Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

REST PLASENTA

OLEH :

KELOMPOK II

PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

TAHUN AJARAN 2021/2022


LAPORAN PENDAHULUAN

REST PLASENTA

A. Pengertian
Plasenta yang masih tertinggal disebut rest plasenta. Gejala klinis rest plasenta
adalah terdapat subinvolusi uteri, terjadi perdarahan sedikit yang berkepanjangan,
dapat juga terjadi perdarahan banyak mendadak setelah berhenti beberapa waktu,
perasaan tidak nyaman di perut bagian bawah (Manuaba, 2010).
Rest Plasenta adalah tertinggalnya sisa plasenta dan membrannya dalam
kavum uteri, (Saifuddin, A.B, 2010). Rest plasenta merupakan tertinggalnya bagian
plasenta dalam rongga rahim yang dapat menimbulkan perdarahan post partum dini
atau perdarahan post partum lambat yang biasanya terjadi dalam 6 hari sampai 10 hari
pasca persalinan, (Prawirohardjo, 2010).
B. Etiologi
Faktor penyebab utama perdarahan baik secara primer maupun sekunder
adalah grande multipara, jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun, pengeluaran
plasenta tidak hati-hati (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Kelainan dari uterus sendiri,
yaitu anomaly dari uterus atau serviks kelemahan dan tidak efektifitas kontraksi
uterus, Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta previa,
implantasi dari cornu dan adanya plasenta akreta. Kesalahan manajemen kala tiga
persalinan, seperti manipulasi dari uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya
pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik, pemberian
uterotonik yang tidak tepat waktunya yang juga dapat menyebabkan serviks kontraksi
dan menahan plasenta, serta pemberian anastesi terutama yang melemahkan kontraksi
uterus, (Prawirohardjo, 2010).
C. Tanda dan Gejala

 Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap.

 Terjadi perdarahan rembesan atau mengucur, saat kontraksi uterus keras,


darah berwarna merah muda, bila perdarahan hebat timbul syok, pada
pememriksaan inspekulo terdapat sisa plasenta.
 Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.

 Sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka
uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapa
tmenimbulkan perdarahan. Tetapi mungkin saja pada beberapa keadaan tidak
ada perdarahan dengan sisa plasenta. Tertinggalnya sebagian plasenta (rest
plasenta)

 Keadaan umum lemah

 Peningkatan denyut nadi

 Tekanan darah menurun

 Pernafasan cepat

 Gangguan kesadaran (Syok)

 Pasien pusing dan gelisah

 Tampak sisa plasenta yang belum keluar.

D. Patofisiologi

Menurut, (Saifudin, A.B, 2010) setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan
berkontraksi. Kontraksi dan retraksi otot - otot uterus menyelesaikan proses ini pada
akhir persalinan. Sesudah berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi, melainkan
menjadi lebih pendek dan lebih tebal. Dengan kontraksi yang berlangsung continue,
miometrium menebal secara progresif, dan kavum uteri mengecil sehingga ukuran
juga mengecil. Pengecilan mendadak uterus ini disertai mengecilnya daerah tempat
perlekatan plasenta. Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka plasenta
yang tidak dapat berkontraksi mulai terlepas dari dinding uterus. Tegangan yang
ditimbulkan menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang longgar memberi jalan,
dan pelepasan plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh darah yang terdapat di uterus
berada di antara serat - serat otot miometrium yang saling bersilang. Kontraksi serat –
serat otot ini menekan pembuluh darah dan retaksi otot ini mengakibatkan pembuluh
darah terjepit serta perdarahan berhenti. Pengamatan terhadap persalinan kala tiga
dengan menggunakan pencitraan ultrasonografi secara dinamis telah membuka
perspektif baru tentang mekanisme kala tiga persalinan.

