Anda di halaman 1dari 31

1.

LATAR BELAKANG

Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana masing
masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul
pada pasien yang parunyanormal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit
timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti
bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara).Pasien
mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah
gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya.

Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadi obstruksi jalan
nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons
dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis,
meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga
pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi
pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan denganefek yang dikeluarkan
atau dengan meningkatkan efek dari analgetik opioid. Pnemonia atau dengan penyakit paru-paru
dapat mengarah ke gagal nafas akut.

II.2 MASALAH

Gagal Nafas Akut

II.3 TUJUAN

Untuk mengetahui segala masalah yang berhubungan dengan gagal nafas akut

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 PENGERTIAN

1
Gagal respirasi diartikan sebagai tidak berfungsinya respirasi yang menyebabkan ketidaknormalan
oksigenasi atau ventilasi (eliminasi CO2) yang parah, cukup untuk menyebabkan kerusakan fungsi
organ organ vital. Kriteria kadar gas darah arteri untuk gagal respirasi tidak mutlak bisa ditentukan
dengan mengetahui PO2 kurang dari 60 mmHg dan PCO2 diatas 50 mmHg. Gagal respirasi akut
terjadi dalam berbagai gangguan, baik pulmoner maupun nonpulmoner.

(Tierney, Lawrence dkk. 2002. Diagnosis dan terapi kedokteran(penyakit dalam) : 214 )

Acute respiratory failure merupakan gangguan sistem pernapasan yang disebabkan adanya
gangguan primer pada paru atau gangguan lainnya, sehingga sistem pernapasan tidak dapat
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.

Gagal nafas akut adalah kegagalan system pernafasan untuk mempertahankanpertukaran oksigen
dan karbondioksida dalam jumlah yang dapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan.

(www.putridaun.com.Rabu, 15 April 2009)

II.2 ETIOLOGI

II.2.1. Depresi Sistem saraf pusat

Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan yang menngendalikan
pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan
dangkal.

II.2. 2. Kelainan neurologis primer

Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat pernafasan menjalar
melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot
pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau
pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan sangatmempengaruhiventilasi.

2
II. 2. 3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks

Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru. Kondisi ini
biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan
dapat menyebabkan gagal nafas.

II. 2. 4. Trauma

Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas. Kecelakaan yang
mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat
mnegarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan
fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan
dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang
mendasar

II.2 5. Penyakit akut paru

Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau pnemonia diakibatkan oleh
mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial,
atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal
nafas.

6. Penyakit kardiovaskular

7. Pasca bedah toraks, laparotomi tinggi

(www.putridaun.com.Rabu, 15 April 2009)

II. 3 TANDA DAN GEJALA

A. Tanda

3
a. Gagal nafas total

1. Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.

2. Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikula dan sela iga serta tidak ada
pengembangan dada pada inspirasi

3. Adanya kesulitasn inflasi paru dalam usaha memberikan ventilasi buatan

b. Gagal nafas parsial

1. Terdengar suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan whizing.

2. Ada retraksi dada

B. Gejala klinis

1. Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)

2. Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun)

3. Batuk dan berdahak

.Kesadaran menurun, agitasi

.Peningkatan frekuensi napas, berupa: retraksi suprasternal, interkostal, supraklavikular

dan retraksi epigastrium, takipneu, pernapasan paradoks.

Sianosis

4
Takikardi

Bradipneu ( dalam keadaan lanjut )

(www.putridaun.com.Rabu, 15 April 2009)

II.4 PATOFISIOLOGI

(Mutttaqin, arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan): 215)

Penekanan pusat pernafasan

Kelainan neuromuscular

Kelainan pleura dan dinding dada

Kelainan obstruktif difus

Kelainan restriktif difus

Kelainan vaskular

Pada pascaoperatif

Periode pascaoperatif

Agen agen farmakologi menekan pernapasan

Adanya penurunan metabolisme atau mengekskresi obat

Nyeri pada area thoraks dan abdomen menganggu napas dalam dan batuk

5
Penekanan dorongan pernapasan sentral

Gangguan pada respons ventilasi

Penurunan / hilangnya kontrol pernapasan

Penurunan pola pernapasan

Ketidaksesuaian dari ventilasi perfusi

Gagal napas

Kelainan neurologis primer (gangguan pada respons ventilasi)

Kelainan neurologis primer

(sindrom guillain bare, miastenia gravis, kerusakan pada segmen servikal medula spinalis, lesi akut
yang luas pada otak dalam multiple sclerosis, dan poliomielitis )

