Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan yang baik, bermutu, professional dan diterima pasien
merupakan tujuan utama pelayanan rumah sakit. Namun hal ini tidak mudah
dilakukan dewasa ini. Meskipun rumah sakit telah dilengkapi dengan tenaga
medis, perawat dan sarana penunjang lengkap, masih sering terdengar
ketidakpuasan pasien akan pelayanan kesehatan yang mereka terima.
Pelayanan kesehatan dewasa ini jauh lebih kompleks dibandingkan
dengan beberapa dasawarsa sebelumnya. Beberapa faktor yang mendorong
kompleksitas pelayanan kesehatan pada masa kini antara lain :
1. Semakin kuat tuntutan pasien/masyarakat akan pelayanan kesehatan bermutu,
efektif dan efisien;
2. Standar pelayanan kesehatan harus sesuai dengan kemajuan ilmu dan
teknologi kedokteran;
3. Latar belakang pasien amat beragam (tingkat pendidikan, ekonomi, sosial dan
budaya) dan;
4. Pelayanan kesehatan melibatkan berbagai disiplin dan institusi.
Situasi pelayanan kesehatan yang kompleks ini seringkali menyulitkan
komunikasi antara pasien dan pihak penyedia layanan kesehatan. Komunikasi
yang baik amat membantu menyelesaikan berbagai masalah sedangkan
komuniaksi yang buruk akan menambah masalah dalam pelayanan kesehatan. Di
samping komunikasi yang baik, pelayanan kesehatan harus memenuhi kaidah-
kaidah profesionalisme dan etis. Untuk menangkal hal-hal yang berpotensi
merugikan berbagai pihak yang terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah
sakit dan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan maka perlu ditingkatkan
kemampuan tenaga kesehatan dalam menyelesaikan masalah-masalah medis dan
non-medis di rumah sakit dan tercipta struktur yang mendukung pelayanan
kesehatan secara profesional dan berkualitas. Salah satu upaya mencapai
pelayanan kesehatan yang bermutu dan professional di rumah sakit adalah dengan
memenuhi kaidah-kaidah yang tercantum dalam Kode Etik Rumah Sakit
Indonesia (KODERSI).
Kode Etik Rumah Sakit Indonesia memuat rangkaian nilai-nilai dan norma-
norma moral perumahsakitan Indonesia untuk dijadikan pedoman dan pegangan
bagi setiap insan perumahsakitan yang terlibat dalam penyelenggaraan dan

1
pengelolaan rumah sakit di Indonesia. KODERSI merupakan kewajiban moral
yang harus ditaati oleh setiap rumah sakit di Indonesia agar tercapai pelayanan
rumah sakit yang baik, bermutu, profesional dan sesuai dengan norma dan nilai-
nilai luhur profesi kedokteran. KODERSI pertama kali disahkan dalam Kongres
VI PERSI pada tahun 1993 di Jakarta. Dalam perjalanannya telah mengalami
perbaikan dan penyempurnaan.
Pada umumnya pedoman yang termuat dalam KODERSI berupa garis besar
atau nilai-nilai pokok yang masih memerlukan penjabaran yang lebih rinci dan
teknis. Untuk menjabarkan KODERSI dan menerapkannya dalam kebijakan
rumah sakit maka setiap rumah sakit dianjurkan membentuk Komite Etik Rumah
Sakit (KERS). Sedangkan di tingkat pengurus cabang/pusat, badan etik rumah
sakit Indonesia dinamakan Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit Indonesia
(MAKERSI). Dalam rangka melengkapi KODERSI maka perlu dibuat acuan
dasar prosedural dalam bentuk Pedoman Pengorganisasian Komite Etik
Rumah Sakit dan Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit Indonesia
(selanjutnya disingkat Pedoman). Dengan adanya pedoman ini diharapkan
penerapan KODERSI dalam pelayanan perumahsakitan menjadi kenyataan
sehingga rumah sakit di Indonesia mampu mengemban misi luhur dalam
meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Penyusunan Pedoman Pengorganisasian Komite Etik Rumah Sakit di
Rumah Sakit Putra Waspada (selanjutnya disingkat RSPW) merupakan suatu
kebutuhan untuk menyediakan acuan bagi seluruh karyawan RSPW yaitu
Pemilik, Pejabat Pengelola dan seluruh karyawan RSPW dalam bersikap dan
berperilaku berdasarkan nilai-nilai etika yang tinggi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terciptanya penerapan Kode Etik Rumah Sakit (KODERSI) dalam
pelayanan Rumah Sakit Putra Waspada sehingga meningkatkan
profesionalisme seluruh karyawan Rumah Sakit Putra Waspada dalam bersikap
dan berperilaku.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai panduan perilaku dan budaya kerja yang konsisten dalam
melaksanakan tugas dan kewajiban bagi seluruh anggota Rumah Sakit.
b. Sebagai sumber inspirasi dalam pengambilan keputusan.
c. Sebagai upaya preventif untuk mencegah penyalahgunaan kewenangan dan
kecurangan.

2
d. Sebagai upaya untuk memelihara keharmonisan guna mencegah timbulnya
benturan kepentingan.
e. Sebagai upaya untuk membina, meningkatkan dan mempertahankan
integritas, kejujuran dan profesionalisme.
f. Sebagai upaya untuk meningkatkan kepercayaan dan reputasi Rumah Sakit
dalam menjalin hubungan usaha dan interaksi dengan pihak ketiga.

C. Pengertian
Untuk memudahkan penerapan pedoman, perlu dirumuskan ketentuan
umum dan pengertian pokok sebagai berikut :
1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang telah ditentukan dan
diatur oleh peraturan perundang-undangan Negara Republik Indonesia. Rumah
Sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan merupakan unit sosial ekonomi, harus
mengutamakan tugas kemanusiaan dan mendahulukan fungsi sosialnya.
2. Insan Perumahsakitan adalah mereka yang terlibat dalam kegiatan
penyelenggaraan dan pengelolaan rumah sakit.
3. Kode Etik Rumah Sakit Indonesia adalah rangkuman norma-norma moral yang
telah dikodifikasi oleh PERSI sebagai organisasi profesi bidang perumahsakitan
di Indonesia.
4. Komite Etik Rumah Sakit (KERS) adalah suatu perangkat organisasi non
struktural yang dibentuk dalam rumah sakit untuk membantu pimpinan rumah
sakit dalam melaksanakan KODERSI.
5. Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) adalah organisasi yang
menghimpun dan mewakili rumah-rumah sakit di Indonesia.
6. Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit Indonesia (MAKERSI) adalah badan
otonomo PERSI yang dibentuk secara khusus di tingkat Pusat dan Daerah untuk
menjalankan KODERSI.
7. Pedoman Pengorganisasian Komite Etik Rumah Sakit merupakan pernyataan
umum tertulis yang menggambarkan standar etika yang tinggi yang diharapkan
dapat dilaksanakan oleh seluruh anggota Rumah Sakit dalam berusaha,
berinteraksi, dan beraktivitas lainnya yang berhubungan dengan pasien, rekanan,
pemilik, pemerintah, masyarakat dan stakeholder lainnya. Pedoman ini
dikembangkan berdasarkan Kode Etik Rumah Sakit (KODERSI), Badan Etik
Rumah Sakit Indonesia, filosofi usaha, budaya kerja dan budaya organisasi
Rumah Sakit, peraturan perundang-undangan, peraturan-peraturan internal
rumah sakit dan praktik-praktik bisnis yang sehat.

3
D. Landasan Hukum
Landasan Hukum penyusunan Pedoman ini ialah Anggaran Dasar &
Anggaran Rumah Tangga PERSI dan pelbagai peraturan perundang-undangan yang
relevan bagi tugas dan fungsi KERS dan MAKERSI.
Landasan peraturan perundang-undangan yang dimaksud ialah :
1. UU RI No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan;
2. UU RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
3. UU RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1045/MenKes/PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
Lingkungan Departemen Kesehatan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 42 Tahun 2018 tentang
Komite Etik Dan Hukum Rumah Sakit.

Sedangkan landasan ketentuan dan keputusan Perhimpunan Rumah Sakit


Seluruh Indonesia yang dimaksud ialah :
1. Anggaran Dasar Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia;
2. Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia;
3. Surat Keputusan Kongres PERSI VI, tentang pengesahan berlakunya Kode Etik
Rumah Sakit Indonesia, 1993;
4. Surat Keputusan Kongres PERSI VIII, tentang perbaikan dan penyempurnaan
KODERSI, 2000;
5. Surat Keputusan Kongres PERSI IX, tentang Tata Tertib Organisasi, 2003;
6. Surat Keputusan Kongres PERSI X, tentang perubahan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga PERSI, 2006;
7. Hasil Rapat Kerja PERSI di Balikpapan, 2008;
8. Surat Keputusan Kongres PERSI XI, 2009.
Adapun landasan ketentuan dan keputusan Pedoman Pengorganisasian
KERS di RSPW ialah :
1. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Putra Waspada No. 232/Kep/VI/2017
tentang Pemberlakuan Pedoman Pengorganisasian Komite Etik Rumah Sakit
Putra Waspada;
2. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Putra Waspada No. 475/Kep/XII/2017
tentang Perbaikan dan Penyempurnaan Pedoman Pengorganisasian Komite Etik
Rumah Sakit Putra Waspada.

4
BAB II

TATALAKSANA ORGANISASI KOMITE ETIK RUMAH SAKIT

A. Pembentukan KERS
1. Komite Etik Rumah Sakit (KERS) merupakan perangkat organisasi rumah sakit
dibentuk di Rumah Sakit dalam rangka membantu pimpinan rumah sakit
menerapkan Kode Etik Rumah Sakit (KODERSI) di rumah sakit.
2. Pembentukan KERS adalah wajib.
3. Ketua dan Anggota KERS dipilih dan diangkat oleh Direktur Rumah Sakit,
untuk selama masa bakti tertentu. KERS sekurang-kurangnya harus terdiri dari
seorang Ketua, seorang Wakil Ketua, seorang Sekretaris, dan 2 (dua) orang
Anggota, dengan jumlah seluruhnya paling banyak 7 (tujuh) orang.
4. Keanggotaan KERS harus mewakili berbagai profesi di dalam rumah sakit.
5. Dalam struktur organisasi rumah sakit, posisi KERS setingkat Direktur rumah
sakit dan komite medik rumah sakit. Selain itu KERS juga bisa berada di bawah
Direktur rumah sakit dan setingkat komite medik di rumah sakit.
6. Komite etik rumah sakit bertanggung jawab langsung kepada Direktur rumah
sakit atau yang mengangkatnya.
7. Bila dipandang perlu anggota KERS dapat berasal dari individu di luar rumah
sakit.
8. Syarat untuk dapat dipilih menjadi anggota KERS: berjiwa Pancasila, memiliki
integritas, kredibilitas sosial, dan profesional. Ia juga memiliki kepedulian dan
kepekaan terhadap masalah sosial, lingkungan dan kemanusiaan.
9. Keanggotaan KERS diupayakan tidak dirangkap dengan jabatan-jabatan
struktural di rumah sakit.

B. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab KERS


1. Secara umum KERS bertugas membantu pimpinan rumah sakit menerapkan
Kode Etik Rumah Sakit di rumah sakit, baik diminta maupun tidak diminta.
2. Secara khusus KERS memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab :
a. Melakukan pembinaan insan perumahsakitan secara komprehensif dan
berkesinambungan, agar setiap orang menghayati dan mengamalkan
KODERSI sesuai dengan peran dan tanggung jawab masing – masing di
rumah sakit. Pembinaan ini merupakan upaya preventif, persuasif, edukatif
dan korektif terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan atau

5
pelanggarana KODERSI. Pembinaan dapat dilakukan melalui pendidikan,
pelatihan, diskusi kasus dan seminar.
b. Memberi nasehat, saran dan pertimbangan terhadap setiap kebijakan atau
keputusan yang dibuat oleh pimpinan atau pemilik rumah sakit.
c. Membuat pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang
terkait dengan etika rumah sakit.
d. Menangani masalah-masalah etik yang muncul di dalam rumah sakit.
e. Memberi nasehat, saran dan pertimbangan etik kepada pihak-pihak yang
membutuhkan.
f. Membantu menyelesaikan perselisihan/sengketa medik yang terjadi di
lingkungan rumah sakit.
g. Menyelenggarakan pelbagai kegiatan lain yang dipandang dapat membantu
terwujudnya kode etik rumah sakit.
3. Dalam melaksanakan tugasnya KERS wajib menerapkan prinsip kerjasama,
koordinasi dan sinkronisasi dengan Komite Medik serta struktur lain di rumah
sakit sesuai dengan tugas masing-masing.
4. Pimpinan dan anggota KERS wajib mematuhi peraturan rumah sakit dan
bertanggung jawab kepada pimpinan rumah sakit serta menyampaikan laporan
berkala pada waktunya.
5. KERS dapat meminta saran, pendapat atau nasehat dari MAKERSI Daerah bila
menghadapi kesulitan.
6. KERS wajib memberikan laporan kepada MAKERSI Daerah mengenai
pelaksanaan KODERSI di rumah sakit, minimal sekali setahun.
7. KERS wajib melaporkan masalah etik yang serius atau tidak mampu ditangani
sendiri ke MAKERSI Daerah.

6
BAB III
NILAI-NILAI RUMAH SAKIT

Sistem nilai Rumah Sakit merupakan norma perilaku yang menjadi pegangan
secara moral untuk menentukan sesuatu hal dinilai baik atau buruk, terpuji atau
tercela, dihargai atau tidak dihargai. Sistem nilai tersebut mencakup nilai-nilai
(value), budaya kerja, budaya organisasi, etika kerja, etika usaha dan etika profesi.
Sistem nilai Rumah Sakit merupakan jiwa dan visi dan misi yang ditetapkan.
Visi Rumah Sakit Putra Waspada yaitu Menjadi Rumah Sakit terbaik di
Tulungagung tahun 2022 disertai tekad untuk memenuhi kepuasan pasien /
masyarakat. Adapun misi Rumah Sakit Putra Waspada adalah :
1. Menerapkan rumah sakit dengan manajemen yang transparan, efektif, dan
efisien;
2. Tersedianya sumberdaya manusia yang terampil, profesional, dan kompeten;
3. Memberikan Pelayanan Kesehatan Paripurna berbasis mutu dan keselamatan
pasien.

A. Nilai-nilai Rumah Sakit


Nilai-nilai Rumah Sakit terbentuk dan nilai-nilai yang diyakini secara
individu setiap anggota Rumah Sakit yang diaplikasikan dalam bentuk sikap,
tindak, dan ucapan, yang dapat menuntun Rumah Sakit mencapai tujuannya. Nilai-
nilai pribadi setiap anggota Rumah Sakit yang membentuk budaya Rumah Sakit
didasarkan atas falsafah Profesionalisme, Integritas, Kemitraan, Keadilan,
Kemandirian, dan Etika, dengan penjabaran sebagai berikut:
1. Profesionalisme
Yaitu keyakinan terhadap tatanan dalam memberikan pelayanan yang
berlandaskan pada kaidah ilmiah dan kaidah profesi serta tidak bertentangan
dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, dengan ciri-ciri: bertanggung
jawab, inovatif, kreatif, dan optimis.
2. Integritas
Yaitu berperilaku sebagai anggota yang beriman, jujur, kerja keras, disiplin,
berkomitmen, mendahulukan kepentingan organisasi, serta mampu menjaga
keseimbangan Emotional Quotion (EQ), Intelectual Quotion (IQ), dan Spiritual
Quotion (SQ).

7
3. Kemitraan
Yaitu penuh empati, berpikir positif, ikhlas, terbuka untuk pembaharuan
dalam mewujudkan keberhasilan bersama.
4. Keadilan
Yaitu menjunjung tinggi keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam
menjalankan tugas sesuai beban tugas dan kinerjanya, serta membuat keputusan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
5. Kemandirian
Yaitu mampu mengoptimalkan kapabilitas yang dimiliki, untuk
mewujudkan jati diri yang terpercaya, baik sebagai individu, tim maupun
organisasi.
6. Etika
Yaitu nilai yang dijunjung tinggi dalam pergaulan dengan klien, antar
sesama anggota tim kesehatan, antara petugas dengan pimpinan unit kerja
maupun etika dalam menjalankan profesi kesehatan dengan klien yang
berprinsip pada senantiasa mengutamakan kesehatan penderita (customer
oriented).

B. Budaya Kerja
Budaya kerja merupakan sikap/perilaku seseorang dalam melaksanakan kerja
sehari-hari yang bermutu dengan selalu berdasarkan nilai-nilai yang dianut,
sehingga dapat menjadi motivasi dan memberi inspirasi untuk senantiasa bekerja
Iebih baik. Rumah Sakit telah membangun budaya kerja yang harus dihayati dan
dilaksanakan oleh setiap anggota Rumah Sakit agar pelayanan kesehatan yang
dilakukan dapat memuaskan pasien (konsumen). Budaya kerja yang dipopulerkan
adalah ramah dalam pelayanan, taat pada peraturan dan menjunjung tinggi
kebersamaan.

C. Etika Kerja
Etika kerja mengatur hubungan yang Iebih bersifat kedalam (Rumah Sakit),
yakni antara anggota Rurnah Sakit dan Rumah Sakit secara umum baik sebagai
atasan, rekan kerja, maupun bawahan yaitu menjelaskan bagaimana seharusnya
seorang pegawai Rumah Sakit bersikap, berperilaku, dan berhubungan dengan
pihak di dalam Rumah Sakit.
Rumah Sakit berkeinginan untuk bergerak dan berkembang secara aktif dalam
bidang pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang mengutamakan upaya

8
penyembuhan dan pemulihan kesehatan dengan menjalin hubungan dengan pihak-
pihak yang berkepentingan.
Integritas, komitmen profesionalisme, dan keunggulan merupakan kerangka
acuan utama dalam menjalankan usahanya serta menyatu dengan tujuan utama yang
mencerminkan aspirasi anggota Rumah Sakit, stakeholders dan lingkungan.

D. Etika Usaha
Etika usaha mengatur hubungan yang Iebih bersifat ke luar Rumah Sakit,
yakni untuk selalu mentaati sepenuhnya semua peraturan perundangan yang
berlaku dalam melakukan kegiatan / transaksi usahanya dengan pihak di luar
Rumah Sakit. Apabila peraturan perundangan itu tidak lengkap, sehingga
memberikan kesan yang dapat diinterpretasikan sebagai ada peluang, Rumah Sakit
tetap memilih bersikap jujur dengan integritas yang tinggi.
Bertindak jujur akan selalu dihargai cialam budaya dan tradisi manapun.
Integritas dan reputasi yang baik dalam melakukan kegiatan usaha merupakan
modal yang sangat berharga bagi Rumah Sakit. Sebaliknya ketidakjujuran dapat
menyebabkan kemerosotan moral dikalangan anggota Rumah Sakit, pengambilan
keputusan yang salah, dan dapat menyebabkan penilaian yang negatif bagi citra
Rumah Sakit. Secara khusus Rumah Sakit hanya menghargai anggota Rumah Sakit
yang berlaku jujur dalam melakukan tugasnya.

