Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Data WHO tahun 2011 menunjukkan 1 milyar orang di dunia
menderita hipertensi, 2/3 diantaranyaa berada di negara berkembang yang
berpenghasilan rendah sampai sedang. Prevalensi hipertensi akan terus
meningkat tajam dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29 % orang
dewasa di seluruh dunia terkena hipertensi. Hipertensi telah
mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun, dimana 1,5 juta
kematian terjadi di asia tenggara yang 1/3 populasinya menderita
hipertensi sehingga dapat menyebabkan peningkatan beban biaya
kesehatan (depkes 2018).

Di Indonesia, berdasarkan dara Riskesdas 2013, prevalensi


hipertensi di Indonesia sebesar 25,8%, prevalensi tertinggi terjadi di
Bangka Belitung (30,%) dan yang terendah di Papua (16,8%). Sementara
itu, data Survei Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) tahun 2016
menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi pada penduduk usia 18
tahun ke atas sebesar 32,4%. Selain itu, menurut data BPJS Kesehatan,
biaya pelayanan hipertensi mengalami peningkatan setiap tahunnya, yakni
Rp. 2,8 triliun pada 2014, Rp. 3,8 triliun pada 2015, dan Rp. 4,2 triliun
pada 2016.

Untuk mengendalikan prevalensi dari hipertensi yang semakin marak


ini, diperlukan beberapa upaya yang harus diterapkan. Diantaranya adalah
dengan melakukan aktifitas fisik, menerapkan perilaku hidup sehat,
konsumsi pangan sehat dan bergizi, melakukan pencegahan dan deteksi
dini penyakit, meningkatkan kualitas lingkungan menjadi lebih baik, dan
meningkatkan edukasi hidup sehat. Tenaga kesehatan mengedukasi
masyarakat denagn tanda-tanda, penyebab ataupun akibat dari hipertensi

1
tersebut terhadap fisiologi tubuh, agar dapat dengan demikian, tindakan
preventif dari masyarakat dapat dengan mudah dilaksanakan.
Lalu, dalam makalah ini akan diterangkan secara detail bagaimana peran
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang baik bagi penderita
hipertensi.
B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengidentifikasi kajian teori dari hipertensi berupa defenisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik
dan penyuluhan keperawatan dan juga mendeskripsikaanya dalam
skema berupa patoflodiagram perjalanan dari penyakit hipertensi
2. Mengidentifikasi teori asuhan keperawatan yang menjadi landasan
pemenuhan kebutuhan klien; pengkajian, diagnosa, dan intervensi
keperawatan
3. Menjelaskan perbandingan asuhan keperawatan secara teori dan
berdasarkan kasus yang diperoleh
4. Menjelaskan penatalaksanaan keperawatan dalam menangani klien
hipertensi berdasarkan jurnal

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
1. Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan darah persistem dengan
tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastolic diatas
90 mmHg.
2. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikit 140
mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg.
3. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang melebihi tekanan
darah normal seperti apa yang telah di sepakati oleh parah ahli, yaitu >
140/90 mmHg.
4. Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka kesakitan (morobiditas) dan angka kematian
(mortalitas)

B. Klasifikasi
Join Nation Comitten Detection Evolution and Treatmen of High Blood
Preasure, badan penelitian hipertensi di amerika serikat, menentukan
batasan tekanan darah yang berbeda. Pada laporan tahun 1993, dikenalkan
dengan sebutan JPC-V, tekanan darah pada orang dewasa berusia pada 18
tahun diklasifikasikan sebgai berikut.
Kriteria hepertensi menurut JPC-V AS

NO Criteria Tekanan Darah


Sistolik Diastolik
1 Normal < 130 < 85

3
2 Perbatasan (high normal) 130-139 85-89
Hipertensi
Derajat 1: ringan 140-159 90-99
Derajat 2: sedang 160-179 100-199
Derajat 3: berat 180-209 110-119
Derajat 4: sangat berat ≥ 210 ≥ 120

Catatan

Jika penderita mempunyai tekanan sistolik dan diastolik yang tidak


termasuk dalam suatu kriteria yang lebih tinggi misalnya, seseorang
mempunyai tekanan darah 180/120 mmHg. Berdasarkan ketentuan ini
orang tersebut tergolong penderita derajat 4 atau sangat berat. Apabila
penderita memiliki kerusakan atau resiko hipertensi, maka resiko tersebut
harus disebutkan. Misalnya, hipertensi derajat 4 dengan DM.

