Anda di halaman 1dari 11

PANDUAN DILEMA ETIK KLINIS

RUMAH SAKIT PUTRA WASPADA

RUMAH SAKIT PUTRA WASPADA


Jl. JAYENGKUSUMA NO. 66, RT. 002, RW.006, DESA NGUJANG
KEC. KEDUNGWARU, KAB. TULUNGAGUNG
TELP. (0355) 335550, FAX. (0355) 322522
www.rsputrawaspada.com
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit sebagai lembaga sosio-ekonomi juga lembaga kemanusiaan
yang memiliki nilai-nilai dan martabat luhur, sebaiknya mengutamakan nilai-nilai
moral dan tidak hanya berpijak pada nilai-nilai formal yang normatif saja. Sesuai
dengan undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit
pemerintah dan swasta dituntut secara moral dan operasional untuk menjalankan
fungsinya masing-masing. Rumah sakit tidak akan berfungsi baik tanpa ditunjang
oleh petugas medis dan non medis yang baik. Hal yang dimaksud adalah
menjalankan profesi kedokteran dan keperawatan, baik dalam disiplin dan dalam
membina hubungan efektif disertai pemahaman pimpinan dan semua petugas
dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
Dalam rumah sakit ada kebutuhan akan kemampuan memahami masalah
etika, melakukan diskusi multidisiplin tentang kasus medico legal dan dilema etik
biomedis dan proses pengambilan keputusan. Berdasarkan hal tersebut maka
dibentuk Komite Etik Rumah Sakit (KERS). KERS dapat dikatakan sebagai suatu
badan yang secara resmi dibentuk dengan anggota dari berbagai disiplin
perawatan kesehatan dalam rumah sakit yang bertugas untuk menangani berbagai
masalah etik yang timbul dalam rumah sakit. KERS dapat menjadi sarana efektif
dalam mengusahakan saling pengertian antara berbagai pihak yang terlibat seperti
dokter, pasien, keluarga pasien dan masyarakat tentang berbagai masalah etika
hukum kedokteran yang muncul dalam perawatan kesehatan di rumah sakit.
Dengan adanya KERS, pengetahuan dasar bidang etika kedokteran dapat
diupayakan dalam institusi dan pengetahuan tentang etika diharapkan akan
menimbulkan tindakan yang profesional etis. Pendidikan etika tidak terbatas pada
pimpinan dan petugas rumah sakit saja, pemilik dan anggota yayasan, pasien,
keluarga pasien, dan masyarakat dapat diikutsertakan dalam pendidikan etika.
Pemahaman akan permasalahan etika akan menambah kepercayaan masyarakat
dan membuka wawasan bahwa rumah sakit bekerja untuk kepentingan pasien dan
masyarakat pada umumnya.
Saat ini Rumah Sakit Putra Waspada (selanjutnya disingkat RSPW) telah
memiliki wadah sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah dilema etik yang
seringkali timbul dalam pemberian pelayanan kesehatan. Dengan adanya sarana
tersebut diharapkan masalah-masalah yang timbul terkait etik dapat diselesaikan
dengan baik sehingga meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Membantu dalam penyelesaian masalah-masalah etik klinis di Rumah
Sakit Putra Waspada
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Membantu menjawab pertanyaan mengenai permasalahan, kejadian
dan keadaan di rumah sakit;
b. Membantu menyelesaikan tentang medico legal dan dilema etik
biomedis.

1.3 Ruang lingkup


Permasalahan etik di Rumah Sakit Putra Waspada mencakup dilema etik yaitu
BAB II
RUANG LINGKUP ETIKA KLINIS

2.1 Definisi

Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku


manusia, baik secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup ke
arah. Etika juga berasal dari bahasa yunani, yaitu Ethos berarti ” kebiasaaan ”.
”model prilaku” atau standar yang diharapkan dan kriteria tertentu untuk suatu
tindakan. Penggunaan istilah etika sekarang ini banyak diartikan sebagai motif
atau dorongan yang mempengaruhi prilaku.
Dari pengertian di atas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang
menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang
menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku
yang benar, yaitu : baik dan buruk serta kewajiban dan tanggung jawab.
Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara
hidup, sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang
mempengaruhi perilaku profesional. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan
bahwa etik merupakan istilah yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana
seharusnya manusia berperilaku, apa yang seharusnya dilakukan seseorang
terhadap orang lain. Sehingga juga dapat disimpulkan bahwa etika mengandung 3
pengertian pokok yaitu : nilai-nilai atau norma moral yang menjadi pegangan
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah laku, kumpulan azas atau
nilai moral, misalnya kode etik dan ilmu tentang yang baik atau yang buruk.
Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan
mengenai perilaku yang layak harus di buat. Untuk itu diperlukan pengambilan
keputusan untuk menghadapi dilema etika tersebut. Enam pendekatan dapat
dilakukan orang yang sedang menghadapi dilema tersebut, yaitu :
a. Mendapatkan fakta-fakta yang relevan.
b. Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta.
c. Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi
dilema.
d. Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilemma.
e. Menentukan konsekwensi yang mungkin dari setiap alternatif.
f. Menetapkan tindakan yang tepat.
 
2.2 Tipe-tipe Etika
2.2.1 Bioetik
Bioetika merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi
dalam etik, menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut,
bioetika difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan
antara ilmu kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan
theology. Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi
etika pada moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan waktu
pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup yang lebih luas,
bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin
membantu atau bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap
perasaan takut dan nyeri, yang meliputi semua tindakan yang berhubungan
dengan pengobatan dan biologi. Isu dalam bioetik antara lain: peningkatan
mutu genetik, etika lingkungan, pemberian pelayanan kesehatan.
2.2.2 Clinical ethics/Etik klinik
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada
masalah etik selama pemberian pelayanan pada klien. Contoh clinical
ethics : adanya persetujuan atau penolakan, dan bagaimana seseorang
sebaiknya merespon permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-sia).
2.2.3 Nursing ethics/Etik Perawatan
Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan
dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta dianalisis untuk
mendapatkan keputusan etik. Etika keperawatan dapat diartikan sebagai
filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari
pelaksanaan praktek keperawatan.  Inti falsafah keperawatan adalah hak
dan martabat manusia, sedangkan fokus etika keperawatan adalah sifat
manusia yang unik.

2.3 Teori Etik


Dalam etika masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan
suatu tindakan, sifat, atau objek perilaku yang sama dari sudut pandang atau
perspektif yang berlainan. Beberapa teori etik adalah sebagai berikut :
2.3.1 Utilitarisme
Sesuai dengan namanya Utilitarisme berasal dari kata utility dengan bahasa
latinnya utilis yang artinya “bermanfaat”. Teori ini menekankan pada
perbuatan yang menghasilkan manfaat, tentu bukan sembarang manfaat
tetapi manfaat yang banyak memberikan kebahagiaan kepada banyak orang.
Teori ini sebelum melakukan perbuatan harus sudah memikirkan
konsekuensinya terlebih dahulu.
2.3.2 Deontologi
Deontologi berasal dari kata deon dari bahasa yunani yang artinya
kewajiban. Teori ini menekankan pada pelaksanaan kewajiban. Suatu
perbuatan akan baik jika didasari atas pelaksanaan kewajiban, jadi selama
melakukan kewajiban sudah melakukan kebaikan. Teori ini tidak terpatok
pada konsekuensi perbuatan dengan kata lain teori ini melaksanakan terlebih
dahulu tanpa memikirkan akibatnya.

2.4 Prinsip Etik


2.4.1 Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa
dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan
memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang
lain. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang
menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat
perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang
perawatan dirinya.
2.4.2 Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang
lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara
prinsip ini dengan otonomi
2.4.3 Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.
Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja
untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan
yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
2.4.4 Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis
pada klien.
2.4.5 Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.
Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada
klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya
selama menjalani perawatan.
2.4.6 Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah
kewajiban seseorang perawat untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya kepada pasien.
2.4.7 Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus
dijaga privasinya. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan
kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak
ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika
diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan.
BAB III
TATA LAKSANA DILEMA ETIK KLINIS

3.1 Identifikasi Masalah Etik


Pimpinan rumah sakit melakukan identifikasi masalah etik pada kasus
tertentu sebelum proses pemecahan masalah. Identifikasi masalah etik
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
3.1.1 Identifikasi Risiko
Yaitu proses menemukan, mengenal, dan mendeskripsikan risiko. Hal
pertama yang perlu dilakukan untuk mengelola risiko adalah
mengidentifikasikannya. Jika kita tidak dapat mengidentifikasi /
mengenal / mengetahui, tentu saja kita tidak dapat berbuat apapun
terhadapnya. Identifikasinya risiko ini terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Identifikasi risiko proaktif adalah kegiatan identifikasi yang
dilakukan dengan cara proaktif mencari risiko yang berpotensi
menghalangi rumah sakit mencapai tujuannya. Disebut mencari
karena risikonya belum muncul dan bermanifestasi secara nyata.
Metode yang dapat dilakukan antara lain : audit, inspeksi,
brainstorming, pendapat ahli, belajar dari pengalaman rumah sakit
lain, FMEA, analisa SWOT, survei, dan lain – lain.
b. Identifikasi risiko reaktif adalah kegiatan identifikasi yang
dilakukan setelah risiko muncul dan bermanifestasi dalam bentuk
insiden / gangguan. Metode yang dipakai biasanya adalah melalui
pelaporan insiden. Tentu saja, lebih baik kita memaksimalkan
identifikasi risiko proaktif, karena belum muncul kerugian bagi
organisasi. Bagi rumah sakit, cara paling dan terstruktur untuk
melakukan identifikasi adalah lewat setiap unit. Setiap unit diminta
untuk mengidentifikasi risikonya masing-masing. Setelah
terkumpul, seluruh data identifikasi itu dikumpulkan menjadi satu
dan menjadi identifikasi risiko rumah sakit.

3.1.2 Analisa Risiko


Yaitu proses untuk memahami sifat risiko dan menentukan peringkat
risiko. Setelah diidentifikasi, risiko dianalisa. Analisa risiko dilakukan
dengan cara menilai seberapa sering peluang risiko itu muncul, serta
berat ringannya dampak yang ditimbulkan (ingat, definisi risiko adalah
peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak pada
pencapaian tujuan). Analisa peluang dan dampak ini paling mudah jika
dilakukan dengan cara kuantitatif. Caranya adalah dengan memberi
skor satu sampai lima masing-masing pada peluang dan dampak.
Makin besar angka, peluang makin sering atau dampak makin berat.
Setelah skor peluang dan dampak/konsekuensi kita dapatkan, kedua
angka itu kemudian dikalikan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
peringkat. Mengapa perlu peringkat? Tentu saja, risiko perlu diberi
peringkat, untuk mendapatkan prioritas penanganannya. Makin tinggi
angkanya, makin tinggi peringkat dan prioritasnya.

3.1.3 Evaluasi Risiko


Yaitu proses membandingkan antara hasil risiko dengan kriteria risiko
untuk menentukan apakah risiko dan atau besarnya dapat diterima atau
ditoleransi. Sedangkan kriteria risiko adalah kerangka acuan untuk
mendasari pentingnya risiko dievaluasi. Dengan evaluasi risiko ini,
setiap risiko dikelola oleh orang yang bertanggungjawab sesuai
dengan peringkatnya. Dengan demikian, tidak ada risiko yang
terlewati, dan terjadi pendelegasian tugas yang jelas sesuai dengan
berat dan ringannya risiko.
3.1.4 Penanganan Risiko
Yaitu proses untuk memodifikasi risiko. Bentuk-bentuk penanganan
risiko diantaranya menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak
memulai atau melanjutkan aktivitas yang menimbulkan risiko,
mengambil atau meningkatkan risiko untuk mendapat peluang (lebih
baik, lebih mengutamakan), menghilangkan sumber risiko, mengubah
kemungkinan, mengubah konsekuensi, berbagi risiko dengan pihak
lain (termasuk kontrak dan pembiayaan risiko), mempertahankan
risiko dengan informasi pilihan.

3.2 Pembentukan Komite Etik (KERS)


Komite Etik Rumah Sakit (KERS) dapat dikatakan sebagai suatu badan
yang secara resmi dibentuk dengan anggota dari berbagai disiplin perawatan
kesehatan dalam rumah sakit yang bertugas untuk menangani berbagai
masalah etik yang timbul dalam rumah sakit. KERS dapat menjadi sarana
efektif dalam mengusahakan saling pengertian antara berbagai pihak yang
terlibat seperti dokter, pasien, keluarga pasien, dan masyarakat tentang
berbagai masalah etika hukum kedokteran yang muncul dalam perawatan
kesehatan di rumah sakit.
Rumah Sakit Putra Waspada telah membentuk KERS yang dinyatakan
dalam struktur organisasi rumah sakit dan keanggotaan komite ini diangkat
oleh Direktur Rumah Sakit. Keanggotaan KERS di Rumah Sakit Putra
Waspada meliputi berbagai disiplin ilmu, seperti dokter, perawat, ahli
psikologi, ahli kesehatan masyarakat, dsb.

3.3 Pemecahan Masalah Etik yang Terjadi


Setelah mengetahui masalah etik yang terjadi di RSPW, maka langkah
selanjutnya adalah mencari solusi untuk masalah tersebut. Prosedur yang
dilakukan oleh Direktur RSPW untuk menyelesaikan masalah etik rumah
sakit, yaitu :
3.3.1 Memecahkan struktur masalah yang sudah teridentifikasi ke dalam
komponen–komponennya, menganalisis komponen–komponen itu
sehingga ditemukan akar masalah. Akar masalah adalah penyebab
paling dasar dari masalah etik yang terjadi, dapat berupa kelemahan
pada manusia, kepemimpinan, manajemen, budaya organisasi, sarana,
alat, sistem, prosedur atau faktor–faktor lain.
3.3.2 Melakukan analisis lebih dalam tentang akar masalah yang sudah
ditemukan (root cause analysis) untuk menetapkan arah
pemecahannya.
3.3.3 Menetapkan beberapa alternatif untuk pemecahan akar masalah.
3.3.4 Memilih alternatif yang situasional terbaik untuk pemecahan masalah
itu.
3.3.5 Memantau dan mengevaluasi penerapan upaya pemecahan yang sudah
dilaksanakan.
3.3.6 Melakukan tindakan koreksi jika masalah etik belum terpecahkan atau
terulang lagi. Tindakan koreksi yang dapat menimbulkan masalah etik
baru adalah jika manusia sebagai penyebab akar masalah yang
berulang–ulang.
BAB IV
PENUTUP

Dalam rumah sakit, terdiri atas beragam disiplin ilmu. Masing–masing


disiplin ilmu umumnya telah memiliki etik profesi yang harus diamalkan anggotanya.
Begitu pun dengan RSPW yang sebagai suatu institusi dalam memberikan pelayanan
kesehatan, harus berpedoman pada etika profesi masing–masing, etika profesi lainnya
dan etik rumah sakit agar tidak saling berbenturan.
Dalam operasional rumah sakit, tentu muncul berbagai isu etik yang mungkin
terjadi. Disinilah peran Direktur Rumah Sakit dibantu oleh KERS untuk menangani
masalah tersebut, yang dimulai dari identifikasi masalah, melakukan penelusuran
masalah yang timbul sampain dengan dilakukan pemecahan terhadap masalah yang
terjadi.
Dengan adanya panduan Dilema Etik Klinis ini diharapkan dapat
meminimalkan masalah etik yang terjadi sehingga tidak mengganggu operasional
rumah sakit dan dapat meningkatkan pelayanan rumah sakit.

DIREKTUR
RUMAH SAKIT PUTRA WASPADA

dr. L. KUSBANDONO, SpKK SH, MH, FINSDV

Anda mungkin juga menyukai