Anda di halaman 1dari 23

PEDOMAN PERORGANISASIAN KOMITE ETIK DAN HUKUM

RSUD PALEMBANG BARI

TAHUN 2018

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan yang baik, bermutu, profesional, dan diterima


pasien merupakan tujuan utama pelayanan rumah sakit. Namun hal ini tidak
mudah dilakukan dewasa ini. Meskipun rumah sakit telah di lengkapi dengan
tenaga medis, perawat, dan sarana penunjang lengkap, masih sering
tedengar ketidakpuasan pasien akan pelayanan kesehatan yang mereka
terima.

Pelayanan kesehatan dewasa jauh ini lebih kompleks dibandingkan


dengan beberapa dasawarsa sebelumnya. Beberapa faktor yang mendorong
kompleksitas pelayanan kesehatan pada masa kini antara lain : 1. Semakin
kuat tuntutan pasien/masyarakat akan pelayanan kesehatan bermutu, efektif,
dan efisien, 2. Standar pelayanan kesehatan harus sesuai dengan kemajuan
ilmu dan teknologi kedokteran, 3. Latar belakang pasien amat beragam
(tingkat pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya), 4. Pelayanan kesehatan
melibatkan berbagai disiplin dan institusi .

Situasi pelayanan kesehatan yang kompleks ini seringkali menyulitkan


komunikasi antara pasien dan pihak penyedia layanan kesehatan.
Komunikasi yang baik amat membantu menyelesaikan berbagai masalah
sedangkan komunikasi yang buruk akan menambah masalah dalam
pelayanan kesehatan. Disamping komunikasi yang baik, pelayanan
kesehatan harus memenuhi kaidah-kaidah profesionalisme dan etis. Untuk
menangkal hal-hal yang berpotensi merugikan berbagai pihak yang terkait
dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan maka perlu ditingkatkan kemampuan tenaga kesehatan
menyelesaikan masalah-masalah medis dan non medis dirumah sakit dan
tercipta struktur yang mendukung pelayanan kesehatan secara profesional
dan berkualitas. Salah satu upaya mencapai pelayanan kesehatan yang
bermutu dan profesional di rumah sakit adalah dengan memenuhi kaidah-
kaidah yang tercantuk dalam Kode Etik Rumah Sakit di Indonesia
(KODERSI).

Kode Etik Rumah Sakit Indonesia memuat rangkaian nilai-nilai dan


norma-norma moral perumahsakitan Indonesia untuk dijadikan pedoman dan
pegangan bagi setiap insan perumahsakitan yang telibat dalam
penyelenggaraan dan pengelolaan rumah sakit di Indonesia. KODERSI
merupakan kewajiban moral yang harus di taati oleh setiap rumah sakit di
Indonesia agar tercapai pelayanan rumah sakit yang baik, bermutu,
profesional dan sesuai dengan norma dan nilai-nilai luhur profesi kedokteran.
KODERSI pertama kali disahkan dalam Kongres VI PERSI pada tahun 1993
di Jakarta. Dalam perjalanannya telah mengalami perbaikan dan
penyempurnaan.

Pada umumnya pedoman yang termuat dalam KODERSI berupa garis


besar atau nilai-nilai pokok yang masih memerlukan penjabaran yang lebih
rinci dan teknis. Untuk menjabarkan KODERSI dan menerapkannya dalam
kebijakan rumah sakit maka setiap rumah sakit dianjurkan membentuk Komite
Etik Rumah Sakit (KERS). Sedangkan di tingkat pengurus cabang pusat,
badan etik rumah sakit Indonesia dinamakan Majelis Kehormatan Etik Rumah
Sakit (MAKERSI). Dalam rangka melengkapi KODERSI maka perlu buat
acuan dasar prosedural dalam bentuk Pedoman Pengorganisasian Komite
Etik Rumah Sakit dan Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit Indonesia
(selanjutnya disingkat Pedoman). Dengan adanya pedoman ini diharapkan
penerapan KODERSI dalam pelayanan perumahsakitan menjadi kenyataan
sehinga rumah sakit di Indonesia mampu mengembang misi luhur dalam
meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan rakyat Indonesia.
II. Landasan Hukum

Landasan Hukum penyusunan Pedoman ini adalah Anggaran Dasar &


Anggaran Rumah Tangga PERSI dan berbagai peraturan perundang-
undangan yang relevan bagi tugas dan fungsi KERS dan MAKERSI.

Landasan peraturan perundang-undangan yang dimaksud ialah :

1. UU RI No. 23 Tahun 1992 tentan Kesehatan;

2. UU RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;

3. UU RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1996 tentang


Tenaga Kesehatan;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


1045/MenKes/PER/XXI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit
di Lingkungan Departemen Kesehatan;

Sedangkan landasan ketentuan dan keputusan Perhimpunan


Rumah Sakit seluruh Indonesia yang dimaksud ialah :

1. Anggaran Dasar Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia;


2. Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia;
3. Surat Keputusan Kongres PERSI VI, tentang pengesahan berlakunya
Kode Etik Rumah Sakit Indonesia, 1993;
4. Surat Keputusan Kongres PERSI VIII, tentang perbaikan dan
penyempurnaan KODERSI, 2000;
5. Surat Keputusan Kongres IX, tentang Tata Tertib Organisasi, 2003;
6. Surat Keputusan Kongres PERSI X, tentang perubahan AnggaranDasar
dan Anggaran Rumah Tangga PERSI 2006;
7. Hasil Rapat Kerja PERSI di Balikpapan, 2008;
8. Surat Keputusan Kongres PERSI XI 2009.
III. Pengertian

Untuk memudahkan penerapan pedoman, perlu dirumuskan ketentuan


umum dan pengertian pokok sebagai berikut :

1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang telah ditentukan


dan diatur oleh Peraturan Perundang-Undangan Negara Republik
Indonesia. Rumah akit sebagai sarana pelayanan kesehatan merupakan
unit sosial ekonomi, harus mengutamakan tugas kemanusiaan dan
mendahulukan fungsi sosialnya.

2. Insan perumahsakitan adalah mereka yang terlibat dalam kegiatan


penyelenggaraan dan pengelolaan rumah sakit.

3. Kode Etik Rumah Sakit Indonesia adalah rangkuman norma-norma moral


yang telah di Kodifikasi oleh PERSI sebagai organisasi profesi bidang
perumahsakitan di Indonesia.

4. Komite Etik Rumah Sakit (KERS) adalah suatu perangkat organisasi non
struktural yang dibentuk dalam rumah sakit untuk membantu pimpinan
rumah sakit dalam melaksanakan KODERSI.

5. Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) adalah organisasi


yang menghimpun dan mewakili rumah-rumah sakit di Indonesia.

6. Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit Indonesia (MAKERSI) adalah


badan otonom PERSI yang dibentuk secara khusus di tingkat Pusat dan
Daerah untuk menjalankan KODERSI.

IV. Tujuan

Pedoman ini menjadi acuan tatalaksana pembentukan dan tatakerja


Komite Etik Rumah Sakit dan Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit di
Indonesia.
BAB II

PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI

I. GAMBARAN UMUM RSUD PALEMBANG BARI

1) SEJARAH DAN PERKEMBANGAN RSUD PALEMBANG BARI


Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI pada awalnya merupakan
Puskesmas Panca Usaha yang dibangun pada Tahun 1986 sampai dengan 1994
dan pada tanggal 19 Juni 1995 Poliklinik/Puskesmas Panca Usaha diresmikan
menjadi RSUD Palembang BARI dengan kelas C. Tahun 2009 RSUD Palembang
BARI telah ditetapkan menjadi kelas B dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor: 241/MENKES/SK/IV/2009 tanggal 2 April 2009 tentang Peningkatan Kelas
RSUD Palembang BARI milik Pemerintah Kota Palembang Provinsi Sumatera
Selatan dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.07.06/III/2044/09 tanggal 5
Juni 2009 tentang Pemberian Izin Penyelenggaraan Rumah Sakit Umum Daerah
dengan nama “Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI” Pemerintah Kota
Palembang Provinsi Sumatera Selatan.

Saat ini RSUD Palembang BARI telah bekerja sama dengan beberapa institusi
sekolah kesehatan sebagai tempat praktek dan penelitian bagi mahasiswa
Keperawatan, Kebidanan, Fakultas Kedokteran maupun bidang ilmu lainnya. Selain
itu Rumah Sakit juga melaksanakan pelatihan intern untuk pegawai guna
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Seiring dengan meningkatnya
kegiatan tersebut diharapkan RSUD Palembang BARI di tahun yang akan datang
dapat menjadi Rumah Sakit Kelas B Pendidikan.

RSUD Palembang BARI terletak di Kecamatan Seberang ULU I Jalan Panca


Usaha No.1 Kelurahan 5 Ulu darat. Bangunan berada 800 meter dari jalan raya
jurusan Kertapati jalan rumah sakit selebar 6 meter yang saat ini masih terasa
sempit. Sejak Januari tahun 2001 dibuat jalan alternatif dari jalan Pangeran Ratu
Jakabaring menuju RSUD Palembang BARI. Pekerjaan pembangunan jalan utama
dari jalan Gubernur H. Bastari depan kantor Badan Kepegawaian Negara (BKN)
Jakabaring langsung menuju gerbang utama RSUD Palembang BARI telah selesai
dilaksanakan untuk satu jalur oleh Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga (PUBM) Kota
Palembang.

Setelah sebelumnya mendapatkan pengakuan akreditasi 12 pelayanan,


kini RSUD Palembang BARI telah memperoleh pengakuan Akreditasi 16 (enam
belas) pelayanan. Pelayanan tersebut meliputi administrasi dan manajemen,
pelayanan medis, pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan, pelayanan
rekam medis, pelayanankamar operasi, pelayanan laboratorium, pelayanan radiologi,
pelayanan perinatal resiko tinggi, pengendalian infeksi di rumah sakit, pelayanan
farmasi, kesehatan dan keselamatan kerja serta penanggulangan bencana,
pelayanan rehabilitasi medis, pelayanan intensif, pelayanan gizi, dan pelayanan
darah.

Dengan adanya penilaian akreditasi 16 pelayanan ini, RSUD Palembang


BARI dapat meningkatkan kualitas pelayanannya sehingga masyarakat memperoleh
pelayanan yang terbaik. Selanjutnya dalam upaya meningkatkan daya saing, RSUD
Palembang BARI direncanakan akan melaksanakan Akreditasi Internasional pada
Tahun 2014 oleh Joint Commission International (JCI)/ Akreditasi Versi 2012.

Setelah terakreditasi 16 (enam belas) pelayanan oleh Komisi Akreditasi


Rumah Sakit (KARS), status RSUD Palembang BARI meningkat menjadi Kelas B
non pendidikan, RSUD Palembang BARI menerima rujukan dari rumah sakit kelas
C, puskesmas, dokter dan bidan praktek. Selain itu RSUD Palembang BARI juga
menerima rujukan dari puskesmas yang berada di wilayah OKI, Ogan Ilir, Banyuasin,
MUBA. Mengingat transportasi lebih cepat ke RSUD Palembang BARI dibandingkan
dengan RSUD Kayuagung, Prabumulih maupun Sekayu.

Untuk lebih meningkatkan pelayanan terhadap seluruh lapisan masyarakat


RSUD Palembang BARI menjalin kerjasama dengan pihak ketiga, antara lain PT
KAI, PT Mendjangan untuk pelayanan Haemodialisa dan pelayanan kesehatan di
bidang Spesialisasi Jantung RSUD Palembang BARI melalui Pemerintah Kota
Palembang membuat nota kesepakatan dengan iHeal Hospital Kuala Lumpur pada
bulan Oktober 2012. Selain itu RSUD Palembang BARI juga menjalin kerjasama
dengan beberapa institusi pendidikan di bidang kesehatan seperti FK Universitas
Sriwijaya, FK Muhammadiyah Palembang, Akademi Kebidanan, dan Akademi
Keperawatan.
Untuk mendukung program pemerintah di bidang kesehatan mulai tanggal 1
Januari 2014, RSUD Palembang BARI telah melaksanakan program Layanan
Kesehatan Badan Penyelenggaran Jaminan Kesehatan (BPJS), dengan adanya
program BPJS ini diharapkan seluruh lapisan masyarakat bisa menikmati layanan
kesehatan yang maksimal.

2) VISI MISI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI

VISI : Menjadi Rumah Sakit Unggul, Amanah, dan Terpercaya di Indonesia

MISI :

1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan berorientasi pada


keselamatan dan ketepatan sesuai standar mutu berdasarkan pada etika dan
profesionalisme yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

2. Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan.

3. Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai rumah sakit pendidikan dan


pelatihan di Indonesia.

MOTTO : Kesembuhan dan Kepuasan Pelanggan Adalah Kebahagiaan Kami.

3) IZIN OPERASIONAL

Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor: HK.07.06/III/2044/09


tentang pemberian izin penyelenggaraan Rumah Sakit Umum Daerah Kelas
B dengan nama Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI Pemerintah
Kota Palembang Sumatera Selatan.

4) RSUD Palembang BARI Kelas Badan Akreditasi 16 Pelayanan

a. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor:


241/MENKES/SK/IV/2009 tentang peningkatan kelasmenjadikelas B
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI milik pemerintah kota
Palembang provinsi Sumatera Selatan tanggal 02 April 2009.

b. RSUD Palembang BARI memperoleh status Akreditasi Lulus Tingkat


Lengkap (16 pelayanan) dengan Nomor : KARS- SERT/363/I/2012 tanggal
25 Januari 2012.
c. Piagam Penghargaan dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Selatan sebagai Peringkat III cakupan Pelaporan SIRS tahun 2013

d. Penghargaan Ombudsman Tahun 2014

e. Penghargaan Ombudsman Tahun 2015

f. Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit Lulus Paripurna Bintang V pada tanggal


10 Maret 2015.

g. Role Model Pelayanan Publik di Indonesia tahun 2017

5) STRUKTUR ORGANISASI

6) FASILITAS & PELAYANAN

1. INSTALASI GAWAT DARURAT 24 JAM


2. FARMASI / APOTIK 24 JAM
3. RAWAT JALAN / POLIKLINIK
4. RAWAT INAP
5. BEDAH SENTRAL
6. REHABILITASI MEDIK
7. RADIOLOGI 24 JAM
8. LABORATORIUM KLINIK 24 JAM
9. PATOLOGI ANATOMI
10.BANK DARAH
11.HEMODIALISA
12.MEDICAL CHECK UP
13.ECG/EEG
14.USG 4 DIMENSI
15.ENDOSCOPY
16.KAMAR JENAZAH
17.CT SCAN 128 SLICES
18.ECHOCARDIOGRAPHY & TREADMILL

7) PELAYANAN RAWAT JALAN (SPESIALIS)

1. Klinik Penyakit Dalam


2. Klinik Bedah
3. Klinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan
4. Klinik Anak
5. Klinik Mata
6. Klinik THT
7. Klinik Syaraf
8. Klinik Kulit dan Kelamin
9. Klinik Jiwa
10. Klinik Rehabilitasi Medik
11. Klinik Jantung
12. Klinik Gigi
13. Klinik Psikologi
14. Klinik Tumbuh Kembang
15. Klinik Paru
16. Klinik Umum ( Karyawan)

8) SUMBER DAYA MANUSIA (Berdasarkan Status Kepegawaian)

TOTAL PEGAWAI TAHUN 2017 SEBANYAK 654 ORANG

9) SUMBER DAYA MANUSIA BERDASARKAN PENDIDIKAN


10)Perkembangan Jumlah Tempat Tidur

Jumlah Tempat Tidur di Tahun 2017 : 236 tempat tidur


11) Jumlah Tempat Tidur Berdasarkan Kelas Perawatan

12) PENGHARGAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI

1. Penghargaan Zona Integritas

2. Sertifikat wilayah bebas korupsi

3. Penghargaan pengelola Jamkesmas terbaik oleh Kemenkes RI

4. Penghargaan RSSIB oleh Kemenkes RI

5. Penghargaan RSSIB pada Puncak Peringatan Hari Ibu ke 85

6. Penghargaan RSSIB pada Peringatan HKN ke 49 tahun 2013

7. Penghargaan RSSIB pada Peringatan HKN ke 50 tahun 2014


8. Penghargaan Ombudsman tahun 2014

9. Penghargaan Ombudsman tahun 2015

10.Piagam Peringkat III Cakupan Pelaporan SIRS tahun 2013

11.Akreditasi RS Paripurna Bintang 5 tahun 2015

12.Role Model Pelayanan Publik di Indonesia tahun 2017

BAB III

Pembentukan KERS

1. Komite Etik Rumah Sakit (KERS) merupakan perangkat organisasi rumah


dibentuk di Rumah Sakit dalam rangka membantu pimpinan rumah sakit
menerapkan Kode Etik Rumah Sakit di Rumah Sakit.

2. Pembentukan KERS adalah wajib.

3. Ketua dan anggota KERS dipilih dan diangkat oelh Direktur /Pimpinan
Rumah Sakit, untuk selama masa bakti tertentu. KERS sekurang-
kurangnya harus terdiri dari seorang Ketua, seorang Wakil Ketua,
seorang Sekretari, dan 2 (dua) orang anggota, dengan jumlah seluruhnya
paling banyak 7 (tujuh) orang.

4. Keanggotaan KERS harus mewakili berbagai profesi didalam rumah sakit.

5. Dalam struktur organisasi rumah sakit, posisi KERS setingkat Direktur


Rumah Sakit dan Komite Medik Rumah Sakit. Selain itu KERS juga bisa
berada dibawah direktur rumah sakit dan setingkat komite medik rumah
sakit.

6. Komite etik rumah sakit bertanggung jawab langsung kepada Pimpinan


Rumah Sakit atau yang mengangkatnya.

7. Bila dipandang perlu anggota KERS dapat berasal dari individudi luar
rumah sakit.

8. Syarat untuk dapat dipilih menjadi anggota KERS: berjiwa Pancasila,


memiliki integritas, kredibilitas sosial, dan profesional. Ia juga memiliki
kepedulian dan kepekaan terhadap masalh sosial, lingkungan, dan
kemanusiaan.

9. Keanggotaan KERS diupayakan tidak dirangkap dengan jabatan-jabatan


struktural di rumah sakit.

A. Organisasi Komite Etik Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI


terdiri dari :

1. 1 orang ketua yang diketuai oleh tenaga spesialis/S2 Kesehatan.

2. 1 orang sekretaris yaitu Tenaga Medis

3. 6 orang anggota terdiri dari :

 1 orang Tenaga Medis

 1 orang Tenaga Perawat

 1 orang Tenaga Bidan

 1 orang Tenaga Kesehatan lainnya

 1 orang Ahli Hukum


 1 orang Psikolog

B. Fungsi, uraian tugas,Wewenang dan Tanggung Jawab Komite Etik dan


Hukum Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.

Fungsi Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit Umum Daerah


Palembang BARI : Pembelajaran dalam mengatur pelaksanaan ERSI dan
memberi rekomendasi Kepada Direktur sebagai tindak lanjut untuk
menentukan sikap atau sanksi.

1. Uraian Tugas

1. Secara umum KERS bertugas membantu pimpinan rumah sakit


menerapkan Kode Etik Rumah Sakit di rumah sakit, baik diminta
maupun tidak diminta.

2. Secara khusus KERS memiliki tugas, wewenang, dan tanggung


jawab :

a. Melakukan pembinaan insan perumahsakitan secara komprehensif


dan berkesinambungan, agar setiap orang menghayati dan
mengamalkan KODERSI sesuai dengan peran dan tanggung jawab
masing-masing di rumah sakit. Pembinaan ini merupakan upaya
preventif, persuasif, edukatif, dan korektif terhadap kemungkinan
terjadinya penyimpangan atau pelanggaran KODERSI. Pembinaan
dapat dilakukan melalui pendidikan, pelatihan, diskusi kasus, dan
seminar.

b. Memberi nasehat, saran, dan pertimbangan terhadap setiap


kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh pimpinan atau pemilik
rumah sakit.

c. Membuat pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan di rumah


sakit yang terkait dengan etika rumah sakit.

d. Menangani masalah-masalah etik yang muncul didalam rumah


sakit.

e. Memberi nasehat, saran, dan pertimbangan etik kepada pihak-


pihak yang membutuhkan.

f. Membantu menyelesaikan perselisihan/sengketa medik yang terjadi


di lingkungan rumah sakit.

g. Menyelenggarakan berbagai kegiatan lain yang dipandang dapat


membantu terwujudnya kode etik rumah sakit.
3. Dalam melaksanakan tugasnya KERS wajib menerapkan prinsip
kerjasama, koordinasi, dan sinkronisasi dengan Komite Medik serta
struktur lain di rumah sakit sesuai dengan tugas masing-masing.

4. Pimpinan dan anggota KERS wajib mematuhi peraturan rumah sakit


dan bertanggung jawab kepada pimpinan rumah sakit serta
menyampaikan laporan berkala pada waktunya.

5. KERS dapat meminta saran, pendapat atau nasehat dari MAKERSI


Daerah bila menghadapi kesulitan.

6. KERS wajib memberikan laporan kepada MAKERSI Daerah mengenai


pelaksanaan KODERSI di rumah sakit, minimal sekali setahun.

7. KERS wajib melaporkan masalah etik yang serius atau tidak mampu
ditangani sendiri ke MAKERSI daerah.

2. Wewenang :

Komite etik dan Hukum Rumah Sakit Umum Daerah Palembang


BARI berwenang dalam pengawasan pelanggaran/penyimpangan etik
karyawan.

3. Tanggung jawab

a. Bertanggungjawab atas terlaksanannya etik karyawan Rumah Sakit


Umum Daerah Palembang BARI

b. Bertanggungjawab kepada Direktur Rumah Sakit Umum Daerah


Palembang BARI.

C. Persyaratan Keanggotaan Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit Umum


Daerah Palembang BARI.

1. Berketuhanan Yang Maha Esa

2. Berjiwa Pancasila

3. Berkepribadian yang dapat diterima dan disegani serta kredibilitas profesi


yang tinggi

4. Peka dan responsif terhadap perkembangan masyarakat, lingkungan nilai-


nilai kemanusiaan dan kehidupan.
5. Berwibawa bersih, jujur bijaksana, sabar, terbuka dan dapat menjaga
rahasia.

6. Berminat terhadap masalah-masalah Etik Rumah Sakit.

D. Masa tugas, Pengangkatan dan Pemberhentian Komite Etik Rumah Sakit


Umum Daerah Palembang BARI

1. Masa Tugas Komite Etik dan Hukum:

a. Masa tugas berlaku selama 3 tahun.

b. Masa tugas segera berlaku setelah ditetapkan Direktur

c. Dapat dipilih kembali untuk masa periode

2. Pengangkatan dan Pemberian :

 Pengangkatan Komite Etik dan Hukum

Komite Etik dan Hukum ditunjuk dan ditetapkan oeh Direktur setelah
mendengar saran-saran dari Komite medik.

 Pemberhentian Komite Etik dan Hukum

1. Apabila berakhir masa tugas

2. Apabila dinilai tidak mampu menjalankan tugas oleh direktur

3. Sakit dan diperkirakan tidak akan sembuh

4. Mengundurkan diri dengan alasan-alasan yang bisa diterima oleh


direktur

5. Meninggal dunia

E. Keputusan Komite Etik dan Hukum

1. Ditentukan apakah memang ada penyimpangan/pelanggaran ERSI


setelah mengadakan analisa.

2. Keputusan diambil berdasarkan musyawarah dan mufakat.

3. Keputusan komite etik bersifat rahasia.

F. Penetapan Kategori Penyimpangan/Pelanggaran Etik dan Hukum.


Dibedakan atas 3 kategori :

1. Pelanggaran/Penyimpangan Ringan

Kriteria/tolak ukur:

a. Tidak merugikan rumah sakit

b. Tidak merugikan karyawan

c. Tidak merugikan penderita/masyarakat

2. Pelanggaran/Penyimpangan Serius

Kriteria/tolak ukur:

a. Merugikan rumah sakit

b. Merugikan karyawan

c. Merugikan penderita/masyarakat

3. Bila membahayakan terhadap rumah sakit, karyawan, penderita dan


masyarakat contoh :

a. Mengakibatkan kecacatan pada penderita

b. Mengakibatkan kematian pada penderita

G. Rekomendasi Pelanggaran Etik Kepada Direktur Rumah Sakit Umum


Daerah Palembang BARI

Rekomendasi diberikan baik secara lisan maupun berupa laporan tertulis


yang sifatnya rahasia dan dilaksanakan sesegera mungkin.

H. Sanksi Pelanggaran/Penyimpangan Etik.

Sanksi dierikan oleh Direktur berupa keputusan :

1. Nasehat

2. Sanksi administrasi

3. Pengembalian ke instansi yang lebih tinggi/vertikal

4. Usulan pencabutan izin profesi ke instansi yang berwenang

5. Usulan pemberhentian kepada instansi vertikal


Kesemua sanksi ini dinilai berdasarkan kategori pelanggara/penyimpangan
PERSI.

BAB V

MEKANISME ALUR PENANGANAN MASALAH

AKTIF PASIF
TEMUAN-TEMUAN ADANYA LAPORAN-LAPORAN MASUKAN
KOMITE ETIK DARI BERBAGAI PIHAK

PEMROSESAN & ANALISA OLEH


KOMITE ETIK

REKOMENDASI
PERBAIKAN OLEH KEPUTUSAN ? SELESAI
KOMITE ETIK
BAB VI

ASPEK MEDIKAL LEGAL

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI

A. Tugas Pokok, Fungsi dan Tanggung Jawab Wewenang.

1. Tugas Pokok

Untuk mengatasi kejadian medis atau non medis yang dapat menjadi
masalah hukum baik dalam bentuk kasus pidana atau kasus perdata.

2. Fungsi :

Sebagai acuan untuk pencegahan dalam menangani kasus medik atau


non medis.

3. Tanggung Jawab :
Bertanggung jawab dan berwenang atas penyelesaian masalah dalam
kasus medis atau non medis di Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
BARI.

B. Alur Proses Pemecahan Masalah

PENGADUAN DARI BERBAGAI PIHAK TEMUAN-TEMUAN KOMITE ETIK

PEMROSESAN & ANALISA OLEH KOMITE ETIK

PEMROSESAN &
Ada masalah Tidak ada masalah
ANALISA KASUS
KEPUTUSAN ? SELESAI
OLEH KOMITE ETIK

REKOMENDASI OLEH
TIM ASPEK MEDIKO

PEMBERIAN NOTULEN,
BIMBINGAN
DIREKTUR

SANKSI

C. PEDOMAN PELAKSANAAN

Dalam pelaksanaan penilaian pelanggaran Aspek Mediko Legal di Rumah


Sakit Umum Daerah Palembang BARI berpedoman pada :

1. KUHP

2. KUHAP

3. KUHPID

4. KUHAPID

5. HK Kedokteran

D. Program Kerja

1. Harus memberi bimbingan pada setiap unit mengenai pengetahuan aspek


mediko legal.

2. Menanggulangi masalah jika terjadi kasus mediko legal


BAB VII

PELAPORAN

A. LAPORAN TRIWULAN

Laporan triwulan dibuat untuk mengevaluasi hasil pemantauan mutu


komite etik. Indikator yang dilihat perkembangannya merupakan indikator
yang saat itu menjadi skala prioritas program komite etik rumah sakit seperti
target yang ditetapkan oleh indikator mutu rumah sakit yang berhubungan
dengan etik dan hukum rumah sakit.

B. LAPORAN TAHUNAN
Laporan tahunan dibuat sesuai dengan perkembangan antara data
hasil pemantauan indikator mutu komite etik yang diambil dari unit kerja dari
bulan Januari sampai Desember. Indikator yang dilihat perkembangannya
merupakan indikator yang dipantau rumah sakit. Hal ini dilakukan untuk
memantau perkembangan kualitas pelayanan rumah sakit sesuai indikator
yang ditetapkan didalam program komite etik.

BAB VIII

PENUTUP

Program kerja Komite Etik dibuat dalam periode 1 (satu) tahun sekali
kemudian dilakukan evaluasi tahunan dan hasil evaluasi merupakan dasar untuk
membuat program kerja berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai