Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

M DENGAN MASALAH HIPERTENSI


DI DUSUN TAMBALAN RT 04 PLERET

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Stase Keperawatan Gerontik

Disusun Oleh:
M. Yusuf Ashari (24211480)
Ayun Pertiwi (24211481)
Rizca Fatiyah J Rahman (24211482)
Nur Qomariyah (24211483)
Miya Wahidah Mutaqin (24211484)
Choirul Anwar (24211485)
Rikani (24211486)
Siti Hardiyanti Rukmana (24211487)
Asri Setiowati (24211488)
Anike Sapri Asnia Junyur (24211489)
Tiana Putri Ladjamu (24211490)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGAKATAN


XVII SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Hipertensi


1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka morbiditas
maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase
darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 mmHg
menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto, 2014). Hipertensi
adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau
tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit
saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar
resikonya (Price, 2015).
Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan sebutan hipertensi ini
merupakan suatu meningkatnya tekanan darah di dalam arteri atau tekanan systole
> 140 mmhg dan tekanan diastole sedikitnya 90 mmHg. Secara umum, hipertensi
merupakan suatu keadaan tanpa gejala, di mana tekanan yang abnormal tinggi di
dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.

2. Etiologi Hipertensi
Menurut Smeltzer dan Bare (2000) penyebab hipertensi dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Hipertensi Esensial atau Primer
Menurut Lewis (2000) hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi
dimana penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan. Kurang lebih 90%
penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial sedangkan 10% nya
tergolong hipertensi sekunder. Onset hipertensi primer terjadi pada usia 30-50
tahun. Pada hipertensi primer tidak ditemukan penyakit renovakuler,
aldosteronism, pheochro-mocytoma, gagal ginjal, dan penyakit lainnya.
Genetik dan ras merupakan bagian yang menjadi penyebab timbulnya
hipertensi primer, termasuk faktor lain yang diantaranya adalah faktor stress,
intake alkohol moderat, merokok, lingkungan, demografi dan gaya hidup.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui,
antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
(hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme). Golongan
terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka
penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi
esensial. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada:
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kekmampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

3. Faktor Resiko Hipertensi


Faktor-faktor risiko hipertensi terbagi dalam 2 kelompok yaitu faktor yang tidak
dapat diubah dan faktor yang dapat diubah:
a. Faktor yang dapat diubah
1) Gaya hidup modern
Kerja keras penuh tekanan yang mendominasi gaya hidup masa kini
menyebabkan stres berkepanjangan. Kondisi ini memicu berbagai
penyakit seperti sakit kepala, sulit tidur, gastritis, jantung dan hipertensi.
Gaya hidup modern cenderung membuat berkurangnya aktivitas fisik
(olah raga). Konsumsi alkohol tinggi, minum kopi, merokok. Semua
perilaku tersebut merupakan memicu naiknya tekanan darah.
2) Pola makan tidak sehat
Tubuh membutuhkan natrium untuk menjaga keseimbangan cairan dan
mengatur tekanan darah. Tetapi bila asupannya berlebihan, tekanan darah
akan meningkat akibat adanya retensi cairan dan bertambahnya volume
darah. Kelebihan natrium diakibatkan dari kebiasaan menyantap makanan
instan yang telah menggantikan bahan makanan yang segar. Gaya hidup
serba cepat menuntut segala sesuatunya serba instan, termasuk konsumsi
makanan. Padahal makanan instan cenderung menggunakan zat pengawet
seperti natrium berzoate dan penyedap rasa seperti monosodium glutamate
(MSG). Jenis makanan yang mengandung zat tersebut apabila dikonsumsi
secara terus menerus akan menyebabkan peningkatan tekanan darah
karena adanya natrium yang berlebihan di dalam tubuh.
3) Obesitas
Saat asupan natrium berlebih, tubuh sebenarnya dapat membuangnya
melalui air seni. Tetapi proses ini bisa terhambat, karena kurang minum
air putih, berat badan berlebihan, kurang gerak atau ada keturunan
hipertensi maupun diabetes mellitus. Berat badan yang berlebih akan
membuat aktifitas fisik menjadi berkurang. Akibatnya jantung bekerja
lebih keras untuk memompa darah.Obesitas dapat ditentukan dari hasil
indeks massa tubuh (IMT). IMT merupakan alat yang sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan. Penggunaan IMT hanya berlaku
untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan
pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan (Supariasa, 2012).
Tabel Indeks Massa Tubuh (IMT)
Kategori IMT
Kurus Kekurangan BB tingkat berat < 17
Kekurangan BB tingkat ringan 17-18,4
Normal BB normal 18,5-25
Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan 25,1-27
Obesitas Kelebihan BB tingkat berat <27

b. Faktor yang tidak dapat diubah


1) Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga
itu mempunyai resiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar Sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
Potassium terhadap Sodium, individu dengan orang tua yang menderita
hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar daripada orang yang
tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi (Anggraini dkk,
2009)
2) Usia
Hipertensi bisa terjadi pada semua usia, tetapi semakin bertambah usia
seseorang maka resiko terkena hipertensi semakin meningkat. Penyebab
hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada, elastisitas dinding aorta menurun, katub jantung menebal
dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1%
setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa
darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya,
kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer (Smeltzer, 2009).
3) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan wanita sama, akan tetapi
wanita pramenopause (sebelum menopause) prevalensinya lebih terlindung
daripada pria pada usia yang sama. Wanita yang belum menopause
dilindungi oleh oleh hormone estrogen yang berperan meningkatkan kadar
High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolestrol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis yang dapat menyebabkan hipertensi (Price & Wilson, 2006).

4. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan hasil ukur tekanan darah menurut Joint
National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Bloods
Preassure (JNC) ke-VIII dalam Smeltzer & Bare (2010) yaitu <130 mmHg untuk
tekanan darah systole dan <85 mmHg untuk tekanan darah diastole.
Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas tidak sedang
memakai obat antihipertensi dan tidak sedang sakit akut.

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)


Optimal < 120 <80
Normal <130 <85
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat) >180 >110
Sumber: Join National Committee on Detection, Evaluation and Treament of
HighBlood Preassure (JNC) ke VIII

5. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal menyekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor
kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi. Untuk pertimbangan gerontologi perubahan
struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan
arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2002).

6. Pathway Hipertensi

Sumber: Burnner & Suddart (2002)


7. Tanda dan Gejala Hipertensi
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epitaksis
h. Kesadaran menurun

Menurut Crowin (2000), menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis


timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa nyeri kepala saat
terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan
darah intracranial. Pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,
seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan
pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus). Gejala lain yang
umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit
kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-
lain.

8. Komplikasi Hipertensi
a. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga
aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri
otak yang mengalami aterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma. Gejala terkena stroke
adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti orang bingung, limbung atau
bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah
atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak
dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.
b. Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang arteroklerosis tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
thrombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.
Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen
miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung
yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat
menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel
sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko
pembentukan bekuan (Corwin, 2000).
c. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya membrane
glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan
terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan
rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga
tekanan osmotic koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering
dijumpai pada hipertensi kronik.
d. Gagal jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat
untuk memompa darah yang menyebabkan pembesaran otot jantung kiri
sehingga jantung mengalami gagal fungsi. Pembesaran pada otot jantung kiri
disebabkan kerja keras jantung untuk memompa darah.
e. Kerusakan pada Mata
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh
darah dan saraf pada mata.

9. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian
dan pemeliharaan tekanan darah di atas 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan
penyakit hipertensi meliputi :
a. Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi menurut Saferi & Mariza (2013),
merupakan penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain:
1) Golongan Diuretik
Diuretik thiazide biasanya membantu ginjal membuang garam dan air,
yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga
menurunkan tekanan darah.
2) Penghambat Adrenergik
Penghambat adrenergik, merupakan sekelompok obat yang terdiri dari
alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang
menghambat sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis adalah sistem
saraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stress,
dengan cara meningkatkan tekanan darah.
3) ACE-inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor) menyebabkan
penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.
4) Angiotensin-II-bloker
Angiotensin-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan
suatu mekanisme yang mirip ACE-inhibitor.
5) Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan
mekanisme yang berbeda.
6) Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah.
7) Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat
yang menurunkan tekanan darah tinggi dengan cepat dan segera.
Beberapa obat bisa menurunkan tekanan darah dengan cepat dan
sebagian besar diberikan secara intravena : diazoxide, nitroprusside,
nitroglycerin, labetalol.
b. Nonfarmakologi
Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan nonfarmakologi sangat
penting untuk mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan
nonfarmakologis pada penderita hipertensi bertujuan untuk menurunkan
tekanan darah tinggi dengan cara memodifikasi faktor resiko yaitu:
1) Mempertahankan berat badan ideal. Mempertahankan berat badan yang
ideal sesuai Body Mass Index dengan rentang 18,5 – 24,9 kg/m2. BMI
dapat diketahui dengan rumus membagi berat badan dengan tinggi badan
yang telah dikuadratkan dalam satuan meter. Obesitas yang terjadi dapat
diatasi dengan melakukan diet rendah kolesterol kaya protein dan serat.
Penurunan berat badan sebesar 2,5 – 5kg dapat menurunkan tekanan
darah diastolik sebesar 5 mmHg (Dalimartha, 2008).
2) Mengurangi asupan natrium (sodium) dengan melakukan diet rendah
garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4
gr garam/hari), atau dengan mengurangi konsumsi garam sampai dengan
2300 mg setara dengan satu sendok teh setiap harinya. Penurunan
tekanan darah sistolik sebesar 5 mmHg dan tekanan darah diastolik
sebesar 2,5 mmHg dapat dilakukan dengan cara mengurangi asupan
garam menjadi
½ sendok teh/hari (Dalimartha, 2008).
3) Batasi konsumsi alkohol. Mengonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per
hari pada pria atau lebih dari 1 gelas per hari pada wanita dapat
meningkatkan tekanan darah, sehingga membatasi atau menghentikan
konsumsi alkohol dapat membantu dalam penurunan tekanan darah
(PERKI, 2015).
4) Makan K dan Ca yang cukup dari diet kalium menurunkan tekanan darah
dengan cara meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersamaan
dengan urin. Konsumsi buah-buahan setidaknya sebanyak 3-5 kali dalam
sehari dapat membuat asupan potassium menjadi cukup. Cara
mempertahankan asupan diet potasium (>90 mmol setara 3500 mg/hari)
adalah dengan konsumsi diet tinggi buah dan sayur.
5) Menghindari merokok. Merokok meningkatkan resiko komplikasi pada
penderita hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke. Kandungan
utama rokok adalah tembakau, didalam tembakau terdapat nikotin yang
membuat jantung bekerja lebih keras karena mempersempit pembuluh
darah dan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekanan darah
(Dalimartha,2008).
6) Penurunan stress. Stress yang terlalu lama dapat menyebabkan kenaikan
tekanan darah sementara. Menghindari stress pada penderita hipertensi
dapat dilakukan dengan cara relaksasi seperti relaksasi otot, yoga atau
meditasi yang dapat mengontrol sistem saraf sehingga menurunkan
tekanan darah yang tinggi (Hartono,2007).
7) Terapi relaksasi progresif
Di Indonesia, penelitian relaksasi progresif sudah cukup banyak
dilakukan. Terapi relakasi progresif terbukti efektif dalam menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi (Erviana, 2009).
a) Teknik relaksasi
Menghasilkan respon fisiologis yang terintegrasi dan juga
menganggu bagian dari kesadaran yang dikenal sebagai “respon
relaksasi Benson”. Respon relaksasi diperkirakan menghambat
sistem saraf otonom dan sistem saraf pusat serta meningkatkan
aktivitas parasimpatis yang dikarekteristikan dengan menurunnya
otot rangka, tonus otot jantung dan mengganggu fungsi
neuroendokrin. Agar memperoleh manfaat dari respons relaksasi,
ketika melakukan teknik ini diperlukan lingkungan yang tenang,
posisi yang nyaman.

B. Asuhan Keperawatan Hipertensi


Menurut Hidayat (2009), asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi meliputi:
1. Pengkajian
a. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko, antara lain: kegemukan, riwayat
keluarga positif, peningkatan kadar lipid serum, merokok sigaret berat,
penyakit ginjal, terapi hormon kronis, gagal jantung, kehamilan.
b. Aktivitas/Istirahat, gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup
monoton. Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
c. Sirkulasi, gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi. Tanda: kenaikan
TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardi, murmur
stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin
(vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.
d. Integritas Ego, gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress
multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan). Tanda:
letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian, tangisan meledak, otot
muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
e. Eliminasi, gejala: gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu).
f. Makanan/cairan, gejala: makanan yang disukai yang mencakup makanan
tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir-
akhir ini (meningkat/turun) dan riwayat penggunaan diuretik. Tanda: berat
badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria.
g. Neurosensori, gejala: keluhan pening pening/pusing, berdenyut, sakit kepala,
sub oksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah
beberapa jam), gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
Tanda: status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek,
proses pikir, penurunan kekuatan genggaman tangan.
h. Nyeri/ketidaknyamanan, gejala: angina (penyakit arteri koroner/keterlambatan
jantung), sakit kepala.
i. Pernafasan, gejala: dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,
ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat
merokok.
Tanda: distres
j. Pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas
tambahan. (krakties/mengi), sianosis.
k. Keamanan, gejala: gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit pengetahuan tentang hipertensi berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
b. Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan Kompleksitas program
perawatan/pengobatan.
c. Resiko perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hipertensi
3. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