E. Kode Etik Profesi


Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit dilakukan oleh tenaga medis, tenaga
paramedis dan tenaga kesehatan lainnya yang merupakan profesi yang tunduk pada
kode etik profesinya masing-masing :
1. Tenaga medis atau dokter harus tunduk dan patuh pada Kode Etik Dokter yang
berlaku dan disepakati oleh Ikatan Dokter Indonesia.
2. Tenaga paramedis harus tunduk dan patuh pada Kode Etik Perawat Indonesia
yang dikeluarkan oleh Majelis Kehormatan Etik Keperawatan.
3. Tenaga Tenaga kesehatan lainnya harus tunduk dan patuh pada Kode Etik yang
dikeluarkan oleh Majelis Kehormatan Etik masing-masing profesi.

F. Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah keyakinan dasar yang melandasi pola sikap dan
pola hubungan dalam tim kerja Rumah Sakit dan/atau antar unit kerja dalam
mewujudkan efektivitas kinerja organisasi.

9
Seluruh unsur dalam Rumah Sakit wajib berkomitmen tinggi dalam
mewujudkan budaya organisasi dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kepada
masyarakat dan kinerja organisasi. Rumah Sakit berkewajiban menyusun program
dan kegiatan yang mendorong tumbuh dan berkembangnya budaya organisasi
Rumah Sakit. Unsur-unsur penting dalam budaya organisasi adalah bekerja dalam
tim work dan selalu berfikir kedepan.

10
BAB IV
ETIKA KERJA

Etika kerja menjelaskan bagaimana seharusnya seorang anggota Rumah Sakit


bersikap, berperilaku, dan berhubungan dengan pihak-pihak di dalam Rumah Sakit
baik sebagai atasan, rekan kerja, maupun bawahan.

A. Penerapan Nilai-nilai Rumah Sakit, Budaya Kerja dan Budaya Organisasi


Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) telah menyusun Kode
Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI), yang memuat rangkuman nilai-nilai dan
norma-norma perumahsakitan guna dijadikan pedoman bagi semua pihak yang
terlibat dan berkepentingan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan
perumahsakitan di Indonesia sebagaimana terlampir.
Setiap anggota Rumah Sakit wajib menghayati nilai – nilai, norma – norma,
budaya kerja dan budaya organisasi Rumah Sakit serta mengimplementasikan
dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya.

B. Loyalitas dan Komitment kepada Rumah Sakit

Setiap anggota Rumah Sakit harus memiliki keyakinan bahwa loyalitas


kepada Rumah Sakit dapat mendorong totalitas dalam menjalankan tugas,
kewajiban, dan tanggung jawabnya dengan bekerja keras, cermat, taktis serta ikhlas
untuk meningkatkan nilai Rumah Sakit.
1. Kedisiplinan
Setiap anggota Rumah Sakit wajib mentaati semua peraturan yang telah
ditetapkan oleh Rumah Sakit, antara lain; jam masuk kerja, jam pulang kerja,
memakai seragam dan atributnya, pemenuhan hari kerja, panggilan tugas, baik
didalam maupun diluar jam kerja, memberikan pelayanan yang baik kepada
pasien dan masyarakat, serta mematuhi sistem dan prosedur kerja yang berlaku.
Untuk mewujudkan disiplin tersebut, maka setiap anggota Rumah Sakit
hendaknya secara konsekuen untuk :
a. Melaksanakan perencanaan dan program kerja yang telah ditetapkan Rumah
Sakit;
b. Melaksanakan segala peraturan yang ditetapkan;
c. Melaksanakan perintah atasan yang telah disanggupinya;
d. Mentaati jam kerja yang telah ditetapkan;
e. Datang tepat waktu pada acara-acara rapat atau janji yang telah disanggupi;

11
f. Mengenakan seragam dan atribut yang telah ditetapkan;
g. Melaksanakan dan mentaati prosedur kerja yang telah ditetapkan;
h. Tidak menggunakan jam kerja untuk urusan lain diluar kedinasan;
i. Cepat dan tepat dalam rnelaksanakan tugasnya dengan tidak mengabaikan
tertib teknis dan administrasi;
j. Bekerja penuh ketekunan dan jujur;
k. Memberikan keteladanan, terutama bagi para pimpinan /atasan/pejabat
wajib memberikan contoh dan memelihara moral yang tinggi secara
konsisten dan konkret kepada staf, yang tercermin dan perenungan dan
pemenuhan pertanyaan-pertanyaan berikut :
1) Sudahkah sebagai pimpinan secara sadar mengetahui peraturan-peraturan
yang diberikan oleh Rumah Sakit?
2) Apakah sebagai pimpinan merasa patut untuk datang bekerja lebih lambat
dari anak buah?
3) Apakah sebagai pimpinan merasa patut untuk dengan sengaja
menyimpang dari aturan yang ada, sementara selalu menuntut kepada
anak buah kita untuk patuh kepada peraturan yang ada?
4) Apakah sebagai pimpinan merasa patut datang pada rapat-rapat melewati
jam yang telah ditentukan?
5) Apakah sebagai pimpinan merasa patut memiliki tingkah laku yang tidak
terpuji ?
2. Tugas Dinas
Setiap anggota Rumah Sakit wajib melaksanakan tugas sebaik-baiknya
dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab. Setiap anggota
Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas selalu tepat waktu, bersikap ramah dan
menghormati hak-hak pasien. Setiap anggota Rumah Sakit tidak diperbolehkan
melakukan tugasnya untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain;
bertindak selaku perantara bagi pihak lain untuk mendapatkan pekerjaan atau
pesanan dari Rumah Sakit.
3. Mutasi dan Promosi
Setiap pegawai Rumah Sakit wajib bersedia dimutasikan dan / atau
dipromosikan antar Unit maupun antar jabatan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
4. Pendidikan dan Pelatihan
Setiap pegawai Rumah Sakit yang ditunjuk wajib bersedia mengikuti
pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh internal maupun eksternal

12
Rumah Sakit. Hasil pendidikan dan pelatihan eksternal wajib dilaporkan secara
tertulis kepada Pejabat Pengelola.

C. Gratifikasi dan Suap


Dalam melakukan interaksi dan hubungan usaha dengan stakeholders Rumah
Sakit, setiap anggota Rumah Sakit dituntut untuk bersikap profesional, jujur, dan
terbuka.
1. Gratifikasi
Gratifikasi dapat didefinisikan sebagai suatu pemberian dalam arti luas baik
berupa uang dan yang disetarakan dengan uang maupun dalam bentuk materi
lainnya. Uang dan yang disetarakan meliputi antara lain, uang tunai, cek,
tabungan, bilyet giro, komisi, rabat, potongan harga, pinjaman tanpa bunga,
tip/persenan, dan sejenisnya. Hadiah dalam bentuk materi lainnya pada
umumnya meliputi cinderamata, bingkisan, tiket perjalanan, tiket pertunjukan,
fasilitas pengobatan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, dan lain-lain.
Hadiah yang diberikan berkaitan dengan hubungan usaha pada dasarnya
dilarang. Setiap anggota Rumah Sakit dilarang menerima hadiah atau sesuatu
pemberian berupa apa saja dan siapapun juga yang diketahui atau patut dapat
diduga bahwa pemberian itu bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan
jabatan atau pekerjaan anggota Rumah Sakit yang bersangkutan.
Apabila karena sesuatu hal anggota Rumah Sakit dihadapkan pada keadaan
yang tidak dapat memungkinkan untuk menolak hadiah / pemberian, maka yang
bersangkutan wajib segera melaporkannya kepada atasan langsung dan pejabat
puncak di unit kerja masing-masing dengan tembusan Bagian Tata Usaha
dengan tata cara sebagai berikut :
a. Laporan disampaikan secara tertulis dengan melampirkan dokumen yang
berkaitan dengan hadiah / pemberian tersebut.
b. Laporan tersebut sekurang-kurangnya memuat :
1) Nama dan alamat lengkap penerima dan pemberi hadiah / pemberian
2) Jabatan penerima hadiah / pemberian
3) Tempat dan waktu penerimaan
4) Uraian jenis hadiah / pemberian
5) Nilai hadiah / pemberian

13
Namun demikian anggota Rumah Sakit diperbolehkan menerima hadiah
yang tidak berkaitan dengan hubungan usaha. Bentuk hadiah/ pemberian yang
diperbolehkan antara lain :
a. Honorarium, tiket perjalanan, fasilitas antar jemput sebagai pembicara,
narasumber dan sejenisnya dalam kegiatan seminar, lokakarya, ataupun
diskusi yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
serta mendapat persetujuan tertulis dari pejabat yang berwenang.
b. Honorarium atau imbalan atas karya tulis yang dimuat di media massa
ataupun dipublikasikan dalam bentuk buku sebagai sarana peningkatan
kapasitas atau pengembangan profesi.
c. Hadiah yang didasarkan pada hubungan kekeluargaan/kekerabatan yang
jelas, yang diberikan atau diterima dengan maksud-maksud yang tidak ada
kaitannya dengan kepentingan Rumah Sakit dengan nilal intrinsik relatif
rendah (misalnya dalam acara resepsi perkawinan, ulang tahun, syukuran,
dan sejenisnya).
d. Barang-barang untuk tujuan promosi seperti buku agenda, kalender,
gantungan kunci, alat tulis, kaos, dan barang sejenis lainnya yang
berogo/beratribut Rumah Sakit yang secara intrinsik bernilai rendah.
2. Suap
Suap dapat didefinisikan sebagai suatu perbuatan memberi atau menjanjikan
sesuatu kepada seorang pejabat atau seorang yang memiliki wewenang, dengan
maksud agar yang bersangkutan berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya. Suap merupakan praktek
usaha yang tidak sehat dan tindakan yang melanggar hukum. Suap dapat
berupa korupsi, kolusi, dan nepotisme. Setiap anggota Rumah Sakit wajib
menghindarkan diri dari penyuapan dengan tidak menerima atau memberi
dalam bentuk apapun :
a. Yang diketahui atau patut disangka bahwa apa yang diterima atau yang
diberikan itu berhubungan dengan jabatannya.
b. Yang bertujuan untuk membujuk agar dalam jabatannya melakukan atau
tidak melakukan sesuatu yang berlawanan dengan hukum/peraturan yang
berlaku.
c. Yang diketahui bahwa sesuatu yang diterima atau diberikan itu
berhubungan dengan apa yang telah dilakukan atau dialpakan dalam
jabatannya yang berlawanan dengan kewajibannya.