E. Pathway

grande multipara, jarak persalinan kelainan dari kesalahan


pendek kurang dari 2 tahun, uterus dan plasenta manajemen kala 3
pengeluaran plasenta tidak hati-
hati

REST PLASENTA

terdapat sisa plasenta dalam rahim

kontraksi uterus terganggu

proses perbaikan jaringan uterus terganggu

perdarahan post partum

Terbentuknya
penurunan perdarahan > Kuretase potre de entre
jumlah cairan 500 cc (pintu masuknya
Kurangnya virus dan bakteri
intravaskuler
informasi Prosedur patogen
mengenai infasiv
MK : Risiko tindakan yang
penurunan
Perdarahan dilakukan
jumlah Hb Virus atau bakteri
Terputusnya
dapat masuk
kontinuitas
MK : dengan mudah ke
suplai O2 ke jaringan
Ansietas dalam tubuh
jaringan menurun
MK : Nyeri
hipoksia jaringan MK : Risiko
Akut
Infeksi

mukosa pucat, akral dingin,


konjungtiva anemis, nadi cepat
tapi lemah
MK : Perfusi perifer
tidak efektif
F. Pemeriksaan Penunjang

a. Palpasi Uterus : bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri.

b. Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari sisa plasenta

c. Inspekulo : untuk melihat robekan pada serviks, vagina dan varises yang pecah

d. Pemeriksaan Laboratorium periksa darah yaitu Hb, COT (Clot Observation


Test), dll

e. USG : Melihat gambaran uterus.

G. Penatalaksanaan

Dengan perlindungan antibiotik sisa plasenta dikeluarkan secara digital atau


dengan kuret besar. Jika ada demam ditunggu dulu sampai suhu turun dengan
pemberian antibiotik dan 3 – 4 hari kemudian rahim dibersihkan, namun jika
perdarahan banyak, maka rahim segera dibersihkan walaupun ada demam (Saleha,
2009).

Keluarkan sisa plasenta dengan cunam ovum atau kuret besar. Jaringan yang
melekat dengan kuat mungkin merupakan plasenta akreta. Usaha untuk melepas
plasenta terlalu kuat melekatnya dapat mengakibatkan perdarahan hebat atau perforasi
uterus yang biasanya membutuhkan tindakan hisrektomi (Prawirohardjo, 2009).

Menurut Morgan & Hamilton (2009) terapi yang biasa digunakan :

a. Pemasangan infus dan pemberian uterotonika untuk mempertahankan keadaan


umum ibu dan merangsang kontraksi uterus.

b. Kosongkan kandung kemih

c. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi


d. Antiobiotika ampisilin dosis awal 1 gr IV dilanjutkan dengan 3x1 gram per
oral dikombinasikan dengan metrodinazol 1 gram suppositoria dilanjutkan
dengan 3x500 mg.

e. Oksitosin

 Methergin 0,2 mg peroral setiap 4 jam sebanyak 6 dosis. Dukung dengan


analgesik bila kram.

 Mungkin perlu dirujuk ke rumah sakit untuk dilatasi dan kuretase bila
terdapat perdarahan.

f. Observasi tanda – tanda vital dan perdarahan

g. Bila kadar HB <8 gr % berikan tranfusi darah. Bila kadar Hb >8 gr%, berikan
sulfas ferosis 600mg/hari selama 10 hari.

Sisa plasenta bisa diduga kala uri berlangsung tidak lancar atau setelah melakukan
plasenta manual atau menemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap pada saat
melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada perdarahan dari ostium uteri
eksternum pada saat kontraksi rahim sudah baik dan robekan jalan lahir sudah terjahit.
Untuk itu, harus dilakukan eksplorasi kedalam rahim dengan cara manual/ digital atau
kuret dan pemberian uterotonika.

H. Komplikasi

Komplikasi sisa plasenta adalah polip plasenta artinya plasenta masih tumbuh dan
dapat menjadi besar, perdarahan terjadi intermiten sehingga kurang mendapat
perhatian, dan dapat terjadi degenerasi ganas menuju korio karsinoma dengan
manifestasi klinisnya. Menurut Manuaba 2008, memudahkan terjadinya :

 Anemia yang berkelanjutan

 Infeksi puerperium

 Kematian akibat perdarahan

I. Pengkajian
1. Identitas : data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
alamat,medical record dan lain lain

2. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan dahulu :

Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik,


hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan
kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa
plasenta.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Yang meliputi alasan klien masuk rumah sakit, keluhan yang


dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak
(>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing,
gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin , mual.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita


hipertensi, penyakit jantung, pre eklampsia, penyakit keturunan
hemopilia dan penyakit menular.

d. Riwayat menstruasi

meliputi : Menarche,lamanya siklus, banyaknya, baunya , keluhan


waktu haid, HPHT.

e. Riwayat hamil

Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus, retensi plasenta,
Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan,
penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak
lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir,
Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI
cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan
kontraksi.

3. Pola aktivitas Sehari – hari

a. Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik


sebelum dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum
pada masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan
yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah –
buahan.

b. Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna,konsistensi.


Adanya perubahan pola miksi dan defeksi.BAB harus ada 3-4 hari
post partum sedangkan miksi hendaklah secepatnya dilakukan
sendiri.

c. Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan


peran dan melaporkan kelelahan yang berlebihan.

d. Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok


gigi, keramas, baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan
mengganti balutan atau duk.

J. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi kehamilan; rest plasenta
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
4. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder
5. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
K. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan hasil

Risiko Setelah dilakukana 1. monitor tanda – 1. agar tidak terjadi


perdarahan tindakan keperawatan tanda perdarahan. perdarahan.
berhubungan selama 3 x 24 jam, 2. catat nilai Hb dan 2. untuk mengetahui nilai Hb
dengan diharapkan perdarahan Ht sebelum dan dan Ht sesuai nilai normal.
komplikasi berkurang < 500 cc. sesudah terjadinya 3. untuk mengetahui penyebab
kehamilan; dengan kriteria hasil : perdarahan. dari perdarahan.
rest plasenta  tidak ada 3. identifikasikan 4. Tidak kekurangan cairan
hematuria dan penyebab atau dehidrasi.
hematemesis. perdarahan. 5. agar tidak menambah
 kehilangan 4. monitor status terjadinya perdarahan.
darah yang cairan yang 6. agar tubuh tidak mengalami
terlihat. meliputi intake penurunan Hb.
 TD dalam batas dan outpot 7. agar pasien tidak
normal (120- 5. pertahankan bed mengalami perdarahan.
130/80-90 rest total selama 8. tidak terjadinya perdarahan
mmHg). perdarahan aktif. saat BAB dan tidak
 tidak ada 6. Kolaborasi mengalami dehidrasi.
perdarahan dengan dokter
pervagina. pemberian
 tidak ada transfusi darah
distensi 7. lindungi pasien
abdominal. dari trauma yang
 Hemoglobin menyebabkan
dan hematokrit perdarahan.
dlam batas 8. hindari terjadinya
normal. konstipasi dengan
menganjurkan
untuk
mempertahankan
intake cairan yang
adekuat dan
pelembut feses.

Perfusi perifer Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian 1. Untuk mengetahui sirkuasi


tidak efektif asuhan keperawatan secara komprehensif perifer(nadi, edema, suhu,
berhubungan selama 3 x 24 jam, warna kulit, Hb, CRT,
dengan diharapkan mukosa kulit, konjungtiva)
penurunan ketidakseimbangan 2. Monitor tanda-tanda 2. Mengupayakan ttv pasien
konsentrasi perfusi jaringan perifer vital tetap stabil
Hb teratasi dengan kriteria 3. Mengetahui ada tidaknya
hasil : 3. Pantau status hidrasi tanda-tanda dehidrasi dari
seperti kelembapan pasien
1. TTV dalam membran mukosa,
rentang normal. kecukupan denyut 4. Menentukan tindakan yang
2. Warna kulit nadi dan tekanan tepat dalam mencegah
tidak pucat. darah perdarahan
4. Kaji tanda-tanda 5. Meningkatkan HB dan
3. konjungtiva perdarahan perfusi perifer pasien
tidak anemis

4. pasien tidak
5. Kolaborasi dalam
merasa lemah.
pemberian terapi dan
5. CRT < 3 dtk transfusi

6. akral teraba
hangat.

7. Nilai lab.
Dalam batas
normal.

Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri 1. Untuk mengetahui skala nyeri
berhubungan tindakan keperawatan 1. Lakukan pengkajian dan tingkat kenyamanan pasien
dengan agen selama 3 x 24 jam, nyeri secara 2. Keluahan nyeri juga dapat
cedera fisik diharapkan nyeri komprehensif dilihat dari reaksi nonverbal
teratasi, dengan kriteria (PQRST) seperti ekpresi wajah pasien
hasil : 2. Observasi reaksi 3. Dukungan yang baik dapat
1. Klien mengatakan nonverbal dari memeberikan rasa nyaman
nyeri berkurang ketidaknyamanan kepada pasien
atau hilang 4. Lingkungan yang aman dapat
2. Klien dapat 3. Bantu pasien untuk mempengaruhi , kurangnya rasa
mendemonstrasika mencari dan nyeri
n penggunaan memberikan 5. Membantu mengurangi rasa
keterampilan dukungan nyeri, dan mengaliakn pikiran
relaksasi/aktifitas pasien dari rasa nyeri.
hiburan 4. Kontrol lingkungan 6. Membantu meningkatkan rasa
3. skala nyeri yang dapat nyaman
berkurang (4-5) mempengaruhi nyeri 7. Meningkatkan atau
seperti suhu ruangan, menghilangkan rasa sakit
pencahayaan dan
bisingan
5. Berikan terapi
nonfarmakologi
(relaksasi napas dalam
dan distraksi)

6. Berikan posisi yang


nyaman

7. Kolaborasi
farmakologi
pemberian obat-
obatan
Ansietas Setelah dilakukan 1. Ciptakan hubungan 1. Hubungan saling percaya
berhubungan tindakan keperawatan saling percaya dapat mengurangi keraguan
dengan selama 3x24 jam dengan pasien. atau ketakutan pasien saat
kurang maslah kecemasan 2. Tenangkan pasien diberikan tindakan
terpapar pasien dan keluarga dan bantu pasien 2. Membantu mengetahui
informasi atau dengan kriteria mengekspresikan penyebab kecemasan pasien
hasil perasaan takut atau 3. Mengetahui tingkat
 Pasien megatakan cemas kecemasan pasien
kecemasan 3. Kaji tanda ansietas
berkurang verbal dan nonverbal 4. Informasi yang baik dan
 Pasien mampu dan beri kesempatan jelas dapat membantu
megendalikan mengungkapkan menambah pengetahuan
perasaan cemas. kecemasannya pasien dan mengurangi
 Pasien komperatif 4. Jelaskan seluruh kecemasan
terhadap tindakan prosedur tindakan 5. Agar pasien dapat
kepada pasien dan mengetahui tentang
beri dukungan pra penyakitnya.
bedah 6. Teknik relaksasi nafas
5. Beri informasi dalam dapat
tentang diagnosa, meregangangkan otot-otot
prognosis dan serta dapat mengurangi
tindakan dengan tingkat kecemasan pasien.
komunikasi yang 7. Lingkungan yang nyaman
baik dapat mengurangi
6. Ajarkan pasien kecemasan pasien.
teknik relaksasi
nafas dalam
7. Beri lilngkungan
yang tenang dan
suasana yang penuh
istirahat
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB Untuk


Pendidikan Bidan.Ed. 2.Jakarta : EGC

Mastuningsih, P. 2015. Rest Placenta Pada Ibu Nifas P1a1 6 Jam Post Partum Di
Ruang Bersalin Rsud Wangaya. Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 2, Hal :
76-86

Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka

Rukiyah. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Nuah Medika

Saifuddin, Abdul, et.al. (2010). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Dan Neonatal. Jakarta: YBPSP

Sitti Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Yogyakarta : Fitrimaya

Anda mungkin juga menyukai