Anda di halaman 1dari 30

EPIDEMIOLOGI HIPERTENSI

DR. MAWARDI, MKM


DOSEN PRODI KESMAS FKM UNIFOX
BUKIT TINGGI
HIPERTENSI
Hipertensi adalah suatu penyakit yang paling
umum dan paling berbahaya dalam kehidupan
modern.

Hipertensi yang lebih dikenal dengan penyakit


darah tinggi memang bukan pembunuh sejati.
Tetapi penyakit ini digolongkan sebagai the
silent killer (pembunuh diam-diam) (Myrank,
2009).
HIPERTENSI

Adalah kondisi medis yang terkait akibat


peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam
jangka waktu lama), dimana penderita yang
mempunyai tekanan darah melebihi 140/90
mmHg.

Tekanan darah yang selalu tinggi merupakan salah


satu resiko utama penyebab stroke, serangan
jantung, gagal ginjal kronik, dan aneurisma
arterial (Adib, 2009).
HIPERTENSI
 Secara umum hipertensi merupakan suatu
keadaan tanpa gejala, dimana tekanan abnormal
tinggi didalam arteri menyebabkan meningkatnya
resiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan
jantung dan kerusakan ginjal (Depkes RI, 2003)

 Hipertensi merupakan gangguan sistem


peredaran darah yang menyebabkan kenaikan
tekanan darah di atas nilai normal (140/90
mmHg atau lebih) ( WHO, 2012).
Klasifikasi Hipertensi

No Klasiifiksi Tekanan Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah


Darah (mmHg) Diastolik (mmHg)

1 Normal < 120 < 80


2 Pre Hipertensi 120 – 139 80 – 89
3 Hipertensi tahap I 140 – 159 90 – 99
4 Hipertensi Tahap II >160 >100

Secara umum penderita dikatakan hipertensi bila tekanan darah > 140/90 mmHg untuk
rata-rata 2 kali pemeriksaan atau lebih dari pada waktu yang berbeda (Laboratotium
Klinik Prodia, 2004).
Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya dapat diklasifikasikan:
1. Hipertensi primer, yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya.
2. Hipertensi sekunder, yaitu hipertensi yang disebabkan
oleh penyakit, obat- obatan, maupun kehamilan.

Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO Berdasarkan


Tekanan Diastolik
Kategori Tkana Darah Diastolik
Derajat I (ringan) 95 – 109 mmHg
Derajat II (sedang) 110 – 119 mmHg
Derajat III (berat) >120 mmHg
Patofisiologi Hipertensi
 Patofisiologi hipertensi belum diketahui secara
pasti,

 pada hipertensi essensial, faktor genetik,


lingkungan serta gaya hidup dapat
mempengaruhi fungsi dan struktur sistem
kardiovaskular, ginjal, dan neurohormonal hingga
menimbulkan peningkatan tekanan darah kronik.
Patofisiologi Hipertensi
1. Faktor genetik, polimorfisme lokus-lokus gen yang
terlibat dalam regulasi reseptor angiotensin I dan
aldosterone synthase berisiko menimbulkan
hipertensi.

Dalam suatu studi, pada pasien hipertensi dengan


partisipan etnis Cina didapatkan mutasi gen α-
adducin yang berperan dalam aktivitas enzimatik
pompa ion Na+/K+/ATPase terkait absorpsi sodium
di ginjal mengakibatkan peningkatan sensitivitas
terhadap garam.
Patofisiologi Hipertensi
2. Perubahan sistem kardiovaskular
Kelainan pada pembuluh darah berperan terhadap total
resistensi perifer. Vasokonstriksi dapat disebakan
peningkatan akitivitas saraf simpatis, gangguan regulasi
faktor lokal (nitrit oxide, faktor natriuretik, dan endothelin)
yang berperan dalam pengaturan tonus vaskular

3. Kelainan pada ginjal berupa defek kanal ion


Na+/K+/ATPase, abnormalitas regulasi hormon renin-
angiotensin-aldosteron serta gangguan aliran darah ke
ginjal. Gangguan pada tekanan natriuresis juga dapat
mengganggu pengaturan eksresi sodium hingga
mengakibatkan retensi garam dan cairan.
Patofisiologi Hipertensi
4. Peningkatan kadar vasokonstriktor seperti
angiotensin II atau endotelin berhubungan
dengan peningkatan total resistensi perifer dan
tekanan darah.

5. Pola diet tinggi garam terutama pada pasien


dengan sensitivitas garam yang tinggi
berkontribusi dalam menimbulkan tekanan darah
tinggi.
Patofisiologi Hipertensi
6. Pola hidup yang tidak sehat seperti inaktivitas fisik
dan pola diet yang salah dapat menimbulkan obesitas.

Obesitas dapat memicu hipertensi melalui beberapa


mekanisme di antaranya kompresi ginjal oleh lemak
retroperitoneal dan visceral.
Peningkatan lemak visceral terutama lemak
retroperitoneal dapat memberikan efek kompresi
pada vena dan parenkim renal sehingga
meningkatkan tekanan intrarenal, mengganggu
natriuresis tekanan hingga mengakibatkan hipertensi
Kelompok Resiko Tinggi
Hipertensi
1. Orang Tua

 Hal itu karena pertambahan usia membuat


pembuluh darah kehilangan elastisitasnya secara
bertahap yang bisa berkontribusi pada
meningkatnya tekanan darah.

 Itulah mengapa orang yang berusia di atas 65


tahun lebih rentan untuk mengalami hipertensi.
Kelompok Resiko Tinggi
Hipertensi
2. Orang Afrika
 Hipertensi sangat umum terjadi di antara orang-
orang keturunan Afrika, yang seringkali
berkembang pada usia yang lebih dini dibanding
orang kulit putih.

 Komplikasi serius, seperti stroke, serangan


jantung, dan gagal ginjal juga lebih sering terjadi
pada orang-orang keturunan Afrika.
Kelompok Resiko Tinggi Hipertensi
3. Orang dengan Keluarga Hipertensi Bila kamu
memiliki orangtua atau kerabat dekat lainnya yang
memiliki tekanan darah tinggi, kamu berisiko lebih
besar untuk mengalaminya juga.

4. Orang yang Memiliki Berat Badan Berlebih


Semakin tinggi berat badan kamu, semakin banyak
darah yang kamu butuhkan untuk memasok oksigen dan
nutrisi ke jaringan tubuh kamu. Ketika jumlah darah
yang mengalir melalui pembuluh darah meningkat,
begitu pula tekanan pada dinding arteri kamu.
Kelompok Resiko Tinggi Hipertensi
5. Orang yang Malas Bergerak
Orang yang tidak aktif cenderung memiliki
detak jantung yang lebih tinggi.
Semakin tinggi detak jantung kamu, semakin
keras jantung kamu harus bekerja dengan setiap
kontraksi, dan semakin kuat tekanan pada arteri
kamu.
Kurangnya aktivitas fisik juga bisa
meningkatkan risiko obesitas, yang merupakan
faktor risiko hipertensi
Kelompok Resiko Tinggi Hipertensi

6. Perokok
Bukan hanya orang yang merokok atau
mengunyah tembakau secara langsung saja yang
berisiko terserang hipertensi, namun perokok
pasif yang menghirup bahan kimia dalam
tembakau juga memiliki risiko yang sama
terhadap hipertensi
Kelompok Resiko Tinggi Hipertensi

7. Alkoholik
Kebiasaan minum alkohol secara berlebihan
bisa merusak kesehatan jantung. Pada wanita,
minum lebih dari satu gelas alkohol sehari bisa
memengaruhi tekanan darah, sedangkan minum
lebih dari dua gelas alkohol sehari bisa
memengaruhi tekanan darah pria.
Kelompok Resiko Tinggi Hipertensi

8. Pecinta Makanan Asin


Mengonsumsi makanan yang mengandung garam
tinggi bisa membuat tubuh kamu menahan cairan
yang bisa meningkatkan tekanan darah kamu.

9. Pengidap Penyakit Kronis


Orang yang mengidap diabetes, penyakit ginjal,
dan sleep apnea berisiko tinggi mengalami
hipertensi
Distribusi Geografis Hipertensi
 Di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau
26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi
dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1%
wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat
menjadi 29,2% di tahun 2025.

 Di Amerika kasus hipertensi juga tinggi. Data


NHANES 2012 menunjukkan 80 juta penduduk
(32,6%) usia ≥20 tahun menderita hipertensi
dengan didominasi oleh laki-laki pada populasi
usia 20-45 tahun.
Distribusi Geografis Hipertensi
 Di Asia tercatat 38,4 juta penderita hipertensi
pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 67,4
juta orang pada tahun 2012.

 Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta


berada di negara maju dan 639 juta sisanya
berada di negara sedang berkembang, temasuk
Indonesia (WHO, 2011).
Faktor Resiko Hipertensi
1. Kolesterol dimana kandungan lemak yang berlebih dalam
darah dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada
dinding pembuluh darah sehingga dapat membuat
pembuluh darah menyempit darah akibatnya tekanan
darah akan meningkat.

2. Keturunan: kemungkinan untuk menderita hipertensi pada


seseorang yang orang tuanya memiliki riwayat hipertensi
sebesar 2 kali lipat dibandingkan dengan orang lain yang
tidak memiliki riwayat hipertensi pada orang tuanya
(Kaplan 1998) . Sekitar 70-80% pasien hipertensi
memiliki riwayat faktor hipertensi dalam keluarganya
(Nasrin kodim, 2001).
Faktor Resiko Hipertensi
3. Penyakit organis, yang paling umum adalah penyakit
peradangan ginjal dimana terjadi kondisi yang
mempersempit arteri ginjal (renal atropi, hipoplasia, renal
atritensis), yang mengurangi pasokan darah keginjal dan
meningkatkan tekanan darah, selain itu peningkatan
produksi zat sejenis hormone, yang disebut rennin, oleh
ginjal yang cacat memicu dimulainya hipertensi.

4. Kegemukan, gaya hidup yang tidak sehat, jarang


berolahraga, stress, alkohol dan garam dalam makanan
juga bisa memicu terjadinya hipertensi.
Gejala Hipertensi
Pada sebagian besar penderita tekanan darah tinggi tidak
menimbulkan gejala. Meskipun secara tidak sengaja,
beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
memiliki hubungan dengan tekanan darah tinggi. Yakni:

1. sakit kepala,
2. pendarahan hidung,
3. pusing,
4. wajah kemerahan dan
5. kelelahan.
Gejala Hipertensi
Biasanya, gejala-gejala yang dialami penderita
hipertensi bersifat menahun, berat, dan tidak bisa
diobati. Misalnya:

1. sakit kepala,
2. kelelahan,
3. mual, muntah,
4. sesak napas,
5. gelisah dan
6. pandangan menjadi kabur, (Adib, 2009).
Diagnosis Hipertensi

Dokter atau tenaga ahli biasanya akan memakaikan manset


lengan tiup di sekitar lengan dan mengukur tekanan darah
dengan menggunakan alat pengukur tekanan.

 Hasil pengukuran tekanan darah dibagi menjadi empat


kategori umum:
 Tekanan darah normal adalah tekanan darah di bawah
120/80 mmHg.

 Prahipertensi adalah tekanan sistolik yang berkisar dari 120–


139 mmHg, atau tekanan darah diastolik yang berkisar dari
80–89 mmHg.
Diagnosis Hipertensi

 Prahipertensi cenderung dapat memburuk dari waktu


ke waktu.

 Hipertensi tahap 1 adalah tekanan sistolik berkisar


140–159 mmHg, atau tekanan diastolik berkisar 90–
99 mm Hg.

 Hipertensi tahap 2 tergolong lebih parah. Hipertensi


tahap 2 adalah tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih
tinggi, atau tekanan diastolik 100 mmHg atau lebih
tinggi.
Pencegahan Hipertensi

Terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan


untuk mencegah hipertensi, yaitu:

1. Mengonsumsi makanan sehat.


2. Batasi asupan garam.
3. Mengurangi konsumsi kafein yang berlebihan.
4. Berhenti merokok
5. Berolahraga secara teratur.
6. Menjaga berat badan.
7. Mengurangi konsumsi minuman beralkohol.
Pengobatan Hipertensi

 Sebagian pengidap hipertensi harus mengonsumsi obat


seumur hidup guna mengatur tekanan darah. Namun, jika
tekanan darah sudah terkendali melalui perubahan gaya
hidup, penurunan dosis obat atau konsumsinya dapat
dihentikan.
 Obat-obatan yang umumnya diberikan kepada para
pengidap hipertensi, antara lain:

1. Obat untuk membuang kelebihan garam dan cairan di


tubuh melalui urine. Pasalnya, hipertensi membuat
pengidapnya rentan terhadap kadar garam tinggi dalam
tubuh.
Pengobatan Hipertensi
2. Obat untuk melebarkan pembuluh darah sehingga tekanan
darah bisa menurun. Perlu diketahui bahwa hipertensi
membuat pengidapnya rentan mengalami sumbatan pada
pembuluh darah.

3. Obat yang bekerja untuk memperlambat detak jantung dan


melebarkan pembuluh darah.

4. Obat penurun tekanan darah yang berfungsi untuk membuat


dinding pembuluh darah lebih rileks.

5. Obat penghambat renin untuk menghambat kerja enzim yang


berfungsi menaikkan tekanan darah. Jika renin bekerja
berlebihan, tekanan darah akan naik tidak terkendali.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai