LATAR BELAKANG
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana masing
masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul
pada pasien yang parunyanormal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit
timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti
bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara).Pasien
mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah
gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya.
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadi obstruksi jalan
nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons
dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis,
meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga
pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi
pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan denganefek yang dikeluarkan
atau dengan meningkatkan efek dari analgetik opioid. Pnemonia atau dengan penyakit paru-paru
dapat mengarah ke gagal nafas akut.
II.2 MASALAH
II.3 TUJUAN
Untuk mengetahui segala masalah yang berhubungan dengan gagal nafas akut
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 PENGERTIAN
1
Gagal respirasi diartikan sebagai tidak berfungsinya respirasi yang menyebabkan ketidaknormalan
oksigenasi atau ventilasi (eliminasi CO2) yang parah, cukup untuk menyebabkan kerusakan fungsi
organ organ vital. Kriteria kadar gas darah arteri untuk gagal respirasi tidak mutlak bisa ditentukan
dengan mengetahui PO2 kurang dari 60 mmHg dan PCO2 diatas 50 mmHg. Gagal respirasi akut
terjadi dalam berbagai gangguan, baik pulmoner maupun nonpulmoner.
(Tierney, Lawrence dkk. 2002. Diagnosis dan terapi kedokteran(penyakit dalam) : 214 )
Acute respiratory failure merupakan gangguan sistem pernapasan yang disebabkan adanya
gangguan primer pada paru atau gangguan lainnya, sehingga sistem pernapasan tidak dapat
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
Gagal nafas akut adalah kegagalan system pernafasan untuk mempertahankanpertukaran oksigen
dan karbondioksida dalam jumlah yang dapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan.
II.2 ETIOLOGI
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan yang menngendalikan
pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan
dangkal.
Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat pernafasan menjalar
melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot
pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau
pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan sangatmempengaruhiventilasi.
2
II. 2. 3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru. Kondisi ini
biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan
dapat menyebabkan gagal nafas.
II. 2. 4. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas. Kecelakaan yang
mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat
mnegarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan
fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan
dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang
mendasar
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau pnemonia diakibatkan oleh
mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial,
atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal
nafas.
6. Penyakit kardiovaskular
A. Tanda
3
a. Gagal nafas total
2. Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikula dan sela iga serta tidak ada
pengembangan dada pada inspirasi
B. Gejala klinis
Sianosis
4
Takikardi
II.4 PATOFISIOLOGI
(Mutttaqin, arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan): 215)
Kelainan neuromuscular
Kelainan vaskular
Pada pascaoperatif
Periode pascaoperatif
Nyeri pada area thoraks dan abdomen menganggu napas dalam dan batuk
5
Penekanan dorongan pernapasan sentral
Gagal napas
(sindrom guillain bare, miastenia gravis, kerusakan pada segmen servikal medula spinalis, lesi akut
yang luas pada otak dalam multiple sclerosis, dan poliomielitis )
6
Penurunan/hilangnya control pernapasan
Gagal napas
Trauma
Cedera kepala, penurunan kesadaran, dan terjadi pendarahan dari hidung dan mulut menyebabkan
obstruksi jalan napas dan depresi pernapasan
Gagal napas
7
Penyakit paru akut
Pneumonia
Gagal napas
status asmatikus
Gagal napas
8
PPOM
Gagal napas
Atelektasis
Kolapsnya alveoli
Gagal napas
Penyakit pleura
9
Efusi pleura, hemathotaks, dan pneumoniathoraks
Gangguan ventilasi
Gagal napas
Takar dosis
Kegagalan ventilasi
10
Gagal napas
Status asmatikus
Gagal napas
Atelaktasis
Kolapsnya alveoli
Gagal napas
(Mutttaqin, arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan): 216-217)
11
Kunci untuk pengobatan gagal nafas akut adalah antisipasi terhadap kondisi ini selanjutnya untuk
menghadapi kejadian yang ditimbulkannya. Tujuan penatalaksanaan untuk pasien gagal nafas akut
adalah sebagai berikut:
1. Terapi oksigen
Perbaiki ventilasi
4. Ventilasi bantuan : memompa dengan sungkup muka berkantung (bag and mask), IPPB
Inhalasi nebuliser
Fisioterapi dada
Pemantauan hemodinamik/jantung
Pengobatan
6. Bronkodilator
7. Steroid
12
Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan
1. Atasi Penyebab
b. Hidrasi
- Jika ada ronchi anjurkan klien untuk batuk atau lakukan suctioning
13
d. Pemberian obat obatan
- Bronchodilator
- Ekspectoran
- tujuan untuk menormalkan PH. Untuk pasien PPOM nilai PaCO2 tidak harus dibuat normal.
a. memberikan therapy O2
b. Memberikan PEEP
c. Istirahat
e. Mengobati demam
14
f. transfuse darah
g. Obatan digitalis
II. 7 PX DIAGNOSTIK
Hipoksemia
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui
3. Pemeriksaaan sputum
4. EKG
Disritmia
15
5. Pengukuran fungsi paru
Penggunaan spirometer dapat membuat kita mengetahui ada tidaknya gangguan obstruksi dan
restriksi paru
Anamnesis
Keluhan utama yang sering muncul adalah gejala sesak napas atau peningkatan frekuensi napas.
Perlu diperhatikan juga, apakah klien berubah menjadi sensitif dan cepat marah(irritability), tampak
bingung (confusion), atau mengantuk(somnolent). Yang tidak kalah penting ialah kemampuan
orientasi klien akan tempat dan waktu.
Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kesulitan bernapas tampak dalam perubahan irama dan frekuensi pernapasan. Keadaan normal
frekuensi pernapasan 16-20 x/menit dengan amplitudo yang cukup besar, sehingga menghasilkan
volume tidal sebesar 500ml. Jika seseorang bernapas lambat dan dangkal, itu menunjukan adanya
depresi pusat pernapasan. Penyakit akut paru sering menunjukan frekuensi pernapasan lebih dari
20x/menit atau karena penyakit sistemik seperti sepsis, perdarahan, syok, dan gangguan metabolik
seperti diabetes melitus
Adanya tanda sianosis masih sukar ditentukan, bila saturasi oksigen darah arteri belum dibawah 80%
atau bila tekanan parsial oksigen darah arteri dibawah 50 mmHg. Sianosis tipe sentral dapat dilihat
dari perubahan warna mukosa yang semula kemerahan menjadi kebiruan terutama pada mukosa
pipi, bawah lidah, dan bibir sebelah dalam. Sianosis tipe perifer terjadi karena sirkulasi darah buruk
serta hasil yang rendah, ditandai dengan adanya warna kebiruan pada kuku disertai akral dingin
16
b. Palpasi
Perawat harus memerhatikan adanya pelebaran ICS dan penurunan taktil fremitus yang menjadi
penyebab utama gagal napas.
c. Perkusi
Perkusi yang dilakukan oleh perawat dengan cermat dan seksama membuatnya dapat menemukan
daerah redup rendah dengan suara napas melemah yang disebabkan oleh penebalan pleura, efusi
pleura yang cukup banyak, dan hipersonor, bila didapatkan pnemothoraks atau empisema paru.
d. Auskultasi
Auskultasi dilakukan untuk menilai apakah ada bunyi napas tambahan seperti wheezing dan ronkhi
serta untuk menetukan dengan tepat lokasi yang didapat dari kelainan yang ada.
(Mutttaqin, arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan): 218-219)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pola pernapasan yang
efektif
Kriteria Hasil :
17
Pasien menunjukkan
Intervensi :
b. Kaji tanda vital dan tingkat kesasdaran setaiap jam dan prn
d. Berikan oksigen dalam bantuan ventilasi dan humidifier sesuai dengan pesanan
e. Pantau dan catat gas-gas darah sesuai indikasi : kaji kecenderungan kenaikan PaCO2
h. Pertahankan tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 30 sampai 45 derajat
18
j. Berikan dorongan utnuk batuk dan napas dalam, bantu pasien untuk mebebat dada
k. selama batuk
m. Berikan bantuan ventilasi mekanik bila PaCO > 60 mmHg. PaO2 dan PCO2 meningkat
n. dengan frekuensi 5 mmHg/jam. PaO2 tidak dapat dipertahankan pada 60 mmHg atau
o. lebih, atau pasien memperlihatkan keletihan atau depresi mental atau sekresi menjadi
Tujuan :
yang adekuat
Kriteria Hasil :
19
b. Bunyi paru bersih
Intervensi :
b. Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap[ jam dan prn, laporkan perubahan
d. Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya kecenderungan kenaikan dalam
f. Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi, kaji perlunya CPAP atau PEEP.
i. Penyimpangan
20
k. Berikan cairan parenteral sesuai pesanan
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan pasien tidak terjadi kelebihan volume cairan
Kriteria Hasil :
a. TTV normal
Intervensi :
21
b Monitor input dan output pasien tiap 1 jam
Tujuan :
Kriteria Hasil :
c. TTV normal
Intervensi :
22
b. Kaji penurunan perfusi jaringan
5. Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan gangguan rasio O2 dan CO2.
Data : perubahan frekuensi nafas, retraksi interkostal, penurunan vital kapasitas paru, takipnea atau
henti nafas bila ventilator dihentikan, sianosis, penurunan PO2 <> 45, peningkatan saturasi oksigen,
gelisah
Tujuan keperawatan :
Pola pernapasan efektif melalui ventilator tanpa adanya penggunaan otot bantu pernapasan
Kriteria hasil :
Intervensi :
23
Observasi pola napas dan catat frekuensi pernapasan, jarak antara pernapasan spontan dan napas
ventilator, rasional pasien dengan pemasanagn ventilator dapat mengalami
hiperventilasi/hipoventilasi dan pasien berupaya memperbaiki kekurangan oksigen dengan
peningkatan pola pernapasan sehingga frekuensi meningkat.
Auskultasi dada secara periodik, catat bila ada kelainan bunyi pernapasan. Rasional : Memberikan
informasi tentang adanya obsturksi jalan nafas, perubahan simetrisitas dada menunjukkan tidak
tepatnya letak selang endotrakeal.
Jumlahkan pernapasan pasien selama 1 menit penuh dan bandingkan untuk menyusun frekuensi
yang diinginkan ventilator. Rasional : Pernapasan pasien cepat menimbulkan alkalosis respiratorik,
sednagkan pernapasan pasien lambat menimbulkan asidosis ( peningkatan PaCO2)
Kembangkan balon selang endotrakeal dengan tepat menggunakan tehnik hambatan minimal,
periksa pengembangan tiap 4 jam. Rasional : balon harus tepat mengembang untuk meyakinkan
ventilasi adekuat sesuai volume tidak yang diinginkan
Periksa selang bila ada sumbatan/lipatan. Rasional lipatan selang menghambat aliran volume
udara adekuat. Adanya air memungkinkan tumbuhkan kuman sehingga pencetus terjadinya
kolonisasi kuman.
Periksa fungsi alarm ventilator. Rasional : ventilator mempunyai berbagai alarm sehingga kelainan
dini bisa terdeteksi misalnya adanya penurunan tekanan gas, saturasi oksigen, rasio inspirasi dan
ekspirasi dsb.
Bantu pasien dalm kontorl pernapasan bila penyapihan diupayakan. Rasional melatih pasien untuk
bernapas secara lambat denga cara nafas abdomen dan penggunaan tehnik relaksasi sehingga fungsi
pernapasan bisa maksimal.
Kolaborasi untuk pemeriksaan analisa gas darah sesuai pesanan. Rasional untuk mengetahui
keberhasilan pemberian bantuan napas.
Kaji volume tidal. Rasional untuk menentukan jumlah udara inspirasi dan ekspirasi
Awasi rasio inspirasi den ekspirasi. Rasional : fase ekspirasi biasanya 2 kali panjangnya dari
kecepatan inspirasi.
6. tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya sekret pada jalan nafas akibat
ketidakmampuan batuk efektif.
Data :
24
b. Sianosis
d. gelisah
Tujuan keperawatan :
Pasien mampu mempertahankan jalan nafas bersih tanpa ada kelainan bunyi pernapasan.
Kriteria hasil :
intervensi:
Observasi bunyi nafas. Rasional : obstruksi disebabkan adanya akumulasi sekret, spasme bronkus,
perlengketran muskosa, dan atau adanya masalah terhadap endotrakeal.
Evaluasi gerakan dada. Rasional : gerakan dada simetris dengan bunyi nafas menunjukkan letak
selang tepat. Obstruksi jalan nafas bawah menghasilkan perubahan bunyi nafas seperti ronkhi dan
whezing.
Catat bial ada sesak mendadak, bunyi alarm tekanan tinggi ventilator, adanya sekret pada selang.
Rasional : pasien dengan intubasi biasanya mengalami reflek batuk tidak efektif.
Hisap lendir, batasi penghisapan 15 detik atau kurang, pilih kateter penghisap yang tepat, isikan
cairan garam faali bila diindikasikan. Gunakan oksigen 100 % bila ada. Rasional : penghisapan tidak
harus ruitn, dan lamanya harus dibatasi untuk mengurangi terjadinya hipoksia. Diamter kateter <>
25
Lakukan fisioterapi dada sesuai indikasi. Rasional untuk meningkatkan ventilasi pada semua
segmen paru dan untuk drainage sekret.
Berikan bronkodilator sesuai pesanan. Rasional untuk meningkatkan ventilasi dan mengencerkan
sekret dengan cara relaksasi otot polos bronkus.
7. Resiko tinggi perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan tidak efektifnya bersihan
oral.
Tujuan keperawatan :
Pasien mampu menunjukkan kesehatan mukosa mulut dengan tepat tanpa adanya tanda
peradangan.
Kriteria hasil :
Intervensi :
Observasi secara rutin rongga mulut, gigi, gusi terhadap adanya luka atau pendarahan. Rasional :
identifikasi dini memberikan kesempatan untuk pencegahan secara tepat.
Berikan perawatan mulut secara rutin. Rasional : Mencegah adanya luka membran mukosa mulut
dan menurunkan media pertumbuhan bakteri dan meningkatkan kenyamanan.
Ubah posisi selang endotrakeal sesuai jadual. Rasional : menurunkan resiko luka pada bibir dan
membran mukosa mulut.
8. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan kemampuan
mencerna.
26
Data :
Kriteria hasil :
Intervensi :
Evaluasi kemampuan makan. Rasional : pasien dengan selang endotrakeal harus terpenuhi
kebutuhan makannya melalui parenteral atau selang makan.
Observai penurunan kekuatan otot dan kehilangan lemak subkutan. Rasional : penurunan jumlah
komponen gizi mengakibatkan penurunan cadangan energi pada otot dan dapat menurunkan fungsi
otot pernapasan.
27
Timbang berat badan bila memungkinkan. Rasional untuk mengetahui bahwa kehilangan berat
badan 10 % merupakan abnormal.
Berikan masukan cairan sedikitnya 2500 cc/ hari. Rasional : untuk mencegah adanya dehidrasi.
Tujuan keperawatan :
Kriteria hasil :
Intervensi :
Catat faktor resiko terjadinya infeksi. Rasional : faktor yang menyebabkan adanya infeksi antara
lain; malnutrisi, usia, intubasi, pemasangan ventilator lama, tindakan invasif. Faktor ini harus
dibatasi/diminimalkan.
Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan. Rasional untuk mengurangi sekunder infeksi
28
Pertahankan hidrasi adekuat dan nutrisi. Rasional, membantu peningkatan daya tahan tubuh.
Kolaborasi dengan pemberian antibitika sesuai pesanan. Rasional : untuk membunuh dan
mengurangi adanya kuman.
10. Resiko tinggi disfungsi respons penyapihan ventilator berhubungan dengan ketidak mampuan
untuk penyapihan.
Tujuan perawatan :
Intervensi :
Kaji faktor fisik dalam proses penyapihan : vital sign. Rasional : penyapihan adalah kerja keras,
peningkatan suhu indikasi peningkatan kebutuhan oksigen 7 %, takikardia dan hipertensi menandai
jantung kerja keras dalam bekerja sehingga penyapihan tidak diperbolehkan, stres dalam
penyapihan mengurangi stamina sehingga daya tahan tubuh menurun.
Jelaskan tehnik penyapihan. Rasional : membantu pasien untuk siap mengadapi penyapihan.
Berikan periode istirahat tanpa gangguan. Rasional : memaksimalkan energi untuk proses
penyapihan.
Catat kemajuan pasien. Rasonal : untuk mengetahui perkembangan dalam proses penyapihan.
Awasi respons terhadap aktivitas. Rasional : kebutuhan oksigen berlebih bila aktifitas berlebih.
Kaji foto dada dan analisa gas darah. Rasional : saturasi oksigen harus memuaskan dengan cek
analisa gas darah, FIO2 <>
29
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Salemba
Medika : Jakarta
Reksoprodjo Soelarto. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara: Jakarta.
Pengikut
Arsip Blog
2009 (3)
Juni (3)
ASKEP ARF
Mengenai Saya
Foto saya
keperawatan
30
saya adalah warga negara indonesia yg ingin jd perawat profesional yg gi menjajki pendidikan PSIK
di STIKES MUHMDYH PALEMBANG
31