Edukasi kesehatan (I. 12383)
1 Defisit pengetahuan tentang Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x
Observasi
hipertensi berhubungan pertemuan diharapkan Tingkat pengetahuan meningkat
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
dengan kurang terpapar dengan kriteria hasil:
informasi
informasi.
 Identifikasi faktor-faktor yang dapat
Tingkat pengetahuan (L. 12111) meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup sehat dan bersih.
Indikator Saat ini target
Terapeutik
perilaku sesuai dengan anjuran 2 4
 Sediakan materi dan media pendidikan
Kemampuan menjelaskan 3 4 kesehatan
pengetahuan tentang suatu topik  Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
Pertanyaan tentang masalah yang 2 4
 Berikan kesempatan untuk bertanya
dihadapi
Perilaku 4 5 Edukasi
 Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan
Keterangan:  Ajarkan hidup bersih dan sehat
 Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
1 : menurun
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
2 : cukup menurun
3 : sedang
4 : cukup meningkat
5 : meningkat
2 Manajemen kesehatan tidak Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x Dukungan pengambilan keputusan (I. 09265)
efektif berhubungan dengan pertemuan diharapkan manajemen kesehatan meningkat
Observasi
Kompleksitas program dengan kriteria hasil:
 Identifikasi persepsi mengenal masalah dan
perawatan / pengobatan Manajemen Kesehatan (L. 12104)
informasi yang memicu konflik
Indicator Saat ini Target
Terapeutik
Melakukan tindakan untuk 2 4
 Fasilitasi mengklarifikasi nilai dan harapan yang
mengurangi faktor resiko
membantu membuat pilihan.
Menerapkan prorgam perawatan 2 4
 Diskusi kelebihan dan kekurangan dari setiap
Aktivitas hidup sehari-hari efektif 4 5
solusi
memenuhi tujuan kesehatan
 Motivasi mengungkapkan tujuan perawatan
Verbalisasi kesulitan dalam 2 4
yang diharapakan
menjalani program
 Hormati hak pasien untuk menerima dan
perawatan/pengobatan
menolak informasi
Keterangan:
1 : menurun Edukasi
2 : cukup menurun  Informasikan alternatif solusi secara jelas
3 : sedang Berikan informasi yang diminta pasien
4 : cukup meningkat
5 : meningkat

Tarapi bekam (I.02085)


3 Resiko perfusi perifer tidak Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x
efektif berhubungan dengan pertemuan diharapkan perfusi perifer meningkat dengan Observasi :
Hipertensi kriteria hasil:  Periksa riwayat kesehatan
Perfusi perifer (L. 02011)  Identifikasi kontraindikasi terapi bekam
Indicator Saat ini Target  Lakukan pemeriksaan fisik.
Tekanan darah sistolik 2 4 Terapeutik :
Tekanan darah diastolik 2 4  Tentukan titik pembekaman
Kelemahan otot 2 4  Tentukan jenis bekam yang dilakukan
Keterangan:  Baringkan pasien senayaman mungkin
 Buka pakaian pada area yang akan dilakukan
1 : memburuk
pembekaman
2 : cukup memburuk
 Pasang sarung tangan dan alat pelindung diri
3 : sedang  Desinfeksi area yang akan dibekam dengan
4 : cukup membaik kapas alkohol atau alcohol swab
5 : membaik  Olesi kulit dengan minyak herbal untuk
meningkatkan peredaran darah.
 Lakukan pengekopan dengan tarikan
secukupnya.
 Lakukan penyayatan pada area yang telah
dilakukan bekam kering.
 Lakukan pengekopan kembali setalah dilakukan
penyayatan
 Lakukan pembekaman tidak lebih dari 5 menit
untuk menghindari hipoksia jaringan
 Buka kop dan bersihkan darah yang tertampung
 Bersihkan area yang telah dilakukan
pembekaman .
 Hindari pembekaman pada area mata, hidung,
mulut, areola mammae, kelamain, dekat
pembuluh darah besar, varises, dan jaringan
luka.
 Lakukan sterilisasi pada alat-alat bekam yang
telah digunakan.
Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan prosedur terapi bekam.
 Anjurkan berpuasa sebelum pembekaman
 Anjurkan tidak mandi 2-3 jam pasca
pembekaman.
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, S. J. (2019). Hipertensi Esensial : Diagnosa Dan Tatalaksana Terbaru


Pada Dewasa, 46(3), 172–178.

Aryantiningsih, D. S., & Silaen, J. B. (2018). Kejadian Hipertensi Pada


Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru.
Jurnal Ipteks Terapan. 12(1). 64.
https://doi.org/10.22216/jit.2018.v12i1.1483

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Aspiani, R. Y. (2016). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular.

Bickley, L. S., & Szilagyi, P. G. (2018). Buku Saku Pemeriksaan Fisik &
Riwayat Kesehatan. (p. 49).

Dinarti. & Muryanti, Y. (2017). Bahan Ajar Keperawatan: Dokumentasi


Keperawatan. 1–172.

Gobel, M. G. S., Mulyadi, N., & Malara, R. (2016). Hubungan Peran Parawat
Sebagai Care Giver Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Instalasi Gawat
Darurat Di Rsu. Gmibm Monompia Kotamobagu Kabupaten Bolaang
Mongondow. Jurnal Keperawatan. 4(2)

Hasanah, H. (2016). Teknik-Teknik Observasi. 21–46. (Sebuah Alternatif


Metode Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu Sosial). Universitas Islam
Negeri Semarang

Jumriani, A., & Indra, D. A. (2019). Determinan Kejadian Hipertensi Pada


Pengunjung Posbindu Di Wilayah Kerja Puskesmas Ballaparang Kota
Makassar. Nasional Ilmu Kesehatan. 1. 28–35.

Khairunnisa, A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi di Ruang


Angsoka di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. (Vol. 53).

Misbach, J. (2013). Aspek Diagnostik, Patofisiolofi, Managemen. Jakarta: Balai


Penerbit FKUI.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia.

PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan


Indonesia.

Saputra, Lyndon. (2014). Buku Saku Keperawatan Kardiovaskular.


TanggerangSelatan: Binarupa Aksara Publisher.

Sri & Herlina (2016). Hubungan Gangguan Mental Emosional dengan


Hipertensi pada Penduduk Indonesia. 137–144.Jakarta: Media
litbangkes

Sudarsono, E. K. R., Sasmita, J. F. A., Handyasto, A. B.,


Kuswantiningsih, N., & Arissaputra, S. S. (2017). Peningkatan
Pengetahuan Terkait Hipertensi Guna Perbaikan Tekanan Darah
pada Pemuda di Dusun Japanan, Margodadi, Seyegan, Sleman,
Yogyakarta. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (Indonesian
Journal of Community Engagement). 3(1). 26–38.

Sufa, S. A., Christantyawati, N., & Jusnita, R. A. E. (2017). Tren Gaya


Hidup Sehat dan Saluran Komunikasi Pelaku Pola Makan Food
Combining. JurnalKomunikasi Profesional. 1(2). 105–120.

Trianto. (2014). Pelayanan Peperawatan Pagi Penderita Hipertensi.


Jakarta: BumiAksara.

Wartonah, T. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan (5thed.). Salemba Medika.
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.M
DENGAN HIPERTENSI

Hari/Tanggal Pengkajian : Senin, 25 Juli 2022


Jam Pengkajian : 16.30 WIB
Sumber : Klien
Metode :Wawancara dan observasi
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
a. Data biografi
1) Nama : Ny. M
2) Umur : 70 Tahun
3) Jenis kelamin : Perempuan
4) Pendidikan terakhir : SD
5) Agama : Islam
6) Status perkawinan : Menikah
7) Alamat : Tambalan Rt 004, Trayeman Pleret Bantul

b. Penanggung Jawab
1) Nama : Tn. S
2) Jenis kelamin : Laki-laki
3) Hubungan dengan Klien : Suami
4) Alamat : Tambalan Rt 004, Trayeman Pleret Bantul
2. Riwayat Keluarga (Genogram)

X X X X

X X X X X X X X

Keterangan:

: Laki-Laki : Sudah Meninggal

: Perempuan : Garis Keturunan

: Pasien : Menikah

: Tinggal serumah

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan tidak merasa nyaman pada tengkuk leher yang terasa
kaku, kepala terasa pusing, dan jari tangan terasa tremor.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan mempunyai hipertensi dan kolesterol. Klien mengatakan
harus rutin minum obat anti hipertensi dan obat kolesterol, namun klien
takut efek sampingnya jika rutin mengkonsumsi obat, sehingga jarang
meminum obat hipertensi dan kolesterolnya, klien mengatakan tidak tahu
penting nya minum obat secara rutin. klien mengatakan tekanan darah
bulan Juli 2022 adalah 150/100 mmHg. Klien mengatakan tekanan darah
masih naik turun.
c. Riwayat Kesehatan dahulu
Ny. M mengatakan sekitar 2 bulan yang lalu pada bulan Mei 2022 saat cek
kolesterol didapatkan hasil 225 mg/dL dan tekanan darah didapatkan hasil
130/90.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Ny. M mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami hipertensi.
4. Riwayat Pekerjaan :
a. Pekerjaan saat ini
Ny. M mengatakan sudah tidak bekerja lagi.
b. Pekerjaan sebelumnya
Ny. M mengatakan pernah berjualan di rumah (membuka warung di
rumah berjualan makanan).
c. Sumber pendapatan
Ny. M mengatakan sumber pendapatan dana dari anak-anaknya, Ny. M
tinggal bersama anak, menantu dan cucunya.
5. Sistem Pendukung
a. Sarana dan prasarana
Sarana yang ada di dekat rumah Ny. M yaitu ada warung sembako,
klinik, dan apotek. Klien mempunyai 1 motor milik anaknya, untuk
mencari informasi klien mempunyai 1 TV dan 1 radio, klien dan
keluarga mempunyai BPJS untuk mendukung pelayanan kesehatannya.
b. SDM
Ny. M mengatakan ada yang menemani di rumah yaitu suami dan
anaknya.
c. Pemeriksaan kesehatan
Ny. M mengatakan selalu mendatangi pelayanan kesehatan jika merasa
tidak sehat.
6. Riwayat Lingkungan Hidup
a. Tipe Tempat Tinggal : Rumah sendiri, dengan keadaan rumah yang
permanen.
b. Jumlah Kamar : 2 kamar tidur
c. Kondisi Tempat Tinggal : Lingkungan rumah Ny. S kurang bersih,
pencahayaan baik, ventilasi baik, lantai kurang bersih, tidak licin,
lantai kamar mandi tidak licin, penataan barang kurang rapi, tidak
terdapat pegangan di pinggir tembok dan di kamar mandi.
d. Denah Rumah
KM

Dapur

Kamar 2

Ruang
TV/
ruang
Kamar 1
Tamu

TERAS

7. Deskripsi Kekhususan
Ny. M mengatakan rajin melakukan ibadah, sering mengikuti kegiatan keagamaan
seperti yasinan rutinan setiap malam Jum’at.
8. Aktivitas Hidup Sehari-Hari (ADL)
Indeks KATZ : A/B/C/D/E/F/G
No Kegiatan Keterangan Hasil
.
1. Mandi Klien mampu mandi sendiri dikamar mandi Mandiri
sebanyak 2 kali sehari pagi dan sore.
2. Berpakaian Klien mampu memakai baju sendiri tanpa Mandiri
bantuan baik secara sehat maupun dalam
keadaan sakit
3. Berpindah Klien mampu berpindah sendiri tanpa Mandiri
bantuan alat atau orang lain
4. Toileting Klien mampu ketoilet sendiri untuk mandi, Mandiri
BAB dan BAK sendiri.
5. Makan Klien mampu makan dan minum sendiri Mandiri

6. Kontinensia Klien mampu buang air sendiri dan tidak Mandiri


terjadi inkontinensia.
Keterangan
Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal mandi, berpindah, toileting, berpakaian
dan makan
B Kemandirian dalam semua aktivitas sehari-hari, kecuali satu
fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktivitas sehari-hari, kecuali mandi
dan satu fungsi tersebut
D Kemndirian dalam semua aktivitas sehari-hari kecuali mandi, dan
berpakaian dan salah satu fungsi tersebut
E Kemandirian dalam semua aktivitas sehari-hari kecuali mandi,
berpakaian, toileting dan slah satu fungsi tersebut
F Kemandirian dalam aktivitas sehari-hari kecuali mandi,
berpindah, toileting, berpakaian dan salah satu fungsi tersebut
G Ketergantungan dalam semua fungsi tersebut
Lain- Ketergantungan dari sedikitnya dua fungsi tersebut tapi tidak
lain dapat diklasifikasikan sebagai A,B, C, D, E, F.G

Interprestasi :
Klien mampu melakukan aktivitas secara mandiri dari makan, mandi,
berpindah, berpakaian, toileting, dan kontinensia dengan skor A.

9. Tinjauan Sistem
- Keadaan umum : baik
- Tingkat kesadaran: Komposmentis
- GCS : 15 (E: 4 V: 5 M:6)
- Tanda-tanda vital : TD : 150/100 mmHg, N : 86 x/menit, S : 36,4 0C, RR
: 20 x/menit.
a. Oksigenasi
Tidak terpasang alat bantu nafas, dan tidak ada sesak nafas, RR: 20
x/menit.
b. Cairan dan Elektrolit
Klien mengatakan setiap hari minum 3-4 gelas ± 600-800 cc air setiap
harinya.
c. Nutrisi
Klien mengatakan makan setiap hari 3 kali dengan ½ porsi nasi, lauk
(tahu, tempe) dan sayur (sop atau mkanan berkuah). Klien mengatakan
tidak ada makanan yang dipantang nya.
d. Eliminasi
Klien mengatakan BAB sehari sekali dengan konsistensi feses lembek,
warna kuning kecoklatan dan berbau khas, BAK sebanyak 3-4 kali
± 900 cc dengan warna urin kuning jernih.
e. Aktivitas
Klien aktif melakukan aktivitas seperti jalan-jalan di sekitar rumah.
f. Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan tidur siang dari jam 2-3 siang ± 1 jam, dan untuk
istirahat dimalam hari klien mengatakan tidur pada jam 8 kemudian
bangun pagi saat adzan subuh.
g. Personal Hygiene
Klien mengatakan selalu menjaga kebersihan tubuhnya dan mandi
sebanyak 2 kali sehari, keramas 2 hari sekali, dan berganti pakaian
sehari 2 kali.
h. Seksual
Klien mengatakan sudah tidak melakukan hubungan suami istri karena
istri sudah menopause.
i. Rekreasi
Klien mengatakan untuk rekreasi biasanya menonton TV bersama
keluarganya.
j. Psikologi.
1) Persepsi Klien
Klien mengatakan bersyukur masih diberi umur panjang dan
kesehatan, masih bisa kumpul dengan keluarga.
2) Konsep diri
a) Gambaran diri :
Klien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya dan
diberikan anggota tubuh yang lengkap.
b) Ideal diri :
Klien mengatakan tidak masalah dengan keadaannya sekarang
walaupun memiliki hipertensi dan kolesterol.
c) Peran diri :
Klien mengatakan dirinya adalah sebagai istri dan ibu.
d) Harga diri :
Klien mengatakan merasa tidak malu dengan keadaannya saat
ini, dan tidak merasa rendah diri, selalu di hormati oleh anak-
anaknya, saling kasih mengasihi sesama anggota keluarga.
e) Identitas diri
Klien mampu menyebutkan nama dan alamat tempat tinggalnya.
3) Emosi
Klien terlihat komunikatif, aktif, dan mampu berinteraksi baik
dengan perawat.
4) Adaptasi
Klien mampu beradaptasi dengan baik di lingkungan sekitar.
5) Mekanisme
Ketika Ny. M merasa tidak enak badan maka klien langsung
istirahat dan mengurangi aktivitasnya.
6) Pertahanan Diri
Klien hanya beristirahat untuk menstabilkan kondisi tubuhnya.
Terkadang ke klinik atau ke rumah sakit jika masih sakit.
k. Skala jatuh Morse

No. Kriteria Skor Hasil Keterangan

1. Riwayat jatuh baru saja Tidak 0 0 Ny. M dalam


atau dalam 3 bulan waktu 3 bulan
Ya 25 terakhir tidak
pernah
mengalami
jatuh.

2. Diagnosa sekunder : Tidak 0 15 Ny. M hanya


Apakah memiliki lebih memiliki 1
dari satu penyakit ? penyakit yaitu
Ya 15 hipertensi dan
kolesterol
3. Ambulasi : Ny. S mampu
a. Bedrest/dibantu 0 Berjalan
orang lain 0 sendiri, tanpa
b. Cruck, tongkat, 15 Dibantu
walker dengan alat
c. Berpengan pada
30 Bantu
benda-benda di
sekitar

4. Terpasang intravena : Tidak 0 0 Ny. M tidak


apakah saat ini terpasang
terpasang infus ? Ya 20 infus

5. Cara berjalan : 0 Cara berjalan


a. Normal, bedrest, 0 Ny. M normal,
immobile (tidak walaupun
dapat bergerak sedikit lambat
sendiri)
b. Lemah (tidak
15
bertenaga)
c. Gangguan/tidak
normal 30

6. Status mental : Orientasi Ny.


a. Orientasi baik 0 0 M baik,
b. Keterbatasan 15 mengetahui
daya ingat kemampuan
dirinya, serta
tidak pikun

15 Tidak ada
Nilai Total Resiko

Keterangan :
a. 0-24: tidak ada resiko (tidak ada tindakan)
b. 25-50: resiko rendah (lakukan tindakan pencegahan jatuh standar)
c. ≥50 : resiko tinggi (lakukan intervensi pencegahan jatuh resiko
tinggi.
10. Tinjauan Sistem
a. Pemeriksaan Fisik
1) Integument
Kulit tampak bersih, warna kulit sawo matang, tidak ada lesi.
2) Ekstremitas
a) Atas : tangan kiri memiliki kekuatan bagus dan tangan kanan
sedikit lemah, tidak ada lesi, tidak ada odema, kuku bersih.
b) Bawah : kedua kaki memiliki kekuatan yang masih bagus
walaupun berjalan sedikit lambat

5 5
55
Keterangan :
0 : Paralisis
1 : Tidak ada gerakan teraba
2 : Gerakan otot penuh menentang gravitasi dan
sokongan 3 : Gerakan normal menentang gravitasi
4 : Gerakan normal menentang gravitasi dengan
sedikit tahanan
5 : Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan
tahanan Penuh
3) Sistem Penginderaan
a) Mata :Fungsi pengelihatan masih normal
b) Hidung :Fungsi penciuman masih normal
c) Telinga :Fungsi pendengaran masih normal
d) Peraba :Klien masih mampu merasa panas, dingin, dan
hangat.
e) Tactil respon : Masih baik.
4) Status kognitif, Afektif, dan Sosial
a. Pengkajian status kognitif dan afektif
Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)

skore Jawaban
Pertanyaan
+ - No.
V - 1. Tanggal berapa hari ini ? 25

V - 2. Hari apa sekarang ? (hari,tanggal,bulan) Senin, 25 Juli 2022

V - 3. Apa nama tempat ini ? Rumah saya

V - 4. Berapa nomor telpon anda ? -

V - 5. Dimana alamat anda? Tambalan RT 004


Trayeman Kab.
Bantul
V - 6. Berapa umur anda ? 70 tahun

V - 7. Kapan anda lahir ? 15 Juli 1952

V - 8. Siapa presiden Indonesia sekarang ? Jokowi

V - 9. Siapa nama kecil ibu anda ? Ibu Mujiem

V - 10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 20-3 = 17, 17-3 = 14,
3 dari setiap angka baru, semua secara 14-3 = 11
Menurun
10 0 Jumlah kesalahan total 0

Penilaian SPMSQ
1) Kesalahan 0-2 : fungsi intelektual utuh
2) Kesalahan 3-4 : fungsi intelektual ringan
3) Kesalahan 5-7 : fungsi intelektual sedang
4) Kesalahan 8-10 : fungsi intelektual berat
Skor yang di dapatkan dari hasil pengkajian yaitu benar semua
sehingga disimpulkan bahwa Ny. M memiliki fungsi intelektual
utuh.
5) Data penunjang
Tidak ada
6) Terapi medis
• Amlodipine 5 mg 1x1
• Simvastatin 10 mg 1x 1
• Vitamin B6 2 x 1

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif


1. Klien mengatakan tidak 1. Tanda-tanda vital :
merasa nyaman pada tengkuk TD : 150/100 mmHg,
leher yang terasa kaku, kepala N : 86 x/menit,
terasa pusing, dan jari tangan S : 36,4 0C,
terasa tremor. RR : 20 x/menit.

2. Ny. M mengatakan sekitar 2 2. Obat sejak bulan juni masih


ada dan tidak diminum.
bulan yang lalu pada bulan
3. Klien tampak lemes dan
Mei 2022 saat cek kolesterol ekstremitas atas tremor
didapatkan hasil 225 mg/dL 4. Obat yang dikonsumsi klien
dan tekanan darah didapatkan yaitu :

hasil 130/90.  Amlodipine 5 mg 1x1


 Simvastatin 10 mg 1x 1
3. Klien mengatakan harus rutin
 Vitamin B6 2 x 1
minum obat anti hipertensi
dan obat kolesterol, namun
klien takut efek sampingnya
jika rutin mengkonsumsi obat,
sehingga jarang meminum
obat hipertensi dan
kolesterolnya

4. Klien mengatakan tekanan


darah bulan Juli 2022 adalah
150/100 mmHg. Klien
mengatakan tekanan darah
masih naik turun.

