Anda di halaman 1dari 4

Hipertensi pada Lansia

A. Pendahuluan
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan
sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik
sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003).
Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg
atau tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostik ini dapat
dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang terpisah
(FKUI, 2001)
Dari dua definisi hipertensi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi
adalah peningkatan tekanan sistolik lebih dari 140mmHg atau tekanan diastolik
lebih dari 90mmHg.
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-
75 tahun (Potter, 2005). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho,
2008).Lansia dapat di klasifikasikan menjadi 5 yaitu:
a. Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia Resiko Tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
(Depkes RI, 2003).
d. Lansia Potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
e. Lansia Tidak Potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).

B. Pembahasan
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001). Menurut WHO ( 1978 ), tekanan
darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
1. Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan
besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui secara pasti penyebabnya, faktor – faktor penyebab hipertensi
primer sebagai berikut :

1
1. Faktor keturunan.
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi. Ciri perseorangan yang
mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
 Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat),
 Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ),
 Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
2. Kebiasaan hidup.
 Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ),
 Kegemukan atau makan berlebihan,
 Merokok,
 Minum alkohol,
 Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)

b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.


Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
 Ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut,
Tumor
 Vascular : Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma,
Emboli kolestrol, Vaskulitis
 Kelainan endokrin : DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme
 Saraf : Stroke, Ensepalitis, SGB
 Obat – obatan : Kontrasepsi oral, Kortikosteroid

2. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya


perubahan - perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun. 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

3. Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi: (Menurut : Edward K


Chung, 1995 )
a. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter

2
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang
menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan
pasien yang mencari pertolongan medis.

c. Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien lansia


yang menderita hipertensi yaitu :
a.    Mengeluh sakit kepala, pusing
b.    Lemas, kelelahan
c.    Sesak nafas
d.    Gelisah
e.    Mual muntah
f.    Epistaksis
g.   Kesadaran menurun

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.BUN : memberikan informasi tentang perfusi
ginjal
b. Glukosa
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
c. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretic
d. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
e. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )

5. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi lansia adalah :


 Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
 Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
 Penurunan berat badan
 Penurunan asupan etanol
 Menghentikan merokok

3
C. Penutup
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan
sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik
sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003).
Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg
atau tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostik ini dapat
dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang terpisah
(FKUI, 2001)
Dari dua definisi hipertensi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah
peningkatan tekanan sistolik lebih dari 140mmHg atau tekanan diastolik lebih
dari 90mmHg.
Hipertensi di klasifikasikan menjadi 2 yaitu hipertensi essensial(primer)
dan hipertensi sekunder. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan - perubahan pada Elastisitas dinding aorta menurun,
Katub jantung menebal dan menjadi kaku. Tidak ada gejala dalam penyakit
hipertensi, biasanya pasien mengeluh pusing, badan lemas, gelisah, mual dan
muntah. Diet yang dianjurkan pada pasien hipertensi adalah restriksi garam
secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, diet rendah kolesterol dan rendah
asam lemak jenuh,penurunan berat badan, penurunan asupan
etanol,menghentikan merokok.

D. Daftar Pustaka
Kumar, Vinay.Et.al.2007. BukuAjar Patologi Robbins. Vol.2 Ed. 7.
Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta : EGC.
N. Richard. Mitchell. Et.al. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins
dan Coutran. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC
Zul Dahlan. 2000. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Reevers, Charlene J, et all. 2000. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta :
Salemba
Medica.
http://nurse87.wordpress.com. Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan
Hipertensi. Regard

Anda mungkin juga menyukai