Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktek Belajar Klinik (PBK) KMB 1

Dosen Pembimbing: Ibu Yani Trihandayani Ners., M.Kep

Di susun oleh:

Intan Tiara

19.071

II B

STIKES AHMAD DAHLAN CIREBON

JalanWalet 21 Cirebon 45153 – Telp./Fax. (0231) 201942

e-mail : stikes.adc@gmail.com/website : stikes-adc.ac.id

2020/2021
A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian
Hipertensi adalah apabila tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan
diastolik diatas 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung,
stroke, dan gagal ginjal. Disebut sebagai “ pembunuh diam – diam “ karena
penderita hipertensi sering tidak menampakan gejala (Brunner & Suddarth, 2002).

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health
Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg,
dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan


sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.Pada populasi
lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg (Gardner Samuel, 2008).

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140


mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya
beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain
seperti penyakit saraf, ginjal dan pembulu darah dan makin tinggi tekanan darah,
makin besar resikonya. (Sylvia A. Price)

2. Etiologi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1) Hipertensi Primer (essensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor
yang mempengaruhinya yaitu : genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis
sistem renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor
yang meningkatkan resiko: obesitas, merokok, alkohol, dan polisitemia.
2) Hipertensi sekunder
Penyebabnya yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing, dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1977):

1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 1992)

Tekanan
Tekanan sistolik
Tigkat diastolik Jadwal kontrol
(mmHg)
(mmHg)
Tingkat
I
Tingkat 140-159 90-99
II 160-179 100-109 1 bulan sekali
Tingkat 180-209 110-119 1 minggu sekali
III 210 satau lebih 120 atau lebuh Dirawat RS
Tingkat
IV

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia menurut Triyanto (2014)
adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-


data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
b. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
c. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
d. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah:
1. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
2. Kegemukan atau makan berlebihan
3. Stress
4. Merokok
5. Minum alcohol
6. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti


Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor,
Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli
kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme,
Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan karena Obat–
obatan Kontrasepsi oral Kortikosteroid.

3. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak


dipusat vasomotor, pada medulla diotak.Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi.Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi.Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah.Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin.Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler.Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Smeltzer & Bare, 2008).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1977).
Pathway hipertensi

4. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan.Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim
yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Menurut Kasron (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita


hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas,
Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.
5. Pemeriksaan Penunjang
1) Hemoglobin / hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel–sel terhadap volume cairan (viskositas) dan
dapat mengindikasikan factor–factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2) BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes
mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan
katekolamin (meningkatkan hipertensi)
3) Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau
menjadi efek samping terapi diuretik.
4) Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi\
5) Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
6) Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
7) Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
1) Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
2) Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
3) Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalism
4) IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal,
batu ginjal / ureter
5) Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
6) CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
7) EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.

6. Komplikasi
Efek pada organ:
a. Otak
a) Pemekaran pembuluh darah
b) Pendarahan
c) Kematian sel otak : stroke
b. Ginjal
a) Malam yang kencing
b) Kerusakan sel ginjal
c) Gagal ginjal
c. Jantung
a) Membesar
b) Sesak nafas
c) Cepat lelah

7. Penatalaksanaan Medis
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi.
a. Terapi farmakologis

Penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi sebagian besar pasien dimulai


dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai dengan umur
dan kebutuhan. Terapi yang optimal harus efektif selama 24 jam, dan lebih
disukai dalam dosis tunggal karena kepatuhan lebih baik, lebih murah, dapat
mengontrol hipertensi terus menerus dan lancar, dan melindungi pasien
terhadap berbagai risiko dari kematian mendadak, serangan jantung atau strok
akibat peningkatan tekanan darah mendadak saat bangun tidur.
Jenis-jenis obat antihipertensi :
1. Diuretik Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan mengeluarkan cairan
tubuh (Iewat kencing), sehingga volume cairan tubuh berkurang
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan dan berefek
turunnya tekanan darah. Digunakan sebagai obat pilihan pertama pada
hipertensi tanpa adanya penyakit lainnya.

2. Penghambat Simpatis Golongan obat ini bekerja denqan menghambat


aktifitas syaraf simpatis (syaraf yang bekerja pada saat kita beraktifitas).
Contoh obat yang termasuk dalam golongan penghambat simpatetik adalah :
metildopa, klonodin dan reserpin. Efek samping yang dijumpai adalah:
anemia hemolitik (kekurangan sel darah merah kerena pecahnya sel darah
merah), gangguan fungsi ahati dan kadang-kadang dapat menyebabkan
penyakit hati kronis. Saat ini golongan ini jarang digunakan.
3. Betabloker Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui
penurunan daya pompa jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada
penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernafasan seperti asma
bronkhial. Contoh obat golongan betabloker adalah metoprolol, propanolol,
atenolol dan bisoprolol. Pemakaian pada penderita diabetes harus hati-hati,
karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (dimana kadar gula darah turun
menjadi sangat rendah sehingga dapat membahayakan penderitanya). Pada
orang dengan penderita bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan)
sehingga pemberian obat harus hati-hati.
4. Vasodilatator Obat ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan
ini adalah prazosin dan hidralazin. Efek samping yang sering terjadi pada
pemberian obat ini adalah pusing dan sakit kapala.
5. Penghambat enzim konversi angiotensin Kerja obat golongan ini adalah
menghambat pembentukan zat angiotensin II (zat yang dapat
meningkatakan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini
adalah kaptopril. Efek samping yang sering timbul adalah batuk kering,
pusing, sakit kepala dan lemas.

6. Antagonis kalsium Golongan obat ini bekerja menurunkan daya pompa


jantung dengan menghambat kontraksi otot jantung (kontraktilitas). Yang
termasuk golongan obat ini adalah : nifedipin, diltizem dan verapamil.
Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala
dan muntah.
7. Penghambat reseptor angiotensin II Kerja obat ini adalah dengan
menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptornya yang
mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang
termasuk .golongan ini adalah valsartan. Efek samping yang munkin timbul
adalah sakit kepala, pusing, lemas, mual.
b. Terapi tanpa Obat (Non farmakologis)
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini
meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c) Penurunan berat badan
d) Penurunan asupan etanol
e) Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau
72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya
latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi
latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu.
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh
subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan
somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis
seperti kecemasan dan ketegangan.

2) Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk


mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
3) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien
dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

8. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Pengkajian
merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya. Kemampuan
mengidentifikasi masalah keperawatan yang terajadi pada tahap ini akan
menentukan diagnosis keperawatan. Diagnosis yang diangkat akan menentukan
desain perencanaan yang ditetapkan.(Adib, 2009).
Menurut Debora (2011) tahapan pengkajian sebagai berikut yaitu :
a. Biodata
Data lengkap dari pasien meliputi : nama lengkap, umur, jenis kelamin,
kawin / belum kawin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, dan alamat identitas penanggung, meliputi : nama lengkap,
jenis kelamin, umur, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
hubungan dengan pasien dan alamat.
b. Keluhan utama
Keluhan hipertensi biasanya bermula dari nyeri kepala yang disebabkan
oleh peningkatan tekanan aliran darah ke otak.

c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keadaan yang didapatkan pada saat pengkajian misalnya pusing, jantung
kadang berdebar-debar, cepat lelah, palpitasi, kelainan pembuluh retina
(hypertensi retinopati), vertigo dan muka merah dan epistaksis spontan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan :
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetic,
lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatis dan faktor-faktor
yang meningkatkan resiko seperti : obesitas, alcohol, merokok, serta
polisetemia.
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, penyebabnya seperti:
Penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular, dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit hipertensi lebih banyak menyerang wanita daripada pria dan
penyakit ini sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan yaitu jika orang tua
mempunyai riwayat hipertensi maka anaknya memilik resiko tinggi
menderita penyakit seperti orang tuanya.
d. Riwayat psikososial
Gejala : Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah kronik,
factor stress multiple.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian,
tangisan yang meledak, gerak tangan empati, muka tegang, gerak fisik,
pernafasan menghela nafas, penurunan pola bicara.
e. Riwayat spiritual
Pada riwayat spiritual bila dihubungkan dengan kasus hipertensi belum
dapat diuraikan lebih jauh, tergantung dari dan kepercayaan masing-masing
individu.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Pasien nampak lemah
2) Tanda-tanda vital :
Suhu tubuh kadang meningkat, pernapasan dangkal dan nadi juga cepat,
tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan diastolic di atas 90 mmHg.
3) Review of system
a) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, atherosklerosis, penyakit jan- tung
kongesti / katup dan penyakit serebrovaskuler.
Tanda : Kenaikan tekanan darah Nadi : denyutan jelas dari karotis,
jugularis, radialis, perbedaan denyut. Denyut apical: titik point of
maksimum impuls, mungki bergeser atau sangat kuat. Frekuensi /
irama: takikardia, berbagai disritmia. Bunyi jantung: tidak terdengar
bunyi jantung I, pada dasar bunyi jantung II dan bunyi jantung III.
Murmur stenosis valvular. Distensi vena jugularis/kongesti vena.
Desiran vaskuler tidak terdengar di atas karotis, femoralis atau
epigastrium (stenosis arteri).
Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin, pengisian kapiler
mungkin lambat atau tertunda.
b) Neurosensori
Gejala : Keluhan pening/ pusing, berdenyut, sakit
kepala sub occipital. Episode bebas atau kelemahan pada satu sisi
tubuh. Gangguan penglihatan dan episode statis staksis.
Tanda : Status mental: perubahan keterjagaaan,
orientasi. Pola/isi bicara, afek, proses fikir atau memori. Respon
motorik: penurunan kekuatan, genggaman tangan Perubahan retinal
optik: sclerosis, penyempitan arteri ringan-mendatar, edema,
papiladema, exudat, hemoragi.
c) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung).
Nyeri tungkai yang hilang timbul/klaudasi. Sakit kepala oxipital berat.
Nyeri abdomen/massa.
d) Pernafasan (berhubungan dengan efek cardiopulmonal tahap lanjut
dari hipertensi menetap/berat).
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja tachypnea,
ortopnea, dispnea, nocturnal paroxysmal, batuk dengan/tanpa
pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda : Distress respirasi / penggunaan otot aksesori pernafasan,
bunyi nafas tambahan, sianosis.
e) Keamanan
Keluhan: Gangguan koordinasi / cara berjalan.
Gejala : Episode parastesia unilateral transien, hypotensi postural.
g. Aktivitas sehari-hari
1) Aktivitas
Gejala : Kelemahan, letih nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung, tachypnea.
2) Eliminasi
Gejala : Gejala ginjal saat ini atau yang lalu (misalnya: infeksi,
obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu).
3) Makanan dan cairan
Gejala : Makanan yang disukai mencakup makanan
tinggi garam, lemak, kolesterol serta makanan
dengan kandungan tinggi kalori.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema,
kongesti vena, distensi vena jugulalaris, glikosuria.
h. Pemeriksaan diagnostic
1) BUN / kreatinin : Memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
2) Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat mening-katkan
hipertensi.
3) Urinalisa : Darah, protein, glukosa sangat mengisyaratkan
disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
4) EKG : Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola
regangan, gangguan konduksi.

9. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/ringiditas ventrikulr, iskemia miokard.
b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen
c. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral dan iskemia
d. Ketidak seimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan.
e. Ketidakefektifan koping
f. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
g. Resiko cedera
h. Defisiensi pengetahuan
i. Ansietas
10. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Noc nic

1 Resiko tinggi terhadap NOC: NIC


penurunan curah jantung b.d - Cardiac pump rffectiveness Cardiac Care
peningkatan afterload, - Circulation status - Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas,
- Vital sign status lokasi, durasi)
vasokonstriksi, - Catat adanya disritmia jantung
hipertrofi/rigiditas ventrikuler, Kriteria hasil - Catat adanya tanda dan gejala
iskemia miokard - Tanda vital dalam rentang normal penurunan cardiac putput
(tekanan darah, Nadi, Reprasi) - Monitor status kardiovaskuler
- Dapat mentoleransi aktivitas, tidak - Monitor status pernafasan yang
ada kelelahan menandakan gagal jantung
- Tidak ada edama paru, perifer dan - Monitor abdomen sebagai indicator
tidak ada asites penurunan perfusi
- Tidak ada penurunan kesadaran
- Monitor balance cairan
- Monitor adanya perubahan tekanan
darah
- Monitor respon pasien terhadap efek
pengobatan antiaritmia
- Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
- Monitor toleransi activitas pasien
- Monitor adanya
dyspneu,fatigue,tekipneu dan ortopneu
- Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring

- Monitor TD, nadi,suhu dan RR

- Catat adanya flukuasi tekanan darah


- Monitor VS saat pasien
berbaring,duduk,atau berdiri

- Auskultasi
TD,nadi,RR,sebelum,selama,dan
setelah aktivitas

- Monitor
TD,nadi,RR,sebelum,selama,dan
setelah aktivitas
- Moitor kualitas nadi

- Monitor adanya pulsus paradoksus

- Monitor adanya pulsus alterans

- Monitor jumlah dan irama jantung

- Monitor bunyi jantung

- Monitor frekuensi dan irama pernapasan

- Monitor suara paru

- Monitor pola pernapasan abnormal


- Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit

- Monitor sianosis perifer

- Monitor adanya cushing triad (tekanan


nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)

- Identifikasi penyebab dari perubahan


vital sign
2 Intoleransi aktivitas b.d NOC NIC
kelemahan, ketidak - Energy conservation Activity Therapy
seimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen - Activity tolerance - Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi
- Self Care :ADLs Medik dalam merencanakan program
terapi yang tepat
Kriteria Hasil : - Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
- Berpartisipasi dalam aktivitas - Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
fisik tanpa disertai peningkatan yang sesuai dengan kemmpuan
tekanan darah,nadi dan RR fisik,psikologi dan sosial
- Mampu melakukan aktivitas - Bantu untuk mengidentifikasi dan
sehari-hari (ADLs) secara mendapatkan sumber yang diperlukan
,mandiri untuk aktivitas yang diinginkan
- Tanda tanda vital normal - Bantu untuk mendapatkan alat bantuan
- Energy psikomotor aktivitas seperti kursi roda, krek.
- Level kelemahan - Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas
- Mampu berpindah : dengan atau yang disukai
tanpa bantuan alat - Bantu klian untuk membuat jadwal
- Status kardio pulmunari adekuat latihan di waktu luang
- Sirkulasi status baik - Bantu pasien dan keluarga untuk
- Status respirasi : pertukaran gas mengidentifikasi kekurangan dalam
dan ventilasi adekuat beraktivitas
- Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktifitas
- Bantu pasien untuk mengembangkan
motifasi diri dan penguatan
- Monitor respon fisik,emosi,sosial dan
spiritual
3 Nyeri akut b.d peningkatan NOC NIC
tekanan vaskuler serebral dan - Pain level Pain manajemen
iskemia - Pain control - Lakukan pengajian nyeri secara
- Comfort level komperensif termasuk lokasi,
Kriteria hasil: karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
- Mampu mengontrol nyeri dan faktor presifasi
(tahu penyebab nyeri,mampu - Observasi reaksi nonverbal dari ketidak
mengunakan tehnik nyamanan
nonfarmakologi untuk - Gunakan tehnik komunikasi teropotik
mengurangi nyeri) untuk mengetahui pengalaman nyeri
- Melaporkan bahwa nyeri bekurang pasien
dengan menggunakan manajemen - Kaji kultur yang mempengaruhi respon
nyeri nyeri
- Mampu mengenali nyeri - Evaluasi pengalaman nyeri di masa
lampau
- Menyatakan rasa nyaman setelah - Evaluasi bersama pasien dan tim
nyeri bekurang kesehatan lain tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa lampau
- Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
- Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan
interpersonal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
- Ajarkan tentang tehnik nonfarmakologi
- Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
- Evaluasi keefetifitasan kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasi dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
- Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
- tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum pemberian
obat
- cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi
- cek riwayat alergi
- pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
- tentukan pilihan analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
- tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian dan dosis optimal
- pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara teratur
- monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertamakali
- brikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
- evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala.
4 Ketidak seimbangan nutrisi NOC NIC
lebih dari kebutuhan tubuh b/d - Nutritional status : food and fluid Nutriton management
masukan berlebihan intake - Kaji adanya alergi makanan
- Nutritional status: nutrient intake - Kolaborasi dengan gizi untuk
weight control menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Kriteria Hasil : yang dubutuhkan pasien
- Adanya peningkatan berat badan - Anjurkan pasien untuk meningkatkan
sesuai dengan tujuan intake Fe
- Berat badan ideal sesuai dengan - Anjurkan pasien untuk meningkatkan
tinggi badan protein dan vitamin C
- Mampu mengidentifikasi - Berikan substansi gula
kebutuhan nutrisi - Yakinkan diet yang dimakan
- Tidak ada tanda tanda malnutrisi mengandung tinggi serat untuk
- Tidak terjadi penurunan berat mencegah konstipasi
badan yang berakti - Berikan makanan yang terpilih (sudah
dikonsultasikan degan ahli gizi)
- Anjurkan pasien bagaimana membuat
catatatn makan harian
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
- Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
- Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition monitoring
- BB pasien dalam batas normal
- Monitoring adanya penurunan BB
- Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
- Monitor interaksi anak atau orang tua
selama makan
- Monitor lingkungan selama makan
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
- Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut kusam dan
mudah patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total protein. Hb
dan kadar Ht
- Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
- Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
- Monitor kalori dan intake nutrisi
- Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oral
- Catat jika sudah berwarna magenta,
scarlet
5 Ketidakefektifan koping NOC NIC
- Decision making Dicision making
- Role inhasment - Menginformasikan pasien alternatif atau
- Sosial support solusi lain penanganan
Kriteria hasil - Memfasilitasi pasien untuk membuat
- Mengidentifikasi pola koping yang keputusan
efektif - Bantu pasien mengidentifikasi
- Mengungkapkan secara verbal keuntungan, kerugian dari keadaan
tentang koping yang efektif
- Mengatakan penurunan stres Role inhacement
- Klien mengatakan telah menerima - Bantu pasien untuk identifikasi
tentang keadaannya bermacam-macam nilai kehidupan
- Mampu mengidentifikasi strategi - Bantu pasien identifikasi strategi positif
tentang koping untuk mengatur pola nilai yang dimiliki

Coping enhancement
- Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi
gambaran perubahan peran yang realistis
- Gunakan pendekatan tenang dan
meyakinkan
- Hindari pengambilan keputusan pada
saat pasien berada dalam stress berat
- Berikan informasi actual yang terkait
dengan diagnosis, terapi dan prognosis
Anticipatory Guidance
6. Resiko ketidakefektifan perfusi NOC : NIC :
jaringan otak Peripheral sensation managenment
- circulation status
- Monitor adanya daerah tertentu yang
- tissue prefusion ; hanya peka terhadap
cerebral panas/dingin/tajam/tumpul
Kriteria hasil : - Monitor adanya paretese
- Mendemostras ikan status - Intruksikan keluarga untuk
sirkulasi yang ditandai dengan: mengobservasi kulit jika ada isi atau
laserasi
- Tekanan sytole diastole dalam - Gunakan sarung tangan untuk proteksi
rentang yang diharapkan - Batasi gerakan pada kepala, leher dan
- Tidak ada ortostatikhipertensi punggung
- Monitor kemampuan BAB
- Tidak ada tanda peningkatan
- Kolaborasi pemberian analgetik
tekanan inkranial (tidak lebih dari
- Monitor adanya tromboplebitis
15 mmHg)
- Diskusikan mengenai penyebab
- Mendemonstrasikan kemampuan
perubahan sensai
kognitif yang ditandai dengan:
- Berkomunikasi dengan jelas dan
sesuai dengan kemampuan
- Menunjukan perhatian, konsentrasi
dan orientasi
- Memproses informasi
- Membuat keputusan dengan benar
- Menunjukkan fungsi sensori
motori cranuial yang utuh: tingkat
kesadaran membaik, tidak ada
gerakan-gerakan involunter
7 Resiko cedera NOC : NIC :
Environment management
- Risk control
- Sediakan ligkungan yang aman untuk
Kriteria Hasil :
pasien
- Klien bebas dari cidera - Identifikasi kebutuhan keamanan
- Klien mampu menjelaskan pasien, sesuai dengan konsisi fisik dan
cara/metode untuk mencegah fungsi kognitif pasien dan riwayat
injury/cedera penyakit terdahulu pasien
- Klien mampu menjelaskan faktor - Menghindarkan lingkungan yang
resiko dari lingkungan/perilaku berbahaya (misalnya memindahkan
personal perabotan)
- Mampu memodifikasi gaya hidup - Memasang side rail tempat tidur
untuk mencegah injury - Menyediakan tempat tidur yang nyaman
- Menggunakan fasilitas kesehatan dan bersih
yang ada - Menempatkan saklar lampu ditempat
- Mampu mengenali perubahan yang mudah dijangkau pasien
status kesehatan - Membatasi pengunjung
- Menganjurkan keluarga untuk menemani
pasien
- Mengontrol lingkungan dari kebisingan
- Memindahkan barang-barang yang dapat
membahayakan
- Berikan penjelasan pada pasien dan
keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit
8 Defisiensi pengetahuan NOC : NIC :
- Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
process - Berikan penilaian tentang tingkat
pengetahuan pasien tentang
- Kowledge : health
proses penyakit yang spesifik
Behavior
- Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
Kriteria Hasil : bagaimana hal ini berhubungan dengan
- Pasien dan keluarga menyatakan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
pemahaman tentang penyakit, tepat.
kondisi, prognosis dan program - Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
pengobatan muncul pada penyakit, dengan cara yang
tepat
- Pasien dan keluarga mampu - Gambarkan proses penyakit, dengan cara
melaksanakan prosedur yang yang tepat
dijelaskan secara benar - Identifikasi kemungkinan penyebab,
- Pasien dan keluarga mampu dengna cara yang tepat
menjelaskan kembali apa yang - Sediakan informasi pada pasien tentang
dijelaskan perawat/tim kesehatan kondisi, dengan cara yang tepat
lainnya - Hindari harapan yang kosong
. - Sediakan bagi keluarga atau SO
informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
- Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang
dan atau proses pengontrolan penyakit
- Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
- Dukung pasien untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
- Rujuk pasien pada grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan cara yang tepat
- Instruksikan pasien mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang
tepat
9 Ansietas NOC NIC
- Anxiety Sel-Control Anxiety Reduction
- Anxiety Level - Gunakan pendekatan yang menenangkan
- Coping - Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
Kriteria Hasil: pelaku pasien
- klien mampu mengidentifikasi dan - Jelaskan semua prosedur dan apa yang
mengungkapkan gejala cemas dirasakan selama prosedur
- Mengidentifikasi, mengungkapkan - Pahami perspektif pasien terhadap situasi
dan menunjukan tehnik untuk stres
mengontrol cemas - Temani pasien untuk memberikan
- Vital sign dalam batas normal keamanan dan mengurangi takut
- Postur tubuh, ekspresi wajah, - Dorong keluarga untuk menemani anak
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas - Lakukan back/neck rub
menunjukan berkurangnya - Dengarkan dengan penuh perhatian
kecemasan - Identifikasi tingkat kecemasan
- Bantu pasien untuk mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
- Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan dan persepsi
- Intruksikan pasien menggunakan tehnik
relaksasi
- Berikan obat untuk mengurangi
kecemasan
DAFTAR PUSTAKA

Budiawan. 2018. ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. W DENGAN GANGGUAN SISTEM


KARDIOVASKULER : HIPERTENSI DI RUANG ASOKA BLUD RUMAH SAKIT
KONAWE SELATAN TAHUN 2018. Online http://repository.poltekkes-
kdi.ac.id/458/1/KTI%20BUDIAWAN%20ASKEP%20HIPERTENSI.pdf (16 agustus
2021)

Ingriana, Welly. 2019. Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Ny. J dengan Tehnik Relaksasi
Nafas Dalam Diruang Dahlia RSUD H. Hanafie Muara Bungo Tahun 2019. viii. v
bab, 64 halaman, 1 bagan, 5 tabel. Online:
http://repo.stikesperintis.ac.id/968/1/72%20WELLY%20INGRIANA.pdf (14 Agustus
2021)

Putra, Vandra Junizar. 2019. Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Ib. A dengan Pemberian
Slow Deep Breathing Di Wisma Delima Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang
Ibu Batusangkar Tahun 2019. vi + V bab + 85 halaman + 3 tabel + 3 lampiran.
Online: http://repo.stikesperintis.ac.id/1247/1/25%20VANDRA%20JUNIZAR
%20PUTRA.pdf (14 Agustus 2021)

Anda mungkin juga menyukai