5. klien mengatakan tidak


tahu penting nya minum
obat secara rutin.

6. Klien mengatakan tidak


ada makanan yang
dipantang nya.
2. Analisa Data

Simptom Etiologi Problem

Data Subjektif : kurang terpapar Defisit


informasi. pengetahuan
 klien mengatakan tidak tahu
tentang
penting nya minum obat secara
hipertensi
rutin.
 Klien mengatakan tidak ada
makanan yang dipantang nya.
Data Objektif :
 Obat sejak bulan juni masih ada dan
tidak diminum.
 Obat yang dikonsumsi klien yaitu :
Amlodipine 5 mg 1x1, Simvastatin 10
mg 1x 1, Vitamin B6 2 x 1

Data Subjektif : Kompleksitas Manajemen


 Klien mengatakan harus rutin minum program perawatan / kesehatan tidak
efektif
obat anti hipertensi dan obat kolesterol,
pengobatan
namun klien takut efek sampingnya jika
rutin mengkonsumsi obat, sehingga
jarang meminum obat hipertensi dan
kolesterolnya.
Data Objektif
 Obat sejak bulan juni masih ada dan
tidak diminum.
 Obat yang dikonsumsi klien yaitu :
Amlodipine 5 mg 1x1, Simvastatin 10
mg 1x 1, Vitamin B6 2 x 1

Data Subyektif : hipertensi Resiko perfusi


 Klien mengatakan tidak merasa nyaman perifer tidak
pada tengkuk leher yang terasa kaku, efektif
kepala terasa pusing, dan jari tangan
terasa tremor.
 Ny. M mengatakan sekitar 2 bulan yang
lalu pada bulan Mei 2022 saat cek
kolesterol didapatkan hasil 225 mg/dL
dan tekanan darah didapatkan hasil
130/90.
 Klien mengatakan tekanan darah bulan
Juli 2022 adalah 150/100 mmHg. Klien
mengatakan tekanan darah masih naik
turun.
Data Obyektif :
 Tanda-tanda vital : TD : 150/100
mmHg, N : 86 x/menit, S : 36,4 0C,
RR : 20 x/menit.
 Klien tampak lemes dan ekstremitas
atas tremor
3. Prioritas Diagnosa Keperawatan
- Defisit pengetahuan tentang hipertensi berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
- Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan Kompleksitas program
perawatan/pengobatan
- Resiko perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hipertensi
Perencanaan keperawatan
No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
Edukasi kesehatan (I. 12383)
1 Defisit pengetahuan tentang Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x
Observasi
hipertensi berhubungan pertemuan diharapkan Tingkat pengetahuan meningkat
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
dengan kurang terpapar dengan kriteria hasil:
informasi
informasi.
 Identifikasi faktor-faktor yang dapat
Tingkat pengetahuan (L. 12111) meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup sehat dan bersih.
Indikator Saat ini target
perilaku sesuai dengan anjuran 2 4 Terapeutik
 Sediakan materi dan media pendidikan
Kemampuan menjelaskan 3 4 kesehatan
pengetahuan tentang suatu topik  Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
Pertanyaan tentang masalah yang 2 4 kesepakatan
dihadapi  Berikan kesempatan untuk bertanya

Perilaku 4 5 Edukasi
 Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan
Keterangan:  Ajarkan hidup bersih dan sehat
1 : menurun  Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
2 : cukup menurun
3 : sedang
4 : cukup meningkat
5 : meningkat
2 Manajemen kesehatan tidak Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x Dukungan pengambilan keputusan (I. 09265)
efektif berhubungan dengan pertemuan diharapkan manajemen kesehatan meningkat
Observasi
Kompleksitas program dengan kriteria hasil:
 Identifikasi persepsi mengenal masalah dan
perawatan / pengobatan Manajemen Kesehatan (L. 12104)
informasi yang memicu konflik
Indicator Saat ini Target
Terapeutik
Melakukan tindakan untuk 2 4
 Fasilitasi mengklarifikasi nilai dan harapan yang
mengurangi faktor resiko
membantu membuat pilihan.
Menerapkan prorgam perawatan 2 4
 Diskusi kelebihan dan kekurangan dari setiap
Aktivitas hidup sehari-hari efektif 4 5
solusi
memenuhi tujuan kesehatan
 Motivasi mengungkapkan tujuan perawatan
Verbalisasi kesulitan dalam 2 4
yang diharapakan
menjalani program
 Hormati hak pasien untuk menerima dan
perawatan/pengobatan
menolak informasi
Keterangan:
1 : menurun Edukasi
2 : cukup menurun  Informasikan alternatif solusi secara jelas
3 : sedang Berikan informasi yang diminta pasien
4 : cukup meningkat
5 : meningkat

Tarapi bekam (I.02085)


3 Resiko perfusi perifer tidak Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x
efektif berhubungan dengan pertemuan diharapkan perfusi perifer meningkat dengan Observasi :
Hipertensi kriteria hasil:  Periksa riwayat kesehatan
Perfusi perifer (L. 02011)  Identifikasi kontraindikasi terapi bekam
Indicator Saat ini Target  Lakukan pemeriksaan fisik.
Tekanan darah sistolik 2 4 Terapeutik :
Tekanan darah diastolik 2 4  Tentukan titik pembekaman
Kelemahan otot 2 4  Tentukan jenis bekam yang dilakukan
Keterangan:  Baringkan pasien senayaman mungkin
1 : memburuk  Buka pakaian pada area yang akan dilakukan
pembekaman
2 : cukup memburuk
 Pasang sarung tangan dan alat pelindung diri
3 : sedang
 Desinfeksi area yang akan dibekam dengan
4 : cukup membaik kapas alkohol atau alcohol swab
5 : membaik  Olesi kulit dengan minyak herbal untuk
meningkatkan peredaran darah.
 Lakukan pengekopan dengan tarikan
secukupnya.
 Lakukan penyayatan pada area yang telah
dilakukan bekam kering.
 Lakukan pengekopan kembali setalah dilakukan
penyayatan
 Lakukan pembekaman tidak lebih dari 5 menit
untuk menghindari hipoksia jaringan
 Buka kop dan bersihkan darah yang tertampung
 Bersihkan area yang telah dilakukan
pembekaman .
 Hindari pembekaman pada area mata, hidung,
mulut, areola mammae, kelamain, dekat
pembuluh darah besar, varises, dan jaringan
luka.
 Lakukan sterilisasi pada alat-alat bekam yang
telah digunakan.
Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan prosedur terapi bekam.
 Anjurkan berpuasa sebelum pembekaman
 Anjurkan tidak mandi 2-3 jam pasca
pembekaman.
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari / Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi TTD


Tanggal
 Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan
Senin, 01 Defisit pengetahuan tentang Evaluasi Selasa, 01 Agustus 2022 jam 17. 00
menerima informasi yaitu dengan kontrak
Agustus hipertensi berhubungan waktu dengan klien S:
2022 dengan kurang terpapar  Mengkaji apa saja faktor-faktor yang dapat
 Klien mengatakan sudah mengerti tentang
informasi. meningkatkan dan menurunkan motivasi
Jam: 15.00 kepatuhan minum obat.
perilaku hidup sehat dan bersih klien.
WIB
 menyediakan materi dan media pendidikan  Klien mengatakan akan mengikuti anjuran (Kelompok)
kesehatan yaitu menyiakan media kepatuhan minum obat yang disampaikan.
pendidikan kesehatan (Leaflet & SAP)  Klien mengatakan senang menerima informasi
 Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai tentang kepatuhan minum obat.
kesepakatan dengan kontrak waktu bersama
klien. O:
 Memberikan kesempatan untuk bertanya  Klien tampak tenang
 Menjelaskan faktor risiko yang dapat  Klien terlihat kooperatif
mempengaruhi kesehatan
 Mengajarkan hidup bersih dan sehat A : Masalah teratasi
 Mengajarkan strategi yang dapat digunakan Indikator Saat ini target
untuk meningkatkan perilaku hidup bersih
dan sehat perilaku sesuai dengan anjuran 4 4
Kemampuan menjelaskan 4 4
pengetahuan tentang suatu topik
Pertanyaan tentang masalah yang 4 4
dihadapi
Perilaku 4 4
Keterangan:
1 : menurun
2 : cukup menurun
3 : sedang
4 : cukup meningkat
5 : meningkat
P : Hentikan intervensi
 Mengidentifikasi persepsi klien dalam
Selasa, 02 Manajemen kesehatan tidak Evaluasi Kamis, 04 Agustus 2022 jam 17. 00
mengenal masalah kesehatan.
Agustus efektif berhubungan dengan
 Memfasilitasi mengklarifikasi nilai dan S:
2022 kurang terpapar informasi harapan yang membantu klien membuat  klien mengatakan siap mengikuti anjuran yang
Jam : 15.00 pilihan.
diberikan
 Mendiskusi kelebihan dan kekurangan dari
WIB
pengobtan yang dijalani selama ini.  keluarga mengatakan siap mendampingi dan (kelompok)
 Memotivasi klien untuk mengungkapkan mengontrol klien meminum obat
tujuan perawatan yang diharapakan. O:
 Menghormati hak klien untuk menerima
 Klien dan keluarga terlihat kooperatif.
dan menolak informasi
 Mengedukasi klien melakukan pengobatan A : Masalah teratasi
rutin. Indicator Saat ini Target
 Meminta kepada keluarga untuk selalu
Melakukan tindakan untuk 4 4
mengingatkan klien saat waktu minum
obat. mengurangi faktor resiko
Menerapkan prorgam perawatan 3 3
Aktivitas hidup sehari-hari 4 4
efektif memenuhi tujuan
kesehatan
Verbalisasi kesulitan dalam 5 5
menjalani program
perawatan/pengobatan

Keterangan:
1 : menurun
2 : cukup menurun
3 : sedang
4 : cukup meningkat
5 : meningkat

P : Hentikan intervensi
 Melakukan periksaan riwayat kesehatan
Senin , 25 Resiko perfusi perifer tidak Evaluasi Senin, 25 Juli 2022 jam 17. 00
klien
Juli 2022 efektif berhubungan dengan
 Mengidentifikasi kontraindikasi terapi S:
Hipertensi bekam
Jam : 15.30  Klien mengatakan merasa lebih baik setelah
 Melakukan pengisian informed consent. (Kelompok)
WIB dilakukan terapi bekam
 Menjalaskan tujan dan prosedur terapi
O:
bekam
 Klien tampak lebih rileks
 Menganjurkan klien tidak mandi 2-3 jam
setelah dilakukan pembekaman  TD :140/90 MmHg
 Melakukan pemeriksaan tekanan darah. A : Masalah teratasi sebagian
 Menentukan jenis bekam yang dilakukan
Indicator Saat ini Target
 Meminta klien untuk baring senyaman
Tekanan darah sistolik 3 4
mungkin
 Meminta klien untuk membuka pakaian Tekanan darah diastolik 3 4
pada area yang akan dilakukan Kelemahan otot 3 4
pembekaman
 Menentukan titik pembekaman
Keterangan:
 memasang sarung tangan dan alat
1 : memburuk
pelindung diri
 Melakukan desinfeksi area yang akan 2 : cukup memburuk
dibekam dengan kapas alkohol atau alcohol 3 : sedang
swab 4 : cukup membaik
 Mengolesi kulit dengan minyak herbal 5 : membaik
sambil dilakukan pemijatan untuk
meningkatkan peredaran darah. P : Lanjutkan intervensi
 Melaukan bekam luncur
 Melakukan pengekopan dengan tarikan
secukupnya.
 Melakukan tusukan melingkar dari luar ke
dalam pada area yang telah dilakukan
bekam kering.
 Melakukan pengekopan kembali setalah
dilakukan tusukan melingkar.
 Melakukan pembekaman selama 15 menit.
 Membuka kop dan bersihkan darah yang
tertampung di alat bekam.
 Membersihkan area yang telah dilakukan
pembekaman .
 Melakukan sterilisasi pada alat-alat bekam
yang telah digunakan.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Masalah : Manajemen Kesehatan Tidak Efektif


Pokok Pembahasan : Perawatan Hipertensi Lansia
Sub Topik Pembahasan : Pola Diet, Aktivitas Fisik, Gaya Hidup, dan Kepatuhan Minum Obat
Sasaran : Ny. M
Jam : 15.30 - Selesai
Waktu : 20 Menit
Tanggal : Selasa, 2 Agustus 2022
Tempat : Rumah Ny. M
Pemateri : Kelompok 1

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah kondisi peningkatan persisten tekanan darah pada pembuluh
darah vascular, tekanan yang semakin tinggi pada pembuluh darah menyebabkan
jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah.
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia WHO (2015) menyatakan 1,3 Milyar
orang di dunia menderita Hipertensi data itu mengartikan 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis menderita Hipertensi. Di Indonesia hasil Riskesdas tahun 2018 Hipertensi
mengalami kenaikan jika di bandingkan hasil riskesdas 2013 dari 25,8% menjadi
34,1%.
Kepatuhan dalam manajemen hipertensi sangat penting karena dapat mempengaruhi
cara hidup pasien dalam mengelola penyakitnya. Masalah ketidakpatuhan pada
umumnya sering dijumpai pada pengobatan penyakit kronis yang memerlukan
pengobatan jangka panjang. Oleh karena itu, berbagai upaya harus dilakukan untuk
meningkatkan kepatuhan penggunaan obat pada pasien hipertensi.

B. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 20 menit, diharapkan Ny. M mampu memahami dan
mengerti tentang perawatan hipertensi lansia.

