasil diskusi / masukan anggota tim.

6) Karu / Katim memberikan kesimpulan dari diskusi yang telah


dilakukan.

7) Karu / Katim memberikan petunjuk pelaksanaan selanjutnya.

3. Terminasi (Penutup)

1) Sampaikan kontrak waktu untuk pelaksanaan post conference.

2) Mengucap salam.

3) Mengucapkan selamat bekerja

4. Post Konferens
Pada tahap ini, kegiatan berfokus pada pembahasan dari tindakan yang telah
dilaksanakan serta rencana program selanjutnya. Umumnya kegiatan ini
dilakukan sebelum kegiatan timbang terima pada shif berikutnya. Kegiatan ini
diikuti oleh seluruh perawat dan kepala ruangan sebagai penanggung jawab.

PROSEDUR POST CONFERENS

No. Prosedur post conferens

1. Pra Interaksi (Persiapan)


1) Buku catatan harian tim.

2) Semua anggota tim sudah siap

2. Pelaksanaan

1) Kepala ruang / Ketua tim memberi salam (selamat pagi /


assalamualaikum).

2) Jelaskan tujuan konferensi akhir.

3) Berikan kesempatan pada masing-masing ketua tim (mewakili


anggota) untuk melaporkan perkembangan pasien kelolaan
(kondisi dan tingkat ketergantungan) atau masing-masing anggota
untuk melaporkan perkembangan masing-masing pasien kelolaan
(sampai semua pasien dilaporkan) meliputi :

 Identitas klien : nama, alamat, No Registrasi

 Diagnosis medis

 Diagnosis keperawatan dan data fokus yang menunjang diagnosa.

 Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan dan hasilnya.

 Rencana tidak lanjut.

 Masalah yang dihadapi.

4) Berikan kesempatan kepada tim yang lain untuk menanggapi /


memberikan masukan.

5) Karu / katim mencatat hasil diskusi / masukan anggota tim.

6) Karu / katim memberikan kesimpulan

3. Terminasi (Penutup)

1) Jelaskan kegiatan selanjutnya adalah operan dengan shift


berikutnya.

2) Mengucapkan selamat dan terimakasih atas kerjasama dalam


melaksanakan pelayananan keperawatan.

3) Mengucap salam
5. Pelaksanaan Kegiatan Asuhan
Pada tahap kegiatan ini, perawat melakukan kegiatan asuhan keperawatan
mulai pengkajian, perencanaan, pelaksanaan sampai kegiatan evaluasi. Pada
tahap ini ketua tim atau kepala ruangan dapat melaksanakan kegiatan
manajerialnya, seperti supervisi terhadap pelaksanaan asuhan, koordinasi
dengan tim kesehatan lainnya, dan sebagainya. Selanjutnya akan dibahas salah
satu dari metode penugasan yang ada, pada kesempatan kali ini dibahas
Asuhan keperawatan Tim, mengingat metode ini banyak diterapkan
dibeberapa rumah sakit, khususnya rumah sakit di daerah.

Contoh :

Penerapan Model Asuhan Keperawatan Tim

1. Praktek keperawatan dengan metode penugasan tim sebaiknya


dilakukan dengan konsep-konsep berikut :

a. Ketua Tim sebaiknya perawat yang berpendidikan dan


berpengalaman, terampil dan memiliki kemampuan
kepemimpinan. Ketua tim juga harus mampu
menentukan prioritas kebutuhan asuhan keperawatan.
Mampu membuat rencana yang tepat serta mampu
melakukan supervisi dan evaluasi pelayanan
keperawatan. Selain itu juga mampu memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan filosofi keperawatan.
Uraian tugas untuk ketua tim dan anggota tim harus
jelas dan spesifik.

b. Komunikasi yang efektif diperlukan untuk kelanjutan


asuhan keperawatan. Dengan demikian pencatatan
rencana keperawatan untuk tiap klien harus selalu tepat
waktu dan asuhan keperawatan selalu dinilai kembali
untuk validasinya.

c. Ketua tim hendaknya menggunakan semua teknik


manajemen dan kepemimpinan.
d. Pelaksanaan keperawatan tim sebaiknya fleksibel atau
tidak kaku. Metode ini dapat dilakukan pada shift pagi,
sore maupun malam diunit manapun. Sejumlah tenaga
dapat terlibat dalam tim, minimal dua sampai tiga tim.
Jumlah atau besarnya tim tergantung dari banyaknya
perawat. Dua orang perawat dapat dilaksanakan metode
tim terutama untuk shift sore dan malam.

2. Tanggung Jawab Kepala Ruang dan Ketua Tim dalam Metode


Penugasan Tim
Kepala Ruang bertanggung jawab atas semua pasien yang ada di
ruangan, saat mereka berperan sebagai manajer asuhan
keperawatan. Selain sebagai manajer asuhan keperawatan yang
mengkoordinir para ketua tim, kepala ruang juga bertugas sebagai
manajer lini dalam pelayanan keperawatan secara hirarkhi, oleh
karena itu Kepala Ruang memiliki tanggung jawab sebagai berikut:

Tanggung Jawab Kepala Ruang

a. Menetapkan standar kinerja staf

b. Membantu staf menetapkan sasaran keperawatan pada


unit yang dipimpinnya.

c. Memberikan kesempatan pada ketua tim dan membantu


mengembangkan ketrampilan manajemen dan
kepemimpinan.

d. Secara berkesinambungan mengorientasikan staf baru


tentang prosedur tim keperawatan.

e. Menjadi nara sumber bagi ketua tim dan staf saat


diskusi.

f. Memotivasi staf/perawat pelaksana untuk meningkatkan


kualitas asuhan keperawatan.
g. Melakukan komunikasi terbuka untuk setiap staf yang
dipimpinnya.

Ketua tim adalah manajer asuhan keperawatan dalam satu tim, yang mengkoordinir
para perawat yang menjadi anggotanya untuk mengasuh sekelompok pasien, oleh
karena itu memiliki tanggung jawab sebagai berikut :

Tanggung jawab ketua tim meliputi :

a. Mengkaji setiap klien dan menetapkan tindakan keperawatan yang tepat.


Pengkajian merupakan proses yang berlanjut dan berkesinambungan. Dapat
dilaksanakan serah terima tugas.

b. Mengkoordinasikan rencana keperawatan dan pengobatan

c. Menyusun rencana keperawatan yang tepat waktu, membimbing anggota tim


untuk mencatat tindakan keperawatan yang sudah dilakukan.

d. Meyakinkan hasil evaluasi berupa respon klien tehadap tindakan keperawatan


tercatat.

e. Menilai kemajuan klien dari hasil pengamatan langsung atau laporan anggota
tim.

Anggota tim harus memberikan asuhan kepada pasien yang menjadi kelolaan dan
harus bekerja secara tim dan mempertanggung jawabkan kegiatannya kepada ketua
tim, secara rinci tanggung jawab anggota tim adalah

Tanggung Jawab Anggota Tim

a. Menyadari bahwa yang bersangkutan memiliki tanggung jawab untuk setiap klien
di unit tersebut. Misalnya pengaturan istirahat dan rapat tim.

b. Mengikuti instruksi keperawatan yang tertera dalam rencana keperawatan secara


teliti termasuk program pengobatan.

c. Melaporkan secara tepat dan akurat tentang asuhan keperawatan yang dilakukan
serta respon klien.

d. Menerima bantuan dan bimbingan dari ketua tim.


RONDE KEPERAWATAN

1) Pengertian

Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien


yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus
tertentu harus dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala
ruangan, perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota
tim.

Ronde keperawatan merupakan suatu metode pembelajaran klinik yang


memungkinkan peserta didik mentransfer dan mengaplikasikan
pengetahuan teoritis ke dalam peraktik keperawatan secara langsung.

2) Manfaat

Adapun tujuan ronde keperawatan adalah sebagai berikut:

 Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.

 Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang


berasal dari masalah klien.

 Meningkatkan validitas data klien.

 Menilai kemampuan justifikasi.

 Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.

 Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana


perawatan.

3) Kriteria Pasien

Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang
memiliki kriteria sebagai berikut :

 Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun


sudah dilakukan tindakan keperawatan.
 Pasien dengan kasus baru atau langka.

4) Prosedur / langkah

a. Persiapan

 Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan


ronde.

 Pemberian inform consent kepada klien/ keluarga.

b. Pelaksanaan

 Penjelasan tentang klien karena perawat primer dalam hal ini


penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan & rencana
tindakan yang mau/ sudah dikerjakan & memilih prioritas yang
butuh didiskusikan.

 Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.

 Pemberian justifikasi karena perawat primer/ perawat konselor/


kepala ruangan tentang kasus klien serta tindakan yang mau
dikerjakan.

 Tindakan keperawatan pada kasus prioritas yg sudah & yg mau


ditetapkan.

c. Pasca Ronde

Mendiskusikan hasil temuan & tindakan pada klien tersebut serta


menetapkan tindakan yg butuh dikerjakan.

KEG.
WAKTU TAHAP KEGIATAN PELAKS. TEMPAT
PASIEN
1 hari Pra Pra Ronde : Penanggung Ruang
sebelum Ronde 1. Menentukan kasus Jawab Perawatan
Ronde dan topik
2. Menentukan tim
ronde keperawatan
3. Menentukan
literature
4. Membuat proposal
5. Mempersiapkan
pasien
6. Diskusi pelaksanaan
Pembukaan :
1. Salam Pembuka
2. Memperkenalkan tim
ronde
Nurse
5 menit Ronde 3. Menyampaikan Karu
Station
identitas dan masalah
pasien
4. Menjelaskan tujuan
ronde
30 menit Penyajian masalah : PP Nurse Mendengar-
1. Memberi salam dan Station kan
memperkenalkan
pasien dan keluarga
kepada tim ronde
2. Menjelaskan riwayat
penyakit dan
keperawatan pasien
3. Menjelaskan masalah
pasien dan rencana
tindakan yang telah
dilaksanakan dan
serta menetapkan
prioritas yang perlu
didiskusikan

Karu, PP, Memberikan


Validasi data : Perawat, Ruang respon dan
4. Mencocokkan Konselor Perawatan menjawab
dan menjelaskan pertanyaan
kembali data yang
telah disampaikan
5. Diskusi antar anggota
tim dan pasien
tentang masalah
keperawatan tersebut
6. Pemberian justifikasi
oleh perawat primer
atau konselor atau
kepala ruangan
tentang masalah
pasien serta rencana
tindakan yang akan
dilakukan
7. Menentukan tindakan
keperawatan pada Karu
masalah prioritas
yang telah ditetapkan

1. Evaluasi dan Karu,


rekomendasi Supervisor,
Pasca Nurse
10 menit intervensi Perawat
Ronde Station
keperawatan konselor
2. Penutup

d. Peran masing – masing anggota

1. Peran Perawat Primer dan Perawat Associate


a. Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien.
b. Menjelaskan diagnosis keperawatan.
c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan.
d. Menjelaskan hasil yang didapat.
e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) dari tindakan yang diambil.
f. Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji.
2. Peran Perawat Konselor
a. Memberikan justifikasi.
b. Memberikan reinforcement.
c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan
dan rasional tindakan.
d. Mengarahkan dan koreksi.
e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari.

TUGAS KARU, KATIM/PP DAN PA


1. Karu
a. Tugas dan tanggung Jawab Kepala ruangan
Burrgess dalam kurniadi (2013) menjabarkan tanggung jawab kepala ruangan
sebagai berikut:
 Ketenagaan, yaitu mengidentifikasi dan mengusulkan jumlah kebutuhan
tenaga keperawatan dan non keperawatan di unitnya kepada atasan dan
memperdayakan tenaga yang sudah ada.
 Manajemen operasional, yaitu melaksanakan tugas dan tanggungjawab
sebagai manajer pemula dalam hubungan dengan atasan dan bawahan guna
mendukung tugas pokoknya.
 Manajemen kualitas playanan, yaitu melaksnakan asuhan keperawatan yang
professional berdasarkan kaidah ilmia dan etika profesi agar bisa dirasakan
langsung oleh pasien, keluarga dan masyarakat serta menjamin mutu
pelayanan keperawatan yang memuaskan semua pihak.
 Manajemen financial, yaitu melaksanakan tugas perhitungan keuangan dan
logistic keperawatan ( pengadaan dan pemanfaatan alat kesehatan dan
material kesehatan).
Adapun tugas kepala ruangan dalam menerapkan fungsi- fungsi
manajemen keperwatan (Kurniadi, 2013 ; Nandra, 2016) , yaitu
1) Fungsi perencanaan yaitu tentang rencana kerja, menyusun falsafah dan
tujuan ruang rawatnya dan merencanakan tenaga keperawatan.
2) Fungsi penggerakan yaitu koordisasi tugas dengan perawat atau petugas
kesehatan lain, membuat jadwal dinas, melakukan orientasi tenaga baru
atau mahasiswa atau pasien beserta keluargannya, pembimbing
pelaksanaan asuhan keperawatan, memberi kesempatan perawat
mengikuti pendidikan pelatihan, memelihara dan menggunakan alat
kesehatan yang optimal, melakukan rapat rutin, membuat pencatatan dan
pelaporan yang telah ditetapkan, mengikuti visite dokter dan
memberikan pendidikan kesehatan.
3) Fungsi pengawasan/pengendalian dan penilaian meliputi pendidikan dan
penilaian asuhan keperawatan, megawasi dan menilai mahasiswa praktek
keperawatan, melakukan penilaian kinerja perawat, mengawasi dan
mengendalikan pendayagunaan alat kesehatan dan tenaga keperawatan,
mengawasi dan menilai mutu asuhan keperawatan.
2. Katim / PP
1) Uraian tugas dan tanggun jawab KATIM/PP
a. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komperhensif
b. Membuat tujuan dan rencana perawat
c. Mendelegasi rencana perawatan yang telah dibuat kepada perawat
pelaksana
d. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan oleh disiplin ilmu maupun
perawat lain.
e. Melaksanakan program orientasi kepada pasien tentang ruangan dan
lingkungan, peraturan/tata tertib yang berlaku, fasilitas yang ada dan cara
penggunaannya.
f. Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan
g. Mendampingi dokter selama visite untuk memeriksakan pasien dan
mencatat program pengobatan.
h. Melaporkan segala sesuatu yang mengenai keadaan pasien baik lisan
maupun tertulis kepada kepala ruangan dan dokter penanggungjawab.
i. Membuat jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan selama 1 shif dinas.
j. Menciptakan hubungan kerja sama yang baik dengan sejawat, pasien
dengan keluargannya.
k. Melakukan pengawasan dengan mengunjungi pasien maksimal selama 2
jam sekali secara kontinu terhadap kondisi pasien setiap shift.
l. Memelihara peralatan perawatan dan medis agar selalu dalam keadaan
siap pakai.
m. Mempersiapkan pasien pulang sesuai dengan prosedur.
n. Membuat laporan harian.
3. PA
Tugas pokok perawat pelaksana, yaitu:
1. Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung berdasarkan peruses
keperawatan dengan sentuhan kasih sayang:
a) Menyusun rencana perawatan sesuai dengan masalah klien
b) Melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan rencana
c) Mengevaluasi tindakan keperawatan yang diberikan
d) Mencatat atau melaporkan semua tindakan perawatan respon klien pada
catan keperawatan.
2. Melaksanakan program medic dengan penuh tanggungjawab:
a. Pemberian obat
b. Pemeriksaan laboratorium
c. Persiapan klien yang akan dioperasi
3. Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, sosial, spiritual klien.
a. Memperhatikan kebersihan lingkungan dank lien
b. Mengurangi penderitaan klien dengan member rasa aman dan nyaman.
c. Pendekatan dan komunikasi terapeutik.
4. Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan
perawatan dan pengobatan atau diagnosis.
5. Melatih klien untuk mendorong dirinya sendiri sesuai dengan kemampuannya.
6. Memberikan pertolongan segera kepada klien yang gawat atau sakarotual maut.
7. Membantu kepala ruangan dalam ketatalaksanaan ruang secara administratif :
a. Menyiapkan data klien baru, pulang atau meninggal.
b. Sensus harian atau formulir.
c. Rujukan dan penyuluhan PKMRS
8. Mengatur menyiapkan alat-alat menurut fungsinya supaya siap pakai
9. Menciptakan dan memelihara kebersihan, keaamanan, kenyamanan, dan
keindahan ruangan.
10. Melaksanakan tugas dinas pagi/sore/malam atau hari libur secara bergantian
sesuai dengan jadwal dinas.
11. Memberikan penyuluhan kesehatan sehubungan dengan penyakitnya.
12. Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik secara tulisan maupun
lisan.
13. Membuat laporan harian klien
14. Operan dengan dinas berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai