Anda di halaman 1dari 11

METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL

1. Fungsional (bukan model MAKP)


Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu,
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat
hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi keperawatan saja (misalnya,
merawat luka) kepada semua pasien di bangsal.
Kepala Ruang

Perawat: pengobatan
Perawat: merawat
Perawat:
luka instrumen
Kebutuhan dasar

Pasien/klien

Figure 9.2 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional (Marquis dan


Huston, 1998: 138)
Kelebihan :

Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas

dan pengawasan yang baik.


Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum
berpengalaman.

Kelemahan :

Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.

Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses

keperawatan.
Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.

2. MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal,
dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.
Metode ini biasanya digunakan pada pelayanan keperawatan di unit rawat
inap, unit rawat jalan, dan unit gawat darurat.
Kelebihan :
Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
Memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan :
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim,
yang biasanya membutuhkan waktu, sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu
sibuk.
Tanggung jawab anggota tim :

Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tnggung jawabnya;


Kerjasama dengan anggota tim dan antartim;
Memberikan laporan.

Tanggung jawab ketua tim :

Membuat perencanaan
Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi
Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan
pasien

Mengembangkan kemampuan anggota


Menyelenggarakan konferensi.

Tanggung jawab kepala ruangan :


1. Perencanaan:
Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-masing
Mengikuti serah terima pasien pada sif sebelumnya.
Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat, transisi, dan

persiapan pulang, bersama ketua tim.


Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas
dan kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur penugasan atau

penjadwalan.
Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
Megikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan
medis yang dilakukan, program pengobatan, dan mendiskusikan dengan

dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.


Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, temasuk kegiatan
membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan, membimbing penerapan
proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan
diskusi untuk pemecahan masalah, serta memberikan informasi kepada

pasien atau keluarga yang baru masuk.


Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
Membantu membimbing peserta didik keperawatan.
Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.

2. Pengorganisasian:
Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
Merumuskan tujuan metode penugasan.
Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas.
Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua tim, dan

ketua tim membawahi 2-3 perawat.


Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses

dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain.


Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
Mendelegasikan tugas, saaat kepala ruangan tidak berada di tempat
kepada ketua tim.

Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi

pasien.
Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya.
Identifikasi masalah dan cara penanganannya.

3. Pengarahan:
Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan

baik.
Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan,

dan sikap.
Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan

dengan asuhan keperawatan pada pasien.


Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan

tugasnya.
Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim.

4. Pengawasan:
Melalui komunikasi mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang

diberikan kepada pasien.


Melalui supervisi:

Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi,


mengamati sendiri, atau melalui laporan langsung secara lisan, dan
memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu
juga.
Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua
tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan
yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan),

mendengar

laporan

ketua

tim tentang

pelaksanaan tugas.
Evaluasi.
Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
Kepala ruang
rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.
Audit keperawatan.
Ketua tim

Anggota

Pasien/klien

Ketua tim

4Anggota

Pasien/klien

Ketua tim

Anggota

Pasien/klien

Figure 9.3 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Team Nursing


(Marquis dan Huston, 1998: 138)
3. MAKP Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat.

Tim medis

PA 1 PA 2

Kepala ruang

PPI

PPI

Sarana RS

PA 1 PA 2

Pasien
Figure 9.4Pasien
Bagan Pengembangan
MAKP (Nursalam, 2009)

Dokter

Kepala ruang

Perawat primer
5

Pasien/klien

Sarana RS

Perawat pelaksana
evening

Perawat pelaksana
night

Perawat pelaksana jika


diperlukan days

Figure 9.5 Diagram Sistem Asuhan Keperawatan Primer (Maruis dan Huston,
1998:138)
Kelebihan :

Bersifat kontinuitas dan komprehensif.


Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan

memungkinkan pengembangan diri.


Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit
(Gillies, 1989).

Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena


terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan
bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Dokter juga merasakan kepuasaan
dengan model primer karena senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi
pasien yang selalu diperbarui dan komprehensif.
Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis,
penuh pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.
Tugas perawat primer :

Mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif.


Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas.

Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh

disiplin lain maupun perawat lain.


Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
Menerima dan menyesuaikan rencana.
Menyiapkan penyuluhan untuk pulang.
Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di

masyarakat.
Membuat jadwal perjanjian klinis.
Mengadakan kunjungan rumah.

Peran kepala ruang/bangsal dalam metode primer :

Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer.


Orientasi dan merencanakan karyawan baru.
Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten.
Evaluasi kerja.
Merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf.
Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang
terjadi.

4. MAKP Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap sif, dan tidak
ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya diterapkan satu pasien satu
perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat/pribadi dalam
memberikan asuhan keperawatan khusus seperti kasus isolasi dan perawatan
intensif (intensif care).
Kelebihan :
Perawat lebih memahami kasus per kasus.
Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangannya:

Belum dapat diidentifikasi perawat yang bertanggung jawab.


Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
Kepala ruang
sama.

Staf Perawat

Staf Perawat

Staf Perawat

Pasien/klien

Pasien/klien

Pasien/klien

Figure 9.6 Sistem Asuhan Keperawatan Case Method Nursing (Marquis dan Huston,
1998: 136)
5. Modifikasi: MAKP Moduler
Pengembangan model moduler merupakan pengembangan dari primary
nursing yang digunakan dalam keperawatan dengan melibatkan tenaga profesional
dan non profesional. Model moduler mirip dengan model keperawatan tim, karena
tenaga profesional dan non profesional bekerja sama dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada beberapa pasien dengan arahan kepemimpinan perawat
profesional.
Model moduler mirip juga dengan model primer, karena tiap 2-3 perawat
bertanggung jawab terhadap asuhan beberapa pasien sesuai dengan beban kasus,
sejak pasien masuk, pulang dan setelah pulang serta asuhan lanjutan kembali ke
rumah sakit. Agar model ini efektif maka kepala ruangan secara seksama
menyusun tenaga profesinal dan non profesional serta bertanggung jawab supaya
kedua tenaga tersebut saling mengisi dalam kemampuan, kepribadian, terutama
kepemimpinan. Dalam menerapkan model moduler, 2-3 tenaga keperawatan bisa
bekerja sama dalam tim, serta diberi tanggung jawab penuh untuk mengelola 8-12
kasus. Seperti pada model primer, tenaga tim keperawatan ini harus tersedia juga
selama tenaga gilir (shift) sore-malam dan pada hari-hari libur, namun tanggung
jawab terbesar dipegang oleh perawat profesional. Perawat profesional
bertanggung jawab untuk membimbing dan mendidik perawat non profesional
dalam memberikan asuhan keperawatan konsekuensinya.
Peran perawat profesional dalam model moduler ini lebih sulit dibandingkan
dengan perawat primer. Model moduler merupakan gabungan dari model tim dan
primary model.

Peran perawat kepala ruang (nurse unit manager) diarahkan dalam hal
bekerjasama, dan berperan sebagi fasilitator, pembimbing serta motivasi.
Kelebihan :
Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif dan holistik

dengan pertanggungjawaban yang jelas.


Memungkinkan pencapaian proses keperawatan.
Konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat ditekan melalui rapat tim,

cara ini efektif untuk belajar.


Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal.
Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda

dengan aman dan efektif.


Produktif karena kerjasama, komunikasi dan moral.
Model praktik keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.
Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga yang menerima asuhan

keperawatan.
Lebih mencerminkan otonomi.
Menurunkan dana perawatan.

Kekurangan :

Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin

yang sederhana terlewatkan.


Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung

jawab klien bertugas.


Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain karena lebih banyak

menggunakan perawat profesional.


Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi kesehatan /

kedokteran.
Perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan.
Masalah komunikasi.

Kepala ruang

PPI

PP2

PP3

PP4

PA

PA

PA

PA

PA

PA

PA

PA

PA

PA

PA

PA

PA

PA

PA

PA

7-8 pasien

7-8 pasien

7-8 pasien

7-8 pasien

(Jadwal diatur Pagi, Sore, Malam, dan Libur/Cuti)


Figur 9.7 Metode Tim Primer (Modifikasi)

10

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2014. Managemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.

11

Anda mungkin juga menyukai