C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit tentang penatalaksanaan hipertensi,
diharapkan Ny. M dapat:

1. Menjelaskan menu diet hipertensi

2. Menjelaskan aktivitas yang dapat dilakukan

3. Menjelaskan gaya hidup yang sehat

4. Menjelaskan kepatuhan minum obat

D. Materi Penyuluhan
Terlampir

E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

F. Media
1. Leaflet

G. Kegiatan penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 3 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab Kata-kata/
menit 2. Memperkenalkan diri salam kalimat
3. Menyampaikan 2. Mendengarka
tentang tujuan pokok n dan
materi menyimak
4. Meyampakaikan 3. Bertanya
pokok pembahasan mengenai
5. Kontrak waktu perkenalan dan
tujuan jika ada
yang kurang
jelas
2. Pelaksanaan 12 Penyampaian Materi 1. Mendengarkan Leaflet
menit 1. Menjelaskan dan menyimak
pola diet 2. Bertanya
2. Menjelaskan mengenai hal-
aktivitas hal yang belum
fisik jelas dan
3. Menjelaskan gaya dimengerti
hidup
4. Menjelaskan
kepatuhan minum
obat

3. Penutup 5 1. Tanya jawab 1. Sasaran dapat Kata-kata/


menit 2. Memberikan menjawab kalimat
kesempatan pada tentang
peserta untuk pertanyaan
bertanya yang diajukan
3. Melakukan evaluasi 2. Mendengar
4. Menyampaikan 3. Memperhatikan
kesimpulan 4. Menjawab
materi salam
5. Mengakhiri
pertemuan dan
mengucapkan salam

H. Evaluasi

1. Proses
- Berjalan dengan baik dan tepat waktu sesuai dengan perencanaan
- Klien memperhatikan selama kegiatan penyuluhan dilakukan
2. Hasil
Diharapkan klien mampu:
- Menjelaskan menu diet hipertensi
- Menyebutkan aktivitas yang dapat dilakukan
- Menjelaskan gaya hidup yang sehat
- Menjelaskan pentingnya kepatuhan minum obat
PERAWATAN HIPERTENSI LANSIA
Perawatan hipertensi lansia adalah suatu aktivitas yang dilakukan dalam usaha mencegah terjadinya
peningkatan tekanan darah dan mengangkat derajat kesehatan. Pada perawatan pasien hipertensi
meliputi pengaturan pola diet, melakukan aktifitas fisik, gaya hidup, manajemen stress dan kepatuhan
minum obat.

1. Pola Diet

a. Batasi penggunaan garam pada masakan: 1) Hipertensi Ringan: tidak boleh lebih dari 4 gram
atau 1sdt/hari 2) Hipertensi Sedang: hanya 2 gram atau ½ sdt/hari 3) Hipertensi Berat: < 2
gram/hari atau garam sama sekali tidak boleh

b. Bahan makanan yang dianjurkan 1) Makanan yang segar: sumber hidrat arang, protein nabati
dan hewani, sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung serat 2) Makanan yang
diolah tanpa atau sedikit menggunakan garam natrium, vetsin, kaldu bubuk 3) Sumber protein
hewani: penggunaan daging/ayam/ikan paling banyak 100gram/hari, telur ayam/bebek 1
butir/hari, susu segar 200ml/hari

c. Bahan makanan yang dibatasi, pemakaian garam dapur, penggunaan bahan makanan yang
mengandung natrium seperti soda kue

d. Bahan makanan yang dihindari 1) Jeroan: otak, ginjal, paru, jantung, daging kambing 2)
Makanan yang diolah menggunakan garam: natrium-crackers, pastries, dan kue, krupuk,
kripik, dan makanan kering yang asin, 3) Makanan dan minuman dalam kaleng: sarden, sosis,
korner, sayuran dan buah-buahan dalam kaleng, 4) Makanan yang diawetkan: dendeng, abon,
ikan asin, ikan pindang, udang kering, telur asin, telur pindang, selai kacang, acar, manisan
buah, mentega dan keju 5) Bumbu-bumbu: kecap asin, terasi, petis, garam, saus tomat, saus
sambal, tauco dan bumbu penyedap lainnya, 6) Makanan yang mengandung alkohol: durian,
tape.

e. Contoh menu diet satu hari:


Pagi/jam 06.00 s/d 08.00 : Nasi, Telur dadar, oreg tempe
Selingan Jam 10.00 : Buah jeruk Siang/jam 12.00 s/d 13.00: Nasi, ikan acar kuning, tahu
bacem, tumis buncis
Selingan Jam 16.00 : Buah pepaya
Malam/jam 18.00 s/d 19.00: Nasi, sayur sop, telur dadar Selingan jam 21.00 : Buah apel.

2. Aktifitas Fisik
Didalam kesehatan frekuensi olahraga dikatakan baik apabila melakukan olahraga selama 3
kali sampai 5 kali dalam satu minggu dan olahraga dilakukan secara teratur, aktivitas fisik
yang sering dilakukan dalam kegiatan sehari-hari olahraga (jalan santai, senam ringan),
melakukan pekerjaan rumah (ringansedang)

3. Gaya Hidup

Mengkonsumsi rokok sebanyak 2 batang akan meningkatkan tekanan darah sebesar 10 mmHg
dan meningkat secara signifikan setelah seseorang merokok kurang lebih 30 menit (Mariani
dan Susilawati, 2015).

a. Berhenti merokok, dapat meningkatkan status kesehatan menjaga ketahanan dan kekebalan
tubuh.

b. Berhenti minum kopi dan minuman keras, yang merupakan faktor pencetus terjadinya
stres. Alkohol dapat berpengaruh dalam meningkatkan tekanan darah.

4. Kepatuhan Minum Obat

Melaksanakan terapi anti hipertensi perlu penetapan jadwal rutin harian minum obat,
pengobatan hipertensi bertujuan untuk menurunkan komplikasi hipertensi, agar tidak terjadi
komplikasi hipertensi, maka harus dipatuhi aturan minum obat yang disarankan oleh dokter
dengan cara sebagai berikut (Santoso, 2010):

a. Tepat Dosis, jangan menambah jumlah obat tanpa sepengetahuan dokter

b. Tepat Waktu, jangan lupa minum obat, agar senantiasa terjaga dari factor lupa, maka
minumlah obatnya disaat menjelang aktivitas rutin yang tidak pernah terlupakan tiap
harinya.

c. Sadari bahwa lupa minum obat berarti kelangsungan obat untuk memproteksi organ akan
melemah

d. Rencanakan kunjungan ke fasilitas kesehatan secara regular dan pastikan jadwal


kunjungan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Suiraoka IP. (2012). Penyakit Degeratif Mengenal Mencegah Dan Mengurangi Faktor Risiko.
Yogyakarta: Nuha Medika
Martha, Karnia. (2012). “Panduan Cerdas Mengatasi Hipertensi”. Yogyakarta: Araska
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. (2013). Aplikasi Asuhan Potter, P.A., & Perry, A.G. (2010).
Fundamental keperawatan (Edisi 7) (Buku 2) (Adrina Ferderika, Nggie & Marina Albar,
Penerjemah). Jakarta: Salemba Medika.
Rasmun. (2008). Stress, koping dan adaptasi. Jakarta: Agung Seto.
Sutaryo. (2011). Bagaimana menjaga kesehatan jantung. Yogyakarta: Cinta Buku.
Yogiantoro. (2008). Hipertensi essensial dalam buku ajar ilmu penyakit dalam (Edisi IV) (Jilid I).
Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai