iii
iv
v
vi
vii
viii
LANDASAN TEORI
1. Definisi Hipertensi
dengan tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di
102).
a. Pria berusia < 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah pada
b. Pria berusia > 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya >
145/95 mmHg.
besar resikonya (Price & Wilson, 2006). Bila klien kurang atau bahkan
2. Klasifikasi Hipertensi
Tabel 2.1
berbeda. Tahun 1993 dikenal dengan sebutan JPC-V, tekanan darah pada
Tabel 2.2
3. Etiologi Hipertensi
2) Jenis kelamin dan usia; laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita
tekanan darah (bila gaya hidup yang tidak sehat tersebut tetap
diterapkan).
b. Hipertensi Sekunder
2010 : 107).
4) Gangguan endokrin.
berolahraga).
7) Kehamilan
9) Merokok.
timbul antara lain : sakit kepala; kelelahan; mual / muntah; sesak napas,
kuat, cepat, atau tidak teratur; impotensi; darah di urine; dan mimisan
(jarang dilaporkan).
a. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah akibat
saraf pusat;
kapiler.
Gejala yang dialami klien dengan kasus hipertensi berat antara lain
tekanan darah meninggi dan hanya akan terdeteksi pada saat pemeriksaan
fisik. Sakit kepala di tengkuk merupakan ciri yang sering terjadi pada
pada beberapa klien, bahkan pada beberapa kasus klien dengan tekanan
baru akan muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau
jantung.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
b. EKG
3) Peninggian gelombang P
4) Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
b. Kimia darah
katekolamin.
3) Kadar kolesterol atau trigliserida : peningkatan kadar
hipertensi.
c. Elektrolit
d. Urine
e. Radiologi
6. Penatalaksanaan Hipertensi
darahnya terkendali).
dengan empat cara, yakni diet rendah garam, diet rendah kolesterol dan
lemak terbatas, diet tinggi serat, dan diet rendah energi (bagi yang
kegemukan). Kini, bertambah satu cara diet pada klien hipertensi yang
utama dari diet DASH adalah menyajikan menu makanan dengan gizi
tanpa atau sedikit lemak, ikan, daging unggas, biji-bijian, dan kacang-
7. Komplikasi Hipertensi
darah tersebut kekurangan nutrisi dan akhirnya mati. Darah yang keluar
dari pembuluh darah yang pecah juga dapat merusak sel-sel otak yang
berkurangnya aliran darah pada beberapa bagian otot jantung. Hal ini
menyebabkan rasa nyeri di dada dan dapat berakibat gangguan pada otot
miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang
menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat
aorta terpisah atau disebut aorta disekans. Hal ini dapat menimbulkan
penyakit aneurisma. Gejalanya adalah sakit kepala yang hebat serta sakit
mungkin memiliki berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang tidak
: 220).
1. Definisi Nyeri
nyeri sebagai segala hal yang dikatakan oleh orang yang mengalami
Nyeri kepala adalah perasaan sakit atau nyeri, termasuk rasa tidak
arah atas dan belakang kepala dan bagian wajah (Wiyoto, 2011).
2. Klasifikasi Nyeri
1) Nyeri akut
2) Nyeri kronik
: 213).
1) Nyeri Kutaneus
1) Nyeri Radiasi
2) Nyeri Alih
Nyeri alih adalah nyeri yang dirasakan pada bagian tubuh yang
Nyeri yang tidak dapat dilacak adalah nyeri yang sangat sulit
diatasi.
4) Nyeri Neuropatik
atau tepi yang terjadi saat ini atau masa lalu dan mungkin tidak
5) Nyeri Phantom
b. Tahap Perkembangan
nyeri.
lebih suka menarik diri ketika merasa nyeri, sebaliknya yang lain
terhadap nyeri. Orang yang sudah pernah mengalami nyeri atau telah
e. Makna Nyeri
dengan klien lain, hal ini bergantung pada kondisi dan interpretasi
mungkin akan berespons putus asa, cemas, dan depresi sebab mereka
tidak dapat mengambil makna atau tujuan yang positif dari nyerinya.
f. Kecemasan dan Stress
416-418).
kiri yaitu “tidak ada nyeri”, “nyeri ringan”, “nyeri sedang”, “nyeri
hebat”, “nyeri sangat hebat”, dan ujung kanan “nyeri paling hebat”.
rasakan.
b. Skala Intensitas Nyeri Numerik
5. Patofisiologi
saraf simpatis dari pusat vasomotor ini, yang berlanjut ke bawah ke korda
2013).
Menurut Price & Wilson dalam Setyawan (2014) nyeri kepala pada
arteri merupakan produk total atau hasil dari resistensi perifer dan curah
pada nyeri kepala atau distensi dari struktur di kepala atau leher.
volume darah serebral yang terjadi karena adanya peningkatan daya kerja
kontraksi jantung, (c) dilatasi arteriol, dan (d) dilatasi vena besar.
normal.
6. Pathway Hipertensi
Faktor predisposisi
(umur, jenis kelamin,gaya hidup, obesitas)
Pelepasan renin
HIPERTENSI
Otak
Menurunkan
Pengurangan kekuatan tekanan arteri ke
Susunan saraf otonom kontraksi jantung arah normal
Gambar 2.5. Pathway Hipertensi (Aspiani, 2016), (Price & Wilson, 1995), (Guyton, 1994),
(Potter & Perry, 2010), dan (Muttaqin, 2009).
34
C. Pengelolaan Nyeri Akut pada Hipertensi
1. Kompres Hangat
elastik, namun pembuluh ini mempunyai lapisan otot polos yang tebal
dan dipersarafi oleh serat saraf simpatis. Otot polosnya juga peka
(Kusyati, 2006).
Kahuripan Tasikmalaya.
memejamkan mata saat menarik napas. Efek dari terapi ini ialah distraksi
atau pengalihan perhatian (Setyoadi dkk 2011 : 127). Kerja dari terapi ini
sesuatu selain nyeri, dapat menjadi strategi yang sangat berhasil dan
terganggu oleh nyeri dan lebih toleransi terhadap nyeri. Distraksi diduga
(Tamsuri, 2007).
2012).
Distraksi imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi
4. Hipnosis
analgesik yang dibutuhkan pada nyeri akut dan kronis. Teknik ini
oleh orang yang terlatih secara khusus (seringkali seorang psikolog atau
1. Pengkajian
yaitu:
a. Aktivitas/istirahat
takipnea.
b. Sirkulas
i Gejala
2) Episode
palpitasi Tanda :
c. Integritas Ego
pola bicara.
d. Eliminasi
cairan Gejala :
(meningkat/turun)
3) Riwayat penggunaan
diuretik Tanda :
2) Adanya edema
3) Glikosuria
f. Neurosensori
Gejala :
beberapa jam)
epistaksis) Tanda :
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung), sakit
kepala
nyeri pada skala verbal (misal : tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri
h. Pernapasan
Gejala :
ortopnea, dispnea
3) Riwayat merokok
Tanda :
3) Sianosis
i. Keamanan
j. Pembelajaran/penyuluhan
Gejala :
k. Rencana pemulangan
terapi obat.
2. Diagnosis Keperawatan
vaskuler serebral.
Association for the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat
Batasan Karakteristik :
2) Diaphoresis
3) Ekspresi wajah nyeri (misal mata kurang bercahaya, tampak
meringis).
penilaian numerik)
waspada)
Batasan Karakteristik :
1) Bradikardia
2) Palpitasi jantung
4) Takikardia
Perubahan Preload
2) Edema
3) Keletihan
4) Murmur jantung
Pressure)
7) Peningkatan PAWP (Pulmonary Artery Wedge Pressure)
8) Penurunan PAWP
Perubahan Afterload
1) Dispnea
Kulit lembab
Oliguria
Vascular Resistance)
Perubahan Kontraktilitas
1) Batuk
3) Bunyi S3
4) Bunyi S4
5) Dispnea paroksimal nocturnal
6) Ortopnea
Perilaku/Emosi
1) Ansietas
2) Gelisah
1) Perubahan afterload
4) Perubahan kontraktilitas
5) Perubahan preload
ingin dilakukan.
Batasan Karakteristik :
1) Dispnea setelah beraktivitas
2) Keletihan
2) Imobilitas
4) Tirah baring
hipertensi.
Batasan Karakteristik :
3) Kurang pengetahuan
3) Kurang informasi
3. Intervensi Keperawatan
vaskuler serebral.
NOC :
1) Kontrol nyeri
analgesik
e) Menggunakan analgesik yang direkomendasikan
profesional kesehatan
kesehatan
2) Tingkat nyeri
e) Berkeringat
darah NIC :
nyeri.
memperberat nyeri.
sebelumnya.
dengan tepat.
kompres hangat).
10) Gali penggunaan metode farmakologi yang dipakai klien saat ini
nyeri.
analgesik
NOC :
: deviasi berat dari kisaran normal, 2 : deviasi yang cukup besar dari
ringan dari kisaran normal, 5 : tidak ada deviasi dari kisaran normal)
4) Urin output
5) Disritmia
7) Diaphoresis
8) Mual
9) Kelelahan
13) Pucat
NIC :
konduksi jantung
4) Batasi merokok
7) Lakukan auskultasi pada paru untuk mencari tahu apa ada bunyi
tambahan lainnya
denyut nadi
diuretik
11) Monitor asupan dan pengeluaran, output urine, dan berat badan
klien
NOC :
2) Daya tahan
b) Aktivitas fisik
c) Konsentrasi
NIC :
pingsan.
hipertensi.
NOC :
adekuat
waktu ke waktu
hipertensi NIC :
yang spesifik
kebutuhan
manajemen gejala
kebutuhan
direkomendasikan
19) Edukasi klien mengenai tanda dan gejala yang harus dilaporkan
yang disarankan
27) Instruksikan klien mengenai dosis, rute dan dosis setiap obat
obat
4. Implementasi Keperawatan
yang
berfokus pada klien dan berorientasi pada hasil, sebagaimana
Kenney, 2009).
5. Evaluasi Keperawatan
distraksi
aktivitas
aktivitas
d. Diagnosis keperawatan : Defisiensi pengetahuan
komplikasinya.