Penenkanan pada dorongan pernapasan sentral

Ganggguan pada respons ventilasi

6
Penurunan/hilangnya control pernapasan

Ketidak sesuaian dari ventilasi perfusi

Gagal napas

Trauma

Trauma pada kepala dan toraks

Cedera kepala, penurunan kesadaran, dan terjadi pendarahan dari hidung dan mulut menyebabkan
obstruksi jalan napas dan depresi pernapasan

Adanya penekanan meningkat intrapleura akibat udara atau darah

Penekanan dorongan pernapasan sentral

Gangguan pada respons ventilasi

Penurunan/ hilangnya control pernapasan

Penurunan kemampuan pengembangan paru

Ketidak sesuaian dari ventilasi perfusi

Gagal napas

7
Penyakit paru akut

Pneumonia

Terjadi konsolidasi dan pengisian organ alveoli oleh eksudat

Penurunan jaringan efektif paru, kerusakan membran alveolar kapiler

Ketidak sesuaian dari ventilasi perfusi

Gagal napas

status asmatikus

Peningkatan kerja pernapasan dan hipoksemia sesaat (reversible)

Ketidaksesuaian dari ventilasi perfusi

Gagal napas

Penyakit paru kronis

8
PPOM

Gangguan pergerakan udara ked an dari luar paru

Peningkatan kerja pernapasan, hipoksemia sesaat (reversible)

Ketidaksesuaian dari ventilasi perfusi

Gagal napas

Atelektasis

Kolapsnya alveoli

Gangguan dalamm pertukaran gas secara permanent (inreversible)

Ketidaksesuaian dari ventilasi perfusi

Gagal napas

Penyakit pleura

9
Efusi pleura, hemathotaks, dan pneumoniathoraks

Meningkatnya tekanan intrapleura akibat udara atau darah

Gangguan ventilasi

Ketidaksesuaian dari ventilasi perfusi

Gagal napas

Takar dosis

Narkotika dalam dosis berlebih

Penekanan pusat pernapasan

Kegagalan ventilasi

Ketidaksesuaian dari ventilasi perfusi

10
Gagal napas

Penyakiit akut paru

Status asmatikus

Peningkatan kerja pernapasan, hipoksemia secara reversible

Ketidaksesuaian dari ventilasi perfusi

Gagal napas

Atelaktasis

Kolapsnya alveoli

Gangguan dalam pertukaran gas secara reversible

Ketidaksesuaian dari ventilasi perfusi

Gagal napas

(Mutttaqin, arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan): 216-217)

II. 5 PENATALAKSANAAN MEDIK/TREATMENT

11
Kunci untuk pengobatan gagal nafas akut adalah antisipasi terhadap kondisi ini selanjutnya untuk
menghadapi kejadian yang ditimbulkannya. Tujuan penatalaksanaan untuk pasien gagal nafas akut
adalah sebagai berikut:

1. Membuat oksigenasi arteri adekuat, dengan memeberi perfusi jaringan adekuat

2. Meniadakan penyebab dasar dari gagal nafas akut

Adapun terapi medis yang dilakukan yaitu:

1. Terapi oksigen

2. Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal prong

Perbaiki ventilasi

3. Perbaikan jalan nafas

4. Ventilasi bantuan : memompa dengan sungkup muka berkantung (bag and mask), IPPB

5. Ventilasi kendali : IPPV, IPPV + PEEP

Inhalasi nebuliser

Fisioterapi dada

Pemantauan hemodinamik/jantung

Pengobatan

6. Bronkodilator

7. Steroid

12
Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan

Pengobatan spesifik yang ditujukan pada etiologinya

(www.putridaun.com.Rabu, 15 April 2009)

II. 6 PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

1. Atasi Penyebab

2. Mempertahankan jalan nafas dan meningkatkan ventilasi

a. Posisi pasien setengah duduk

b. Hidrasi

Memberikan cairan 2-3 ltr/24 jam

c. Bronchial hygiene dan fisiotherapi dada

- Latihan nafas dalam

- Analgetik saat fisiotherapi

- Jika ada ronchi anjurkan klien untuk batuk atau lakukan suctioning

- Postural drainase, vibrasi dan perkusi mungkin dibutuhkan

13
d. Pemberian obat obatan

- Bronchodilator

- Ekspectoran

-Sedativ, jika pasien gelisah

e. Bronkoskopi Jika lendir tidak bisa keluar dengan suctioning

f. Intubasi dan ventilasi mekanik

- Jika PaCO2 cenderung meningkat dan asidosis

- tujuan untuk menormalkan PH. Untuk pasien PPOM nilai PaCO2 tidak harus dibuat normal.

