Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyakit dimana tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg

dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (Udjianti ,2013). Hipertensi

merupakan suatu masalah kesehatan yang di kategorikan cukup berbahaya di

seluruh dunia dan merupakan the silent killer pembunuh nomer satu di indonesia

sehingga pengobatannya seringkali terlambat (Susanti et al., 2020). Hipertensi

merupakan faktor utama yang mengarah ke penyakit kardiovaskuler seperti

serangan jantung, stroke, gagal jantung maupun gagal ginjal yang menyebabkan

angka morbiditas (kesakitan) maupun mortalitas (kematian) yang tinggi jika

tidak dideteksi secara dini dan ditangani dengan tepat (Susanti et al., 2020).

Penderita hipertensi diperkirakan mencapai 1 milyar di dunia, dua pertiga

diantaranya berada pada negara berkembang. Angka tersebut kian hari kian

menghawatirkan yaitu sebanyak 972 juta orang atau (26%) orang dewasa di dunia

menderita hipertensi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Untuk Mengetahui defenisi hipertensi

2. Untuk Mengetahui Etiologi hipertensi

3. Untuk Mengetahui Klasifilasi hipertensi

4. Untuk Mengetahui Patofisiologi hipertensi

5. Untuk Mengetahui Manifestasi klinis

6. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan hipertensi

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori Hipertensi

2.1.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal

tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari

suatu periode. Hal tersebut terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi

arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan

dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila

berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah.

Hipertensi juga didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg

dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (Udjianti ,2013). Menurut WHO,

batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg,

sedangkan tekanan darah ≥ 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.

Tekanan darah diantara nomotensi dan hipertensi disebut borderline

hypertension (Garis Batas Hipertensi.

Menurut American Heart Association atau AHA dalam

Kemenkes (2018), hipertensi merupakan silent killer dimana

gejalanya sangat bermacam-macam pada setiap individu dan hampir

sama dengan penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala

atau rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah

lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging atau tinnitus dan

mimisan.

2
2.1.2 Etiologi

Menurut Udjianti (2013) berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi

menjadi dua, yaitu:

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 dua yaitu :

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi

esensial yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak

diketahui penyebabnya (idiopatik). Beberapa faktor diduga berkaitan dengan

berkembangnya hipertensi esensial adalah :

a. Genetik

Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko

tinggi untuk terkena penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat

dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang memiliki tekanan

darah tinggi.

b. Jenis kelamin dan usia

Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi

untuk mengalami hipertensi. ketika perempuan memasuki usia tua

(menopause) hormon estrogen akan menurun kadarnya sehingga

perempuan lebih rentan terhadap hipertensi. Penderita hipertensi pada

perempuan dipengaruhi oleh kadar hormon estrogen. Jika usia

bertambah maka tekanan darah meningkat. Faktor ini dapat

dikendalikan, serta jenis kelamin laki laki lebih tinggi dari pada

perempuan.

8
c. Diet

Konsumsi diet garam atau lemak secara langsung berhubungan

dengan berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh

penderita dengan mengurangi konsumsi garam. Karena dengan

mengkonsumsi banyak garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan

cepat pada beberapa orang, khususnya dengan penderita hipertensi,

diabetes, serta orang dengan usia yang tua karena jika garam yang

dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah garam akan

menahan cairan lebih banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh.

Banyaknya cairan yang tertahan menyebabkan peningkatan pada

volume darah seseorang atau dengan kata lain pembuluh darah membawa

lebih banyak cairan. Beban ekstra yang dibawa oleh pembuluh darah

inilah yang menyebabkan pembuluh darah bekerja ekstra yakni adanya

peningkatan tekanan darah didalam dinding pembuluh darah. Kelenjar

adrenal memproduksi suatu hormon yang dinamakan Ouobain. Kelenjar

ini akan lebih banyak memproduksi hormone tersebut ketika seseorang

mengkonsumsi terlalu banyak garam.

Hormon ouobain berfungsi untuk menghadirkan protein yang

menyeimbangkan kadar garam dan kalsium dalam pembuluh darah,

namun ketika konsumsi garam meningkat produksi hormon

ouobainmenganggu keseimbangan kalsium dan garam dalam pembuluh

darah.

d. Berat badan

Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam

keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan

9
dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau hipertensi.

e.Gaya hidup

Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup

sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi terjadi yaitu

merokok, dengan merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap

dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan beberapa punting rokok dan

lama merokok berpengaruh dengan tekanan darah pasien. Konsumsi

alkohol yang sering, atau berlebihan dan terus menerus dapat

meningkatkan tekanan darah pasien, sebaiknya jika memiliki tekanan

darah tinggi pasien diminta untuk menghindari alkohol agar tekanan

darah pasien dalam batas stabil dan memelihara gaya hidup sehat penting

agar terhindar dari komplikasi yang bisa terjadi.

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi

adalah hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan

darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti

penyakit ginjal atau gangguan tiroid, hipertensi endokrin, hipertensi renal,

kelainan saraf pusat yang dapat mengakibatkan hipertensi. Dari penyakit

tersebut karena hipertensi sekunder yang terkait dengan ginjal disebut

hipertensi ginjal (renal hypertension).

Gangguan ginjal yang paling banyak menyebabkan tekanan darah

tinggi karena adanya penyempitan pada arteri ginjal, yang merupakan

pembuluh darah utama penyuplai darah ke kedua organ ginjal. Bila pasokan

darah menurun maka ginjal akan memproduksi berbagai zat yang

10
meningkatkan tekanan darah serta gangguan yang terjadi pada tiroid juga

merangsang aktivitas jantung, meningkatkan produksi darah yang

mengakibatkan meningkatnya resistensi pembuluh darah sehingga

mengakibatkan hipertensi.Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder

antara lain: penggunaan kontrasepsi oral, coarctation aorta, neurogenik

(tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris), kehamilan, peningkatan

volume intravaskuler, luka bakar ,dan stress.

2.1.4 Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi menurut american society of hypertension and the

international society of hypertension 2013

Kategori Tekanan darah Tekanan darah

sistolik (mmHg) diastolic (mmHg)

Optimal < 120 mmHg < 80 mmHg

Normal 120 – 129 mmHg < 80 mmHg

Normal Tinggi 130 - 139 mmHg 80 – 89 mmHg

Hipertensi derajat 1 140 - 159 mmHg 90 - 99 mmHg

Hipertensi derajat 2 160 – 179 100 – 109 mmHg

mmHg

Hipertensi derajat 3 ≥180 mmHg ≥110 mmHg

Hipertensi sistolik ≥140 mmHg <90 mmHg

terisolasi

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah (Julianty Pradono 2022

11
2.1.5 Manifestasi Klinis

Menurut (Oktavianus; Febriana Sartika Sari 2014) kebanyakan orang dengan

darah tinggi tidak memiliki tanda atau mengalami gejala, meskipun tekanan darah

mencapai level tinggi yang membahayakan kesehatan. Meskipun beberapa orang

dengan hipertensi tahap awal mungkin mengalami “dull headaches”, pusing atau

beberapa lagi mimisan, tanda dan gejala ini biasanya tidak muncul sampai

hipertensi tahap yang berat bahkan tingkat yang mengancam nyawa.

Secara umum orang dengan hipertensi terlihat sehat dan sebagian besar tidak

menimbulkan gejala. Tapi ada pula gejala awal yang mungkin timbul dari

hipertensi yaitu sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan,

kelelahan.