Jenis hipertensi

 Hipertensi primer

Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya.


diderita oleh sekitar 95% orang. Oleh sebab itu, penelitian dan
pengobatan lebih ditunjukan bagi penderita esensial.

Hipertensi primer diperkirakan dise\babkan oleh faktor berikut ini.

1 Faktor keturunan.
Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
2 Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah
umur (jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat) , jenis
kelamin (pria lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam
lebih banyak dari kulit putih).

4
3 Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30 g), kegemukan
atau makanan berlebihan, stress, merokok, minum alkohol, minum
obat obatan (efedrim, prednisone, epifenefrin).
 Hipertensi sekunder.
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebeb yang jelas. Salah satu
contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi
akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat congenital atau
akibat aterosklerosis. Stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke
ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan
pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara
langsung meningkatkan tekanan darah, dan secara tidak langsung
meningkatkan sintesis aldosteron dan reabsorpsi natrium. Apabila dapat
dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang terkena
diangkat, tekanan darah akan kembali ke normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain fekromositoma,
yaitu tumor penghasil epinefrin di kelenjer adrenal, yang menyebabkan
peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume secukup akibat
retensi garam dan peningkatan CTR karena hiperensivitas system saraf
simpatis aldosteronisme primer ( peningkatan aldosteron tanpa diketahui
penyebabnya) dan hipertensi yang berkaitan dengan kontrasepsi oral juga
dianggap sebagai kontrasepsi sekunder.

 Hipertensi akibat kehamilan.


Hipertensi akibat kehamilan atau hipertensi gestasional adalah jenis
hipertensi sekunder. Hipertensi gestasional adalah peningkatan tekanan
darah (≥ 140 mmHg pada sistolik; > 90 mmHg pada diastolic) terjadi
setelah usia kehamilan 20 minggu pada wanita non-hipertensi dan
membaik dalam 12 minggu pascapartum. Hipertensi jenis ini tampaknya
terjadi akibat komresistance (TPR). Jika hipertensi terjadi setelah 12

5
minggu pascapartum, atau telah ada sebelum kehamilan 20 minggu,
masuk kedalam kategori hipertensi kronik.
Pada preelampsia, tekanan darah tinggi disertai dengan proteinuria
(dari dalam urine setidaknya 0,3 protein dalam 24 jam). Preclampsia
biasa terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu, dan dihubungkan dengan
penurunan aliran darah plasenta dan pelepasan mediator kimiawi yang
dapat menyebabkan disfungsi sel endotel vaskuler diseluruh tubuh.
Kondisi ini merupakan gangguan yang sangat serius, seperti halnya
preeclamsia superimposed pada hipertensi kronis.
C. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik,
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau
peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1. Genetik:
Gen-gen yang berperan dalam mekanisme hipertensi yaitu gen yang
mempengaruhi homeostasis natrium di ginjal, termasuk polimorfisme
I/D (insersi/delesi) gen ACE (angiotensin converting enzyme), dan gen
yang mempengaruhi metabolisme steroid. Studi menyatakan
polimorfisme I/D gen ACE dapat menghasilkan 3 genotip : II
homozigot, ID heterozigot dan DD Homozigot. Individu dengan DD
homozigot mempunyai konsentrasi ACE yang lebih tinggi
dibandingkan dengan yang lain. Dengan konsentrasi ACE yang lebih
tinggi maka konsentrasi angiotensin II juga meningkat. Angiotensin II
yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah secara
progresif melalui 2 mekanisme: vasokonstriksi di arteri perifer dan
penurunan ekskresi garam dan air oleh ginjal.
2. Obesitas:
obesitas akan meningkatkan resiko hipertensi karena semakin besar
massa tubuh, maka akan semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk
memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume
darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat

6
sehingga memberikan tekanan yang lebih besar pada dinding arteri.
selain itu, pada orang yang obesitas, terjadi ketidakseimbangan antara
konsumsi kalori dengan kebutuhan energi sehingga menyebabkan
peningkatan jaringan lemak in aktif dan ini akan meningkatkan kerja
jantung.
3. Stres
kondisi stres meningkatkan aktivitas saraf simpatis yang kemudian
meningkatkan tekanan darah secara bertahap, artinya semakin berat
kondisi stres seseorang maka semakin tinggi pula tekanan darahnya.
Stres merupakan rasa takut dan cemas dari perasaan dan tubuh
seseorang terhadap adanya perubahan dari lingkungan. Apabila ada
sesuatu hal yang mengancam, secara fisiologis kelenjar pituitary otak
akan mengirimkan hormon kelenjar endokrin kedalam darah, hormon
ini berfungsi untuk mengaktifkan hormon adrenalin dan
hidrokosrtison, sehingga membuat tubuh dapat menyesuaikan diri
terhadap perubahan yang terjadi. Secara alamiah dalam kondisi seperti
ini seseorang akan merasakan detak jantung yang lebih cepat dan
keringat dingin yang mengalir di daerah tengkuk. Selain itu
peningkatan aliran darah ke otot-otot rangka dan penurunan aliran
darah ke ginjal, kulit, dan saluran pencernaan juga dapat terjadi karena
stres
.
4. Hilangnya elastisitas jaringan dan aterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Pada orang lanjut usia, penyebab hipertensi disebabkan terjadinya
perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung
menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah,
kehilangan elastisistas pembuluh darah, dan meningkatkan resistensi
pembuluh darah perifer. Setelah usia 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun 1% tiap tahun sehingga menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volume. Elastisitas pembuluh darah

7
menghilangkan karena terjadi kurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi.

D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermulah jaras sasaf simpatis, yang berlanjut kebawa ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spenalis ke ganglia simpatis ditoraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor di hantarkan dalam bentuk implus
yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannnya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.
Klien dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi. Pada saat
bersama ketika sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal menyekresikan
epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal
menyekresikan kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkutkan
respon vaskonstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan lepasan rennin. Rennin
yang dilepaskan merangsang pembentukan pembentukan angiotensin I
yang kemudian di ubah menjadi angiotensin II, vasokonstriktor kuat, yang
pada akirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cendrung mencetuskan hipertensi ( Brunner dan Suddarath,2002).

8
E. Manifestasi klinis
Klien yang menderita hipertensi terkadang tidak menampakan gejala
hingga bertahun tahun. Gejala jika ada menunjukan adanya kerusakan
vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah sebagai nokturia (peningkatan urinasi
pada malam hari) dan azetoma (peningkatan nitrogen urea darah dan
kretinin). Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada
retina, seperti perdarahan, ekusudat, penyempitan pembuluh darah, dan
pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus). Keterlibatan
pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik
transien (transient ischemic attack, TIA) yang bermanifestasi sebagai
paralis sementara pada suatu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam
penglihatan. Gejala umum yang di timbulkan akibat menderita hipertensi
tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala.
Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai
berikut:
1. Sakit kepala
2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
3. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
4. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
5. Telinga berdenging
Crowin menyebutkan bahwa sebagain besar gejala klinis timbul
setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa:
1. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakarnial
2. Penglihat kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi

9
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerolus
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi,
yaitu pusing, muka marah, sakit kepala, keluar darah dari hidung
secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain- lain.

F. komplikasi
1. stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi di otak,
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang
terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis
apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang di perdarahi
berkurang arteri otak yang mengalami arterosklorosis dapat melemah
sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.
2. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuknya trombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh
darah.
3. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progesif akibat tekanan tinggi
pada kapiler glomerulus ginjal.dengan rusaknya glomerulus, aliran darah
ke neufron akan terganggu dan dapat melanjut menjadi hipoksi dan
kematian.
4. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang
sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler
dan mendorong cairan ke ruang interstisial di seluru susunan saraf pusat.
Neuron di sekitar kolaps dan terjadi koma serta kematian.
G. PATOFLODIAGRAM

10
11
H. Pemeriksaan diagnostik
1. Pengukuran diagnostik pada tekanan darah menggunakan
sfigmamonometer akan memperhatikan peningkatan tekanan sistolik
dan diastolik jauh sebelum adanya gejala penyakit
2. Laboratorium

12
a. Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
b. Kreatinan serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena
parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut
c. Darah parefir lengkap
d. Kimia darah (kalium, natrium,kreatinin, gula dan puasa)
e. Kadar kalium serum < 3,5 mEq/L (normal 3,5 - 5,0 mEq/L) 2
menunjukan disfungsi adrenal (hiperaldosteronisme primer)
f. Kadar nitrogen urea darah < 5 atau meningkat > 20 mg/dL 9
normal 5 – 25 mg/dL.
g. Kreatinin serum >1,5 mg/dL menunjukan penyakit ginjal.

