PENDAHULUAN
1
pengelolaan rumah sakit di Indonesia. KODERSI merupakan kewajiban moral
yang harus ditaati oleh setiap rumah sakit di Indonesia agar tercapai pelayanan
rumah sakit yang baik, bermutu, profesional dan sesuai dengan norma dan nilai-
nilai luhur profesi kedokteran. KODERSI pertama kali disahkan dalam Kongres
VI PERSI pada tahun 1993 di Jakarta. Dalam perjalanannya telah mengalami
perbaikan dan penyempurnaan.
Pada umumnya pedoman yang termuat dalam KODERSI berupa garis besar
atau nilai-nilai pokok yang masih memerlukan penjabaran yang lebih rinci dan
teknis. Untuk menjabarkan KODERSI dan menerapkannya dalam kebijakan
rumah sakit maka setiap rumah sakit dianjurkan membentuk Komite Etik Rumah
Sakit (KERS). Sedangkan di tingkat pengurus cabang/pusat, badan etik rumah
sakit Indonesia dinamakan Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit Indonesia
(MAKERSI). Dalam rangka melengkapi KODERSI maka perlu dibuat acuan
dasar prosedural dalam bentuk Pedoman Pengorganisasian Komite Etik
Rumah Sakit dan Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit Indonesia
(selanjutnya disingkat Pedoman). Dengan adanya pedoman ini diharapkan
penerapan KODERSI dalam pelayanan perumahsakitan menjadi kenyataan
sehingga rumah sakit di Indonesia mampu mengemban misi luhur dalam
meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Penyusunan Pedoman Pengorganisasian Komite Etik Rumah Sakit di
Rumah Sakit Putra Waspada (selanjutn ya disingkat RSPW) merupakan suatu
kebutuhan untuk menyediakan acuan bagi seluruh karyawan RSPW yaitu
Pemilik, Pejabat Pengelola dan seluruh karyawan RSPW dalam bersikap dan
berperilaku berdasarkan nilai-nilai etika yang tinggi.
2
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1045/MenKes/PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
Lingkungan Departemen Kesehatan.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesianomor No. 42 Tahun 2018
tentang Komite Etik Dan Hukum Rumah Sakit
1.3 Pengertian
Untuk memudahkan penerapan pedoman, perlu dirumuskan ketentuan
umum dan pengertian pokok sebagai berikut :
1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang telah ditentukan dan
diatur oleh peraturan perundang-undangan Negara Republik Indonesia.
Rumah Sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan merupakan unit sosial
ekonomi, harus mengutamakan tugas kemanusiaan dan mendahulukan fungsi
sosialnya.
3
2. Insan Perumahsakitan adalah mereka yang terlibat dalam kegiatan
penyelenggaraan dan pengelolaan rumah sakit.
3. Kode Etik Rumah Sakit Indonesia adalah rangkuman norma-norma moral
yang telah dikodifikasi oleh PERSI sebagai organisasi profesi bidang
perumahsakitan di Indonesia.
4. Komite Etik Rumah Sakit (KERS) adalah suatu perangkat organisasi non
struktural yang dibentuk dalam rumah sakit untuk membantu pimpinan rumah
sakit dalam melaksanakan KODERSI.
5. Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) adalah organisasi yang
menghimpun dan mewakili rumah-rumah sakit di Indonesia.
6. Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit Indonesia (MAKERSI) adalah badan
otonomi PERSI yang dibentuk secara khusus di tingkat Pusat dan Daerah
untuk menjalankan KODERSI.
7. Pedoman Pengorganisasian Komite Etik Rumah Sakit merupakan pernyataan
umum tertulis yang menggambarkan standar etika yang tinggi yang
diharapkan dapat dilaksanakan oleh seluruh anggota Rumah Sakit dalam
berusaha, berinteraksi, dan beraktivitas lainnya yang berhubungan dengan
pasien, rekanan, pemilik, pemerintah, masyarakat dan stakeholder lainnya.
Pedoman ini dikembangkan (KODERSI), Badan Etik Rumah Sakit
Indonesia, filosofi usaha, budaya kerja dan budaya organisasi Rumah Sakit,
peraturan perundang-undangan, peraturan-peraturan internal rumah sakit dan
praktik-praktik bisnis yang sehat.
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Terciptanya penerapan Kode Etik Rumah Sakit (KODERSI) dalam
pelayanan Rumah Sakit Putra Waspada sehingga meningkatkan profesionalisme
seluruh karyawan Rumah Sakit Putra Waspada dalam bersikap dan berperilaku.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Sebagai panduan perilaku dan budaya kerja yang konsisten dalam
melaksanakan tugas dan kewajiban bagi seluruh anggota Rumah Sakit.
2. Sebagai sumber inspirasi dalam pengambilan keputusan.
3. Sebagai upaya preventif untuk mencegah penyalahgunaan kewenangan dan
kecurangan.
4. Sebagai upaya untuk memelihara keharmonisan guna mencegah timbulnya
benturan kepentingan.
4
5. Sebagai upaya untuk membina, meningkatkan dan mempertahankan
integritas, kejujuran dan profesionalisme.
6. Sebagai upaya untuk meningkatkan kepercayaan dan reputasi Rumah Sakit
dalam menjalin hubungan usaha dan interaksi dengan pihak ketiga.
5
BAB II
6
atau pelanggarana KODERSI. Pembinaan dapat dilakukan melalui
pendidikan, pelatihan, diskusi kasus dan seminar.
b. Memberi nasehat, saran dan pertimbangan terhadap setiap kebijakan
atau keputusan yang dibuat oleh pimpinan atau pemilik rumah sakit.
c. Membuat pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan di rumah sakit
yang terkait dengan etika rumah sakit.
d. Menangani masalah-masalah etik yang muncul di dalam rumah sakit.
e. Memberi nasehat, saran dan pertimbangan etik kepada pihak-pihak yang
membutuhkan.
f. Membantu menyelesaikan perselisihan/sengketa medik yang terjadi di
lingkungan rumah sakit.
g. Menyelenggarakan berbagai kegiatan lain yang dipandang dapat
membantu terwujudnya kode etik rumah sakit.
2.2.3 Dalam melaksanakan tugasnya KERS wajib menerapkan prinsip kerjasama,
koordinasi dan sinkronisasi dengan Komite Medik serta struktur lain di
rumah sakit sesuai dengan tugas masing-masing.
2.2.4 Pimpinan dan anggota KERS wajib mematuhi peraturan rumah sakit dan
bertanggung jawab kepada pimpinan rumah sakit serta menyampaikan
laporan berkala pada waktunya.
2.2.5 KERS dapat meminta saran, pendapat atau nasehat dari MAKERSI Daerah
bila menghadapi kesulitan.
2.2.6 KERS wajib memberikan laporan kepada MAKERSI Daerah mengenai
pelaksanaan KODERSI di rumah sakit, minimal sekali setahun.
2.2.7 KERS wajib melaporkan masalah etik yang serius atau tidak mampu
ditangani sendiri ke MAKERSI Daerah.
7
BAB III
NILAI-NILAI RUMAH SAKIT
Sistem nilai Rumah Sakit merupakan norma perilaku yang menjadi pegangan
secara moral untuk menentukan sesuatu hal dinilai baik atau buruk, terpuji atau tercela,
dihargai atau tidak dihargai. Sistem nilai tersebut mencakup nilai-nilai (value), budaya
kerja, budaya organisasi, etika kerja, etika usaha dan etika profesi.
Sistem nilai Rumah Sakit merupakan jiwa dan visi dan misi yang ditetapkan. Visi
Rumah Sakit Putra Waspada yaitu Menjadi Rumah Sakit terbaik di Tulungagung tahun
2022 disertai tekad untuk memenuhi kepuasan pasien / masyarakat. Adapun misi Rumah
Sakit Putra Waspada adalah :
- Menerapkan rumah sakit dengan manajemen yang transparan, efektif, dan efisien
- Tersedianya sumberdaya manusia yang terampil, profesional, dan kompeten
- Memberikan Pelayanan Kesehatan Paripurna berbasis mutu dan keselamatan pasien.
8
3.1.4 Keadilan
Yaitu menjunjung tinggi keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam
menjalankan tugas sesuai beban tugas dan kinerjanya, serta membuat
keputusan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3.1.5 Kemandirian
Yaitu mampu mengoptimalkan kapabilitas yang dimiliki, untuk mewujudkan
jati diri yang terpercaya, baik sebagai individu, tim maupun organisasi.
3.1.6 Etika
Yaitu nilai yang dijunjung tinggi dalam pergaulan dengan klien, antar sesama
anggota tim kesehatan, antara petugas dengan pimpinan unit kerja maupun
etika dalam menjalankan profesi kesehatan dengan klien yang berprinsip
pada senantiasa mengutamakan kesehatan penderita (customer oriented).
9
3.4 Etika Usaha
Etika usaha mengatur hubungan yang Iebih bersifat ke luar Rumah Sakit, yakni
untuk selalu mentaati sepenuhnya semua peraturan perundangan yang berlaku
dalam melakukan kegiatan / transaksi usahanya dengan pihak di luar Rumah Sakit.
Apabila peraturan perundangan itu tidak lengkap, sehingga memberikan kesan yang
dapat diinterpretasikan sebagai ada peluang, Rumah Sakit tetap memilih bersikap
jujur dengan integritas yang tinggi.
Bertindak jujur akan selalu dihargai cialam budaya dan tradisi manapun.
Integritas dan reputasi yang baik dalam melakukan kegiatan usaha merupakan
modal yang sangat berharga bagi Rumah Sakit. Sebaliknya ketidakjujuran dapat
menyebabkan kemerosotan moral dikalangan anggota Rumah Sakit, pengambilan
keputusan yang salah, dan dapat menyebabkan penilaian yang negatif bagi citra
Rumah Sakit. Secara khusus Rumah Sakit hanya menghargai anggota Rumah Sakit
yang berlaku jujur dalam melakukan tugasnya.
10
BAB IV
ETIKA KERJA
4.1 Penerapan Nilai-nilai Rumah Sakit, Budaya Kerja dan Budaya Organisasi
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) telah menyusun Kode
Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI), yang memuat rangkuman nilai-nilai dan
norma-norma perumahsakitan guna dijadikan pedoman bagi semua pihak yang terlibat
dan berkepentingan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan perumahsakitan di
Indonesia sebagaimana terlampir.
Setiap anggota Rumah Sakit wajib menghayati nilai – nilai, norma – norma,
budaya kerja dan budaya organisasi Rumah Sakit serta mengimplementasikan dalam
pelaksanaan tugas dan kewajibannya.
11
g. Melaksanakan dan mentaati prosedur kerja yang telah ditetapkan.
h. Tidak menggunakan jam kerja untuk urusan lain diluar kedinasan.
i. Cepat dan tepat dalam rnelaksanakan tugasnya dengan tidak mengabaikan
tertib teknis dan administrative.
j. Bekerja penuh ketekunan dan jujur.
k. Memberikan keteladanan, terutama bagi para pimpinan /atasan/pejabat
wajib memberikan contoh dan memelihara moral yang tinggi secara
konsisten dan konkret kepada staf, yang tercermin dan perenungan dan
pemenuhan pertanyaan-pertanyaan berikut :
- Sudahkah sebagai pimpinan secara sadar mengetahui peraturan-
peraturan yang diberikan oleh Rumah Sakit?
- Apakah sebagai pimpinan merasa patut untuk datang bekerja lebih
lambat dari anak buah?
- Apakah sebagai pimpinan merasa patut untuk dengan sengaja
menyimpang dari aturan yang ada, sementara selalu menuntut kepada
anak buah kita untuk patuh kepada peraturan yang ada?
- Apakah sebagai pimpinan merasa patut datang pada rapat-rapat
melewati jam yang telah ditentukan?
- Apakah sebagai pimpinan merasa patut memiliki tingkah laku yang
tidak terpuji ?
12
Rumah Sakit. Hasil pendidikan dan pelatihan eksternal wajib dilaporkan secara
tertulis kepada Pejabat Pengelola.
13
a. Honorarium, tiket perjalanan, fasilitas antar jemput sebagai pembicara,
narasumber dan sejenisnya dalam kegiatan seminar, lokakarya, ataupun
diskusi yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
serta mendapat persetujuan tertulis dari pejabat yang berwenang.
b. Honorarium atau imbalan atas karya tulis yang dimuat di media massa
ataupun dipublikasikan dalam bentuk buku sebagai sarana peningkatan
kapasitas atau pengembangan profesi.
c. Hadiah yang didasarkan pada hubungan kekeluargaan/kekerabatan yang
jelas, yang diberikan atau diterima dengan maksud-maksud yang tidak ada
kaitannya dengan kepentingan Rumah Sakit dengan nilal intrinsik relatif
rendah (misalnya dalam acara resepsi perkawinan, ulang tahun, syukuran,
dan sejenisnya).
d. Barang-barang untuk tujuan promosi seperti buku agenda, kalender,
gantungan kunci, alat tulis, kaos, dan barang sejenis lainnya yang
berogo/beratribut Rumah Sakit yang secara intrinsik bernilai rendah.
4.3.2 Suap
Suap dapat didefinisikan sebagai suatu perbuatan memberi atau menjanjikan
sesuatu kepada seorang pejabat atau seorang yang memiliki wewenang, dengan
maksud agar yang bersangkutan berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya. Suap merupakan praktek
usaha yang tidak sehat dan tindakan yang melanggar hukum. Suap dapat berupa
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Setiap anggota Rumah Sakit wajib
menghindarkan diri dari penyuapan dengan tidak menerima atau memberi
dalam bentuk apapun :
a. Yang diketahui atau patut disangka bahwa apa yang diterima atau yang
diberikan itu berhubungan dengan jabatannya.
b. Yang bertujuan untuk membujuk agar dalam jabatannya melakukan atau
tidak melakukan sesuatu yang berlawanan dengan hukum/peraturan yang
berlaku.
c. Yang diketahui bahwa sesuatu yang diterima atau diberikan itu
berhubungan dengan apa yang telah dilakukan atau dialpakan dalam
jabatannya yang berlawanan dengan kewajibannya.
14
akan mempengaruhi obyektivitas keputusan bisnis, dan terlalu sering dilakukan.
Jamuan bisnis diperbolehkan jika :
a. Berkaitan dengan kepentingan usaha Rumah Sakit sesuai dengan praktek bisnis
yang lazim
b. Nilainya tidak berlebihan (wajar) dan tidak dapat diklasifikasikan sebagai bentuk
hadiah/pemberian atau suap
c. Tidak melanggar hukum atau etika yang berlaku.
d. Tidak menurunkan citra Rumah Sakit atau anggota Rumah Sakit apabila diketahui
oleh umum
e. Dalam hal pemberian jamuan bisnis, wajib mendapat persetujuan secara tertulis
atau lisan dan pejabat yang berwenang sehingga dapat dibayar dan dicatat oleh
Rumah Sakit sebagai biaya usaha yang wajar.
15
Mengungkapkan setiap kemungkinan pertentangan kepentingan sebelum suatu
transaksi/perjanjian dilaksanakan.
Tidak menjabat sebagai Dewan Pengawas, Direksi, Pejabat kunci, maupun menjadi
Pegawai pada rumah sakit lain yang menjalin/berusaha menjalin hubungan usaha
dengan Rumah Sakit.
16
e. Membujuk atasan, bawahan, dan rekan kerja untuk melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan hukum dan kesusilaan.
f. Membuka rahasia Rumah Sakit atau mencemarkan nama baik pimpinan
maupun pegawai Rumah Sakit dan keluarganya yang seharusnya dirahasiakan,
kecuali untuk kepentingan Rumah Sakit dan negara.
g. Melakukan tindak pencurian barang atau uang aset Rumah Sakit atau yang
merupakan milik pegawai lain.
h. Membawa senjata tajam atau benda yang dapat dipergunakan untuk melakukan
ancaman dan tindak kekerasan di Iingkungan kerja, kecuali tugas dan fungsi
anggota Rumah Sakit yang mewajibkan hal tersebut.