3. Mengoptimalkan pengangkutan O2 dan menurunkan konsumsi O2 dengan cara :

a. memberikan therapy O2

b. Memberikan PEEP

c. Istirahat

d. Memberikan lingkungan nyaman

e. Mengobati demam

14
f. transfuse darah

g. Obatan digitalis

4. Mengatasi infeksi dengan memberikan antibiotic

5. Mencegah terjadinya komplikasi

(www.farms-area.com. Rabu, 15 April 2009)

II. 7 PX DIAGNOSTIK

1. Pemerikasan gas-gas darah arteri

Hipoksemia

Ringan : PaO2 < 80 mmHg

Sedang : PaO2 < 60 mmHg

Berat : PaO2 <>

2. Pemeriksaan rontgen dada

Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui

3. Pemeriksaaan sputum

yang perlu diperhatikan ialah warna, bau dan kekentalan

4. EKG

Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan

Disritmia

15
5. Pengukuran fungsi paru

Penggunaan spirometer dapat membuat kita mengetahui ada tidaknya gangguan obstruksi dan
restriksi paru

(www.akperppnisolojateng.com, Rabu 15 April 2009)

II.8 PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Anamnesis

Keluhan utama yang sering muncul adalah gejala sesak napas atau peningkatan frekuensi napas.
Perlu diperhatikan juga, apakah klien berubah menjadi sensitif dan cepat marah(irritability), tampak
bingung (confusion), atau mengantuk(somnolent). Yang tidak kalah penting ialah kemampuan
orientasi klien akan tempat dan waktu.

Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

Kesulitan bernapas tampak dalam perubahan irama dan frekuensi pernapasan. Keadaan normal
frekuensi pernapasan 16-20 x/menit dengan amplitudo yang cukup besar, sehingga menghasilkan
volume tidal sebesar 500ml. Jika seseorang bernapas lambat dan dangkal, itu menunjukan adanya
depresi pusat pernapasan. Penyakit akut paru sering menunjukan frekuensi pernapasan lebih dari
20x/menit atau karena penyakit sistemik seperti sepsis, perdarahan, syok, dan gangguan metabolik
seperti diabetes melitus

Adanya tanda sianosis masih sukar ditentukan, bila saturasi oksigen darah arteri belum dibawah 80%
atau bila tekanan parsial oksigen darah arteri dibawah 50 mmHg. Sianosis tipe sentral dapat dilihat
dari perubahan warna mukosa yang semula kemerahan menjadi kebiruan terutama pada mukosa
pipi, bawah lidah, dan bibir sebelah dalam. Sianosis tipe perifer terjadi karena sirkulasi darah buruk
serta hasil yang rendah, ditandai dengan adanya warna kebiruan pada kuku disertai akral dingin

16
b. Palpasi

Perawat harus memerhatikan adanya pelebaran ICS dan penurunan taktil fremitus yang menjadi
penyebab utama gagal napas.

c. Perkusi

Perkusi yang dilakukan oleh perawat dengan cermat dan seksama membuatnya dapat menemukan
daerah redup rendah dengan suara napas melemah yang disebabkan oleh penebalan pleura, efusi
pleura yang cukup banyak, dan hipersonor, bila didapatkan pnemothoraks atau empisema paru.

d. Auskultasi

Auskultasi dilakukan untuk menilai apakah ada bunyi napas tambahan seperti wheezing dan ronkhi
serta untuk menetukan dengan tepat lokasi yang didapat dari kelainan yang ada.

(Mutttaqin, arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan): 218-219)

II. 9 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pola pernapasan yang
efektif

Kriteria Hasil :

17
Pasien menunjukkan

a. Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal

b. Adanya penurunan dispneu

c. Gas-gas darah dalam batas normal

Intervensi :

a. Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan serta pola pernapasan.

b. Kaji tanda vital dan tingkat kesasdaran setaiap jam dan prn

c. Monitor pemberian trakeostomi bila PaCo2 50 mmHg atau PaO2<>

d. Berikan oksigen dalam bantuan ventilasi dan humidifier sesuai dengan pesanan

e. Pantau dan catat gas-gas darah sesuai indikasi : kaji kecenderungan kenaikan PaCO2

f. atau kecendurungan penurunan PaO2

g. Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap 1 jam

h. Pertahankan tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 30 sampai 45 derajat

i. untuk mengoptimalkan pernapasan

18
j. Berikan dorongan utnuk batuk dan napas dalam, bantu pasien untuk mebebat dada

k. selama batuk

l. Instruksikan pasien untuk melakukan pernapasan diagpragma atau bibir

m. Berikan bantuan ventilasi mekanik bila PaCO > 60 mmHg. PaO2 dan PCO2 meningkat

n. dengan frekuensi 5 mmHg/jam. PaO2 tidak dapat dipertahankan pada 60 mmHg atau

o. lebih, atau pasien memperlihatkan keletihan atau depresi mental atau sekresi menjadi

p. sulit untuk diatasi.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder terhadap


hipoventilasi

Tujuan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pertukaran gas

yang adekuat

Kriteria Hasil :

a. Pasien mampu menunjukkan :

19
b. Bunyi paru bersih

c. Warna kulit normal

d. Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakan

Intervensi :

a. Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia

b. Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap[ jam dan prn, laporkan perubahan

c. tinmgkat kesadaran pada dokter.

d. Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya kecenderungan kenaikan dalam

e. PaCO2 atau penurunan dalam PaO2

f. Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi, kaji perlunya CPAP atau PEEP.

g. Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam

h. Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian, perhatikan peningkatan atau

i. Penyimpangan

j. Pantau irama jantung

20
k. Berikan cairan parenteral sesuai pesanan

l. Berikan obat-obatan sesuai pesanan : bronkodilator, antibiotik, steroid.

m. Evaluasi AKS dalam hubungannya dengan penurunan kebutuhan oksigen.

3. Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo

Tujuan :

Setelah diberikan tindakan perawatan pasien tidak terjadi kelebihan volume cairan

Kriteria Hasil :

Pasien mampu menunjukkan:

a. TTV normal

b. Balance cairan dalam batas normal

c. Tidak terjadi edema

Intervensi :

a. Timbang BB tiap hari

21
b Monitor input dan output pasien tiap 1 jam

c. Kaji tanda dan gejala penurunan curah jantung

d. Kaji tanda-tanda kelebihan volume : edema, BB , CVP

e. Monitor parameter hemodinamik

f. Kolaburasi untuk pemberian cairandan elektrolit

4. Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu mempertahankan perfusi jaringan.

Kriteria Hasil :

a. Pasien mampu menunjukkan

b. Status hemodinamik dalam bata normal

c. TTV normal

Intervensi :

a. Kaji tingkat kesadaran

22
b. Kaji penurunan perfusi jaringan

c. Kaji status hemodinamik

d. Kaji irama EKG

5. Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan gangguan rasio O2 dan CO2.

Data : perubahan frekuensi nafas, retraksi interkostal, penurunan vital kapasitas paru, takipnea atau
henti nafas bila ventilator dihentikan, sianosis, penurunan PO2 <> 45, peningkatan saturasi oksigen,
gelisah

Tujuan keperawatan :

Pola pernapasan efektif melalui ventilator tanpa adanya penggunaan otot bantu pernapasan

Kriteria hasil :

Saturasi oksigen normal

Tidak ada hipoksia

Kapasital vital normal

Tidak ada sianosis

Intervensi :

Selidiki penyebab gagal pernapasan, rasional pemahaman tentang penyebab kegagalan


pernapasan penting untuk memberikan perawatan.

23
Observasi pola napas dan catat frekuensi pernapasan, jarak antara pernapasan spontan dan napas
ventilator, rasional pasien dengan pemasanagn ventilator dapat mengalami
hiperventilasi/hipoventilasi dan pasien berupaya memperbaiki kekurangan oksigen dengan
peningkatan pola pernapasan sehingga frekuensi meningkat.

Auskultasi dada secara periodik, catat bila ada kelainan bunyi pernapasan. Rasional : Memberikan
informasi tentang adanya obsturksi jalan nafas, perubahan simetrisitas dada menunjukkan tidak
tepatnya letak selang endotrakeal.