3. EKG
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Iskemia atau infark miokard
c. Peninggian glombang P
d. Gangguan konduksi

4. Oftalmoskopi menunjukan luka pada arterio-vena, ensefalopati


hipertensif, dan edema.
5. Pemeriksaan meggunakan kaptropi oral dapatdilakukan untuk menguji
hipertensi renovaskla

I. Penatalaksanaan
Tujuan deteksi penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan resiko
penyakit kardiovaskuler dan moralitas serta morditas yang berkaitan
tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik
dibawah 140 mmHg dan tekanan diastolic dibwah 90 mmHg dan
mengontrol faktor resiko. Hal ini dapat di capai melalui modofikasi gaya
hidup saja , atau dengan obat anti hipertensi
Penatalaksanaan faktor resiko di lakukan dengan cara pengobatan setara
non- farmakologis, antara lain:
1) Pengaturan diet

13
Berbagai studi menunukan diet dan pola hidup sehat dan/atau
dengan obat-obatan yang menurunkan gagal jantung dan dapat
memperbaiki keadaan hipertrofil ventriker kiri.
a. Rendah garam, diet rendha garam dapat menurunkan tekanan
darah pada pasien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi
garam dapat mengurangi stimulasi sistem renin-angiotensin
sehingga sangat berpontensi sebagai anti hipertensi. Jumla
asupan
b. natrium yang dianjurkan 50-100mmol atau setara dengan 3-
6gram garam per hari.
c. Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara
intervena dapat menyebebkan vasodilatasi, yang percaya
dimediasi oleh oksida nitrat pada dinding vaskular.
d. Diet kaya buah dan sayur.
e. Diet renda kolesterol sebagai pencegahan terjadinya jantung
koroner.
2) Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas, pada sebagai orang, dengan cara menurunkan
berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkianan dengan
mengurangibeban kerja jantung dan volume secukup. Psds beberapa
studi menunjukan bahwa obiesitas berhubungan dengan kejadian
hiprtensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan
adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.
Penurunan berat badan (1 kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan
berat badan dengan menggunakan obat obatan yang perlu menjadi
perhatian kusus kandungan simpatomimetik, sehingga dapat
menekan tekanan darah, memperburuk angina atau gejala gagal
jantung dan terjadinya eksaserbasi aritmia.
3) Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda
bermanfaat menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan

14
jantung. Olahraga insonik dapat juga meningkatkan fungsi endotel,
vaso dilatasi perifer, dan mengurangi kateklomin plasma. olahraga
teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat
dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah.Olahraga
meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya
arterosklerosis akibat hipertensi.
4) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat.
Berhenti merokok dan mengkomsusi alkohol, penting untuk
mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap diketahui
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan
kerja jantung.

Penatalaksanaan medis yang diterapkan pada penderita hipertensi adalah sebagai


berikut:

1. Terapi oksigen
2. Pemantauan hemodinamik.
3. Obat-obatan,
a. Diuretik chlorhalidon, hydromox, lasix, aldactone, dyrenium
diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi
curah jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan garam dan
airnya. Sebagai diuretik (tiazid) juga dapat menurunkan TPR.
b. Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos jantung
atau arteri dengan mengintervensi influks kalsium bersifatkan untuk
kontraksi. Sebagai penyekat sengan demikian, berbagai penyekat
kalsium memiliki kemampuan yang berbeda beda dalam
menurunkan kecepatan denyut jantung, volume secukup, dan TPR.
c. Penghambat enzim mengubah angiotensi II atau inhibitor ACE
berfungsi untuk menurunkan angiotensi II dengan menghambat
enzim yang di perlukan untuk mengubah angiotensi I menjadi
angiotensi II. Kondisi ini menurunkan darah secara langsung
dengan menurunkan TPR, dan secara tidak langsung dengan
menurunkan sekresi aldosterone, yang akan meningkatkan

15
pengeluaran natrium pada urin kemudian menurunkan volume
plasma dan curah jantung. Inhibitir ACE juga menurunkan tekanan
darah dengan efek bradikin yang memanjang, yang normalnya
memecah enzim. Inhibitor ACE dikontrainikasi untuk kehamilan.
d. Antagonis (penyekat) reseptor beta (ᵝ-blocker), terutama penyekat
selektif, bekerja pada reseptor beta di jantung untuk menurunkan
kecepatan denyut dan curah jantung.
e. Antagonis reseptor alfa menghambat reseptor alfa diotot polos
vaskuler yang secara normal respon terhadap rangsangan saraf
simpatis dengan vasokonstriksi. Hal ini akan menurunkan TPR.
f. Vasodilator anteriol langsung dapat digunakan untuk menurunkan
TPR, misalnya, natrium, nitroprusida, nikardipin, hidralazin,
nitrogliserin, dll.
g. Hipertensi gestasional dan preklamsia-eklampsia membaik setelah
bayi lahir.
J. Asuhan keperawatan pada hipertensi
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Keluhan utama
Tanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan klien
sehingga ia perlu pertolongan. Keluhan yang harus
diperhatikan antara lain sesak napas, nyeri dada menjalar ke
arah lengan, cepat lelah, batuk lendir atau berdarah, pingsan,
berdebar-debar, dan lainnya sesuai dengan patologi
penyakitnya
2) Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan tentang perjalanan penyakit sejak keluhan hingga
klien meminta pertolongan. Misal :
- tanyakan sejak kapan keluhan dirasakan,
- berapa kali keluhan terjadi,
- bagaimana sifat keluhan,
- kapan dan apa penyebab keluhan,

16
- keadaan apa yang memperburuk dan memperingan keluhan,
- .bagaimana usaha untuk mengatasi keluhan sebelum meminta
pertolongan,berhasilkah tindakan tersebut
3) riwayat penyakit terdahulu
.Riwayat penyakit terdahulu (RPD) : Tanyakan tentang penyakit
yang pernah dialami sebelumnya, tanyakan apakah klien pernah
dirawat sebelumnya dengan penyakit apa, pernahkah mengalami
sakit yang berat, riwayat tambahan disesuaikan dengan patologi
penyakitnya,riwayat keluarga, riwayat pekerjaan, riwayat geografi
riwayat alergi, kebiasaan social, kebiasaan merokok.
b. Pola pemenuhan kebutuhan dasar menurut gordon
1) Pola manajemen kesehatan dan presepsi kesehatan.
 pengetahuan status kesehatan
 pemeriksaan diri sendiri: riwayat medis keluarga, pengobatan
yang sudah di lakukan.
 perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan.
2) Pola metabolic nutrisi
 Kebiasanan jumlah makanan.
 jenis dan jumlah makanan dam minuman.
 pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir porsi yang
dihaluskan , napsu makan.
 kepuasan dan berat badan.
 persepsi akan kebutuhan metabolic.
 faktor pencernaan: nafsu makan, ketidaknyaman,rasa dan
bau,gizi, mukosa mulut, mual, atau muntah.
 data pemeriksaan fisik yang berkaitan (berat badan saat ini
dan SMRS).

3) pola eliminasi
 Kebiasaan pola buang air kecil: frekuensi, jumlah (cc), warna,
bau, nyeri, nokturia, kemampuan mengonteol BAK, adanya
perubahan lain.

17
 Kebiasaan pola buang air besar: frekuensi, jumlah (cc),warna,
bau, nyeri, nokturia, kemampuan mengontrol BAB, adanya
perubahan lain.
 kemampuan perawatan diri: ke kamar mandi, kebersihan diri.
 penggunaan bantuan untuk eskresi.
 data pemeriksaan fsisik yang berhubungan (abdomen genitalia,
rectum, prostat).
4) pola aktivitas-latihan
 Aktivitas kehidupan sehari-hari
 Olahraga: tipe, frekuensi, durasi dan intensitas
 Aktivitas menyenangkan
 keyakinan tentang latihan dan olahraga
 kemampuan untuk merawat diri sendiri (berpakaian mandi,
makan, kamar mandi)
 mandiri bergantung atau perlu bantuan
 penggunaan alat bantu (kruk, kaki tiga)
 data pemeriksaan fisik ( pernapasan, kardiovaskuler,
muskoloskeletal, neurologi)
5) Pola istirahat-tidur
 kebiasaan tidur sehari-hari (jumlah waktu, jam tidur dan
bangun, ritual menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat
kesegaran setelah tidur.
 penggunaan alat mempermudah tidur ( obat-obatan)
 jadwal istirahat dan relaksasi
 gejala gangguan pola tidur
 faktor yang berhubungan nyeri suhu proses dll.
 data pemeriksaan fisik (lesu kantung mata, keadaan umum,
mengantuk )
6) Pola persepsi-kognitif
 gambaran tentang indra khusus( penglihatan, penciuman,
pendengar, perasa, peraba).

18
 penggunaan alat bantu indra
 persepsi ketidak nyaman nyeri (pengkajian nyeri secara
komprenhesif)
 tingkat pengetahuan klien terhadap nyeri dan pengentahuan
untuk mengontrol dan mengatasi nyeri.
 data pemeriksaan fisik yang berhubungan (neurologis,
ketidaknyaman).
7) Pola konsep diri- persepsi diri
 keadaan sosial: pekerjaan, situasi keluarga, kelompok sosial.
 identitas personal: penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki.
 keadaan fisik, segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh
(yang disukai dan tidak )
 harga diri: perasaan mengenai diri sendiri.
 Ancaman terhadap konsep diri (sakit perubahan peran)
 Riwayat berhubungan dengan masalah fisik atau psikologi
 data pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurung diri,
murung tidak mau berinteraksi)
8) Pola hubungan-peran
 Gambaran tentang peran berkaitan dengan keluarga, teman,
kerja.
 kepuasaan ketidakpuasaan menjalankan peran
 efek terhadap status kesehatan
 pentingnya keluarga
 struktur dan dukungan keluarga
 pola membesarkan anak
 hubungan dengan orang lain
 orang terdekat dengan klien
 data pemeriksaan fisik yang berkaitan
9) Pola reproduksi-seksualitas
 masalah atau perhatian seksual

19
 menstruasi jumlah anak, jumlah suami/istri
 gambaran perilaku seksual (perilaku seksual yang aman,
pelukan, setuhan dll)
 pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan
reprodiksi
 efek terhadap kesehatan
 riwayat yang berhubungan dengan masalah fisik dan atau
psikologi
 data pemeriksaan fisik yang berkaitan ( genetalia, payudara,
rectum)
10) pola toleransi terhadap stress-koping
 sifat pencetus stress yang dirasakan baru-baru ini
 tingkat stress yang dirasakan
 gambaran respons umum dan khusus terhadap stress
 strategi mengatasi stress yang biasa digunakan dan
keefektifannya
 strategi koping yang biasa digunakan
 pengetahuan dan penggunaan teknik manajemen stress
 hubungan antara manajemen stress dengan keluarga
11) Pola keyakinan-nilai
 Latar belakang budaya/ etnik
 status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan
kelompok budaya etnik
 tujuan kehidupan bagi pasien
 pentingnya agama/ spiritualitas
 dampak masalah kesehatan terhadap spiritualitas
 keyakinan dalam budaya (mitos, kepercaya, adat yang dapat
mempendgaruhi kesehatan)
2. Diagnosa keperawatan
a. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
vasokonstriksi pembuluh darah

20
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
ketidakseimbangan dan kebutuhan oksigen
c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral

3. Intervensi keperawatan

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan (NIC) Intervensi (NOC)


(1) (2) (3) (4)
1 Resiko penurunan curah Setelah dilakukan asuhan Perawatan jantung
jantung berhubungan keperawatan selama 24 jam klien a.evaluasi adanya nyeri dada (
dengan peningkatan menunjukan curah jantung adekuat intensitas,lokasi radiasi,radiasi
afterload,vasokonstriksi, dengan kriteria : dan faktor pencetus nyeri).
hipertrofi atau rigiditas  tekanan darah dalam b.lakukan penilaian komprenshif
ventrikuler,iskemia rentang normal terhadap sirkulasi
miokard  toleransi terhadap aktivitas parifer(mis,cek nadi
 nadi perfer kuat parifer,edema pengisian
 ukuran jantung kuat kapiler,dan suhu ekstremitas)
 tidak ada distensi vena c.dokumentasi adanya distrimia
jugularis jantung
 tidak ada disritmia d.catat tanda dan gejala
penurunan curah jantung.
 tidak ada bunyi jantung
e. observasi TTV
abnormal
f. observasi status
 tidak ada angina
kardiovaskular
 tidak ada edema parifer g. observasi disrimia jantung
 tidak ada edema pulmonal termasuk gangguan irama dan
 tidak ada diaporesis konduksi
 tidak ada mual h.observasi abdomen untuk
 tidak ada kelelahan mengindikasikan andanya
penurunan perfusi
i. observasi keseimbangan
cairan(asupan-haluaran dan
berat bdan harian.)
j. kenali adanya perubahan
tekanan darah
k.kenali pengaruh psikologis
yang mendasari kondisi klien.
l. evaluasi respon klienterhadap
disrimia
m.kolaborasi dalam pemberian
terapi antiaritmia sesuai
kebutuhan.
n. observasi respon klien
terhadap pemberian terapi
antiaritmia.
o. instruksikan klien dan

21
keluarga tentang pembatasan
aktivitas.
p. tentukan periode latihan dan
istirahat untuk menghindari
kelelahan.
q. observasi toleransi klien
terhadap aktivitas.
r. observasi adanya
dispnea,kelelahan,takipnea,da
n ortopnea.
s. anjurkan untuk mengurangi
stres
t. ciptakan hubungan yang
saling mendukukng antara
klien dan keluarga
u.anjurkan klien melaporkan
adanya ketidaknyamanan
dada.
v. tawarkan dukungan spiritual
untuk klien dan keluarganya.
2 intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan Manajemen energi
berhubungan dengan keperawatan selama x24 jam klien a. tentukan keterbatasan klien
kelemahan,ketidakseimb dapat menunjukan toleransi terhadap aktivitas.
angan dan kebutuhan terhadap aktivitas,dengan kriteria : b. tentukan penyebab lain
oksigen. a. klien dapat menentukan aktivitas kelelahan
yang sesuai dengan peningkatan c.motivasi klien untuk
nadi,tekanan darah dan frekuensi mengungkapkan perasaan
nafas;mempertahankan irma tentang keterbatasannya.
dalam batas normal. d. observasi asupan nutrisi
b. mempertahankan warna dan sebagai sumber enerhi yang
kehangatan kulit dengan adekuat.
aktivitas. e. observasi respon jantung-paru
c. EKG Dalam Batas Normal terhadap aktivitas.
d. melaporkan kegiatan aktivitas f. batas stimulus lingkungan
kegiatan g. dorong untuk melakukan
periode istirahat dan aktivitas.
h. rencanakkn periode aktivitas
saat klien memiliki banyak
tenaga.
i. bantu klien untuk membangun
dari tempat tidur atau duduk
disamping tempat tidur atau
berjalan.
j. ajarkan klien dan keluarga
teknik memenuhi kebutuhan
sehari-hari yang dapat
meminimalkan penggunaan
oksigen.
k. instruksikan klien dan
keluarga untuk mengenla
tanda dan gejala kellahan
yang memrlukan pengurangan

22
aktivitas.
l. bantu klien dan keluarga untuk
menentukan tuijuan aktivitas
yang realistis.
m. dorong klien untuk
memenuhoi aktivitas yang
sesuai dengan daya tahan
tubuh.
n. evaluasi program peningkatan
tingkat aktivitas.

Terapi aktivitas.
a. tentukan komitmen klien
untuk meningkatkan frekuensi
atau rentang untuk aktivitas.
b. bantu klien untuk
mengungkapkan kebiasaan
aktivitasyang paling berarti
dan/aktivitas favorit diwaktu
luang.
c. bantu klien untuk memilih
aktivitas yang konsisten
dengan kemampuan
fisik ,psikologis dan sosial.
d.bantu klien untuk
memfokuskan apa yang akan
dilakukan dfaripada apa
kekurangannya.
e. bantu klien untuk
mendapatkan transportasi
untuk untuk beraktivitas yang
sesuai.
f.bantu klien untuk
mengidentifikasi pilihan
aktivitas.
g.bantu klien untuk
menjadwalkan peride khusus
untuk hiburan diluar aktivitas
rutin.
h.berikan penguatan positif
terhadap partisipasi klien dan
aktivitas.
i.observasi respon
emosi,fisik,spiritual terhadap
aktivitas.

3 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri


dengan peningkatan keperawatan selama x24 jam klien a. kaji nyeri secara kompresif
tekanan vaskular selebral dapat mengotrol nyeri,dengan b. observasi isyara non-verbal
kriteria : dari
a. mengenal faktor penyebab ketidaknyamanan,khususnya
nyeri. dalam ketidakmampuan

23
b. awitan nyeri untuk komunikasi secara
c. tindakan pencegahan efektif.
d. tindakan pertolongan non- c. tentukan dampak ekspresi
analgetik nyeri terhadap kuaitas hidup.
e. menggunakan analgetik d. kajian pengalaman individu
dengan tepat terhadap nyeri,keluarga
f. mengenal tanda pencetus dengan nyeri kronis.
nyeri untuk mencari e. evaluasi efektivitas dari
pertolongan. tindakan mengontrol nyeri
g. melaporkan gejala kepada yang telah digunakan.
tenaga kesehatan (perawat f. beri informasi tentang
atau dokter) nyeri,seperti penyebab,berapa
h. menunjukankan tingkat lama terjadi dan tindakan
nyeri. pencegahan.
i. melaporkan nyeri g. kontrol faktor lingkungan
j. pengaruh pada tubuh yang dapat mempengaruhi
k. frekuensi nyeri respon klien terhadap
l. lamanya episode nyeri ketidaknyamanan.
m. ekspresi nyeri h. tingkatkan tidur dan istirahat
n. kegelisahan yang cukup.
o. perubahan respirasi i. ajarkan penggunaan teknik
p. perubahan nadi non-farmakologi
q. perubahan tekanan darah j. anjurkan klien untuk
r. perubahan ukuran pupil betdiskusi tentang
s. perpirasi dan berkeringat pengalaman nyeri secara
t. kehilangan nafsu makan. tepat.
k. informasikan kepada tim
kesehatan lainnya/anggota
keluarga saat tindakan non-
farmakologi dilakukan,untuk
pendekatan prrfentif.

Pemberian analgetik.
a. tentukan lokasi
nyeri,karateristik,kualitas dan
keperahan sebelum
pengobatan.
b. beri obat dengan prinsip 5
benar
c. cek riwayat alergi obat.
d. libatkan klien dalam
pemilihan analgetik yang
akan digunakan.
e. pilih analgetik secara tepat
atau kombinasi lebih dari satu
analgetik jika telah
diresepkan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, reni. 2016. asuhan keperawatan klien gangguan kardiovaskular. EGC :


Jakarta

Brunner&suddarth, 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. EGC : Jakarta

Dwi sapta aryantiningsih & jesika Br silaen,2018. Hipertensi pada masyarakat di


wilayah kerja puskesmas harapan raya pekanbaru. Jurnal IPTEKS TERAPAN
research of applied science and education vol 12 (64-67)

Subandiyo, 2014. Pengaruh pijat tengkuk dan hipnotis terhadap penurunan


tekanan darah pada pasien hipertensi. Jurnal Keperawatan Soedirman ( The
Soedirman Journal Of Nursing) vol. 9 no. 3

Nur sefa arief hermawan & nana novariana, 2018. Terapi herbal sari mentimun
untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Jurnal aisyah :
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No.1

Jane A kalangi, adrian umboh, vivekenanda pateda, 2015. Hubungan faktor


genetik dengan tekanan darah pada remaja. Jurnal e-clinic (e-CI), Vol.3 No.1

Katerin Indah Islami, Moh. Fanani, Erna Herawati, 2015. Hubungan Antara Stres
Dengan Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di Puskesmas Rapak Mahang
Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur.

Benedicta I. Rumagit, Jody A. Pojoh, Vanessa N. Manampiring, 2012. STUDI


DESKRIPTIF PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI DI
PUSKESMAS SARIO,

25

Anda mungkin juga menyukai