WIRASAKTI KUPANG
OLEH
Nim : 62702820
2020
A. Konsep Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas
normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus lebih dari suatu periode, dengan tekanan
sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg. (Aspiani, 2014)
Defenisi Hipertensi adalah tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan
darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila
arteriole-arteriole konstriksi. Konstriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan
tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila
berlanjut dapat dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh
darah. Hipertensi juga didefenisikan sebagai tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan atau tekanan
darah diastolik > 90 mmHg (Udjianti, 2013).
Penyakit hipertensi merupakan gejala peningkatan tekanan darah yang kemudian berpengaruh
pada organ yang lain, seperti stroke untuk otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah
jantung dan otot jantung. Penyakit ini salah satu masalah utama dalam kesehatan masyarakat di
Indonesia maupun dunia. Diperkirakan, sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama terjadi di
negara berkembang pada tahun 2025 ; dari jumlah total 639 juta kasus di tahun 2000. Jumlah ini
diperkirakan meningkat menjadi 1,15 miliar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka
penderita hipertensi dan pertambahan penduduk saat ini (Ardiansyah, 2012).
2. Etiologi
yaitu :
2) Jenis kelamin dan usia; laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita
tekanan darah (bila gaya hidup yang tidak sehat tersebut tetap
diterapkan).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain. Sekitar 5-10% dari
klien yang mengalami hipertensi sekunder. Beberapa gejala atau penyakit yang menyebabkan
area konstriksi.
2010 : 107).
4) Gangguan endokrin.
berolahraga).
7) Kehamilan
tekanan darah (≥ 140 mmHg pada sistolik; > 90 mmHg pada diastolik) terjadi setelah
usia kehamilan 20 minggu pada wanita non-hipertensi dan membaik dalam 12 minggu
9) Merokok
3. Manifestasi klinis
a. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah akibat
b. Penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina sebagai dampak dari
hipertensi.
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena terjadi kerusakan susunan saraf
pusat;
Gejala yang dialami klien dengan kasus hipertensi berat antara lain sakit kepala
keringat berlebihan, tremor otot, pandangan kabur atau ganda, tinnitus (telinga
dan hanya akan terdeteksi pada saat pemeriksaan fisik. Sakit kepala di tengkuk
merupakan ciri yang sering terjadi pada hipertensi berat. Gejala lainnya adalah
kadang tidak muncul pada beberapa klien, bahkan pada beberapa kasus klien
dengan tekanan darah tinggi biasanya tidak merasakan apa-apa. Peninggian tekanan
akan muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung.
4. Patofisiologi
Patofisiologi hipertensi sangat kompleks. Walaupun belum diketahui secara pasti, pada
hipertensi essensial, faktor genetik, lingkungan serta gaya hidup dapat mempengaruhi fungsi dan
angiotensin I dan aldosterone synthase berisiko menimbulkan hipertensi.Dalam suatu studi, pada
pasien hipertensi dengan partisipan etnis Cina didapatkan mutasi gen α-adducin yang berperan
dalam aktivitas enzimatik pompa ion Na+/K+/ATPase terkait absorpsi sodium di ginjal
aktivitas saraf simpatis dapat memicu peningkatan kerja jantung yang berakibat peningkatan curah
jantung. Kelainan pada pembuluh darah berperan terhadap total resistensi perifer. Vasokonstriksi
dapat disebakan peningkatan akitivitas saraf simpatis, gangguan regulasi faktor lokal (nitrit oxide,
faktor natriuretik, dan endothelin) yang berperan dalam pengaturan tonus vaskular. Kelainan pada
ginjal berupa defek kanal ion Na+/K+/ATPase, abnormalitas regulasi hormon renin-angiotensin-
aldosteron serta gangguan aliran darah ke ginjal. Gangguan pada tekanan natriuresis juga dapat
mengganggu pengaturan eksresi sodium hingga mengakibatkan retensi garam dan cairan.
Pola diet tinggi garam terutama pada pasien dengan sensitivitas garam yang tinggi
berkontribusi dalam menimbulkan tekanan darah tinggi. Pola hidup yang tidak sehat seperti
inaktivitas fisik dan pola diet yang salah dapat menimbulkan obesitas. Obesitas juga berperan
dalam meningkatkan risiko hipertensi esensial sebagaimana suatu studi menunjukkan penurunan
berat badan diikuti penurunan tekanan darah. Obesitas dapat memicu hipertensi melalui beberapa
mekanisme di antaranya kompresi ginjal oleh lemak retroperitoneal dan visceral. Peningkatan
lemak visceral terutama lemak retroperitoneal dapat memberikan efek kompresi pada vena dan
parenkim renal sehingga meningkatkan tekanan intrarenal, mengganggu natriuresis tekanan hingga
mengakibatkan hipertensi.
Selain itu peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat dipicu oleh leptin. Studi menunjukkan
ikatan leptin pada reseptornya terutama pada neuron proopiomelanocortin (POMC) di hipotalamus
dan batang otak berperan dalam peningkatan tersebut. Perangsangan saraf simpatis menyebabkan
peningkatan kadar angiotensin II dan aldosterone. Pada obesitas, peningkatan jaringan lemak dan
laju metabolik meningkatkan curah jantung sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan aliran
darah. Tak hanya itu, obesitas juga berkaitan dengan sindroma metabolik.
Peningkatan tekanan darah dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan perubahan
struktural pembuluh darah. Perubahan struktur meliputi perubahan struktur makro dan
mikrovaskular. Perubahan makrovaskular berupa arteri menjadi kaku serta perubahan amplifikasi
tekanan sentral ke perifer. Perubahan mikrovaskular berupa perubahan rasio dinding pembuluh
darah dan lumen pada arteriol besar, abnormalitas tonus vasomotor serta ‘structural rarefaction’
(hilangnya mikrovaskular akibat aliran darah tidak mengalir di semua mikrovaskular demi
Perubahan struktur tersebut akan mengganggu perfusi jaringan. Oleh karena tu dalam jangka
waktu lama dapat timbul kerusakan organ target.[10] Walaupun autoregulasi tubuh terhadap
tekanan darah akan berusaha mempertahankan aliran darah untuk memenuhi kebutuhan metabolik,
kemampuan regulasi tersebut menurun pada pasien hipertensi. Organ target yang dapat rusak
2. EKG
3. Ekokardiografi
5. Keterisasi jantung
6. Pemindaian
7. Tes darah
7. Penatalaksanaan
Menurut Padila (2013 : 363), tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan
darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar klien
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup klien.
biasanya adalah dengan mengubah pola hidup klien, yakni dengan cara :
b. Mengubah pola makan pada klien dengan diabetes, kegemukan, atau kadar
c. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6
terkendali).
8. Komplikasi
Hampir 70% kasus stroke hemorragik terjadi pada klien hipertensi. Hal ini
dikarenakan hipertensi dapat menyebabkan tekanan yang lebih besar pada dinding
pembuluh darah sehingga dinding pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh
darah akan mudah pecah. Pecahnya pembuluh darah di otak dapat menyebabkan
sel-sel otak yang seharusnya mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi yang dibawa
melalui pembuluh darah tersebut kekurangan nutrisi dan akhirnya mati. Darah yang
keluar dari pembuluh darah yang pecah juga dapat merusak sel-sel otak yang
bagian otot jantung. Hal ini menyebabkan rasa nyeri di dada dan dapat berakibat
jantung (Samtosa, 2014). Dapat juga terjadi infark miokardium apabila arteri koroner
atau apabila terbentuk thrombus yang dapat menghambat aliran darah melalui
pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel, maka
kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia
Pembuluh darah terdiri dari beberapa lapisan, tetapi ada yang terpisah sehingga
ada ruangan yang memungkinkan darah masuk. Pelebaran pembuluh darah bisa
timbul karena dinding pembuluh darah aorta terpisah atau disebut aorta disekans. Hal
ini dapat menimbulkan penyakit aneurisma. Gejalanya adalah sakit kepala yang
hebat serta sakit di perut sampai ke pinggang belakang dan di ginjal. Aneurisma pada
perut dan dada penyebab utamanya pengerasan dinding pembuluh darah karena
terganggu, dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya membran
koloid plasma berkurang. Hal ini menyebabkan edema yang sering dijumpai pada
a. Pengkajian
Menurut (Wijaya & Putri, 2013) yang harus dikaji pada klien hipertensi adalah :
a) Data biografi : Nama, alamat, umur, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, nama
b) Riwayat kesehatan :
1. Keluhan utama :Alasan utama pasien datang ke rumah sakit atau pelayanan kesehatan.
2. Riwayat kesehatan sekarang : Keluhan pasien yang dirasakan saat melakukan pengkajian.
3. Riwayat kesehatan terdahulu : Biasanya penyakit hipertensi adalah penyakit yang sudah
lama dialami oleh pasien dan biasanya dilakukan pengkajian tentang riwayat minum obat
klien.
4. Riwayat kesehatan keluarga : Mengkaji riwayat keluarga apakah ada yang menderita riwayat
b. Pemeriksaan Fisik
1. Aktivitas/istirahat
takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala :
Tanda :
3. Integritas ego
pola bicara.
4. Eliminasi
5. Makanan/cairan
Gejala :
(meningkat/turun)
Tanda :
a. Berat badan normal atau obesitas
b. Adanya edema
c. Glikosuria
6. Neurosensori
Gejala :
beberapa jam)
Tanda :
7. Nyeri/ketidaknyamanan
kepala.
8. Pernapasan
Gejala :
ortopnea, dispnea
c. Riwayat merokok
Tanda :
c. Sianosis
C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik yang dii tandai dengan mengeluh nyeri
dan sulit tidur
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas yang di tandai dengan tekanan darah
berubah ≥ 20% dari kondisi istirahat
3. Penurunan Curah Jantung Berhubungan Dengan Perubahan preloard di tandai dengan Klien
mengatakan merasa berdebar dan pusing mudah lelah. pada saat beraktivitas
D. Intervensi keperawatan
Ardiansyah, Muhamad. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta : DIVA Press
(Anggota IKAPI).
Aspiani, Reny Yuli. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular
Brunner & Suddarth. (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12. Terjemahan oleh Devi
Bulechek, G. M., Howard K. B., Joanne M. D., & Cherly M. W. (2013). Nursing Interventions
Classification (NIC) Edisi Keenam. (Intansari Nurjannah, & Roxsana Devi Tumanggor,
Darmawan, Deden. (2012). Proses Keperawatan (Penerapan Konsep dan Kerangka Kerja).
IDENTITAS
1. Keluhan Utama : klien mengatakan pusing ,lemas dan tidak bisa berjalan
2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pada tanggal 08 Januari 2021 tepatnya pada jam 08 : 00 wita klien mulai
merasa pusing,lemas dan tidak bisa berjalan dan pada jam 09:00 keluarga klien berinisitif untuk
membawa klien ke Rumah Sakit Wirasakti
3. Keluhan saat di kaji : klien mengatakan pusing dan lemas
GENOGRAM
KETERANGAN :
= Laki laki
=Perempuan
=Garis keturunan
= Sudah meninggal
= Tinggal Serumah
= Pasien
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya : klien mengatakan bahwa ini karena faktor usia dan
penyakit bawaan
b. Ekpresi klien terhadap penyakit : murung /diam
c. Reaksi saat interaksi : kooperatif
d. Gangguan konsep diri : tidak
a. Mandi : saat di rumah klien mandi 3x/hari saat sakit klien hanya lap badan mengunakan kain
basah
b. Keramas : klien mengatakan jarang keramas
c. Memotong kuku : klien mengatakan seminggu sekali memotong kuku
d. Merokok : klien mengatakan bahwa tidak merokok
e. Alkohol : klien mengatakan jarang baru mengkonsumsi alkohol
f. Ganti pakian : klien mengatakan saat di rumah ganti pakian sehari sekali namun saat sakit klien
ganti pakian 2 hari baru ganti satu kali
g. Sikat gigi : klien mengatakan saat di rumah sikat gigi 1x/hari saat sakit klien merasa mulut
berbau baru sikat gigi
PENGKAJIAN SPIRITUAL
Kebiasaan beribadah
Sebelum sakit dan sesudah sakit klien mengatakan selalu beribadah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TERAPI
ANALISA DATA
DO: Penurunan
- k/u: sedang Curah Jantung
- GCS: 4,5,6
- OBS TTV:
- TD : 160/100 mmHg
- N : 110 x/menit
- S :36,50c
- RR :20x/menit
Diagnosa keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan di tandai dengan mengeluh lelah dan merasa
tidak nyaman setelah beraktivitas
2. Penurunan Curah Jantung Berhubungan Dengan Perubahan preloard di tandai dengan Klien
mengatakan merasa berdebar dan pusing mudah lelah. pada saat beraktivitas.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN.
11.30
memeriksa tekanan
darah (150/90mmHg)
dan frekuensi nadi
sebelum pemberian
obat
memposisikan pasien
semi fowler
memfasilitasi pasien
dan keluarga untuk
modifikasi gaya hidup
sehat
memberikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stress, jika
perlu
memberikan dukungan
emosional dan spiritual
menganjurkan
beraktivitas fisik sesuai
toleransi
menganjurkan
beraktivitas fisik
secara bertahap
berkolaborasi
pemberian obat
01.00
Mengobservasi tekanan
darah 130/90 mmHg
CATATAN PERKEMBANGAN I