Jumlahkan pernapasan pasien selama 1 menit penuh dan bandingkan untuk menyusun frekuensi
yang diinginkan ventilator. Rasional : Pernapasan pasien cepat menimbulkan alkalosis respiratorik,
sednagkan pernapasan pasien lambat menimbulkan asidosis ( peningkatan PaCO2)

Kembangkan balon selang endotrakeal dengan tepat menggunakan tehnik hambatan minimal,
periksa pengembangan tiap 4 jam. Rasional : balon harus tepat mengembang untuk meyakinkan
ventilasi adekuat sesuai volume tidak yang diinginkan

Periksa selang bila ada sumbatan/lipatan. Rasional lipatan selang menghambat aliran volume
udara adekuat. Adanya air memungkinkan tumbuhkan kuman sehingga pencetus terjadinya
kolonisasi kuman.

Periksa fungsi alarm ventilator. Rasional : ventilator mempunyai berbagai alarm sehingga kelainan
dini bisa terdeteksi misalnya adanya penurunan tekanan gas, saturasi oksigen, rasio inspirasi dan
ekspirasi dsb.

Bantu pasien dalm kontorl pernapasan bila penyapihan diupayakan. Rasional melatih pasien untuk
bernapas secara lambat denga cara nafas abdomen dan penggunaan tehnik relaksasi sehingga fungsi
pernapasan bisa maksimal.

Kolaborasi untuk pemeriksaan analisa gas darah sesuai pesanan. Rasional untuk mengetahui
keberhasilan pemberian bantuan napas.

Kaji volume tidal. Rasional untuk menentukan jumlah udara inspirasi dan ekspirasi

Awasi rasio inspirasi den ekspirasi. Rasional : fase ekspirasi biasanya 2 kali panjangnya dari
kecepatan inspirasi.

6. tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya sekret pada jalan nafas akibat
ketidakmampuan batuk efektif.

Data :

a. Perubahan frekuensi nafas

24
b. Sianosis

c. bunyi nafas tidak normal (stridor)

d. gelisah

Tujuan keperawatan :

Pasien mampu mempertahankan jalan nafas bersih tanpa ada kelainan bunyi pernapasan.

Kriteria hasil :

a. Tidak ada stridor

b. frekuensi napas normal

intervensi:

Observasi bunyi nafas. Rasional : obstruksi disebabkan adanya akumulasi sekret, spasme bronkus,
perlengketran muskosa, dan atau adanya masalah terhadap endotrakeal.

Evaluasi gerakan dada. Rasional : gerakan dada simetris dengan bunyi nafas menunjukkan letak
selang tepat. Obstruksi jalan nafas bawah menghasilkan perubahan bunyi nafas seperti ronkhi dan
whezing.

Catat bial ada sesak mendadak, bunyi alarm tekanan tinggi ventilator, adanya sekret pada selang.
Rasional : pasien dengan intubasi biasanya mengalami reflek batuk tidak efektif.

Hisap lendir, batasi penghisapan 15 detik atau kurang, pilih kateter penghisap yang tepat, isikan
cairan garam faali bila diindikasikan. Gunakan oksigen 100 % bila ada. Rasional : penghisapan tidak
harus ruitn, dan lamanya harus dibatasi untuk mengurangi terjadinya hipoksia. Diamter kateter <>

25
Lakukan fisioterapi dada sesuai indikasi. Rasional untuk meningkatkan ventilasi pada semua
segmen paru dan untuk drainage sekret.

Berikan bronkodilator sesuai pesanan. Rasional untuk meningkatkan ventilasi dan mengencerkan
sekret dengan cara relaksasi otot polos bronkus.

7. Resiko tinggi perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan tidak efektifnya bersihan
oral.

Tujuan keperawatan :

Pasien mampu menunjukkan kesehatan mukosa mulut dengan tepat tanpa adanya tanda
peradangan.

Kriteria hasil :

a. Tanda peradangan mukosa mulut tidak ada

b. mulut bersih dan tidak berbau.

Intervensi :

Observasi secara rutin rongga mulut, gigi, gusi terhadap adanya luka atau pendarahan. Rasional :
identifikasi dini memberikan kesempatan untuk pencegahan secara tepat.

Berikan perawatan mulut secara rutin. Rasional : Mencegah adanya luka membran mukosa mulut
dan menurunkan media pertumbuhan bakteri dan meningkatkan kenyamanan.

Ubah posisi selang endotrakeal sesuai jadual. Rasional : menurunkan resiko luka pada bibir dan
membran mukosa mulut.

Berikan minyak bibir. Rasional: mempertahankan kelembaban dan mencegah kekeringan.

8. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan kemampuan
mencerna.

26
Data :

a. penurunan berat badan

b. tonus otot lemah

c. peradangan pada mulut

d. bunyi usus lemah.

Tujuan keperawatan : Kebutuhan nutrisi cukup

Kriteria hasil :

a. berat badan naik

b. albumin serum normal

c. tonus otot kuat

Intervensi :

Evaluasi kemampuan makan. Rasional : pasien dengan selang endotrakeal harus terpenuhi
kebutuhan makannya melalui parenteral atau selang makan.

Observai penurunan kekuatan otot dan kehilangan lemak subkutan. Rasional : penurunan jumlah
komponen gizi mengakibatkan penurunan cadangan energi pada otot dan dapat menurunkan fungsi
otot pernapasan.

27
Timbang berat badan bila memungkinkan. Rasional untuk mengetahui bahwa kehilangan berat
badan 10 % merupakan abnormal.

Catat masukan oral bila memungkinkan

Berikan masukan cairan sedikitnya 2500 cc/ hari. Rasional : untuk mencegah adanya dehidrasi.

Awasi pemeriksaan laboratorium : serum, glukosa, dan BUN/kreatinin. Rasional : memberikan


informasi tentang dukungan nutrisi adekuat atau tidak.

9. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh.

Tujuan keperawatan :

pasien menunjukkan tidak terdapat adanya tanda infeksi selama perawatan.

Kriteria hasil :

a. daya tahan tubuh meningkat,

b. diff. Count normal,

c. penurunan monosyt tidak ada,

d. lekosit normal : >10.000/mm

Intervensi :

Catat faktor resiko terjadinya infeksi. Rasional : faktor yang menyebabkan adanya infeksi antara
lain; malnutrisi, usia, intubasi, pemasangan ventilator lama, tindakan invasif. Faktor ini harus
dibatasi/diminimalkan.

Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan. Rasional untuk mengurangi sekunder infeksi

28
Pertahankan hidrasi adekuat dan nutrisi. Rasional, membantu peningkatan daya tahan tubuh.

Kolaborasi dengan pemberian antibitika sesuai pesanan. Rasional : untuk membunuh dan
mengurangi adanya kuman.

10. Resiko tinggi disfungsi respons penyapihan ventilator berhubungan dengan ketidak mampuan
untuk penyapihan.

Tujuan perawatan :

pasien mampu aktip untuk berpartisipasi dalam proses penyapihan.

Kriteria hasil : tanga gagal nafas tidak ada

Intervensi :

Kaji faktor fisik dalam proses penyapihan : vital sign. Rasional : penyapihan adalah kerja keras,
peningkatan suhu indikasi peningkatan kebutuhan oksigen 7 %, takikardia dan hipertensi menandai
jantung kerja keras dalam bekerja sehingga penyapihan tidak diperbolehkan, stres dalam
penyapihan mengurangi stamina sehingga daya tahan tubuh menurun.

Tentukan persipan psikologis. Rasional : penyapihan menimbulkan stress.

Jelaskan tehnik penyapihan. Rasional : membantu pasien untuk siap mengadapi penyapihan.

Berikan periode istirahat tanpa gangguan. Rasional : memaksimalkan energi untuk proses
penyapihan.

Catat kemajuan pasien. Rasonal : untuk mengetahui perkembangan dalam proses penyapihan.

Awasi respons terhadap aktivitas. Rasional : kebutuhan oksigen berlebih bila aktifitas berlebih.

Kaji foto dada dan analisa gas darah. Rasional : saturasi oksigen harus memuaskan dengan cek
analisa gas darah, FIO2 <>

(www.akperppnisolojateng.com, Rabu 15 April 2009)

29
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Salemba
Medika : Jakarta

Reksoprodjo Soelarto. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara: Jakarta.

www.farms-area.com, Rabu 15 April 2009

www.putridaun.com, Rabu 15 Apriil 2009

www.akperppnisolojateng.com, Rabu 15 April 2009

Diposting oleh keperawatan di 02.08 Tidak ada komentar:

Postingan Lama Beranda

Langganan: Postingan (Atom)

Pengikut

Arsip Blog

2009 (3)

Juni (3)

ASKEP ARF

arf (ACUTE RESPIRATORY FAILURE)

the miror of love

Mengenai Saya

Foto saya

keperawatan

30
saya adalah warga negara indonesia yg ingin jd perawat profesional yg gi menjajki pendidikan PSIK
di STIKES MUHMDYH PALEMBANG

Lihat profil lengkapku

31

Anda mungkin juga menyukai