W DENGAN
HIPERTENSI DI NARUM KIDUL, TLOGOWATU, KEMALANG
KLATEN
DISUSUN OLEH
IKHSAN RAMADHANI
P.170.1025
2. Klasifikasi hipertensi
a. Klasifikasi berdasarkan etiologi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan etiologi menurut Wijaya dan Putri (2013 h.52) :
1) Hipertensi essensial (primer)
Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi, dimana sampai saat ini belum
diketahui penyebabnya secara pasti. Beberapa factor yang berpengaruh dalam
terjadinya hipertensi essensial, seperti : factor genetic, stress dan psikologis,
serta factor lingkungan dan diet (peningkatan penggunaan garam dan
berkurangnya asupan kalium dan kalsium).
2) Hipertensi sekunder
Pada hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologi dapat diketahui dengan
jelas sehingga lebih mudah untuk dikendalikan dengan obat-obatan. Penyebab
hipertensi sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes,
kelainan adrenal, kelainann aorta, kelainan endokrin lainya seperti obesitas,
resistensi insulin, hipertiroidtisme, dan pemakaian obat-obatan seperti
kontrasepsi oral dan kortikosteroid.
b. Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi :
Hipertensi menurut Adib (2009) dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasi
tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun ke atas yaitu sebagai berikut :
Tabel 1.Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa Berusia ≥18 Tahun
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolic (mmHg)
Normal <130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi
Stadium 1 ( ringan) 140-159 90-99
Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109
Stadium 3 (berat) 180-209 110-119
Stadium 4 (sangat
≥210 ≥120
berat)
Sumber : Adib (2009)
Derajat hipertensi berdasarkanThe SeventhReport of The Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure(JNC VII) :
Table 2. Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII
Tekanan Sistolik Tekanan Diastolic
Derajat
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 dan <80
Pre hipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥160 atau ≥100
Sumber :Wijaya dan Putri (2013)
Batasan hipertensi pada orang dewasa berdasarkan tekanan darah sistolik dan
diastolic menurut perhimpunan hipertensi Indonesia (PHI), yaitu :
Table 3. Klasifikasi hipertensi menurut PHI
Tekanan Sistol Tekanan Diastol
Kategori
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 dan <80
Pre hipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥160-179 atau ≥100
Hipertensi Sistol
≥140 dan ≤90
Terisolasi
Sumber : Sani, 2008
3. Manifestasi Klinis Hipertensi
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada
seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi yaitu sakit kepala, pusing,
gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung, sukar tidur, sesak nafas, cepat marah,
telinga berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan sering kencing di malam hari.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai meliputi gangguan
penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral (otak)
yangmengakibatkan kejang dan perdarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan
kelumpuhan, ganguan kesadaran hingga koma (Wijaya dan Putri, 2013 h.55).
5. Patofisiologi Hipertensi
Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah pada dinding pembuluh
darah. Pengaturan tekanan darah adalah proses yang komplek menyangkut
pengendalian ginjal terhadap natrium dan retensi air, serta pengendalian system saraf
terhadap tonus pembuluh darah. Ada dua factor utama yang mengatur tekanan darah,
yaitu darah yang mengalir dan tahanan pembuluh darah perifer.Darah yang mengalir
ditentukan oleh volume darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri setiap kontraksi
dan kecepatan denyut jantung.Tekanan vaskuler perifer berkaitan dengan besarnya
lumen pembuluh darah perifer.Makin sempit pembuluh darah, makin tinggi tahan
terhadap aliran darah.Jadi, semkain menyempit pembuluh darah, semakin meningkat
tekanan darah.
Dilatasi dan kontraksi pembuluh-pembuluh darah dikendalikan oleh system saraf
simpatis dan sistem renin-angiostensin. Apabila system saraf simpatis dirangsang,
katekolamin seperti epineprin dan norepinephrine akan dikeluarkan. Kedua zat kimia
ini menyebabkan kontraksi pembuluh darah meningkatnya curah jantung dan
kekuatan kontraksi ventrikel.Sama halnya pada system renin-angiotensin, yang
apabila distimulasi juga menyebabkan vasokontriksi pada pembuluh-pembuluh darah
(Baradero, 2008 h.51).Pada lanjut usiapatofisiologi terjadinya hipertensi berbeda
dengan yang terjadi pada dewasa muda. Factor yang berperan terhadap terjadinya
hipertensi pada lanjut usia adalah (Darmojo, 2010) :
a. Renin : Tingginya kadar renin menyebabkan vasokontriksi dan peningkatan
volume darah (akibat meningkatnya retensi garam dan cairan pada ginjal),
mengakibatkan tingginya kadar tekanan darah.
b. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan garam : Dengan bertambahnya usia
semakin sensitif terhadap peningkatan atau penurunan kadar natrium. Ini
menyebabkan penurunan fungsi ginjal dengan penurunan perfusi ginjal dan laju
filtrasi glomerulus.Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer : Akibat proses
menua akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang mengakibatkan
hipertensi sistolik.
c. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua akan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang pada akhirnya
mengakibatkan hipertensi sistolik saja (ISH).
d. Perubahan ateromatous : Akibat proses menua menyebabkan disfungsi endotel
yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan substansi kimiawi lain yang
kemudian menyebabkan resorbi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan proses
sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain berhubungan dengan kenaikan
tekanan darah.