14
D. Jamuan Bisnis
Jamuan bisnis adalah kegiatan pemberian akomodasi tamu Rumah Sakit yang
wajar dalam kegiatan bisnis ataupun sosial. Jamuan bisnis harus dihindari jika ada
tendensi akan mempengaruhi obyektivitas keputusan bisnis, dan terlalu sering
dilakukan. Jamuan bisnis diperbolehkan jika :
a. Berkaitan dengan kepentingan usaha Rumah Sakit sesuai dengan praktek bisnis
yang lazim
b. Nilainya tidak berlebihan (wajar) dan tidak dapat diklasifikasikan sebagai bentuk
hadiah/pemberian atau suap
c. Tidak melanggar hukum atau etika yang berlaku.
d. Tidak menurunkan citra Rumah Sakit atau anggota Rumah Sakit apabila
diketahui oleh umum
e. Dalam hal pemberian jamuan bisnis, wajib mendapat persetujuan secara tertulis
atau lisan dan pejabat yang berwenang sehingga dapat dibayar dan dicatat oleh
Rumah Sakit sebagai biaya usaha yang wajar.

E. Pertentangan Kepentingan (Conflict of interest)


Dalam melakukan transaksi atau suatu hubungan usaha dengan rekanan,
pasien, dan pihak ketiga lainnya terkadang timbul suatu situasi yang dapat
menciptakan pertentangan kepentingan dan berpotensi menghilangkan independensi
dan objektivitas anggota Rumah Sakit. Pertentangan kepentingan dapat
didefinisikan sebagai seseorang yang mempunyai dua atau lebih kepentingan yang
saling bertentangan yaitu antara kepentingan Rumah Sakit dan pribadi. Hal ini bisa
terjadi pada sebuah hubungan, peristiwa atau pertimbangan material tertentu
dimana obyektivitas atau pertimbangan profesional telah dikesampingkan.
Anggota Rumah Sakit tidak diperkenankan menempatkan diri pada posisi atau
situasi yang dapat menimbulkan pertentangan kepentingan antara dirinya dengan
Rumah Sakit atau dengan rekanan Rumah Sakit. Keputusan yang diambil anggota
Rumah Sakit harus netral tidak boleh ada pengaruh kepentingan pribadi maupun
keluarga yang dapat secara sadar atau tidak sadar mempengaruhi pertimbangan
terbaiknya bagi kepentingan Rumah Sakit dan rekanannya.
Pertentangan kepentingan dapat diminimalkan I dihindari dengan cara :
a. Menghindari kepentingan keuangan secara signifikan pada perorangan/lembaga
yang menjalin hubungan usaha/berusaha menjalin dengan Rumah Sakit.
b. Tidak menggunakan dokumen maupun informasi penting dan rahasia untuk
kepentingan pribadi.

15
c. Tidak bertindak sebagai perantara untuk kepentingan pihak ketiga dalam
bertransaksi yang melibatkan Rumah Sakit dan kepentingannya.
d. Mengklarifikasi kapan seseorang bertindak selaku pribadi atau sebagai anggota
Rumah Sakit.
e. Mengungkapkan setiap kemungkinan pertentangan kepentingan sebelum suatu
transaksi/perjanjian dilaksanakan.
f. Tidak menjabat sebagai Dewan Pengawas, Direksi, Pejabat kunci, maupun
menjadi Pegawai pada rumah sakit lain yang menjalin/berusaha menjalin
hubungan usaha dengan Rumah Sakit.

F. Penggunaan Wewenang dan Jabatan


Setiap anggota Rumah Sakit wajib memastikan bahwa penggunaan wewenang
dan jabatan adalah bebas dari KKN, dengan senantiasa menghindari perbuatan atau
tindakan berikut :
a. Menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan pribadi atau golongan tertentu.
b. Melakukan kegiatan yang langsung atau tidak langsung merugikan kepentingan
Rumah Sakit atau Negara.
c. Menyalahgunakan barang inventaris, uang atau surat-surat berharga milik
Rumah Sakit.
d. Melakukan kejahatan bersama atasan, teman sejawat, bawahan atau orang lain
didalam maupun diluar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk kepentingan
pribadi, golongan atau pihak lain yang secara Iangsung atau tidak langsung
merugikan Rumah Sakit.
e. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahan.
f. Melakukan tindakan sewenang-wenang kepada pasien dan calon pasien.

G. Pemeliharaan Lingkungan Rumah Sakit


Lingkungan kerja yang bersih, aman, dan nyaman merupakan salah satu faktor
untuk meningkatkan produktivitas kerja. Rumah Sakit dan seluruh anggota Rumah
Sakit harus selalu tanggap terhadap pemeliharaan Iingkungan dengan melakukan
hal-hal berikut :
1. Menghindari perilaku yang tidak sesuai dengan norma kerja dan norma
kesusilaan agar terjaga keamanan lingkungan Rumah Sakit, yakni:
a. Meminum minuman keras serta menyalahgunakan obat-obatan terlarang di
lingkungan kantor maupun di luar kantor.
b. Melakukan segala bentuk perjudian di lingkungan kantor maupun di luar
kantor.

16
c. Melakukan tindakan/perbuatan asusila/amoral yang tidak sesuai dengan nilai-
nilai kesopanan dan agama yang ada.
d. Penganiayaan, fitnah, penghinaan secara kasar, serta mengancam atasan,
bawahan, dan rekan kerja.
e. Membujuk atasan, bawahan, dan rekan kerja untuk melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan hukum dan kesusilaan.
f. Membuka rahasia Rumah Sakit atau mencemarkan nama baik pimpinan
maupun pegawai Rumah Sakit dan keluarganya yang seharusnya
dirahasiakan, kecuali untuk kepentingan Rumah Sakit dan negara.
g. Melakukan tindak pencurian barang atau uang aset Rumah Sakit atau yang
merupakan milik pegawai lain.
h. Membawa senjata tajam atau benda yang dapat dipergunakan untuk
melakukan ancaman dan tindak kekerasan di Iingkungan kerja, kecuali tugas
dan fungsi anggota Rumah Sakit yang mewajibkan hal tersebut.
2. Menjaga kebersihan lingkungan kerja termasuk membuang sampah pada
tempatnya serta kerapian penyimpanan dokumen dan perlengkapan kerja.
3. Menjaga kesehatan dan keselamatan kerja.
4. Berpenampilan dan berbusana secara rapi dan bersahaja di dalam lingkungan
kantor maupun di luar kantor.

H. Perlindungan Aset, Informasi dan Rahasia Pasien


1. Pada dasarnya aset Rumah Sakit hanya digunakan untuk kepentingan Rumah
Sakit Aset Rumah Sakit dilarang digunakan untuk kepentingan pihak tertentu
baik pada jam kerja maupun diluar jam kerja. Program perlindungan aset Rumah
Sakit meliputi :
a. Setiap anggota Rumah Sakit dilarang menyalahgunakan barang-barang atau
uang atau surat berharga milik Rumah Sakit.
b. Setiap anggota Rumah Sakit dilarang memiliki, menjual, membeli,
menggadaikan, menyewakan atau meminjamkan barang-barang berharga
milik rumah sakit secara tidak sah.
c. Setiap anggota Rumah Sakit dilarang membuka/menambah jasa layanan baru
yang tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku.
d. Setiap anggota Rumah Sakit dilarang merujuk pasien Rumah Sakit kepada
Rumah Sakit lainnya yang tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku.
e. Setiap anggota Rumah Sakit dilarang memanfaatkan fasilitas Rumah Sakit
untuk kepentingan pribadi dan tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku.
f. Melakukan penagihan jasa layanan tanpa melalui prosedur yang berlaku.

17
2. Program perlindungan informasi dimaksudkan agar setiap anggota Rumah Sakit
tidak mengungkapkan kerahasiaan informasi Rumah Sakit kepada pihak
manapun tanpa ijin. Yang dimaksud informasi rahasia adalah informasi yang
tidak tersedia di publik dan tidak diniatkan untuk dipublikasikan ( misalnya,
rencana prodük, strategi investasi, strategi pemasaran, dan sebagainya).
3. Program perlindungan Rahasia Pasien :
Setiap anggota Rumah Sakit wajib menjaga rahasia pasien sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku dengan menjaga, memelihara dan
penyimpan dokumen rekam medik sebaik-baiknya. Pejabat Pengelola wajib
menetapkan kebijakan pengelolaan rekam medik. Pemanfaatan (disclose) rekam
medik untuk peradilan harus seijin pasien yang bersangkutan dan/atau atas
perintah pengadilan.
Pemanfaatan rekam medik untuk kebutuhan penyidikan dan/atau keperluan
asuransi harus seijin pasien yang bersangkutan dan pimpinan (direktur) Rumah
Sakit. Pemanfaatan rekam medik untuk pendidikan dan penelitian tenaga
kesehatan atau peserta didik atas seijin dan sepengetahuan pimpinan (direktur)
Rumah Sakit.

I. Kesadaran terhadap Biaya


Setiap anggota Rumah Sakit wajib memilki “kesadaran terhadap biaya”
dengan melakukan upaya-upaya sebagai berikut :
1. Mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan Rumah Sakit
2. Menggunakan sumber daya Rumah Sakit secara hemat sesuai dengan kebutuhan.
3. Meminta penggantian/pembebanan biaya dengan dilandasi kejujuran dan
tanggung jawab serta didukung dengan dokumen yang lengkap sesuai dengan
aturan dan kebijakan Rumah Sakit.

J. Integritas Pelaporan
Untuk menghasilkan laporan-laporan yang bisa dipertanggung jawabkan,
akurat dan tepat waktu kepada manajemen, pemilik, dan pihak yang berkepentingan
lainnya (stakeholders) sangat tergantung pada usaha Rumah Sakit untuk
menyediakan data yang diperukan. Oleh karena itu, semua catatan resmi mengenai
kegiatan/transaksi Rumah Sakit harus akurat, jujur lengkap, dan tepat waktu tanpa
adanya pembatasan dalam bentuk apapun, akurasi tercermin dalam dua hal, yaitu
dokumentasi fakta dan penilaian yang wajar.
Rumah Sakit tidak akan membiarkan adanya manipulasi pembayaran yang
dilakukan dengan mengalihkan pembayaran melalui catatan atau rekening pihak

18
ketiga. Setiap petugas yang bertanggungjawab terhadap pembukuan wajib dan
harus berlaku jujur, obyektif, akurat dan setia. Setiap kesalahan yang disengaja
ataupun kegiatan yang menyesatkan dalam melakukan pembukuan akan ditindak
sesuai dengan hukum yang berlaku.

K. Aktivitas Politik
Setiap anggota Rumah Sakit tidak dapat dikaitkan dengan dukungan partai
politik, sehingga tidak dapat menggunakan asset / fasilitas Rumah Sakit dan
wewenangnya untuk menyuruh dan menekan pegawai lain untuk mendukung
parpol tertentu dan wakilnya.
Setiap anggota Rumah Sakit dilarang menjadi pengurus / anggota partai politik,
calon legislatif, dan calon eksekutif. Anggota Rumah Sakit yang aktif dalam
aktivitas politik wajib mengundurkan diri dari Rumah Sakit sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Rumah Sakit tidak menghalangi kontribusi pribadi setiap anggota Rumah Sakit
untuk melaksanakan aktivitas politik yang menjadi pilihan. Kontribusi tersebut
merupakan hak dan tanggung jawab pribadi masing-masing dan tidak menggunakan
nama ataupun atribut lain Rumah Sakit.

L. Menjaga Nama Baik Rumah Sakit


Dalam rangka menjaga dan memelihara citra / nama baik Rumah Sakit, setiap
anggota Rumah Sakit tidak diperbolehkan :
1. Melakukan perbuatan/tindakan yang menyebabkan tercemarnya nama baik
Rumah Sakit.
2. Memberikan keterangan yang bukan wewenangnya kepada pihak lain yang dapat
menimbulkan keresahan.
3. Menerima sesuatu dalam bentuk apapun yang merugikan Rumah Sakit dalam
rangka pelaksanaan tugas dan pelayanan kepada masyarakat atau pasien.
4. Menarik pembayaran jasa layanan tidak sesuai prosedur yang berlaku.
5. Melakukan ikatan kerja sama dengan pihak ketiga baik perorangan maupun
Badan Hukum lain tanpa sepengetahuan Pejabat Pengelola.

19
BAB V
ETIKA USAHA

Etika Usaha berikut ini menjelaskan bagaimana anggota Rumah Sakit beretika,
bersikap dan bertindak dalam berhubungan dengan pihak-pihak di luar Rumah
Sakit.

A. Komitmen Mewujudkan Tata Kelola


1. Rumah Sakit bertekad mewujudkan tata kelola melalui penerapan prinsip-
prinsip transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban dan
kewajaran untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas Rumah
Sakit dengan tujuan mewujudkan kesejahteraan stakeholders (masyarakat,
pasien, Pegawai dan Pemilik) secara berkesinambungan dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya :
a. Transparansi (keterbukaan) dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan mengemukakan informasi materiil dan relevan
mengenai Rumah Sakit;
b. Akuntabilitas (kejelasan) fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban
organ Rumah Sakit sehingga pengelolaan Rumah Sakit terlaksana secara
efektif;
c. Pertanggungjawaban (kesesuaian) di dalam pengelolaan Rumah Sakit
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
bisnis yang sehat;
d. Kemandirian suatu keadaan dimana Rumah Sakit dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dan
pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan prinsip-prinsip bisnis yang sehat;
e. Kewajaran (keadilan dan kesetaraan) didalam memenuhi hak-hak
stake holders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Dalam mewujudkan tata kelola setiap anggota Rumah Sakit
menekankan pada pelaksanaan etika usaha yang kuat dan konsisten
dengan :
a. Menghindari kepentingan pribadi yang berbenturan dengan
kepentingan Rumah Sakit, atau yang dapat mempengaruhi

20
pertimbangan atau tindakan dalam pelaksanaan tugas yang menjadi
tanggung jawabnya.

21
b. Tidak memiliki hubungan usaha, keuangan atau hubungan lain
dengan rekanan dan mitra Rumah Sakit, yang mungkin dapat
merusak kemandirian Rumah Sakit.
c. Setiap anggota Rumah Sakit wajib menjaga keamanan dan
kerahasiaan data dan informasi Rumah Sakit, pasien, rekanan dan
pihak-pihak berkepentingan lainnya.

B. Hubungan dengan stakeholders utama


1. Pegawai
Rumah Sakit memandang Pegawai yang terdiri dan tenaga medis, tenaga
kesehatan lainnya dan tenaga lainnya di Rumah Sakit sebagai salah satu aset
yang memiliki kekuatan besar dalam menunjang keberhasilan Rumah Sakit
dalam rangka pencapaian visi dan tujuan. Rumah Sakit peduli dan akan
memusatkan perhatiannya pada pengembangan sumberdaya manusia untuk
mencapai peningkatan produktivitas kerja. Kebijakan Rumah Sakit daam
berhubungan dengan Pegawai adalah sebagai berikut:
a. Rumah Sakit dan Pegawal saling menghormati hak dan kewajiban
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Rumah Sakit mendorong kesempatan kerja / karir yang sama bagi setiap
Pegawai. Rumah Sakit menggunakan kemampuan bekerja, kualifikasi, dan
kriteria yang terkait dengan hubungan kerja sebagai dasar dalam mengambil
keputusan mengenai hubungan kerja antara Rumah Sakit dan Pegawai.
c. Rumah Sakit memberikan dukungan dan kesempatan kepada seluruh Pegawai
untuk mengernbangkan kemampuan dan profesionalisme melalui pendidikan
formal maupun informal seperti pelatihan, kursus, seminar, dan lokakarya.
d. Rumah Sakit menyediakan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan bebas
dan segala bentuk tekanan yang mungkin timbul akibat adanya perbedaan-
perbedaan yang melekat pada setiap individu Pegawai.
e. Rumah Sakit memberi penghargaan kepada Pegawai dan unit kerja yang
memiliki catatan prestasi terbaik di Rumah Sakit.
f. Rumah Sakit akan memberikan jasa pelayanan (JP) kepada Pegawai,
termasuk Dewan Pengawas dan Pejabat Pengelola sebagai imbalan atas
prestasi kerjanya sesuai dengan hasil perhitungan remunerasi.
g. Rumah Sakit berkomitmen untuk senantiasa mematuhi peraturan perundang-
undangan tentang kesehatan dan keselamatan kerja bagi Pegawai. Bangunan,
tata letak fasilitas dan alat-alat kerja harus memenuhi stándar keselamatan
kerja yang tinggi.

22
h. Rumah Sakit berupaya membangun komunikasi dua arah yang efektif, balk
melalui prosedur informasi dan konsultasi yang diseenggarakan oleh Rumah
Sakit maupun respon aktif atas saran dan kritik atau nasihat konstruktif dan
Pegawai, dan menjadikan saran tersebut sebagai acuan penting bagi
pengambilan keputusan.
i. Rumah Sakit menjamin kebebasan atas informasi pribadi Pegawai untuk
dirahasiakan. Rumah Sakit akan mengumpulkan, menyimpan dan menjamin
keamanan informasi pribadi dan Pegawai yang dibutuhkan untuk efektivtas
operasional dan / atau yang dibutuhkan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
j. Setiap Pegawai harus menghindari kepentingan pribadi yang berbenturan
dengan kepentingan Rumah Sakit, atau yang dapat mempengaruhi
pertimbangan atau tindakan dalam pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya.
k. Pegawai tidak boleh memiliki hubungan usaha, keuangan atau hubungan lain
dengan rekanan dan mitra Rumah Sakit, yang mungkin dapat merusak
kemandirian Rumah Sakit. Pedoman yang dapat diterapkan pada hampir
semua situasi benturan :
1) Pegawai harus menghindari adanya kepentingan finansial dengan rekanan
dan mitra Rumah Sakit lainnya.
2) Pegawai harus menghindari prakarsa atau persetujuan tindakan
kepegawaian yang mempengaruhi imbalan atau tindakan disiplin Pegawai
dimana mereka memiliki hubungan keluarga atau keterlibatan pribadi.
3) Pegawai tidak diperkenankan menggunakan aset Rumah Sakit untuk
keuntungan pribadi, kecuali atas persetujuan Pejabat Pengelola. Pegawai
tidak diperbolehkan menjalankan usaha pribadi dengan mengatasnamakan
nama Rumah Sakit, menggunakan aset Rumah Sakit dan jam kantor.
l. Rumah Sakit menyediakan tempat kerja, sarana dan peralatan kerja dan alat
pelindung diri yang dibutuhkan daam pelaksanaan tugas sehari-hari sehingga
dapat bekerja secara produktif.
m. Setiap kelompok profesional sejenis di Rumah Sakit dapat dibentuk sebuah
komite sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hubungan antara
kelornpok profesional (komite) diarahkan dan disinergikan untuk terwujudnya
peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.