2.16 Patofisiologi

Reseptor yang menerima perubahan tekanan daerah yaitu refleks

baroreseptor yang terdapat pada sinus karotis dan arkus aorta. Pada hipertensi

karena adanya berbagai gangguan genetik dan resiko lingkungan, maka terjadi

gangguan neurohormonal yaitu sistem saraf pusat dan sistem renin-angiotensin-

aldosterone, serta terjadinya inflamasi dan resistensi insulin. Resistensi insulin dan

gangguan neurohormonal menyebabkan vasokonstriksi sistemik dan peningkatan

resistensi perifer. Inflamasi menyebabkan gangguan ginjal yang disertai gangguan

system renin-angiotensin-aldosteron (RAA) yang menyebabkan retensi garam dan

air ginjal, sehingga terjadi peningkatan volume darah. Peningkatan resistensi

12
perifer dan volume darah merupakan dua penyebab utama terjadinya hipertensi

(Asikin, dkk

,2016).

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Udjianti (2013) menjelaskan bahwa pemeriksaan penunjang

atau pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk pasien dengan hipertensi

antara lain:

a. Hitung darah lengkap (completeBlood cells Count) meliputi pemeriksaan

hemoglobin, hematokrit untuk menilai viskositas dan indikator faktor

risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.

b. Kimia darah

a. BUN,kreatinin: peningkatan kadar menandakan penurunan perfusi

atau faal renal.

b. Serum glukosa: hiperglisemia (diabetes mellitus adalah presipitator

hipertensi) akibat peningkatan kadar katekolamin.

c. Kadar kolesterol atau trigliserida: peningkat kadar mengindikasi kan

predisposisi pembentukan plaque atheromatus.

d. Kadar serum aldosterone: menilai adanya aldosteronisme primer.

e. Studi tiroid ( T3 dan T4 ): menilai adanya hipertiroidisme yag

berkontribusi terhadap vasokontriksi dan hipertensi.

f. Asam urat: hiperurisemia merupakan implikasi faktor risiko

hipertensi.

13
3. Elektrolit

a. Serum potasium atau kalium (hipokalemia mengindikasikan adanya

aldosteronisme atau efek samping terapi diuretik).

b. Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi.

2.1.8 Penatalaksanaan

Ada berbagai macam jenis obat anti hipertensi pada penatalaksanaan

farmakologis ,yaitu

a) Diuretik

Diuretik menurunkan tekanan darah dengan cara mengurangi jumlah

air dan garam di dalam tubuh serta melonggarkan pembuluh darah.

Sehingga tekanan darah secara perlahan lahan mengalami penurunan

karena hanya fluida yang sedikit di dalam sirkulasi dibandingkan dengan

sebelum menggunakan diuretik. Selain itu, jumlah garam di dinding

pembuluh darah menurun sehingga menyebabkan pembuluh darah

membesar. Kondisi tersebut membantu tekanan darah menjadi normal.

b) Penghambat adrenergenik

Mekanisme kerja obat ini melalui penurunan daya pompa jantung.

jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui

mengidap gangguan pernafasan seperti asma bronkial.

c) Vasodilator

Agen vasodilator bekerja langsung pada pembuluh darah dengan

merelaksasi otot pembuluh darah.contoh yang termasuk obat jenis

14
vasodilator adalah prasosin dan hidralasin. Kemungkinan yang akan terjadi

akibat pemberian obat ini adalah sakit kepala dan pusing.

c. Penghambat enzim konversi angiotensin (penghambat ACE)

Obat ini bekerja melalui penghambatan aksi dari sistem renin-angiotensin.

Efek utama ACE inhibitor adalah menurunkan efek enzim pengubah

angiotensin (angiotensin-converting enzyme). Kondisi ini akan

menurunkan perlawanan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.

d. Antagonis kalsium

Merupakan sekelompok obat yang bekerja mempengaruhi jalan masuk

kalsium sel sel dan mengendurkan otot otot di dalam dinding pembuluh darah

sehingga menurunkan perlawanan terhadap aliran darah dan tekanan darah.

Yang termasuk obat ini adalah Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil.Efek

samping yang mungkin timbul adalah sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.

2. Terapi Non Farmakologi

Upaya pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan pengobatan non

farmakologis, termasuk mengubah gaya hidup yang tidak sehat. Penderita

hipertensi membutuhkan perubahan gaya hidup yang sulit dilakukan dalam

jangka pendek. Oleh karena itu, faktor yang menentukan dan membantu

kesembuhan pada dasarnya adalah diri sendiri. Perubahan gaya hidup sehat

bagi penderita hipertensi yaitu :

15
a. Mengontrol pola makan

Mengkonsumsi garam sebaiknya tidak lebih dari 2000 sampai 2500 miligram.

karena tekanan darah dapat meningkat bila asupan garam meningkat.

Pembatasan asupan sodium dapat mempertinggi efek sebagian besar obat yang

digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi kecuali kalsium

antagonis.Penderita hipertensi sebaiknya lemak kurang dari 30% dari konsumsi

kalori setiap hari. Mengkonsumsi banyak lemak akan berdampak pada kadar

kolesterol yang tinggi. Kadar kolesterol yang tinggi meningkatkan risiko terkena

penyakit jantung.

b. Tingkatkan konsumsi potasium dan magnesium

Pola makan yang rendah potasium dan magnesium menjadi salah satu faktor

pemicu tekanan darah tinggi. Buah buahan dan sayuran segar merupakan sumber

nutrisi terbaik tuntuk menurunkan tekanan darah.

c. Makan makanan jenis padi padian

Bagi orang yang mengkonsumsi sedikitnya satu porsi sereal dari jenis padi

padian per hari mempunyai kemungkinan yang sangat kecil untuk terkena

penyakit jantung. Semakin banyak mengkonsumsi padi padian, semakin

rendah risiko penyakit jantung koroner, termasuk terkena penyakit

hipertensi.

e. Aktivitas olahraga

Melalui olahraga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobic selama 30-

45 menit per hari ) dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan

tekanan darah, berjalan kaki misal jalan jalan dipagi/sore hari, berenang di kolam

16
renang selama 30 menit, bersepeda selama 2-3 kali selama satu minggu, berlari

setiap hari dimana melakukan latihan ringan pada awalnya dan ditingkatan secara

perlahan dll.

f. Bantuan dari kelompok pendukung

Sertakan keluarga dan teman menjadi kelompok pendukung pola hidup sehat.

Sehingga keluarga dan teman teman mengerti sepenuhnya tentang besarnya risiko

jika tekanan darah tidak terkendali. Dengan demikian keluarga dan teman akan

membantu dengan memperhatikan makanan atau mengingatkan saat tiba

waktunya untuk minum obat atau untuk untuk melakukan aktivitas berjalan jalan

setiap hari.

3. Terapi Herbal

Di dalam Traditional Chinesse Pharmacology, ada lima macam cita rasa dari

tanaman obat yaitu pedas, manis, asam, pahit dan asin. Pengkajian jenis obat obatan

herbal khususnya dalam terapi hipertensi disuguhkan dengan beberapa cara, misalnya

dengan dimakan langsung, disajikan dengan dibuat jus untuk diambil sarinya, diolah

menjadi obat ramuan ataupun dimasak sebagai pelengkap menu sehari hari. Adapun

tanaman obat tradisional yang dapat digunakan untuk penyakit hipertensi yaitu:

bawang putih, seledri, belimbing wuluh, belimbing, wortel, teh, mengkudu,

mentimun, dan lain lain.

2.1.9 Komplikasi

Menurut Dalimartha (2019), penderita hipertensi berisiko terserang penyakit

17
lain yang menyebabkan komplikasi, beberapa penyakit yang timbul sebagai akibat

hipertensi di antara nya sebagai berikut :

1) Penyakit Jantung koroner

Penyakit ini sering di alami penderita hipertensi sebagai akibat terjadi nya

pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung. Penyempitan lubang

pembuluh darah jantung menyebabkan berkurangnya aliran darah pada

beberapa bagian otot jantung. Hal ini menyebabkan rasa nyeri di dada dan

dapat berakibat gangguan pada otot jantung. Bahkan, dapat menyebabkan

timbul nya serangan jantung.

2) Gagal Jantung

Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat untuk

memompa darah. Kondisi itu berakibat otot jantung akan menebal dan

merenggang sehingga daya pompa otot menurun. Pada akhirnya dapat terjadi

kegagalan kerja jantung secara umum. Tanda - tanda adanya komplikasi yaitu

sesak napas, napas putus - putus (pendek), dan terjadi pembengkakan pada

tungkai bawah serta kaki.

3) Kerusakan pembuluh darah otak

Beberapa penelitian di luar negeri mengungkapkan bahwa hipertensi menjadi

penyebab utama pada kerusakan pembuluh darah otak. Ada dua jenis kerusakan

yang di timbulkan yaitu pecahnya pembuluh darah dan rusaknya dinding

pembuluh darah. Dampak akhirnya, seseorang bisa mengalami stroke dan

kematian.

4) Gagal Ginjal

18
Gagal ginjal merupakan peristiwa di mana ginjal tidak dapat berfungsi

sebagaimana mestinya. Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi, yaitu

nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna. Nefrosklerosis benigna

terjadi pada hipertensi yang berlangsung lama sehingga terjadi pengendapan

fraksi - fraksi plasma pada pembuluh darah akibat proses menua. Hal itu akan

menyebabkan daya permeabilitas dinding pembuluh darah berkurang. Adapun

nefrosklerosis maligna merupakan kelainan ginjal yang di tandai dengan naiknya

tekanan diastole di atas 130 mmHg yang disebabkan terganggunya fungsi ginjal.

5) Stroke

Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak atau akibat embolus

yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajang tekanan tinggi. Stroke

dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri yang memperdarahi otak

mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang

diperdarahi berkurang. Arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat

melemah sehingga meningkatkan kemingkinan terbentuknya aneurisma.

6) Infark Miokard

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak

dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus

yang menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis

dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat

dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian

juga, hipertrofi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan

peningkatan resiko pembekuan darah.

19
7) Ensefalopati (kerusakan otak)

Ensefalopati dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang

meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan sanga tinggi pada kelainan ini

menyebabkan peningkatan kapiler dan mendorong cairan keruang interstisial di

seluruh susunan saraf pusat. Neuron- neuron di sekitarnya kolaps dan terjadi

koma serta kematian.

8) Kejang

Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsi. Bayi yang lahir mungkin memiliki

berat lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat,

kemudian dapat mengalami hipoksia, ibu mengalami kejang selama atau

sebelum proses perasalinan.

20
BAB III

ASKEP TEORITIS

3.1 Asuhan Keperawatan Komunitas pada dengan Hipertensi

3.1.1 Pengkajian

Pengkajian menggunakan pendekatan community as partner meliputi : data inti dan

data sub sistem.

A. Data Inti komunitas meliputi :

1. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas

a. Lokasi

b. Batas wilayah/wilayah

2. Data demografi

 Jumlah penderita hipertensi

 Berdasarkan jenis kelamin

 Berdasarkan kelompok penderita Hipertensi

Anak-anak, Remaja, Dewasa, Lansia, Ibu hamil.

Pada umumnya usia > 60 tahun lebih banyak yang

menderita hipertensi.

B. Data sub sistem

1. Data lingkungan fisik

a. Fasilitas umum dan kesehatan

21
1) Fasilitas umum

22
Sarana kegiatan kelompok, meliputi : Karang taruna, Pengajian,

Ceramah agama, PKK.

2) Tempat perkumpulan umum

Balai desa, RW, RT, Masjid/Mushola.

3) Fasilitas kesehatan

Pemanfaatan fasilitas kesehatan, presentasi pemakaian sarana atau

fasilitas kesehatan. Puskesmas, Rumah sakit, Para dokter swasta,

Praktek kesehatan lain.

4) Kebiasaan check up kesehatan

2. Ekonomi

a. Karekteristik pekerjaan

b. Penghasilan rata-rata perbulan

3. Keamanan dan transportasi

a. Keamanan :

1) Diet makan

Kebiasaan makan makanan asin, Kebiasaan makan makanan

berlemak , Lain-lain.

2) Kepatuhan terhadap diet

3) Kebiasaan berolahraga

4) Struktur organisasi : ada / tidak ada

5) Terdapat kepala desa dan perangkatnya

6) Ada organisasi karang taruna

23
7) Kelompok layanan kepada masyarakat (pkk, karang taruna, panti,

posyandu)

8) Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan: tidak ada /

ada ( Sebutkan )

9) Kebijakan pemerintah khusus untuk penyakit Hipertensi : ada /

belum ada

10) Peran serta partai dalam pelayanan kesehatan : ada /

belum ada

4. Sistem komunikasi

a) Fasilitas komunikasi yang ada

Radio, TV, Telepon/handphone, Majalah/koran.

b) Fasilitas komunikasi yang menunjang untuk kelompok

dengan Hipertensi

1. Poster tentang diit Hipertensi

2. Pamflet tentang penanganan Hipertensi

3. Leaflet tentang penanganan Hipertensi

4. Kegiatan yang menunjang kegiatan Hipertensi

5. Penyuluhan oleh kader dari masyarakat dan oleh petugas kesehatan

dari Puskesmas Pendidikan Distribusi pendudukan berdasarkan tingkat

pendidikan formal : SD, SLTP, SLTA, Perguruan tinggi.

24
6. Rekreasi

Tempat wisata yang biasanya dikunjungi untuk rekreasi.

3.1.2 Prioritas Masalah & Diagnosa Keperawatan

A. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakmampuan masyarakat menggunakan pelayanan kesehatan

berhubungan dengan pengetahuan masyarakat yang kurang.

2. Kurangnya kesadaran tentang masalah Hipertensi berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan perubahan-perubahan

pada masyarakat

3. Ketidakpatuhan untuk memeriksakan kesehatan berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan tentang kesehatan hipertensi.

4. Kurang pengetahuan tentang diet hipertensi berhubungan dengan

ketidakmampuan mengambil keputusan tentang pemilihan , pengolahan

serta pengaturan diet hipertensi.

25
B. Menentukan prioritas masalah dengan mengguanakan

tabel prioritas masalah :

Ada berbagai cara menentukan prioritas


masalah, diantaranya :

1. Metode Paper and Pencil Tool ( Ervin, 2002 )

Masalah Pentingnya Kemungkinan Peningkatan Total

masalah perubahan terhadap

untuk positif jika kualitas

dipecahkan : diatasi : hidup bila

diatasi :
1. Rendah 0. Tidak ada

2. Sedang 1. Rendah 0. Tidak

3. Tinggi 2. Sedang ada

3. Tinggi 1. Rendah

2. Sedang

26
2. Metode penepisan OMAHA

N Masala 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 Tota

o h 0 1 2 l

Keterangan :

1) Sesuai dengan peran perawat komunitas

2) Jumlah yang beresiko

3) Besarnya resiko

4) Kemunkinan untuk penkes

5) Minat masyarakat

6) Kemungkinan untuk di atasi

7) Sesuai dengan program pemerintah

8) Sumber daya tempat

9) Sumber daya waktu

10) Sumber daya dana

11) Sumber daya peralatan

12) Sum

ber daya

orang

Score :

0 : Sangat rendah

27
1–2 : Rendah

3–4 : Sedang

5 : Tinggi

3. Skoring diagnosis keperawatan komunitas ( Depkes, 2003 )

Masalah 1 2 3 4 5 6 Total

Keterangan :

1. Perhatian masyarakat

2. Prevalensi kejadian

3. Berat ringannya masalah

4. Kemungkinan masalah untuk diatasi

5. Tersedianya sumber daya masyarakat

6. Aspek politis

Score :

0 : Sangat rendah

1–2 : Rendah

3–4 : Sedang

5 : Tinggi

28
3.1.3 Rencana Keperawatan/Intervensi

Diagnosa 1 : Ketidakmampuan masyarakat menggunakan pelayanan kesehatan

berhubungan dengan pengetahuan masyarakat yang kurang.

a. Tujuan

1) Tujuan jangka panjang : Kelompok Lansia RW V mampu

memanfaatkan pelayanan fasilitas kesehatan yang disediakan

secara efektif.

2) Tujuan jangka pendek

Kelompok RW V mampu:

a) Mengetahui manfaat berobat ke fasilitas kesehatan

yang ada.

b) Mampu meningkatkan kesadaran untuk mengikuti

kegiatan

b. Kriteria Hasil

1) Kegiatan pelayanan posyandu ldapat berjalan secara

efektif.

2) Meningkatkan derajat kesehatan masyrakat

c. Intervensi

1. Motivasi lansia untuk menggunakan sarana kesehatan yang disediakan

atau pergi ke posyandu Lansia secara rutin.

2. Beri penyuluhan tentang Hipertensi serta dampak jika tidak periksa atau

ditindaklanjuti.

29
3. Kerjasama dengan lintas sektor : Kader dan Tokoh Masyarakat untuk

rutin menghadiri Posyandu agar jadi contoh kepada setempat.

c. Penanggung Jawab

1. Ketua Kader
2. Bidan setempat

d. Waktu Pelaksanaan :

e. Tempat Pelaksanaan :

f. Metode : Ceramah dan Tanya Jawab

g. Media yang digunakan : Leaflet dan SAP

2. Diagnosa 2 : Kurangnya kesadaran tentang masalah kesehatan masyarakat

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan kesehatan dan perubahan-perubahan

pada masyarakat

a. Tujuan

1) Tujuan jangka panjang : Kelompok masyarakat RW V mengerti tentang

perubahan – perubahan yang terjadi pada usia

2) Tujuan jangka pendek

Kelompok RW V mampu:

a) Mengerti penyebab perubahan – perubahan yang terjadi

b) Mampu menjaga kesehatan diri sendiri.

b. Kriteria Hasil

1) mampu menyebutkan perubahan apa yang terjadi pada

dirinya.

30
2) Mampu menjelaskan penyebab perubahan yang terjadi

31
c. Intervensi

1. Beri penyuluhan tentang kesehatan serta perubahan – perubahan yang

terjadi pada masyarakat

2. Beri leaflet tentang kesehatan untuk membantu pemahaman para

masayarakat

3. Kerjasama dengan lintas program dan sektor : kader lansia setempat untuk

melanjutkan memberi pendidikan kesehatan tentang kesehatan masyarakat.

d. Penanggung Jawab

1. Ketua Kader

2. Bidan setempat

e. Waktu Pelaksanaan :

f. Tempat Pelaksanaan :

g. Metode : Ceramah dan Tanya Jawab

h. Media yang digunakan : Leaflet dan SAP

3.1.4 Pelaksanaan

Adalah pelaksanaan kegiatan – kegiatan yang telah direncanakan dengan

melibatkan secara aktif masyarakat melalui kelompok – kelompok yang ada di

masyarakat, tokoh – tokoh masyarakat dan bekerjasama dengan pimpinan formal di

masyarakat, Puskesmas/Dinas Kesehatan atau sektor terkait lainnya, yang meliputi

kegiatan :

Promotif :

32
1. Penyuluhan kesehatan/pendidikan kesehatan

2. Standarisasi nutrisi yang baik

3. Pemeriksaan kesehatan secara periodik

Preventif :

1. Pencegahan penyakit dan masalah kesehatan

2. Pemberian nutrisi khusus

3. Pemeriksaan kesehatan secara berkala


4. Pelayanan kesehatan lansung :
a. Pelayanan kesehatan di Posyandu
b. Rujukan
3.1.5 Tahap Evaluasi

a. Perkembangan masalah kesehatan yang telah ditemukan

b. Pencapaian tujuan keperawatan ( Terutama Tujuan Jangka

Pendek )

c. Efektifitas dan efisien tindakan/kegiatan yang telah dilakukan Rencana tindak


lanjut

33
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal

tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu

periode. Hal tersebut terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi arteriole

membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri.

Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat

menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah.

4.2 Saran

34

Anda mungkin juga menyukai