6. Pathway
7. Komplikasi Hipertensi
Menurut Aspiani (2015 h.220) hipertensi memiliki potensi menjadi komplikasi
berbagai penyakit.Komplikasi hipertensi tersebut diantaranya adalah stroke
hemoragik, penyakit jantung hipertensi, penyakit arteri koronaria, aneurisma, gagal
ginjal, dan ensefalopati hipertensi.
a. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah pecah sehingga aliran darah yang
normal menjadi terhambat sehingga darah merembes pada suatu daerah di otak dan
merusaknya. Sekitar 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada pasien hipertensi.
Pembuluh darah menjadi lemah dan mudah pecah akibat tekanan pada pembuluh
darah yang lebih besar pada penderita hipertensi.Pecahnya pembuluh darah di otak
dapat menyebabkan sel-sel otak yang seharusnyamendapatkan asupan oksigen dan
nutrisi yang dibawa melalui pembuluh darah tersebut menjadi kekurangan dan
akhirnya mati.
b. Penyakit Jantung
Bertambahnya beban jantung akibat meningkatnya resistensi terhadap pemompaan
darah dari ventrikel kiri terjadi seiring dengan tekanan darah yang meningkat.Hal
tersebut juga mengakibatkan hipertrofi ventrikel kiri untuk meningkatkan
kontraksi.Hipertrofi ditandai dengan bertambahnya ketebalan dinding, fungsi ruang
yang memburuk, dan dilatasi ruang jantung.
c. Penyakit Arteri Koronari
Hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya arteri koronaria, bersama
dengan diabetes melitus.Plak terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah arteri
koronaria kiri, arteri koronaria kanan, dan jarang pada arteri siromfleks.Aliran
darah mengalami obstruksi permanen akibat akumulasi plak atau
penggumpalan.Pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium terhambat akibat sirkulasi
kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus.Kegagalan sirkulasi
kolateral sebagai penyedia suplai oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat
terjadinya arteri koronaria.
d. Aneurisma
Aneurisma dapat terjadi karena pelebaran pembuluh darah akibat dinding
pembuluh darah aorta terpisah atau disebut aorta disekans.Sakit kepala yang hebat
serta sakit di perut sampai pinggang bagian belakang dan di ginjal adalah gejala
dari penyakit aneurisma. Aneurisma pada perut dan dada penyebab utamanya
pengerasan dinding pembuluh darah karena proses penuaan (aterosklerosis) dan
tekanan darah tinggi memicu timbulnya aneurisma.
e. Gagal Ginjal
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis dimana terjadi kerusakan ginjal yang
progresif dan tidak dapat diperbaiki dari berbagai penyebab.Salah satunya pada
bagian yang menuju kardiovaskuler.Mekanisme terjadinya hipertensi pada gagal
ginjal kronis karena penimbunan garam dan air, atau sistem renin-angiotensin-
aldosteron (RAA).
f. Ensefalopati Hipertensi
Ensefalopati hipertensi merupakan suatu keadaan peningkatan parah tekanan arteri
disertai dengan mual, muntah, dan nyeri kepala yang belanjut ke koma dan disertai
tanda klinik difisit neurologi.Jika tidak segera ditangani ensefalopati hipertensi
dapat berlanjut menjadi stroke, ensefalopati menahun, atau hipertensi maligna
dengan sifat reversibilitas jauh lebih lambat dan jauh lebih meragukan.
8. Penatalaksanaan
a. Farmakologis
Terapi farmakologis merupakan terapi dengan menggunakan obat-obatan yang
dapat membantu menurunkan serta menstabilkan tekanan darah, serta menurunkan
risiko terjadinya komplikasi akibat hipertensi.
Berdasarkan Syamsudin (2011h.33) Obat anti hipertensi dapat dibagi :
1) Diuretik Tiazid
Diuretik tiazid seperti hidroklorotiazid sering diberikan sebagai terapi hipertensi
baris pertama.Diuretik tiazid adalah diuretik dengan potensi menengah yang
dapat menurunkan tekanan darah, dimulai dengan peningkatan ekskresi natrium
dan air sehingga volume ekstrasel menurun diikuti dengan penurunan isi
sekuncup jantung dan aliran darah ginjal.Obat-obat ini melawan retensi natrium
dan air yang dapat terjadi bersama obat lain yang digunakan dalam pengobatan
hipertensi.