2) Menjaga kebersihan lingkungan kerja termasuk membuang sampah pada tempatnya
serta kerapian penyimpanan dokumen dan perlengkapan kerja.
3) Menjaga kesehatan dan keselamatan kerja.
4) Berpenampilan dan berbusana secara rapi dan bersahaja di dalam lingkungan kantor
maupun di luar kantor.
17
publik dan tidak diniatkan untuk dipublikasikan ( misalnya, rencana prodük, strategi
investasi, strategi pemasaran, dan sebagainya).
18
berlaku jujur, obyektif, akurat dan setia. Setiap kesalahan yang disengaja ataupun
kegiatan yang menyesatkan dalam melakukan pembukuan akan ditindak sesuai dengan
hukum yang berlaku.
19
BAB V
ETIKA USAHA
Etika Usaha berikut ini menjelaskan bagaimana anggota Rumah Sakit beretika,
bersikap dan bertindak dalam berhubungan dengan pihak-pihak di luar Rumah Sakit.
20
2) Tidak memiliki hubungan usaha, keuangan atau hubungan lain dengan
rekanan dan mitra Rumah Sakit, yang mungkin dapat merusak
kemandirian Rumah Sakit.
b. Setiap anggota Rumah Sakit wajib menjaga keamanan dan kerahasiaan
data dan informasi Rumah Sakit, pasien, rekanan dan pihak-pihak
berkepentingan lainnya.
21
8) Rumah Sakit berupaya membangun komunikasi dua arah yang efektif, balk melalui
prosedur informasi dan konsultasi yang diseenggarakan oleh Rumah Sakit maupun
respon aktif atas saran dan kritik atau nasihat konstruktif dan Pegawai, dan menjadikan
saran tersebut sebagai acuan penting bagi pengambilan keputusan.
9) Rumah Sakit menjamin kebebasan atas informasi pribadi Pegawai untuk dirahasiakan.
Rumah Sakit akan mengumpulkan, menyimpan dan menjamin keamanan informasi
pribadi dan Pegawai yang dibutuhkan untuk efektivtas operasional dan / atau yang
dibutuhkan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
10) Setiap Pegawai harus menghindari kepentingan pribadi yang berbenturan dengan
kepentingan Rumah Sakit, atau yang dapat mempengaruhi pertimbangan atau tindakan
dalam pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
11) Pegawai tidak boleh memiliki hubungan usaha, keuangan atau hubungan lain dengan
rekanan dan mitra Rumah Sakit, yang mungkin dapat merusak kemandirian Rumah
Sakit. Pedoman yang dapat diterapkan pada hampir semua situasi benturan :
a) Pegawai harus menghindari adanya kepentingan finansial dengan rekanan dan mitra
Rumah Sakit lainnya.
b) Pegawai harus menghindari prakarsa atau persetujuan tindakan kepegawaian yang
mempengaruhi imbalan atau tindakan disiplin Pegawai dimana mereka memiliki
hubungan keluarga atau keterlibatan pribadi.
c) Pegawai tidak diperkenankan menggunakan aset Rumah Sakit untuk keuntungan
pribadi, kecuali atas persetujuan Pejabat Pengelola. Pegawai tidak diperbolehkan
menjalankan usaha pribadi dengan mengatasnamakan nama Rumah Sakit,
menggunakan aset Rumah Sakit dan jam kantor.
12) Rumah Sakit menyediakan tempat kerja, sarana dan peralatan kerja dan alat pelindung
diri yang dibutuhkan daam pelaksanaan tugas sehari-hari sehingga dapat bekerja
secara produktif.
13) Setiap kelompok profesional sejenis di Rumah Sakit dapat dibentuk sebuah komite
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hubungan antara kelornpok
profesional (komite) diarahkan dan disinergikan untuk terwujudnya peningkatan mutu
pelayanan rumah sakit.
b. Pasien
Jasa Iayanan kesehatan merupakan sumber pendapatan pokok untuk menjamin
kelangsungan usaha Rumah Sakit. Kelancaran penerimaan pembayaran jasa Iayanan
tergantung kepada terbentuknya hubungan yang saling menguntungkan bagi Rumah
Sakit dan pasien. Dalam pelayanan kepada pasien Rumah Sakit berkomitmen untuk
memberikan pelayanan 24 (dua puluh empat) jam, dengan menerapkan prinsip terbuka,
22
integritas, transparan, adil dan akuntabel untuk menciptakan hubungan yang saling
menguntungkan.
Berikut ini adalah kebijakan Rumah Sakit dalam berhubungan dengan pasien.
1) Rumah Sakit menghormati hak-hak pasien sesuai dengan kaidah-kaidah profesi
medis yang dibuat oleh Rumah Sakit, kebijakan hubungan pasien, maupun
Peraturan Daerah yang berlaku. Rumah Sakit menjamin pemulihan hak pasien
yang dirugikan karena penyimpangan medis (malpraktek) terhadap pasien.
2) Rumah Sakit secara aktif menggali keinginan dan kebutuhan pasien, baik melalui
survei kepuasan pasien maupun saluran pengaduan dan pasien yang dibuka oleh
Rumah Sakit.
3) Rumah Sakit memberikan perlakuan atau pelayanan yang sama tanpa
membedakan kepada semua pasien. Rumah Sakit berkomitmen untuk
senantiasa melakukan upaya-upaya guna mempertahankan dan menjaga
agar pemberian jasa Iayanan sesuai dengan Standar Pelayanan
Minimum.
4) Rumah Sakit senantiasa memberikan informasi secara akurat, engkap dan
tepat pada waktunya mengenai jasa pelayanan kesehatan, serta hak dan
kewajiban calon pasien. Setiap perubahan kebijakan berkaitan dengan
hak dan kewajiban pasien, termasuk kebijakan tarif serta prosedur
pelayanan jasa medis dan pengaduan, senantiasa disosiaisasikan kepada
pasien.
5) Rumah Sakit senantiasa meneliti alasan yang meIatarbelakangi
pengaduan pasien dan segera mengambil tindakan yang tepat untuk
menghindari terulangnya pengaduan tersebut. Selain itu bila dianggap
perlu akan menegur
kepada setiap Pegawai yang terkait dengan pengaduan tersebut tentang
kesalahan yang telah diperbuatnya atau kelemahan teknis yang ada
dalam praktek.
6) Rumah Sakit senantiasa menjaga rahasia pasien kecuali atas permintaan
pasien dan/atau perintah undang-undang (peradilan).
23
Berikut ini adalah kebijakan Rumah Sakit dalam berhubungan dengan
lingkungan dan masyarakat.
1) Rumah Sakit berkornitmen untuk senantiasa meakukan upaya-upaya
perlindungan guna mempertahankan kualitas lingkungan sekitar Rumah
Sakit terhadap pencemaran yang timbul dan sampah medis Rumah Sakit.
2) Rumah Sakit melakukan berbagai upaya untuk menjadi warga yang dapat
diterima sebagai bagian yang tidak terpisahkan dan masyarakat, serta
mendapatkan dukungan dan masyarakat sekitar tempat usaha Rumah Sakit.
Dengan demikan Rumah Sakit akan turut serta memelihara lingkungan hidup
yang bersih dan sehat, serta ketertiban di sekitar Rumah Sakit. Rumah Sakit
membangun dan membina hubungan yang baik dengan masyarakat di
sekitar tempat usaha Rumah Sakit.
3) Rumah Sakit mendorong timbulnya rasa ikut memiliki bagi masyarakat
sekitar Rumah Sakit dengan tujuan agar turut serta menjaga asset dan
kepentingan-kepentingan Rumah Sakit di lingkungannya.
4) Rumah Sakit melaksanakan kegiatan sosial dan pendidkan sebagal
perwujudan tanggung jawab sosial Rumah Sakit terhadap masyarakat
lingkungan di sekitar Rumah Sakit beroperasi.
5) Dana atau aset Rumah Sakit tidak boleh digunakan untuk kepentingan partai
politik atau calon partai politik balk secara Iangsung maupun tidak langsung.
Penerapan larangan hanya untuk penggunaan dana atau aset Rumah Sakit
untuk tujuan politik dan tidak diartikan untuk mengecilkan Pegawai dan
kontribusi pribadi kepada calon atau partai poitik yang dipilih.
6) Seluruh anggota Rumah Sakit mematuhi setiap peraturan perundang-undangan yang
berlaku yang mengatur keterlibatan Rumah Sakit dan Anggota Rumah Sakit daam
urusan politik.
b. Rekanan
Berikut ini adalah kebijakan Rumah Sakit dalam berhubungan dengan rekanan.
1) Rumah Sakit melakukan pengadaan baik penunjukan langsung maupun tender secara
efisien, efektif, bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif dan dapat
dipertanggungjawabkan, dengan melibatkan rekanan yang mempunyai reputasi dan
rekam jejak yang baik.
2) Rumah Sakit memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon rekanan dan tidak
mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara dan / atau
alasan apapun. Oleh karena itu, Rumah Sakit melarang setiap anggota Rumah Sakit
24
memberikan informasi berkaitan dengan estimasi harga atau membahas pekerjaan di
masa yang akan datang dengan Rumah Sakit yang akan berkompetisi.
3) Rumah Sakit menghindari rekanan yang mempunyai hubungan keluarga dengan
pengambil keputusan dan/atau adanya konflik kepentingan. Setiap Anggota Rumah
Sakit dilarang melakukan peminjaman pribadi dan rekanan, Rumah Sakit melarang
setiap anggota Rumah Sakit bertindak selaku perantara bagi seorang atau dewan
hukum untuk mendapatkan pekerjaan atau pesanan dan Rumah Sakit.
4) Rumah Sakit untuk mengoptimalkan kinerja dapat melakukan Kerjasama Operasional
dengan pihak ketiga (rekanan) dalam bentuk kerjasama peayanan kesehatan,
pendidikan dan pelatihan, pembangunan gedung, pemanfaatan alat kedokteran dan
kerjasama lainnya yang sah. Kerjasarna Operasional ini didasarkan prinsif saling
menguntungkan, akuntabel, transparan dan wajar serta tidak merugikan stakeholders.
5) Rumah Sakit menuangkan semua kesepakatan dalam suatu dokumen tertulis yang
disusun berdasarkan itikad baik dan sating menguntungkan.
c. Kreditur
1) Peminjaman dan kreditur harus dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Rumah Sakit menghormati hak-hak kreditur sesuai
dengan perjanjian yang dibuat oleh Rumah Sakit dan kreditur.
2) Rumah Sakit memberikan informasi akurat dan lengkap mengenai Rumah Sakit
yang diperlukan kreditur, termasuk pelaksanaan kewajiban Rumah Sakit sesuai
dengan penjanjian.
3) Rumah Sakit melaksanakan pemenuhan kewajiban kepada kreditur secara tepat
waktu sesuai dengan perjanjian yang dibuat oleh Rumah Sakit dengan kreditur.
d. Media Massa
Media massa berfungsi sebagai jembatan komunikasi antara Rumah Sakit dengan
stakeholders dan sekaligus sebagai alat kontrol bagi Rumah Sakit. Pemberitaan
media massa diharapkan bersifat seimbang dan terbuka sehingga dapat dijadikan
informasi yang berguna bagi Rumah Sakit maupun pihak-pihak lain yang
berkepentingan untuk meningkatkan kinerja dan membangun citra positif Rumah
Sakit.
Berikut ini adalah kebijakan Rumah Sakit datam berhubungan dengan media
massa:
1) Rumah Sakit membangun kerjasama positif, saling menghargai dan
menguntungkan dengan menempatkan media massa sebagai mitra usaha yang
sejajar.
25
2) Rumah Sakit berpegang pada kebenaran dan keterbukaan informasi sesuai dengan
kode etik jurnalistik dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e) Apakah Perlu mengatur standar etika hubungan dengan Lembaga Perlindungan
Konsumen Kesehatan LPKK) dan Lembaga Swadana Masyarakat (LSM).
26
BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT PUTRA WASPADA
27
BAB VII
DIREKTUR
SEKRETARIS
ANGGOTA ANGGOTA
28
BAB VIII
PENERAPAN DAN PENEGAKAN
8.1 Komitmen
Setiap anggota Rumah Sakit sangat diharapkan untuk dapat menyelaraskan din
dengan sistem nilai di Rumah Sakit. Oleh karena itu, seluruh Anggota Rumah Sakit
wajib untuk menyamakan dan menyatukan keyakinan dan tekad agar dapat menerapkan
sikap dan perilaku kerja yang sesuai dengan sistem nilai yang dianut Rumah Sakit, yang
tertuang dalam Pedoman Pengroganisasian Komite Etik ini.
dalam Pedoman Pengroganisasian Komite Etik disosialisasikan kepada seluruh
Pegawai Rumah Sakit sehingga dipahami dengan tepat, baik dan benar. Setelah
membaca, mendiskusikan, memahami, menghayati setiap butir Pedoman
Pengorganisasian, seluruh Pegawai Rumah Sakit menandatangani surat pernyataan
kepatuhan yang merupakan kesanggupan atau komitmen untuk melaksanakan setiap
butir Pedoman Pengorganisasian secara konsisten dan penuh tanggung jawab.
Pernyataan kepatuhan tersebut setiap tahun diperbaharui dan menjadi salah satu syarat
kelanjutan hubungan kerja dengan Rumah Sakit.
Untuk Pemilik Rumah Sakit Putra Waspada dan Pejabat Pengelola diharapkan
menunjukkan komitmen pribadi yang kuat dan memberikan contoh kepada bawahan dan
rekan kerja bagaimana bersikap dan berperilaku sesuai dalam Pedoman
Pengroganisasian Komite Etik. Komitmen Pemilik Rumah Sakit Putra Waspada dan
Pejabat Pengelola dilaksanakan dengan:
1) Menetapkan pemberlakuan dalam Pedoman Pengroganisasian Komite Etik.
2) Melakukan sosialisasi dalam Pedoman Pengroganisasian Komite Etik kepada
seluruh Pegawai Rumah Sakit di dalam Rumah Sakit.
3) Memberi contoh kepada Pegawai Rumah Sakit bersikap dan berperilaku sesuai
dengan dalam Pedoman Pengroganisasian Komite Etik.
4) Memberikan sanksi yang adil terhadap setiap pelanggaran dalam Pedoman
Pengroganisasian Komite Etik.
29
sesuai kapasitasnya masing - masing. Tanggung jawab Pegawai Rumah Sakit atas
kepatuhan dimulai dengan mempelajarm secara detail Pedoman Pengorganisasian ini,
kebijakan dan aturan lain yang relevan dengan tugas dan pekerjaan sehari-hari. Setiap
Pegawai Rumah Sakit harus mempunyai pengertian yang mendasar, termasuk semangat
dan dalam Pedoman Pengroganisasian Komite Etik ini.
dalam Pedoman Pengorganisasian Komite Etik ini tidak memberikan jawaban
secara pasti atas semua perilaku Pegawai Rumah Sakit. Karena itu, setiap Pegawai
Rumah Sakit pada akhirnya harus menggunakan pertimbangan dengan akal yang sehat
dan kejujuran hati nurani masing-masing untuk menentukan keselarasan suatu perilaku
dengan Pedoman Pengorganisasian, kebijakan dan aturan Iainnya. Apabila ada
pertanyaan mengenai penerapan Pedoman Pengorganisasian, kebijakan dan aturan,
mintalah bantuan atasan Iangsung, pejabat puncak di unit atau bagian masing-masing
untuk mendapat kejelasan dan pemecahan masalah. Bicarakan segera masalah yang ada
apabila teridentifikasi adanya ketidaksesuaian dengan Pedoman Pengorganisasian ini,
kebijakan dan aturan.
Apabila dan hasil identifikasi suatu hal diduga mengandung indikasi pelanggaran,
maka setiap Pegawai Rumah Sakit wajib melaporkan dugaan pelanggaran tersebut.
30
c. Tanggung Jawab Pemilik
8.3 Pemantauan
a. Kepala Bagian Umum bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan agar Pegawai
Rumah Sakit senantiasa menjaga dan memelihara sikap dan perilaku yang sesuai
dengan Pedoman Pengorganisasian serta memantau efektivitas penerapan Pedoman
Pengorganisasian dan melaporkan hasilnya kepada Pejabat Pengelola. Hal-hal yang
menonjol selama penerapan Pedoman Pengorganisasian dicatat sebagai bahan
masukan penyempurnaan dan perbaikan.
b. Satuan Pengawas Intern mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan,
khususnya yang berkaitan dengan good governance dan menganalisis dampaknya
terhadap Rumah Sakit, serta memberi masukan/informasi kepada Pejabat Pengelola
untuk mematuhi semua ketentuan perundang-undangan yang terkait dengan good
governance dan etika bisnis. Di samping itu SPI bertanggung jawab untuk:
1) Memantau kepatuhan terhadap Pedoman Pengorganisasian .
2) Melakukan kajian tentang tingkat kepatuhan dan pelaksanaan serta kendala-
kendala Pedoman Pengorganisasian ini sebagai upaya untuk penyempurnaan
Pedoman Pengorganisasian dimasa mendatang.
3) Memberikan rekomendasi kepada Direksi untuk memberikan sanksi atas
pelanggaran Pedoman Pengorganisasian ini.
31
kesediaan melaporkan setiap tindakan yang diyakini sebagai suatu pelanggaran
merupakan hal penting dan pelaksanaan tanggung jawab setiap Pegawai Rumah Sakit.
Kepedulian untuk menjaga kepentingan yang lebih besar, yakni kerugian bagi Rumah
Sakit dan seluruh Pegawai, harus menjadi acuan pertimbangan setiap keputusan untuk
melaporkan suatu pelanggaran.
Oleh karena itu Rumah Sakit akan memberikan perlindungan hukum kepada setiap
anggota Rumah Sakit yang melaporkan dugaan atau disangkakan adanya pelanggaran
peraturan perundangan, pedoman tata kelola dan/atau Pedoman Pengorganisasian yang
disertai bukti dan dokumen yang sah. Tidak seorangpun Pegawai Rumah Sakit akan
dikenakan sanksi karena melaporkan adanya dugaan pelanggaran Pedoman
Pengorganisasian, kebijakan dan aturan, kecuali yang bersangkutan ikut terlibat dalam
pelanggaran tersebut. Pelaporan dapat meringankan penjatuhan disiplin atau sanksi bagi
si pelapor yang terlibat dalam pelanggaran. Apabila si pelapor tidak terlibat dalam
pelanggaran akan diberikan penghargaan yang sesuai.
Pelaporan dugaan pelanggaran dilakukan secara jujur, dilandasi dengan
niat baik, dan semata-mata dilakukan untuk pencegahan terjadinya kerugian
terhadap Rumah Sakit, atau rusaknya kinerja Rumah Sakit dan jauh dan
maksud-maksud tertentu untuk kepentingan atau keuntungan pribadi, misalnya
antara lain karena dorongan sentimen pribadi, rasa iri hati dan yang sejenisnya.
Setiap pelaporan dugaan pelanggaran, seluruhnya disertai data dan/atau bukti-
bukti yang akurat agar dapat diproses lebih lanjut demi keselamatan jalannya
usaha Rumah Sakit.
Pegawai Rumah Sakit dilarang melakukan tindakan permusuhan,
pembalasan atau tindakan lain yang merugikan seperti ancaman fisik dan
verbal terhadap Pegawai Rumah Sakit lain yang melaporkan terjadinya
pelanggaran ataupun yang bekerjasama dalam penyelidikan pelanggaran.
Rumah Sakit sepenuhnya menjamin kerahasiaan identitas pelapor, isi informasi,
saran atau pendapat yang disampaikan.
Berikut ini adalah tindakan yang harus diambil oleh Pegawai Rumah Sakit apabila
meyakini telah terjadi pelanggaran:
a. Yakinkan dan pastikan memiliki seluruh data dan informasi yang relevan dengan
keadaan atau situasi yang mengindikasikan pelanggaran Pedoman Pengorganisasian
atau kebijakan dan aturan lain. Bila perlu data dan informasi didukung dengan saksi-
saksi yang kuat.
b. Cari kesempatan dan cara yang paling cocok tanpa menyinggung perasaan untuk
menegur sesama rekan kerja atau atasan. Sampaikan secara halus dan tidak langsung
32
dengan memaparkan pelanggarannya, lalu mintalah tanggapannya. Bila perlu, bersama
rekan kerja atau atasan, mencari penyebabnya.
c. Segera laporkan dugaan pelanggaran yang terjadi di lingkungan unit atau bagian masing-
masing kepada atasan langsung dan pejabat puncak di unit atau bagian masing-masing,
dengan tembusan kepada Pejabat Pengelola.
d. Apabila dugaan pelanggaran dilakukan oleh unsur pimpinan dan/atau terjadi di luar
lingkungan unit/bagian atau karena sesuatu hal, tidak dapat melaporkan kepada atasan
langsung atau pejabat puncak, maka laporkan kepada Pejabat Pengelola secara langsung
atau melalui pos, faksimili, email, atau telepon.
33
anggota Rumah Sakit yang melakukan pelanggaran Pedoman Pengorganisasian,
kebijakan dan aturan.
Pengenaan atau penjatuhan tindakan disiplin atau sanksi tidak hanya terhadap
Pegawai Rumah Sakit yang melakukan pelanggaran, tetapi juga terhadap Pegawai
Rumah Sakit yang lain, dalam tingkatan apapun yang:
a. Tidak melaporkan atau menyembunyikan data dan informasi yang berkaitan dengan
terjadinya pelanggaran hukum, peraturan perundang-undangan dan kebijakan Rumah
Sakit,
b. Tidak bekerja sama dalam penyelidikan Rumah Sakit atas dugaan pelanggaran,
c. Melakukan tindakan permusuhan, pembalasan atau tindakan lain yang merugikan
seperti ancaman fisik dan verbal terhadap pelapor terjadinya dugaan pelanggaran,
d. Gagal melakukan pengawasan secara efektif terhadap tindakan bawahannya.
Tindakan disiplin atau sanksi disesuaikan dengan bobot/tingkat pelanggaran yang
dilakukan. Tindakan disiplin atau sanksi, meliputi :
a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
c. Pernyataan tidak puas secara tertulis dan Pejabat Pengelola
d. Pemberian skorsing
e. Penurunan gaji setingkat lebih rendah untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun
f. Penurunan gaji setingkat lebih rendah untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun
g. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah untuk jangka waktu paling lama 1 (satu)
tahun dan/atau pembebasan dan jabatan
h. Pemberhentian dengan hormat sebagai Pegawai tidak atas permintaan sendiri
i. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai
j. Tuntutan ganti rugi
k. Diserahkan kepada yang berwajib untuk proses pemeniksaan lebih lanjut apabila
pelanggaran rnenyangkut kerugian Rumah Sakit yang matenial/besar dan
dikategorikan dalam tindakan pidana.
Setiap anggota Rumah Sakit dalam tingkatan apapun, apabila jelas terbukti telah
melakukan pelanggaran terhadap Pedoman Pengorganisasian, kebijakan dan aturan akan
dikenakan tindakan disiplin atau sanksi sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada
maupun peraturan-peraturan susulan yang bersifat mengikat semua anggota Rumah
Sakit, dan dijalankan secara tegas.Setiap anggota Rumah Sakit yang akan dikenakan
atau dijatuhkan tindakan disiplin atau sanksi wajib dibenikan kesempatan atau hak
secara adil untuk membela din maupun menyatakan pendapatnya atas dugaan
pelanggaran yang dilakukannya.
34
BAB IX
PENGEMBANGAN DAN PERBAIKAN
9.1 Penyusunan Pedoman Pengorganisasian ini telah mempertimbangkan visi, misi, nilai-
nilai Rumah Sakit, budaya kerja dan etika. Pedoman Pengorganisasian ini selanjutnya
akan dijadikan dasar bagi penetapan kebijakan Rumah Sakit yang meliputi antara lain
surat keputusan Pejabat Pengelota, surat edaran Pejabat Pengelola, buku pedoman
Rumah Sakit, dan lain sebagainya. Kebijakan Rumah Sakit yang telah ada dan
bertentangan dengan Pedoman Pengorganisasian wajib disesuaikan. Rumah Sakit akan
menerbitkan kebijakan susulan apabila diperlukan sebagai penjabaran lebih lanjut
yang diperlukan dalam penerapan Pedoman Pengorganisasian ini.
9.2 Pengembangan dan perbaikan Pedoman Pengorganisasian inl dapat dilakukan seiring
dengan perubahan/perkembangan dimasa mendatang.
9.3 Selama masa implementasi Pedoman Pengorganisasian, diharapkan diperoleh umpan
balik sebagai bahan masukan bagi pengembangan dan perbaikan Pedoman
Pengorganisasian serta implementasi lebih lanjut dimasa mendatang. Segala kritik dan
saran yang konstruktif dan segenap anggota Rumah Sakit dan pihak-pihak lain yang
terkait sangat diharapkan dan akan dicatat sebagai bahan masukan dalam rangka
pengembangan dan perbaikan Iebih lanjut.
9.4 Pengembangan dan perbaikan Pedoman Pengorganisasian ditetapkan oleh Pejabat
Pengelola dan Pemilik dan dituangkan dalam suatu surat keputusan.
35
BAB X
PENUTUP
10.1 Hal-hal yang belum tercantum dalam Pedoman Pengorganisasian ini dapat diputuskan
sesuai mekanisme yang berlaku dan untuk disesuaikan, dengan ketentuan tidak
bertentangan dengan ketentuan yang lebih tinggi atau perundang-undangan yang
berlaku.
10.2 Hal-hal yang menimbulkan persepsi atau penafsiran yang berbeda-beda menjadi hak
Pemilik untuk menafsirkan sebagaimana maksudnya.
10.3 Pedoman Pengorganisasian ini berlaku sejak ditandatangani dan berlaku untuk jangka
waktu 5 (lima) tahun.
36