23
2. Pasien
Jasa Iayanan kesehatan merupakan sumber pendapatan pokok untuk
menjamin kelangsungan usaha Rumah Sakit. Kelancaran penerimaan
pembayaran jasa Iayanan tergantung kepada terbentuknya hubungan yang saling
menguntungkan bagi Rumah Sakit dan pasien. Dalam pelayanan kepada pasien
Rumah Sakit berkomitmen untuk memberikan pelayanan 24 (dua puluh empat)
jam, dengan menerapkan prinsip terbuka, integritas, transparan, adil dan
akuntabel untuk menciptakan hubungan yang saling menguntungkan.
Berikut ini adalah kebijakan Rumah Sakit dalam berhubungan dengan pasien.
a. Rumah Sakit menghormati hak-hak pasien sesuai dengan kaidah-kaidah
profesi medis yang dibuat oleh Rumah Sakit, kebijakan hubungan pasien,
maupun Peraturan Daerah yang berlaku. Rumah Sakit menjamin pemulihan
hak pasien yang dirugikan karena penyimpangan medis (malpraktek) terhadap
pasien.
b. Rumah Sakit secara aktif menggali keinginan dan kebutuhan pasien, baik
melalui survei kepuasan pasien maupun saluran pengaduan dan pasien yang
dibuka oleh Rumah Sakit.
c. Rumah Sakit memberikan perlakuan atau pelayanan yang sama tanpa
membedakan kepada semua pasien. Rumah Sakit berkomitmen untuk
senantiasa melakukan upaya-upaya guna mempertahankan dan
menjaga agar pemberian jasa Iayanan sesuai dengan Standar
Pelayanan Minimum.
d. Rumah Sakit senantiasa memberikan informasi secara akurat, engkap
dan tepat pada waktunya mengenai jasa pelayanan kesehatan, serta
hak dan kewajiban calon pasien. Setiap perubahan kebijakan
berkaitan dengan hak dan kewajiban pasien, termasuk kebijakan tarif
serta prosedur pelayanan jasa medis dan pengaduan, senantiasa
disosiaisasikan kepada pasien.
e. Rumah Sakit senantiasa meneliti alasan yang meIatarbelakangi
pengaduan pasien dan segera mengambil tindakan yang tepat untuk
menghindari terulangnya pengaduan tersebut. Selain itu bila dianggap
perlu akan menegur
a. kepada setiap Pegawai yang terkait dengan pengaduan tersebut
tentang kesalahan yang telah diperbuatnya atau kelemahan teknis
yang ada dalam praktek.
f. Rumah Sakit senantiasa menjaga rahasia pasien kecuali atas
permintaan pasien dan/atau perintah undang-undang (peradilan).

24
3. Hubungan dengan stakeholders Iainnya
a. Lingkungan dan Masyarakat
Salah satu tujuan pendirian Rumah Sakit adalah turut berperan
dalam usaha Pemerintah Kabupaten Tulungagung untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat. Rumah Sakit menyadari
tanggung jawabnya kepada masyarakat dan telah meaksanakan
serangkaian tindakan dalam memenuhinya.
Berikut ini adalah kebijakan Rumah Sakit dalam berhubungan dengan
lingkungan dan masyarakat.
1) Rumah Sakit berkornitmen untuk senantiasa meakukan upaya-upaya
perlindungan guna mempertahankan kualitas lingkungan sekitar
Rumah Sakit terhadap pencemaran yang timbul dan sampah medis
Rumah Sakit.
2) Rumah Sakit melakukan berbagai upaya untuk menjadi warga yang
dapat diterima sebagai bagian yang tidak terpisahkan dan masyarakat,
serta mendapatkan dukungan dan masyarakat sekitar tempat usaha
Rumah Sakit. Dengan demikan Rumah Sakit akan turut serta
memelihara lingkungan hidup yang bersih dan sehat, serta ketertiban
di sekitar Rumah Sakit. Rumah Sakit membangun dan membina
hubungan yang baik dengan masyarakat di sekitar tempat usaha
Rumah Sakit.
3) Rumah Sakit mendorong timbulnya rasa ikut memiliki bagi masyarakat
sekitar Rumah Sakit dengan tujuan agar turut serta menjaga asset dan
kepentingan-kepentingan Rumah Sakit di lingkungannya.
4) Rumah Sakit melaksanakan kegiatan sosial dan pendidkan sebagal
perwujudan tanggung jawab sosial Rumah Sakit terhadap masyarakat
lingkungan di sekitar Rumah Sakit beroperasi.
5) Dana atau aset Rumah Sakit tidak boleh digunakan untuk kepentingan
partai politik atau calon partai politik balk secara Iangsung maupun
tidak langsung. Penerapan larangan hanya untuk penggunaan dana
atau aset Rumah Sakit untuk tujuan politik dan tidak diartikan untuk
mengecilkan Pegawai dan kontribusi pribadi kepada calon atau partai
poitik yang dipilih.

25
6) Seluruh anggota Rumah Sakit mematuhi setiap peraturan perundang-
undangan yang berlaku yang mengatur keterlibatan Rumah Sakit dan Anggota
Rumah Sakit daam urusan politik.

b. Rekanan
Berikut ini adalah kebijakan Rumah Sakit dalam berhubungan dengan
rekanan :
1) Rumah Sakit melakukan pengadaan baik penunjukan langsung maupun tender
secara efisien, efektif, bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif dan dapat
dipertanggungjawabkan, dengan melibatkan rekanan yang mempunyai
reputasi dan rekam jejak yang baik.
2) Rumah Sakit memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon rekanan dan
tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan
cara dan / atau alasan apapun. Oleh karena itu, Rumah Sakit melarang setiap
anggota Rumah Sakit memberikan informasi berkaitan dengan estimasi harga
atau membahas pekerjaan di masa yang akan datang dengan Rumah Sakit
yang akan berkompetisi.
3) Rumah Sakit menghindari rekanan yang mempunyai hubungan keluarga
dengan pengambil keputusan dan/atau adanya konflik kepentingan. Setiap
Anggota Rumah Sakit dilarang melakukan peminjaman pribadi dan rekanan,
Rumah Sakit melarang setiap anggota Rumah Sakit bertindak selaku
perantara bagi seorang atau dewan hukum untuk mendapatkan pekerjaan atau
pesanan dan Rumah Sakit.
4) Rumah Sakit untuk mengoptimalkan kinerja dapat melakukan Kerjasama
Operasional dengan pihak ketiga (rekanan) dalam bentuk kerjasama peayanan
kesehatan, pendidikan dan pelatihan, pembangunan gedung, pemanfaatan alat
kedokteran dan kerjasama lainnya yang sah. Kerjasarna Operasional ini
didasarkan prinsif saling menguntungkan, akuntabel, transparan dan wajar
serta tidak merugikan stakeholders.
5) Rumah Sakit menuangkan semua kesepakatan dalam suatu dokumen tertulis
yang disusun berdasarkan itikad baik dan sating menguntungkan.

c. Kreditur
1) Peminjaman dan kreditur harus dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Rumah Sakit menghormati hak-hak
kreditur sesuai dengan perjanjian yang dibuat oleh Rumah Sakit dan
kreditur.

26
2) Rumah Sakit memberikan informasi akurat dan lengkap mengenai Rumah
Sakit yang diperlukan kreditur, termasuk pelaksanaan kewajiban Rumah
Sakit sesuai dengan penjanjian.
3) Rumah Sakit melaksanakan pemenuhan kewajiban kepada kreditur secara
tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang dibuat oleh Rumah Sakit
dengan kreditur.

d. Media Massa
Media massa berfungsi sebagai jembatan komunikasi antara Rumah
Sakit dengan stakeholders dan sekaligus sebagai alat kontrol bagi Rumah
Sakit. Pemberitaan media massa diharapkan bersifat seimbang dan terbuka
sehingga dapat dijadikan informasi yang berguna bagi Rumah Sakit maupun
pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk meningkatkan kinerja dan
membangun citra positif Rumah Sakit.
Berikut ini adalah kebijakan Rumah Sakit datam berhubungan dengan
media massa :
1) Rumah Sakit membangun kerjasama positif, saling menghargai dan
menguntungkan dengan menempatkan media massa sebagai mitra usaha
yang sejajar.
2) Rumah Sakit berpegang pada kebenaran dan keterbukaan informasi
sesuai dengan kode etik jurnalistik dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
3) Apakah Perlu mengatur standar etika hubungan dengan Lembaga
Perlindungan Konsumen Kesehatan LPKK) dan Lembaga Swadana
Masyarakat(LSM).

27
BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT PUTRA WASPADA

28
BAB VII

STRUKTUR ORGANISASI KOMITE ETIK RUMAH SAKIT PUTRA WASPADA

DIREKTUR

dr. L. Kusbandono, SpKK, SH, MH, FINSDV

KETUA KOMITE ETIK

dr. Jakobus Saleh, Sp.S

WAKIL KETUA KOMITE ETIK

Suhardi, S.Kep, Ners, M.Kes

SEKRETARIS

Niky Purbo Waseso, S.KM

ANGGOTA ANGGOTA

Ayu Soraya, S.PSi Silvi Eka Yula, SKM

29
BAB VIII
PENERAPAN DAN PENEGAKAN

A. Komitmen
Setiap anggota Rumah Sakit sangat diharapkan untuk dapat menyelaraskan din
dengan sistem nilai di Rumah Sakit. Oleh karena itu, seluruh Anggota Rumah Sakit
wajib untuk menyamakan dan menyatukan keyakinan dan tekad agar dapat menerapkan
sikap dan perilaku kerja yang sesuai dengan sistem nilai yang dianut Rumah Sakit, yang
tertuang dalam Pedoman Pengroganisasian Komite Etik ini.
Dalam Pedoman Pengroganisasian Komite Etik disosialisasikan kepada seluruh
Pegawai Rumah Sakit sehingga dipahami dengan tepat, baik dan benar. Setelah
membaca, mendiskusikan, memahami, menghayati setiap butir Pedoman
Pengorganisasian, seluruh Pegawai Rumah Sakit menandatangani surat pernyataan
kepatuhan yang merupakan kesanggupan atau komitmen untuk melaksanakan setiap
butir Pedoman Pengorganisasian secara konsisten dan penuh tanggung jawab.
Pernyataan kepatuhan tersebut setiap tahun diperbaharui dan menjadi salah satu syarat
kelanjutan hubungan kerja dengan Rumah Sakit.
Untuk Pemilik Rumah Sakit Putra Waspada dan Pejabat Pengelola diharapkan
menunjukkan komitmen pribadi yang kuat dan memberikan contoh kepada bawahan dan
rekan kerja bagaimana bersikap dan berperilaku sesuai dalam Pedoman
Pengroganisasian Komite Etik. Komitmen Pemilik Rumah Sakit Putra Waspada dan
Pejabat Pengelola dilaksanakan dengan :
1. Menetapkan pemberlakuan dalam Pedoman Pengroganisasian Komite Etik.
2. Melakukan sosialisasi dalam Pedoman Pengroganisasian Komite Etik kepada seluruh
Pegawai Rumah Sakit di dalam Rumah Sakit.
3. Memberi contoh kepada Pegawai Rumah Sakit bersikap dan berperilaku sesuai
dengan dalam Pedoman Pengroganisasian Komite Etik.
4. Memberikan sanksi yang adil terhadap setiap pelanggaran dalam Pedoman
Pengroganisasian Komite Etik.

B. Tanggung Jawab
1. Tanggung Jawab Karyawan Rumah Sakit
Setiap Pegawai Rumah Sakit memiliki tanggung jawab pribadi untuk mematuhi
setiap kebijakan dan aturan yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit, termasuk dalam
Pedoman Pengroganisasian Komite Etik ini. Setiap kebijakan dan aturan

30
mengandung substansi tanggung jawab tertentu yang harus dipenuhi oleh Pegawai
Rumah Sakit sesuai kapasitasnya masing-masing. Tanggung jawab Pegawai Rumah
Sakit atas kepatuhan dimulai dengan mempelajarm secara detail Pedoman
Pengorganisasian ini, kebijakan dan aturan lain yang relevan dengan tugas dan
pekerjaan sehari-hari. Setiap Pegawai Rumah Sakit harus mempunyai pengertian
yang mendasar, termasuk semangat dan dalam Pedoman Pengroganisasian Komite
Etik ini.
Dalam Pedoman Pengorganisasian Komite Etik ini tidak memberikan jawaban
secara pasti atas semua perilaku Pegawai Rumah Sakit. Karena itu, setiap Pegawai
Rumah Sakit pada akhirnya harus menggunakan pertimbangan dengan akal yang
sehat dan kejujuran hati nurani masing-masing untuk menentukan keselarasan suatu
perilaku dengan Pedoman Pengorganisasian, kebijakan dan aturan Iainnya. Apabila
ada pertanyaan mengenai penerapan Pedoman Pengorganisasian, kebijakan dan
aturan, mintalah bantuan atasan Iangsung, pejabat puncak di unit atau bagian
masing-masing untuk mendapat kejelasan dan pemecahan masalah. Bicarakan
segera masalah yang ada apabila teridentifikasi adanya ketidaksesuaian dengan
Pedoman Pengorganisasian ini, kebijakan dan aturan.
Apabila dan hasil identifikasi suatu hal diduga mengandung indikasi
pelanggaran, maka setiap Pegawai Rumah Sakit wajib melaporkan dugaan
pelanggaran tersebut.

2. Tanggung Jawab Pejabat Pengelola


a. Mengkomunikasikan Pedoman Pengorganisasian, kebijakan dan aturan secara
tepat dan benar, untuk memastikan setiap Pegawai Rumah Sakit di lingkungan
kerjanya memahami dan menghayati Pedoman Pengorganisasian ini, dan untuk
menciptakan iklim dimana Pegawai Rumah Sakit secara bebas dapat membahas
penerapan Pedoman Pengorganisasian, masalah etika dan hukum, sehingga
rnempunyai persepsi yang sama.
b. Memimpin dengan memberi contoh, bersikap dan berperilaku yang diteladani
oleh bawahannya, serta memberikan bantuan atau nasihat atas pertanyaan
mengenal penerapan Pedoman Pengorganisasian , kebijakan dan aturan.
c. Memimpin upaya penegakan kepatuhan melalui pertemuan-pertemuan rutin
dengan bawahan, termasuk kemudahan bagi pelaporan dugaan pelanggaran
Pedoman Pengorganisasian , kebijakan dan aturan.
d. Melakukan pengawasan secara teratur mengenal program dan permasalahan
yang mungkin timbul dalam pelaksanaan Pedoman Pengorganisasian .

31
e. Melakukan penanganan atas pelaporan dugaan pelanggaran serta penyelidikan
terhadap indikasi pelanggaran yang terjadi di lingkungan kerjanya.
3. Tanggung Jawab Pemilik

Pemilik Rumah Sakit Putra Waspada memantau efektivitas praktek tata kelola
(good governance) yang diterapkan Rumah Sakit. Pemilik Rumah Sakit Putra
Waspada dapat menugaskan auditor independen untuk menilai kepatuhan terhadap
praktek good governance, termasuk Pedoman Pengorganisasian ini yang
merupakan penjabaran prinsip-prinsip good governance pada tingkat operasional
Rumah Sakit.

C. Pemantauan
1. Kepala Bagian Umum bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan agar Pegawai
Rumah Sakit senantiasa menjaga dan memelihara sikap dan perilaku yang sesuai
dengan Pedoman Pengorganisasian serta memantau efektivitas penerapan Pedoman
Pengorganisasian dan melaporkan hasilnya kepada Pejabat Pengelola. Hal-hal yang
menonjol selama penerapan Pedoman Pengorganisasian dicatat sebagai bahan
masukan penyempurnaan dan perbaikan.
2. Satuan Pengawas Intern mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan,
khususnya yang berkaitan dengan good governance dan menganalisis dampaknya
terhadap Rumah Sakit, serta memberi masukan/informasi kepada Pejabat Pengelola
untuk mematuhi semua ketentuan perundang-undangan yang terkait dengan good
governance dan etika bisnis. Di samping itu SPI bertanggung jawab untuk :
a. Memantau kepatuhan terhadap Pedoman Pengorganisasian .
b. Melakukan kajian tentang tingkat kepatuhan dan pelaksanaan serta kendala-
kendala Pedoman Pengorganisasian ini sebagai upaya untuk penyempurnaan
Pedoman Pengorganisasian dimasa mendatang.
c. Memberikan rekomendasi kepada Direksi untuk memberikan sanksi atas
pelanggaran Pedoman Pengorganisasian ini.

D. Pelaporan atas Pelanggaran

Pegawai Rumah Sakit wajib melaporkan tentang dugaan terjadinya pelanggaran


terhadap peraturan perundang-undangan, Pedoman Pengorganisasian, serta kebijakan
dan aturan Rumah Sakit, dan dapat menyampaikan saran dan pendapatnya kepada
pejabat berwenang. Pegawai Rumah Sakit wajib bekerjasama dalam penyelidikan
internal yang dilakukan oleh Rumah Sakit, dengan mengungkapkan data dan informasi
yang diketahui, yang berkaitan dengan terjadinya dugaan pelanggaran.

32
Rumah Sakit sepenuhnya menyadari, melaporkan tindakan pelanggaran sebagai
upaya yang tidak mudah dan menempatkan Pegawai Rumah Sakit dalam posisi yang
sulit, bahkan menimbulkan semacam konflik batin bagi si pelapor. Kemampuan dan
kesediaan melaporkan setiap tindakan yang diyakini sebagai suatu pelanggaran
merupakan hal penting dan pelaksanaan tanggung jawab setiap Pegawai Rumah Sakit.
Kepedulian untuk menjaga kepentingan yang lebih besar, yakni kerugian bagi Rumah
Sakit dan seluruh Pegawai, harus menjadi acuan pertimbangan setiap keputusan untuk
melaporkan suatu pelanggaran.
Oleh karena itu Rumah Sakit akan memberikan perlindungan hukum kepada setiap
anggota Rumah Sakit yang melaporkan dugaan atau disangkakan adanya pelanggaran
peraturan perundangan, pedoman tata kelola dan/atau Pedoman Pengorganisasian yang
disertai bukti dan dokumen yang sah. Tidak seorangpun Pegawai Rumah Sakit akan
dikenakan sanksi karena melaporkan adanya dugaan pelanggaran Pedoman
Pengorganisasian, kebijakan dan aturan, kecuali yang bersangkutan ikut terlibat dalam
pelanggaran tersebut. Pelaporan dapat meringankan penjatuhan disiplin atau sanksi bagi
si pelapor yang terlibat dalam pelanggaran. Apabila si pelapor tidak terlibat dalam
pelanggaran akan diberikan penghargaan yang sesuai.
Pelaporan dugaan pelanggaran dilakukan secara jujur, dilandasi dengan
niat baik, dan semata-mata dilakukan untuk pencegahan terjadinya kerugian
terhadap Rumah Sakit, atau rusaknya kinerja Rumah Sakit dan jauh dan
maksud-maksud tertentu untuk kepentingan atau keuntungan pribadi, misalnya
antara lain karena dorongan sentimen pribadi, rasa iri hati dan yang sejenisnya.
Setiap pelaporan dugaan pelanggaran, seluruhnya disertai data dan/atau bukti-
bukti yang akurat agar dapat diproses lebih lanjut demi keselamatan jalannya
usaha Rumah Sakit.
Pegawai Rumah Sakit dilarang melakukan tindakan permusuhan,
pembalasan atau tindakan lain yang merugikan seperti ancaman fisik dan
verbal terhadap Pegawai Rumah Sakit lain yang melaporkan terjadinya
pelanggaran ataupun yang bekerjasama dalam penyelidikan pelanggaran.
Rumah Sakit sepenuhnya menjamin kerahasiaan identitas pelapor, isi informasi,
saran atau pendapat yang disampaikan.
Berikut ini adalah tindakan yang harus diambil oleh Pegawai Rumah Sakit apabila
meyakini telah terjadi pelanggaran :
1. Yakinkan dan pastikan memiliki seluruh data dan informasi yang relevan dengan
keadaan atau situasi yang mengindikasikan pelanggaran Pedoman Pengorganisasian
atau kebijakan dan aturan lain. Bila perlu data dan informasi didukung dengan saksi-
saksi yang kuat.

33
2. Cari kesempatan dan cara yang paling cocok tanpa menyinggung perasaan untuk
menegur sesama rekan kerja atau atasan. Sampaikan secara halus dan tidak langsung
dengan memaparkan pelanggarannya, lalu mintalah tanggapannya. Bila perlu,
bersama rekan kerja atau atasan, mencari penyebabnya.
3. Segera laporkan dugaan pelanggaran yang terjadi di lingkungan unit atau bagian
masing-masing kepada atasan langsung dan pejabat puncak di unit atau bagian
masing-masing, dengan tembusan kepada Pejabat Pengelola.
4. Apabila dugaan pelanggaran dilakukan oleh unsur pimpinan dan/atau terjadi di luar
lingkungan unit/bagian atau karena sesuatu hal, tidak dapat melaporkan kepada
atasan langsung atau pejabat puncak, maka laporkan kepada Pejabat Pengelola secara
langsung atau melalui pos, faksimili, email, atau telepon.

E. Penanganan atas Pelanggaran


Semua dugaan pelanggaran yang dilaporkan akan ditindaklanjuti secara memadai
melalui pengkajian atau pemeriksaan lebih lanjut untuk proses pembuktian dan
penentuan bobot pelanggaran sebagai bahan pertimbangan pemberian tindakan disiplin
atau sanksi.
Penanganan atas dugaan pelanggaran dilakukan oleh atasan langsung atau pejabat
puncak, sesuai kewenangannya. Atasan langsung atau pejabat puncak wajib
mengupayakan pemecahan masalah/jalan keluar terhadap setiap pengaduan dugaan
pelanggaran yang terjadi di lingkungan unit atau bagian yang dipimpinnya dan
melaporkan hasilnya kepada Kepala Bagian Tata Usaha untuk pengkajian kesesuaian
keputusan yang diambil dengan kebijakan dan aturan.
Dugaan pelanggaran yang memerlukan pengkajian atau pemeriksaan lebih lanjut
akan dilakukan oleh :
1. Kepala Bagian Umum, jika menyangkut pelanggaran terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku, serta ketentuan dan peraturan Rumah Sakit
2. Satuan Pengawas Internal (SPI), jika menyangkut hal-hal yang terkait dengan
akuntansi dan keuangan atau kerugian-kerugian termasuk hal-hal yang perlu
dilakukan pemeriksaan yang lebih mendalam
3. Rapat Pejabat Pengelola dan Pengurus Yayasan, jika menyangkut pelanggaran yang
dilakukan oleh anggota Pejabat Pengelola untuk menetapkan langkah-langkah yang
harus diambil sesual ketentuan yang berlaku.

F. Sanksi atas Pelanggaran


Rumah Sakit melakukan berbagai upaya untuk menegakkan Pedoman
Pengorganisasian , kebijakan dan aturan, untuk mencegah terjadinya pelanggaran dan

34
menghentikan dengan segera pelanggaran yang terjadi. Salah satu upaya tersebut adalah
dengan pengenaan atau penjatuhan tindakan disiplin atau sanksi yang adil terhadap
anggota Rumah Sakit yang melakukan pelanggaran Pedoman Pengorganisasian,
kebijakan dan aturan.
Pengenaan atau penjatuhan tindakan disiplin atau sanksi tidak hanya terhadap
Pegawai Rumah Sakit yang melakukan pelanggaran, tetapi juga terhadap Pegawai
Rumah Sakit yang lain, dalam tingkatan apapun yang :
1. Tidak melaporkan atau menyembunyikan data dan informasi yang berkaitan dengan
terjadinya pelanggaran hukum, peraturan perundang-undangan dan kebijakan Rumah
Sakit
2. Tidak bekerja sama dalam penyelidikan Rumah Sakit atas dugaan pelanggaran
3. Melakukan tindakan permusuhan, pembalasan atau tindakan lain yang merugikan
seperti ancaman fisik dan verbal terhadap pelapor terjadinya dugaan pelanggaran
4. Gagal melakukan pengawasan secara efektif terhadap tindakan bawahannya.
Tindakan disiplin atau sanksi disesuaikan dengan bobot/tingkat pelanggaran yang
dilakukan.
Tindakan disiplin atau sanksi, meliputi :
a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
c. Pernyataan tidak puas secara tertulis dan Pejabat Pengelola
d. Pemberian skorsing
e. Penurunan gaji setingkat lebih rendah untuk jangka waktu paling lama 1 (satu)
tahun
f. Penurunan gaji setingkat lebih rendah untuk jangka waktu paling lama 2 (dua)
tahun
g. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah untuk jangka waktu paling lama 1 (satu)
tahun dan/atau pembebasan dan jabatan
h. Pemberhentian dengan hormat sebagai Pegawai tidak atas permintaan sendiri
i. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai
j. Tuntutan ganti rugi
k. Diserahkan kepada yang berwajib untuk proses pemeniksaan lebih lanjut apabila
pelanggaran rnenyangkut kerugian Rumah Sakit yang matenial/besar dan
dikategorikan dalam tindakan pidana.
Setiap anggota Rumah Sakit dalam tingkatan apapun, apabila jelas terbukti telah
melakukan pelanggaran terhadap Pedoman Pengorganisasian, kebijakan dan aturan akan
dikenakan tindakan disiplin atau sanksi sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada
maupun peraturan-peraturan susulan yang bersifat mengikat semua anggota Rumah

35
Sakit, dan dijalankan secara tegas. Setiap anggota Rumah Sakit yang akan dikenakan
atau dijatuhkan tindakan disiplin atau sanksi wajib dibenikan kesempatan atau hak
secara adil untuk membela din maupun menyatakan pendapatnya atas dugaan
pelanggaran yang dilakukannya.

36
BAB IX
PENGEMBANGAN DAN PERBAIKAN

1. Penyusunan Pedoman Pengorganisasian ini telah mempertimbangkan visi, misi,


nilai-nilai Rumah Sakit, budaya kerja dan etika. Pedoman Pengorganisasian ini
selanjutnya akan dijadikan dasar bagi penetapan kebijakan Rumah Sakit yang
meliputi antara lain surat keputusan Pejabat Pengelola, surat edaran Pejabat
Pengelola, buku pedoman Rumah Sakit, dan lain sebagainya. Kebijakan Rumah
Sakit yang telah ada dan bertentangan dengan Pedoman Pengorganisasian wajib
disesuaikan. Rumah Sakit akan menerbitkan kebijakan susulan apabila diperlukan
sebagai penjabaran lebih lanjut yang diperlukan dalam penerapan Pedoman
Pengorganisasian ini.
2. Pengembangan dan perbaikan Pedoman Pengorganisasian ini dapat dilakukan
seiring dengan perubahan/perkembangan dimasa mendatang.
3. Selama masa implementasi Pedoman Pengorganisasian, diharapkan diperoleh
umpan balik sebagai bahan masukan bagi pengembangan dan perbaikan Pedoman
Pengorganisasian serta implementasi lebih lanjut dimasa mendatang. Segala kritik
dan saran yang konstruktif dan segenap anggota Rumah Sakit dan pihak-pihak lain
yang terkait sangat diharapkan dan akan dicatat sebagai bahan masukan dalam
rangka pengembangan dan perbaikan Iebih lanjut.
4. Pengembangan dan perbaikan Pedoman Pengorganisasian ditetapkan oleh Pejabat
Pengelola dan Pemilik dan dituangkan dalam suatu surat keputusan.

37
BAB X

PENUTUP

Hal-hal yang belum tercantum dalam Pedoman Pengorganisasian ini dapat


diputuskan sesuai mekanisme yang berlaku dan untuk disesuaikan, dengan ketentuan
tidak bertentangan dengan ketentuan yang lebih tinggi atau perundang-undangan yang
berlaku. Hal-hal yang menimbulkan persepsi atau penafsiran yang berbeda-beda
menjadi hak Pemilik untuk menafsirkan sebagaimana maksudnya. Pedoman
Pengorganisasian ini berlaku sejak ditandatangani dan berlaku untuk jangka waktu 5
(lima) tahun.

Tulungagung, 1 Juli 2020


DIREKTUR RUMAH SAKIT PUTRA
WASPADA

dr. L. Kusbandono, SpKK, SH, MH, FINSDV

38
1

Anda mungkin juga menyukai