2) Beta Blocker
Beta blocker memblok beta-adrenoseptor dan biasanya digunakan sebagai terapi
hipertensi baris pertama.Reseptor diklasifikasikan menjadi reseptor beta-1 dan
reseptor beta-2.Reseptor beta-1 dapat ditemukan di ginjal, dan utama pada
jantung.Reseptor beta-2 dapat ditemukan di jantung, dan banyak terdapat pada
paru-paru, pembuluh darah perifer, dan otot lurik.Reseptor beta juga dapat
ditemukan di otak. Stimulasi reseptor beta pada otak dan perifer akan
menyebabkan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akibat pelepasan
neurotransmitter. Efek akhirnya adalah peningkatan cardiac output, peningkatan
tahanan perifer dan peningkatan sodium yang diperantarai aldosteron dan
retensi air. Terapi beta blocker akan mengantagonis semua efek tersebut
sehingga terjadi penurunan tekanan darah.
3) ACE Inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEi) adalah obat yang diberikan
sebagai terapi anti hipertensi yang dianjurkan ketika obat baris pertama
merupakan kontraindikasi atau tidak efektif.ACEi menurunkan tekanan darah
dengan mengurangi resistensi vaskular perifer tanpa meningkatkan curah
jantung, kecepatan dan kontraktilasi.
4) Alpha Blocker
Alpha blocker memblok adrenoseptor alfa-1 perifer.Alpha blocker terdiri dari
doksazosin, prazosin, dan terazosin.Obat-obat ini menurunkan resistensi
vaskular perifer dan menurunkan tekanan darah arterial dengan menyebabkan
relaksasi otot polos arteri dan vena.Obat-obatan ini dapat menyebabkan
perubahan curah jantung, aliran darah ginjal, dan kecepatan filtrasi glomerulus
sehingga takikardia jangka panjang dan pelepasan renin tidak terjadi.Efek
samping yang muncul dapat berupa hipotensi postural yang sering terjadi pada
pemberian dosis pertama kali.
b. Non Farmakologis
Penatalaksanaan hipertensi secara non farmakologis menurut Aspiani (2015 h.218 )
antara lain :
1) Diet Rendah Garam
Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh yang memiliki
fungsi menjaga keseimbangan cairan dan asam basa tubuh serta berperan dalam
transmisi saraf dan kontraksi otot.Konsumsi natrium berlebih dapat
menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh sehingga dapat
menyebabkan edema dan/atau hipertensi.
2) Diet Rendah Lemak
Konsumsi lemak berlebih dapat meningkatkan risiko kejadian hipertensi,
terutama lemak jenuh. Konsumsi lemak jenuh berlebih dapat mengakibatkan
kadar lemak dalam tubuh meningkat, terutama kolesterol. Kolesterol yang
berlebih akan menumpuk pada dinding pembuluh darah sehingga
mengakibatkan aliran darah tersumbat dan tekanan darah menjadi meningkat.
3) Berhenti Merokok
Kandungan nikotin di dalam rokok sangat berbahaya. Nikotin akan masuk ke
dalam aliran darah dan masuk ke otak. Otak memberikan sinyal kepada kelenjar
adrenal untuk melepaskan hormon adrenalin. Hormon adrenalin akan
menyempitkan pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat. Gas karbon
monoksida dapat menyebabkan pembuluh darah tegang dan kondisi kejang otot
sehingga tekanan darah naik.Rokok sebanyak 2 batang mampu meningkatkan
10 mmHg tekanan darah sistolik dan diastolik. Peningkatan tekanan darah akan
menetap hingga 30 menit setelah berhenti menghisap rokok. Pada saat efek
nikotin hilang secara perlahan, maka tekanan darah juga menurun perlahan.
Namun, pada perokok berat, tekanan darah akan selalu berada pada level tinggi.
4) Manajemen Stres
Stres adalah respon alami dari tubuh dan jiwa seseorang pada saat seseorang
mengalami tekanan dari lingkungan. Stres berkepanjangan akan menyebabkan
ketegangan dan kekhawatiran terus-menerus. Hal tersebut dapat merangsang
tubuh mengeluarkan hormon adrenalin yang menyebabkan jantung menjadi
berdetak lebih cepat dan kuat sehingga tekanan darah meningkat.
5) Olahraga
Dalam ambardani (2009), secara psikologis, olahraga dapat meningkatkan
mood, mengurangi resiko pikun, dan mencegah depresi. Secara social, olahraga
dapat mengurangi ketergantungan pada orang lain, mendapat banyak teman, dan
meningkatkan produktivitas. Olahraga dan latihan pergerakan secara teratur
sangat penting bagi lansia karena dapat menanggulangi masalah akibat
perubahan fungsi tubuh, dan olahraga sangat berperan penting dalam
pengobatan tekanan darah tinggi. Salah satu olahraga untuk lansia adalah senam
bugar lansia, senam bugar lansia mampu meningkatkan kesegaran jasmani,
mendorong jantung bekerja secara optimal, melancarkan sirkulasi darah,
memperkuat otot, mencegah pengeroposan tulang, membakar kalori,
mengurangi stress dan menurunkan tekanan darah.
9. Diit hipertensi
a. Diet Hipertensi diberikan kepada pasien dengan tekanan darah di atas normal
1) Tujuan diet
a) Membantu menurunkan tekanan darah
b) Membantu menghilangkan penimbunan cairan dalam tubuh atau edema
atau bengkak
2) Syarat diet:
a) Makanan beraneka ragam mengikuti pola gizi seimbang
b) Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita
c) Jumlah garam disesuaikan dengan berat ringannya penyakit dan obat yang
diberikan
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian secara Umum
a. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis
Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orang
terdekat, alamat, nomor registrasi.
b. Riwayat atau adanya factor resiko
1) Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
2) Penggunaan obat yang memicu hipertensi
c. Aktivitas / istirahat
1) Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
2) Frekuensi jantung meningkat
3) Perubahan irama jantung
4) Takipnea
d. Integritas ego
1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah
kronik.
2) Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan
pekerjaan).
e. Makanan dan cairan
1) Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gula-
gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah.
3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
f. Nyeri atau ketidak nyamanan
1) Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai.
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
4) Nyeri abdomen.
Pengkajian Persistem
a. Sirkulasi
1) Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup
dan penyakit cerebro vaskuler.
2) Episode palpitasi,perspirasi.
b. Eleminasi
1) Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa lalu.
c. Neurosensori
1) Keluhan pusing.
2) Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan menghilang
secara spontan setelah beberapa jam).
d. Pernapasan
1) Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
2) Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
3) Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
4) Riwayat merokok
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
c. Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokontriksi
3. Intervensi
Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK
1. Intervensi : Mempertahankan tirah baring selama fase akut
Rasional : Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
2. Intervensi : Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit
kmepala, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher,
tenang, redupkan lampu kamar, tekhnik relaksasi.
Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vascular serebral dan yang
memperlambat atau memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan
sakit kepala dan komplikasinya
3. Intervensi : Hilangkan atau minimalkan aktivitas fase kontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala, misalnya mengejam saat bab, batuk panjang,
membungkuk
Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit
kepala pada adanya peningkatan tekanan vascular cerebral
Dx 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
1. Intervensi : kaji respon pasien terhadap aktivitas,perhatikan frequency nadi
lebih dari 20 kali per menit diatas frequency istirahat : peningkatan tekan
darah yang nyata selama atau sesudah aktivitas ( tekanan sistolik meningkat
40 mmhg atau tekanan diastolic meningkat 20 mmhg) dispnea atau nyeri
dada : kelemahan dan keletihan yang belebihan :pusing atau pingsan.
Rasional : menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon
fisiologi terhadap stress, aktivitas bila ada merupakan indikator dari
kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
2. Intervensi : instruksikan pasien tentang teknik penghematan energy,
misalnya menggunakan kursi saat mandi,duduk saat menyisir rambut atau
menyikat gigi,melakukan aktivitas dengan perlahan.
Rasional : teknik memghemat energy mengurangi penggunaan energy, juga
membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
DX 3 : Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan
dengan peningkatan afterload, vasokontriksi
1. Intervensi: pantau TD.ukur pad kedua tangan atau paha untuk evaluasi
awal.gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang akurat.
Rasional : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vascular. Hipertensi berat
diklasifikasikan pada orang dewasa sebagai peningkatan tekanan diastolic
sampai 130, hasil pengukuran diastolic diatas 130 dipertimbangkan
sebagai penigkatan pertama, kemudian maligna.Hipertensi sistolik juga
merupakan faktor resiko yang di tentukan untuk penyakit cerebrovaskular
dan penyakit iskemi jantung bila tekanan diastolic 90-115.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Bp. S DENGAN MASALAH UTAMA
HIPERTENSI PADA Ny. U DI DUKUH TOSADU, TOWANGSAN
GANTIWARNO, KABUPATEN KLATEN
A. DATA KELUARGA
1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Bp. S
2. Umur : 68 tahun
3. Alamat dan telepon : Tosadu, Towangsan, Gantiwarno
4. Pekerjaan KK : Buruh Harian Lepas
5. Pendidikan : Tamat SD
6. Komposisi keluarga dan genogram :
Keterangan :
U S
4 1
T 1
4
2
3
2
5
6
Keterangan :
1. Kamar tidur 1
2. Kamar tidur 2
3. Kamar tidur 3
4. Ruang tamu
5. Dapur
6. Kamar mandi
b. Gambaran Kondisi Rumah
Kondisi di dalam rumah keadaan ventilasi tetap ada di setiap jendela. Di dalam
rumah Bp. S juga terdapat genting kaca untuk memberikan pencahayaan pada
siang hari. Penerangan menggunakan listrik, lantai rumah berubin. Penataan
didalam rumah tidak tertata rapi.
Dapur rumah keluarga Bp. S terletak disamping rumah, lantai dapur berupa
plester, keadaan ventilasi sudah cukup karena ada pintu keluar di dapur untuk
menuju pekarangan samping rumah. Dapur masih terlihat berantakan tidak
tertata rapi. Ny U setiap hari memasak sendiri dengan menggunakan kompor
gas. Sumber air bersih berasal dari sumur kondisi air cukup bersih, tidak
berbau, berasa atau berwarna. Kamar mandi Bp S terletak jadi satu ruang
dengan dapur. Kamar mandi cukup bersih, lantai kamar mandi terbuat dari
ubin. Keluarga Bp. S mempunyai septic tank sendiri. Untuk pembuangan
sampah biasanya hanya dibuang didepan rumah lalu dibakar.
2. Karakteristik lingkungan
Keluarga Bp. S tinggal didaerah pedesaan yang lumayan padat penduduknya.
Tetangga sekitar rumah ramah-ramah, jarak rumah satu dengan yang lain
berdekatan, mayoritas tetangga bekerja sebagai buruh dan petani. Hubungan
keluarga dengan tetangga berjalan baik. Jika mempunyai hajatan atau sedang
mengalami kesulitan tetangga selalu memberikan bantuan tanpa disuruh mereka
ikhlas membantu. Masyarakat di lingkungan sekitar ramah – ramah.
Mayoritas tetangga beraga islam dan sering mengadakan pengajian rutin setiap
malam jumat. Mayoritas masyarakat di dukuh tosadu masih menganut adat jawa
yang kuat terbukti dari kegiatan – kegiatan yang sering dilakukan dalam
masyarakat seperti yasinan. kenduri, selamatan. Masyarakat juga menganut sifat
kebersamaan dan gotong royong yang terbukti dari sering diadakannya gotong
royong bersih desa atau gotong royong jika ada tetangga yang sedang hajatan.
Tempat tinggal Bp. S dan Ny. U merupakan tipe rumah sederhana, menurut Ny.U
sampah biasanya dikumpulkan terlebih dahulu kemudian baru dibakar.
Dilingkungan Bp. S terdapat posyandu lansia yang berjarak 500 meter dari rumah,
adanya bidan desa dengan jarak tempuh 2 km. Apabila keluarga periksa ke
puskesmas gantiwarno jarak yang ditempuh ± 5 km. Alat transportasi yang
digunakan oleh keluarga yaitu sepeda motor yang dimiliki oleh anaknya.
Pelayanan dan fasilitas tersebut dapat diakses atau dijangkau dengan oleh
keluarga, akan tetapi jarak agak jauh dari tempat tinggal. Tidak ada insiden
kejahatan di lingkungannya maupun masalah keselamatan yang serius.
Fasilitas ekonomi di sekitar rumah terdapat warung kelontong dan toko diaman
keluarga Bp. S membeli bahan-bahan kebutuhan rumah tangga. Terdapat fasilitas
pendidikan seperti TK dan SD.
3. Mobilitas geografis keluarga
Rumah keluarga Bp. S bersifat permanent dan milik sendiri, sehingga Bp. S dan
keluarga menetap dirumah tersebut. Bp. S jarang bepergian jauh dan banyak di
rumah untuk menggarap sawah. Ny U hanya dirumah karena Ny U tidak bekerja.
Sdr S bekerja sebagai buruh di kota, ke tiga anak lainnya semua bekerja diluar
kota.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Ny U dan suami berkumpul pada sore hari sehabis pulang dari kebun, dalam
perkumpulan tersebut keluarga hanya mendengarkan radio atau menonton TV.
Keluarga berinteraksi dengan baik dan dapat menyampaikan keinginan satu sama
lain. Hubungan interaksi antara keluarga dan masyarakat baik. Anggota
masyarakat dapat menerima dan anggota masyarakat mau bersosialisasi dengan
keluarga Ny U.
5. Sistem pendukung keluarga
Keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan PKD di desanya untuk memelihara
kesehatannya. Sumber pendukung keluarga saat keluarga membutuhkan bantuan
adalah seluruh anggota keluarga seperti anak Bp. S.
D. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi keluarga
Keluarga Bp. S berasal dari jawa sehingga bahasa yang digunakan sehari-hari
dalam keluarga adalah bahasa jawa. Dalam komunikasi sehari-hari, keluarga Bp.
S menggunakan komunikasi terbuka, jelas dan hubungan komunikasi dalam
keluarga Bp. S sangat baik.
E. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
Keluarga Bp. S berusaha menjaga keharmonisan dalam keluarga dengan cara
memelihara dengan baik hubungan antar anggota keluarga dengan cara saling
menghormati sesama anggota keluarga dan bila ada keluarga sedan kerepotan atau
membutuhkan bantuan maka anggota keluarga yang lain akan berusaha untuk
membantu. Bila Ny. U merasakan sakit atau kontrol kesehatan maka segera
memeriksakan ke PKD yang diantar oleh anaknya.
Anggota keluarga Bp. S tidak mempedulikan tentang isu-isu perpisahan keluarga.
Dan memupuk keharmonisan dalam rumah tangga. Sehingga hubungan dari
keluarga tersebut terjaga keharmonisannya.
2. Fungsi reproduksi
Bp. S dan Ny U mengatakan menikah sudah 35 tahun dan dikarunia 5 orang anak
yang semuanya adalah anak laki-laki. Semua anak-anakny asudah menikah dan
berada di luar kota, tinggal anak terakhir Sdr S yang belum menikah dan tinggal
bersama. Ny U mengatakan sudah menopause.
3. Fungsi ekonomi
Keluarga mampu memenuhi kebutuhan sandang, papan, pangan.
Penghasilan keluarga Keluarga Bp. S berasal dari bertani dan diberi dari anak-
anaknya. dengan penghasilan ±Rp. 1.500.000,- /bulan untuk mencukupi
kebutuhan sehari hari. Kebutuhan tersebut dibantu oleh anak Bp. S
Pemanfaatana dana keluarga, sebagian besar uang keluarga hanya digunakan
untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan atau kebutuhan pokok,
kadang disisakan untuk keperluan yang mendadak. Keluarga mempunyai Kis
untuk memperingan masalah kesehatan jika dibutuhkan. Status sosial ekonomi
keluarga Bp. S termasum dalam ekonomi menengah..
4. Fungsi sosial
Interaksi antar anggota kelurga dapat berjalan dengan baik. Hal tersebut
disebabkan oleh setiap anggota keluarga selalu berusaha untuk mentaati aturan –
aturan dalam keluarga dan menanmkan sikap saling menghormati dan menghargai
setiap anggota keluarga maupun orang lain khususnya orang yang lebih tua
darinya. Keluarga juga selalu berusaha mematuhi dan mengikuti aturan atau
norma yang ada dimasyarakat, misalnya tidak boleh menerima tamu lebih dari jam
21.00 Wib, tamu yang menginap 1x24 jam diharapkan melapor RT untuk
mencegah hal-hal yang tidak baik. Keluarga juga berusaha untuk mengikuti adat-
istiadat di desa seperti; menjenguk orang yang sakit, takziah, membantu atau
menghadiri acara hajatann jika diundang serta mengikuti gotong royong bersih
desa. Hal tersebut dilakukan kelouarga agar dapat menyesuaikan diri dengan
masyarakat sekitar sehingga dapat hidup berdampingan dengan damai dan rukun.
Hubungan keluarga Bp. S dengan lingkungannya cukup baik. Saat mempunyai
waktu luang maka ia sering ngobrol-ngobrol atau berinteraksi dengan tetangga di
sekitar rumah, Bp. S tidak melarang Ny.U untuk bersosialisasi dengan siapa saja,
asalkan pergaulan tersebut tidak mengakibatkan hal-hal negatif. Ny U masih aktif
mengikuti kegiatan-kegiatan sosial yang ada dikampung dengan kondisi kesehatan
yang sedang dialaminya saat ini.
5. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga beragama islam dan selalu menjalankan ibadahnya dengan tertib dan
baik. Di dalam keluarga menerapkan nilai-nilai adat jawa yang mana bersikap
sopan santun, menghormati yang lebih tua, tata krama dalam bicara, tolong
menolong, musyawarah dan gotong royong dengan masyarakat. Keluarga berusha
untuk menjaga kesehatan dan menghindari penyakit. Tetapi kadang keluarga tidak
tahu tentang hal yang berkaitan dengan kesehatan seperti maslaahn yang dialami
Ny. U sekarang yaitu hipertensi.
Kondisi usia yang semakin bertambah yang di alami Ny. U maka tentu akan
mudah sekali terserang penyakit karena kondisi fisik yang semakin menurun. Oleh
karena itu keluarga menyadari bahwa usia nyang semakin tua akan mudah
terserang penyakit. Sehingga kelaurga berusaha agar etetap sehat atau terhindar
dari segala penyakit. Masalah yang saat ini terjadi pada keluarga adalah masalah
hipertensi.
Keluarga mengatakan bahwa sehat apbila mampu melaksanakan kegiatan sehari
hari tanpa ada kendala dalam tubuh. Sedangkan sakit adalah badan terganggu
sehingga tidak bisa melaksanakan aktifitas sehari-hari. Ny U mengatakan
mempunyai sakit hipertensi sejak 7 tahun yang lalu. Pada saat Ny U merasakan
tanda-tanda dan gejala pusing, leher terasa cengeng apabila kelelahan/kecapaia.
Ny U mengatakan tidak secara rutin kontrol atau memeriksakan tekanan darahnya
di fasilitas kesehatan, hanya jika terasa tidak enak badan saja Ny U periksa ke
fasilitas kesehatan. Sehingga Ny. U tidak mengkonsomsi obat anti hipertensi
secara rutin dan teratur.
Keluarga selalu bersyukur atas pemberian nikmat dari Allah SWT terutama
diberikan kesehatan, tetapi bila ada slaah satu anggota keluarga yang sakit akan
menerima dengan ikhlas karena sakit adalah cobaan atau ujian dari Allah SWT
dan Ny U menerimanya. Apabila Ny U dan keluarganya sakit memeriksakan ke
fasilitas kesehatan yang ada di desanya yaitu PKD, tetapi jika sakitnya tidak
berkurang keluarga periksa ke dokter umum yang ada di daerah wedi. Keluarga
Bp. S belum memaksimalkan pelayanan kesehatan yang ada, karena jarang
melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin.
Ny U sehari-hari memasak makanan sendiri, membeli sayuran, tahu tempe lauk
terkadang membeli buah. Cara memasaknya menurut selera kadang di sayur, di
tumis, kadang berkuah dan bersantan. Keluarga makan 3x sehari dengan porsi
yang cukup. Ny U mengatakan makan dan minum sesuai dengan apa yang
disajikan kepada keluarganya tanpa memperdulikan untuk mengurangi garam.
Bp. S mengatakan aktifitas sehari-hari ke sawah karena Bp. S tidak memiliki
pekerjaan. Ny. U mengatakan aktifitas sehari-hari sebagai ibu rumah tangga, Ny U
tidak diperbolehkan anak-anaknya untuk bekerja, Ny U hanya mengurus rumah
tangga seperti membersihkan rumah, memasak, menyapu, mencuci dll.
Sdr S bekerja buruh di kota, pulang sore hari. Keluarga jarang melakukan olah
raga. Keluarga juga jarang mengadakan rekreasi karena keterbatasan beaya,
rekreasi dilakukan dengan sederhana yaitu menonton TV, bincang-bincang
dengan keluarga serta kegiatan kemasyarakatan itu sudah cukup menyenangkan
bagi keluarga Bp. S.
Keluarga mengatakan ada anggota yang merokok yaitu Bp. S dan Sdr S, tetapi
tidak ada yang minum alkohol, menggunakan obat-obatan terlarang karena
keluarga tahu itu tidak baik untuk kesehatannya. Pengetahuan keluarga Bp. S dan
Ny U tentang hipertensi terbatas, keluarga tidak begitu mengetahui mengenahi
hal-hal apa saja yang harus dilakukan untuk merawta Ny.U agar tekanan darahnya
dapat terkendali. Keluarga belum mengetahui tentang program-program apa saja
yang harus diberikan untuk mengendalikan tekanan darah Ny U dengan hipertensi
di rumah.
Rumah keluarga Bp. S tidak cukup luas, barang-barang / perabot rumah tangga
kurang tertata dengan rapi. Ventilasi rumah cukup, lantai ubin, penerangan cukup.
Pekarangan depan rumah kurang dimanfaatkan seperti ditanami tanaman obat
keluarga atau bunga-bunga, tetapi dibiarkan kosong, hanya untuk tempat sampah
dan membakar sampah yang sudah menumpuk.
Kebiasaan keluarga dlaam memeriksakan keadaan kesehatannya jarang dilakukan,
Ny U tidak secara rutin mengontrolkan atau memeriksakan tekanan daranhnya.
Kalau merasa tidak enak badan, tengkuk terasa cengeng dan kencengbbaru periksa
ke fasilitas kesehatan. Dalam keluarga tidak mempunyai penyakit menurun seperti
DM, Jantung, Asma dan penyakit kronis lainnya. Hanya Ny U yang menderita
Hipertensi. Keluarga belum mampu memaksimalkan pelayanan kesehatan yang
ada, karena jarang melakukan pemeriksaan secara rutin / teratur. Keluarga
mempunyai kartu jaminan kesehatan berupa KIS yang sewaktu-waktu dapat
digunakan untuk berobat kerumah sakit. Ny U mengatakan jarak pelayanan
kesehatan dengan rumah tinggalnya tidak terlalu jauh, kurang lebih 3 km.
1. NAMA : Bp. S
UMUR : 68 tahun
4 Dada PARU :
I : Simetris, ekspansi paru simetris kanan dan kiri, tidak
ada retraksi otot dinding dada
P : Ekspansi paru simetris kanan dan kiri, vokal
fremitus teraba sama kanan dan kiri.
P : bunyi paru sonor
A : suara paru vesikuler tidak ada suara tambahan
5 Abdomen I : Tidak terlihat adanya luka, tidak ad jejas, tidak ada
masa, tidak ada asites, warna kulit sama dengan
yang lain.
A :Peristaltic usus 10x/mnt
P : Tympani
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran organ.
6 Ekstermitas Atas :
Lengkap, tidak ada kelainan jari, tidak ada edema, tidak
ada luka.
tidak ada kelemahan otot, tidak ada ulkus.
Bawah :
Lengkap, tidak ada kelainan, tidak ada edema. Tidak
ada varises.
Kekuatan Otot :
5 5
5 5
2.
NAMA : : 65 tahun
Ny U
UMUR
4 Thorak PARU :
I : Simetris, ekspansi paru simetris kanan dan kiri, tidak
ada retraksi otot dinding dada
P : Ekspansi paru simetris kanan dan kiri, vokal
fremitus teraba sama kanan dan kiri.
P : bunyi paru sonor
A : suara paru vesikuler tidak ada suara tambahan
JANTUNG
I : Tidak tampak ictus cordis
P : Ictus cordis teraba di intercosta IV sub clavicula
sinistra, tidak teraba masa
P :Terdengar pekak
A : S1 dan S2 reguler.
DS :
Ny U mengatakan telah menderita
hipertensi selama 7 tahun lebih.
Ny U mengatakan pusing, tengkuk terasa
kenceng
Ny U mengatakan apabila merasakan
sakit atau kontrol rutin kesehatan maka
segera memeriksakan ke PKD yang ada
di desanya
2. DS : Kesiapan Meningkatkan Manajemen
- Ny U mengatakan menderita hipertensi sejak Kesehatan Diri
7 tahun yang lalu
- Ny U mengatakan tidak begitu peduli
dengan kesehatannya
- Ny U mengatakan jarang melakukan olah
raga
- Ny U mengatakan makan tidak sesuai
dengan diit yang seharusnya,
- Ny U mengatakan tidak rutin untuk kontrol
ke fasilitas kesehatan
DO :
- Tekanan darah : 180/110 mmhg
Nadi : 88x/menit
Resp : 20x/menit
- Rumah Bp. S tidak begitu luas, barang-
barang atau perabot tidak tertata dengan rapi.
Ventilasi rumah cukup, penerangan cukup.
Pekarangan depan rumah untuk membuang
dan membakar sampah, belum dimanfaatkan
untuk tanaman obat-obatan keluarga.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko ketidakefektifan perfusi Jaringan perifer
2. Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan Diri
K. SKORING
Tinggi (3)
Cukup (2)
Rendah (1)
4. Menonjolnya Masalah : 1/2x1 1/2 Ny U dapat beraktivitas sehingga semua
aktivitas didilakukan sendiri.
Berat dan segera (2)
Tidak segera (1)
Tidak dirasakan (0)
Total 1 5/8
2. Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan Diri
PRIORITAS MASALAH
1. Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan Diri
2. Resiko ketidakefektifan perfusi Jaringan perifer
L. PERENCANAAN
Resiko Setelah dilakukan tindakan Keluarga mampu mengenal masalah Mampu mengenal masalah.
Ketidakefektifa keperawatan selama 3x30 menit Hasil: Intervensi:
n perfusi diharapkan Ny U mampu mengontrol Pengetahuan proses penyakit Pengajaran: Proses penyakit
jaringan perifer resiko hipertensi Pendidikan kesehatan
Pada Ny U Pengetahuan tentang regimen Pengajaran: diet hipertensi
yang ditentukan
M. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal/ Jam DX Impelentasi Respon TTD
Budi, setiya. (2014). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman. EGC.
Jakarta
Carpenito Lynda Juall (2008), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Decker DL.(2012). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging.Little Brown
and Company. Boston
Doenges marilynn (2008), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Evelyn C.pearce (2011), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT Gramedia,
Jakarta.
Nugroho.W. (2012). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta
Rahardjo, Agus. (2010), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Binarupa
Aksara, Jakarta.
Rokhaeni (2012), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Sunyoto. (2015), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan gawat Darurat Medis,
Binarupa Aksara, Jakarta.