Disusun Oleh:
M. Yusuf Ashari (24211480)
Ayun Pertiwi (24211481)
Rizca Fatiyah J Rahman (24211482)
Nur Qomariyah (24211483)
Miya Wahidah Mutaqin (24211484)
Choirul Anwar (24211485)
Rikani (24211486)
Siti Hardiyanti Rukmana (24211487)
Asri Setiowati (24211488)
Anike Sapri Asnia Junyur (24211489)
Tiana Putri Ladjamu (24211490)
2. Etiologi Hipertensi
Menurut Smeltzer dan Bare (2000) penyebab hipertensi dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Hipertensi Esensial atau Primer
Menurut Lewis (2000) hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi
dimana penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan. Kurang lebih 90%
penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial sedangkan 10% nya
tergolong hipertensi sekunder. Onset hipertensi primer terjadi pada usia 30-50
tahun. Pada hipertensi primer tidak ditemukan penyakit renovakuler,
aldosteronism, pheochro-mocytoma, gagal ginjal, dan penyakit lainnya.
Genetik dan ras merupakan bagian yang menjadi penyebab timbulnya
hipertensi primer, termasuk faktor lain yang diantaranya adalah faktor stress,
intake alkohol moderat, merokok, lingkungan, demografi dan gaya hidup.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui,
antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
(hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme). Golongan
terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka
penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi
esensial. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada:
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kekmampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
4. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan hasil ukur tekanan darah menurut Joint
National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Bloods
Preassure (JNC) ke-VIII dalam Smeltzer & Bare (2010) yaitu <130 mmHg untuk
tekanan darah systole dan <85 mmHg untuk tekanan darah diastole.
Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas tidak sedang
memakai obat antihipertensi dan tidak sedang sakit akut.
5. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal menyekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor
kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi. Untuk pertimbangan gerontologi perubahan
struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan
arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2002).
6. Pathway Hipertensi
8. Komplikasi Hipertensi
a. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga
aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri
otak yang mengalami aterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma. Gejala terkena stroke
adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti orang bingung, limbung atau
bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah
atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak
dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.
b. Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang arteroklerosis tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
thrombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.
Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen
miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung
yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat
menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel
sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko
pembentukan bekuan (Corwin, 2000).
c. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya membrane
glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan
terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan
rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga
tekanan osmotic koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering
dijumpai pada hipertensi kronik.
d. Gagal jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat
untuk memompa darah yang menyebabkan pembesaran otot jantung kiri
sehingga jantung mengalami gagal fungsi. Pembesaran pada otot jantung kiri
disebabkan kerja keras jantung untuk memompa darah.
e. Kerusakan pada Mata
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh
darah dan saraf pada mata.
9. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian
dan pemeliharaan tekanan darah di atas 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan
penyakit hipertensi meliputi :
a. Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi menurut Saferi & Mariza (2013),
merupakan penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain:
1) Golongan Diuretik
Diuretik thiazide biasanya membantu ginjal membuang garam dan air,
yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga
menurunkan tekanan darah.
2) Penghambat Adrenergik
Penghambat adrenergik, merupakan sekelompok obat yang terdiri dari
alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang
menghambat sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis adalah sistem
saraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stress,
dengan cara meningkatkan tekanan darah.
3) ACE-inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor) menyebabkan
penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.
4) Angiotensin-II-bloker
Angiotensin-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan
suatu mekanisme yang mirip ACE-inhibitor.
5) Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan
mekanisme yang berbeda.
6) Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah.
7) Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat
yang menurunkan tekanan darah tinggi dengan cepat dan segera.
Beberapa obat bisa menurunkan tekanan darah dengan cepat dan
sebagian besar diberikan secara intravena : diazoxide, nitroprusside,
nitroglycerin, labetalol.
b. Nonfarmakologi
Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan nonfarmakologi sangat
penting untuk mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan
nonfarmakologis pada penderita hipertensi bertujuan untuk menurunkan
tekanan darah tinggi dengan cara memodifikasi faktor resiko yaitu:
1) Mempertahankan berat badan ideal. Mempertahankan berat badan yang
ideal sesuai Body Mass Index dengan rentang 18,5 – 24,9 kg/m2. BMI
dapat diketahui dengan rumus membagi berat badan dengan tinggi badan
yang telah dikuadratkan dalam satuan meter. Obesitas yang terjadi dapat
diatasi dengan melakukan diet rendah kolesterol kaya protein dan serat.
Penurunan berat badan sebesar 2,5 – 5kg dapat menurunkan tekanan
darah diastolik sebesar 5 mmHg (Dalimartha, 2008).
2) Mengurangi asupan natrium (sodium) dengan melakukan diet rendah
garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4
gr garam/hari), atau dengan mengurangi konsumsi garam sampai dengan
2300 mg setara dengan satu sendok teh setiap harinya. Penurunan
tekanan darah sistolik sebesar 5 mmHg dan tekanan darah diastolik
sebesar 2,5 mmHg dapat dilakukan dengan cara mengurangi asupan
garam menjadi
½ sendok teh/hari (Dalimartha, 2008).
3) Batasi konsumsi alkohol. Mengonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per
hari pada pria atau lebih dari 1 gelas per hari pada wanita dapat
meningkatkan tekanan darah, sehingga membatasi atau menghentikan
konsumsi alkohol dapat membantu dalam penurunan tekanan darah
(PERKI, 2015).
4) Makan K dan Ca yang cukup dari diet kalium menurunkan tekanan darah
dengan cara meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersamaan
dengan urin. Konsumsi buah-buahan setidaknya sebanyak 3-5 kali dalam
sehari dapat membuat asupan potassium menjadi cukup. Cara
mempertahankan asupan diet potasium (>90 mmol setara 3500 mg/hari)
adalah dengan konsumsi diet tinggi buah dan sayur.
5) Menghindari merokok. Merokok meningkatkan resiko komplikasi pada
penderita hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke. Kandungan
utama rokok adalah tembakau, didalam tembakau terdapat nikotin yang
membuat jantung bekerja lebih keras karena mempersempit pembuluh
darah dan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekanan darah
(Dalimartha,2008).
6) Penurunan stress. Stress yang terlalu lama dapat menyebabkan kenaikan
tekanan darah sementara. Menghindari stress pada penderita hipertensi
dapat dilakukan dengan cara relaksasi seperti relaksasi otot, yoga atau
meditasi yang dapat mengontrol sistem saraf sehingga menurunkan
tekanan darah yang tinggi (Hartono,2007).
7) Terapi relaksasi progresif
Di Indonesia, penelitian relaksasi progresif sudah cukup banyak
dilakukan. Terapi relakasi progresif terbukti efektif dalam menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi (Erviana, 2009).
a) Teknik relaksasi
Menghasilkan respon fisiologis yang terintegrasi dan juga
menganggu bagian dari kesadaran yang dikenal sebagai “respon
relaksasi Benson”. Respon relaksasi diperkirakan menghambat
sistem saraf otonom dan sistem saraf pusat serta meningkatkan
aktivitas parasimpatis yang dikarekteristikan dengan menurunnya
otot rangka, tonus otot jantung dan mengganggu fungsi
neuroendokrin. Agar memperoleh manfaat dari respons relaksasi,
ketika melakukan teknik ini diperlukan lingkungan yang tenang,
posisi yang nyaman.
Bickley, L. S., & Szilagyi, P. G. (2018). Buku Saku Pemeriksaan Fisik &
Riwayat Kesehatan. (p. 49).
Gobel, M. G. S., Mulyadi, N., & Malara, R. (2016). Hubungan Peran Parawat
Sebagai Care Giver Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Instalasi Gawat
Darurat Di Rsu. Gmibm Monompia Kotamobagu Kabupaten Bolaang
Mongondow. Jurnal Keperawatan. 4(2)
b. Penanggung Jawab
1) Nama : Tn. S
2) Jenis kelamin : Laki-laki
3) Hubungan dengan Klien : Suami
4) Alamat : Tambalan Rt 004, Trayeman Pleret Bantul
2. Riwayat Keluarga (Genogram)
X X X X
X X X X X X X X
Keterangan:
: Pasien : Menikah
: Tinggal serumah
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan tidak merasa nyaman pada tengkuk leher yang terasa
kaku, kepala terasa pusing, dan jari tangan terasa tremor.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan mempunyai hipertensi dan kolesterol. Klien mengatakan
harus rutin minum obat anti hipertensi dan obat kolesterol, namun klien
takut efek sampingnya jika rutin mengkonsumsi obat, sehingga jarang
meminum obat hipertensi dan kolesterolnya, klien mengatakan tidak tahu
penting nya minum obat secara rutin. klien mengatakan tekanan darah
bulan Juli 2022 adalah 150/100 mmHg. Klien mengatakan tekanan darah
masih naik turun.
c. Riwayat Kesehatan dahulu
Ny. M mengatakan sekitar 2 bulan yang lalu pada bulan Mei 2022 saat cek
kolesterol didapatkan hasil 225 mg/dL dan tekanan darah didapatkan hasil
130/90.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Ny. M mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami hipertensi.
4. Riwayat Pekerjaan :
a. Pekerjaan saat ini
Ny. M mengatakan sudah tidak bekerja lagi.
b. Pekerjaan sebelumnya
Ny. M mengatakan pernah berjualan di rumah (membuka warung di
rumah berjualan makanan).
c. Sumber pendapatan
Ny. M mengatakan sumber pendapatan dana dari anak-anaknya, Ny. M
tinggal bersama anak, menantu dan cucunya.
5. Sistem Pendukung
a. Sarana dan prasarana
Sarana yang ada di dekat rumah Ny. M yaitu ada warung sembako,
klinik, dan apotek. Klien mempunyai 1 motor milik anaknya, untuk
mencari informasi klien mempunyai 1 TV dan 1 radio, klien dan
keluarga mempunyai BPJS untuk mendukung pelayanan kesehatannya.
b. SDM
Ny. M mengatakan ada yang menemani di rumah yaitu suami dan
anaknya.
c. Pemeriksaan kesehatan
Ny. M mengatakan selalu mendatangi pelayanan kesehatan jika merasa
tidak sehat.
6. Riwayat Lingkungan Hidup
a. Tipe Tempat Tinggal : Rumah sendiri, dengan keadaan rumah yang
permanen.
b. Jumlah Kamar : 2 kamar tidur
c. Kondisi Tempat Tinggal : Lingkungan rumah Ny. S kurang bersih,
pencahayaan baik, ventilasi baik, lantai kurang bersih, tidak licin,
lantai kamar mandi tidak licin, penataan barang kurang rapi, tidak
terdapat pegangan di pinggir tembok dan di kamar mandi.
d. Denah Rumah
KM
Dapur
Kamar 2
Ruang
TV/
ruang
Kamar 1
Tamu
TERAS
7. Deskripsi Kekhususan
Ny. M mengatakan rajin melakukan ibadah, sering mengikuti kegiatan keagamaan
seperti yasinan rutinan setiap malam Jum’at.
8. Aktivitas Hidup Sehari-Hari (ADL)
Indeks KATZ : A/B/C/D/E/F/G
No Kegiatan Keterangan Hasil
.
1. Mandi Klien mampu mandi sendiri dikamar mandi Mandiri
sebanyak 2 kali sehari pagi dan sore.
2. Berpakaian Klien mampu memakai baju sendiri tanpa Mandiri
bantuan baik secara sehat maupun dalam
keadaan sakit
3. Berpindah Klien mampu berpindah sendiri tanpa Mandiri
bantuan alat atau orang lain
4. Toileting Klien mampu ketoilet sendiri untuk mandi, Mandiri
BAB dan BAK sendiri.
5. Makan Klien mampu makan dan minum sendiri Mandiri
Interprestasi :
Klien mampu melakukan aktivitas secara mandiri dari makan, mandi,
berpindah, berpakaian, toileting, dan kontinensia dengan skor A.
9. Tinjauan Sistem
- Keadaan umum : baik
- Tingkat kesadaran: Komposmentis
- GCS : 15 (E: 4 V: 5 M:6)
- Tanda-tanda vital : TD : 150/100 mmHg, N : 86 x/menit, S : 36,4 0C, RR
: 20 x/menit.
a. Oksigenasi
Tidak terpasang alat bantu nafas, dan tidak ada sesak nafas, RR: 20
x/menit.
b. Cairan dan Elektrolit
Klien mengatakan setiap hari minum 3-4 gelas ± 600-800 cc air setiap
harinya.
c. Nutrisi
Klien mengatakan makan setiap hari 3 kali dengan ½ porsi nasi, lauk
(tahu, tempe) dan sayur (sop atau mkanan berkuah). Klien mengatakan
tidak ada makanan yang dipantang nya.
d. Eliminasi
Klien mengatakan BAB sehari sekali dengan konsistensi feses lembek,
warna kuning kecoklatan dan berbau khas, BAK sebanyak 3-4 kali
± 900 cc dengan warna urin kuning jernih.
e. Aktivitas
Klien aktif melakukan aktivitas seperti jalan-jalan di sekitar rumah.
f. Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan tidur siang dari jam 2-3 siang ± 1 jam, dan untuk
istirahat dimalam hari klien mengatakan tidur pada jam 8 kemudian
bangun pagi saat adzan subuh.
g. Personal Hygiene
Klien mengatakan selalu menjaga kebersihan tubuhnya dan mandi
sebanyak 2 kali sehari, keramas 2 hari sekali, dan berganti pakaian
sehari 2 kali.
h. Seksual
Klien mengatakan sudah tidak melakukan hubungan suami istri karena
istri sudah menopause.
i. Rekreasi
Klien mengatakan untuk rekreasi biasanya menonton TV bersama
keluarganya.
j. Psikologi.
1) Persepsi Klien
Klien mengatakan bersyukur masih diberi umur panjang dan
kesehatan, masih bisa kumpul dengan keluarga.
2) Konsep diri
a) Gambaran diri :
Klien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya dan
diberikan anggota tubuh yang lengkap.
b) Ideal diri :
Klien mengatakan tidak masalah dengan keadaannya sekarang
walaupun memiliki hipertensi dan kolesterol.
c) Peran diri :
Klien mengatakan dirinya adalah sebagai istri dan ibu.
d) Harga diri :
Klien mengatakan merasa tidak malu dengan keadaannya saat
ini, dan tidak merasa rendah diri, selalu di hormati oleh anak-
anaknya, saling kasih mengasihi sesama anggota keluarga.
e) Identitas diri
Klien mampu menyebutkan nama dan alamat tempat tinggalnya.
3) Emosi
Klien terlihat komunikatif, aktif, dan mampu berinteraksi baik
dengan perawat.
4) Adaptasi
Klien mampu beradaptasi dengan baik di lingkungan sekitar.
5) Mekanisme
Ketika Ny. M merasa tidak enak badan maka klien langsung
istirahat dan mengurangi aktivitasnya.
6) Pertahanan Diri
Klien hanya beristirahat untuk menstabilkan kondisi tubuhnya.
Terkadang ke klinik atau ke rumah sakit jika masih sakit.
k. Skala jatuh Morse
15 Tidak ada
Nilai Total Resiko
Keterangan :
a. 0-24: tidak ada resiko (tidak ada tindakan)
b. 25-50: resiko rendah (lakukan tindakan pencegahan jatuh standar)
c. ≥50 : resiko tinggi (lakukan intervensi pencegahan jatuh resiko
tinggi.
10. Tinjauan Sistem
a. Pemeriksaan Fisik
1) Integument
Kulit tampak bersih, warna kulit sawo matang, tidak ada lesi.
2) Ekstremitas
a) Atas : tangan kiri memiliki kekuatan bagus dan tangan kanan
sedikit lemah, tidak ada lesi, tidak ada odema, kuku bersih.
b) Bawah : kedua kaki memiliki kekuatan yang masih bagus
walaupun berjalan sedikit lambat
5 5
55
Keterangan :
0 : Paralisis
1 : Tidak ada gerakan teraba
2 : Gerakan otot penuh menentang gravitasi dan
sokongan 3 : Gerakan normal menentang gravitasi
4 : Gerakan normal menentang gravitasi dengan
sedikit tahanan
5 : Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan
tahanan Penuh
3) Sistem Penginderaan
a) Mata :Fungsi pengelihatan masih normal
b) Hidung :Fungsi penciuman masih normal
c) Telinga :Fungsi pendengaran masih normal
d) Peraba :Klien masih mampu merasa panas, dingin, dan
hangat.
e) Tactil respon : Masih baik.
4) Status kognitif, Afektif, dan Sosial
a. Pengkajian status kognitif dan afektif
Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
skore Jawaban
Pertanyaan
+ - No.
V - 1. Tanggal berapa hari ini ? 25
V - 10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 20-3 = 17, 17-3 = 14,
3 dari setiap angka baru, semua secara 14-3 = 11
Menurun
10 0 Jumlah kesalahan total 0
Penilaian SPMSQ
1) Kesalahan 0-2 : fungsi intelektual utuh
2) Kesalahan 3-4 : fungsi intelektual ringan
3) Kesalahan 5-7 : fungsi intelektual sedang
4) Kesalahan 8-10 : fungsi intelektual berat
Skor yang di dapatkan dari hasil pengkajian yaitu benar semua
sehingga disimpulkan bahwa Ny. M memiliki fungsi intelektual
utuh.
5) Data penunjang
Tidak ada
6) Terapi medis
• Amlodipine 5 mg 1x1
• Simvastatin 10 mg 1x 1
• Vitamin B6 2 x 1
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Data Fokus
Perilaku 4 5 Edukasi
Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan
Keterangan: Ajarkan hidup bersih dan sehat
1 : menurun Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
2 : cukup menurun
3 : sedang
4 : cukup meningkat
5 : meningkat
2 Manajemen kesehatan tidak Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x Dukungan pengambilan keputusan (I. 09265)
efektif berhubungan dengan pertemuan diharapkan manajemen kesehatan meningkat
Observasi
Kompleksitas program dengan kriteria hasil:
Identifikasi persepsi mengenal masalah dan
perawatan / pengobatan Manajemen Kesehatan (L. 12104)
informasi yang memicu konflik
Indicator Saat ini Target
Terapeutik
Melakukan tindakan untuk 2 4
Fasilitasi mengklarifikasi nilai dan harapan yang
mengurangi faktor resiko
membantu membuat pilihan.
Menerapkan prorgam perawatan 2 4
Diskusi kelebihan dan kekurangan dari setiap
Aktivitas hidup sehari-hari efektif 4 5
solusi
memenuhi tujuan kesehatan
Motivasi mengungkapkan tujuan perawatan
Verbalisasi kesulitan dalam 2 4
yang diharapakan
menjalani program
Hormati hak pasien untuk menerima dan
perawatan/pengobatan
menolak informasi
Keterangan:
1 : menurun Edukasi
2 : cukup menurun Informasikan alternatif solusi secara jelas
3 : sedang Berikan informasi yang diminta pasien
4 : cukup meningkat
5 : meningkat
Keterangan:
1 : menurun
2 : cukup menurun
3 : sedang
4 : cukup meningkat
5 : meningkat
P : Hentikan intervensi
Melakukan periksaan riwayat kesehatan
Senin , 25 Resiko perfusi perifer tidak Evaluasi Senin, 25 Juli 2022 jam 17. 00
klien
Juli 2022 efektif berhubungan dengan
Mengidentifikasi kontraindikasi terapi S:
Hipertensi bekam
Jam : 15.30 Klien mengatakan merasa lebih baik setelah
Melakukan pengisian informed consent. (Kelompok)
WIB dilakukan terapi bekam
Menjalaskan tujan dan prosedur terapi
O:
bekam
Klien tampak lebih rileks
Menganjurkan klien tidak mandi 2-3 jam
setelah dilakukan pembekaman TD :140/90 MmHg
Melakukan pemeriksaan tekanan darah. A : Masalah teratasi sebagian
Menentukan jenis bekam yang dilakukan
Indicator Saat ini Target
Meminta klien untuk baring senyaman
Tekanan darah sistolik 3 4
mungkin
Meminta klien untuk membuka pakaian Tekanan darah diastolik 3 4
pada area yang akan dilakukan Kelemahan otot 3 4
pembekaman
Menentukan titik pembekaman
Keterangan:
memasang sarung tangan dan alat
1 : memburuk
pelindung diri
Melakukan desinfeksi area yang akan 2 : cukup memburuk
dibekam dengan kapas alkohol atau alcohol 3 : sedang
swab 4 : cukup membaik
Mengolesi kulit dengan minyak herbal 5 : membaik
sambil dilakukan pemijatan untuk
meningkatkan peredaran darah. P : Lanjutkan intervensi
Melaukan bekam luncur
Melakukan pengekopan dengan tarikan
secukupnya.
Melakukan tusukan melingkar dari luar ke
dalam pada area yang telah dilakukan
bekam kering.
Melakukan pengekopan kembali setalah
dilakukan tusukan melingkar.
Melakukan pembekaman selama 15 menit.
Membuka kop dan bersihkan darah yang
tertampung di alat bekam.
Membersihkan area yang telah dilakukan
pembekaman .
Melakukan sterilisasi pada alat-alat bekam
yang telah digunakan.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah kondisi peningkatan persisten tekanan darah pada pembuluh
darah vascular, tekanan yang semakin tinggi pada pembuluh darah menyebabkan
jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah.
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia WHO (2015) menyatakan 1,3 Milyar
orang di dunia menderita Hipertensi data itu mengartikan 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis menderita Hipertensi. Di Indonesia hasil Riskesdas tahun 2018 Hipertensi
mengalami kenaikan jika di bandingkan hasil riskesdas 2013 dari 25,8% menjadi
34,1%.
Kepatuhan dalam manajemen hipertensi sangat penting karena dapat mempengaruhi
cara hidup pasien dalam mengelola penyakitnya. Masalah ketidakpatuhan pada
umumnya sering dijumpai pada pengobatan penyakit kronis yang memerlukan
pengobatan jangka panjang. Oleh karena itu, berbagai upaya harus dilakukan untuk
meningkatkan kepatuhan penggunaan obat pada pasien hipertensi.
B. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 20 menit, diharapkan Ny. M mampu memahami dan
mengerti tentang perawatan hipertensi lansia.
C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit tentang penatalaksanaan hipertensi,
diharapkan Ny. M dapat:
D. Materi Penyuluhan
Terlampir
E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
F. Media
1. Leaflet
G. Kegiatan penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 3 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab Kata-kata/
menit 2. Memperkenalkan diri salam kalimat
3. Menyampaikan 2. Mendengarka
tentang tujuan pokok n dan
materi menyimak
4. Meyampakaikan 3. Bertanya
pokok pembahasan mengenai
5. Kontrak waktu perkenalan dan
tujuan jika ada
yang kurang
jelas
2. Pelaksanaan 12 Penyampaian Materi 1. Mendengarkan Leaflet
menit 1. Menjelaskan dan menyimak
pola diet 2. Bertanya
2. Menjelaskan mengenai hal-
aktivitas hal yang belum
fisik jelas dan
3. Menjelaskan gaya dimengerti
hidup
4. Menjelaskan
kepatuhan minum
obat
H. Evaluasi
1. Proses
- Berjalan dengan baik dan tepat waktu sesuai dengan perencanaan
- Klien memperhatikan selama kegiatan penyuluhan dilakukan
2. Hasil
Diharapkan klien mampu:
- Menjelaskan menu diet hipertensi
- Menyebutkan aktivitas yang dapat dilakukan
- Menjelaskan gaya hidup yang sehat
- Menjelaskan pentingnya kepatuhan minum obat
PERAWATAN HIPERTENSI LANSIA
Perawatan hipertensi lansia adalah suatu aktivitas yang dilakukan dalam usaha mencegah terjadinya
peningkatan tekanan darah dan mengangkat derajat kesehatan. Pada perawatan pasien hipertensi
meliputi pengaturan pola diet, melakukan aktifitas fisik, gaya hidup, manajemen stress dan kepatuhan
minum obat.
1. Pola Diet
a. Batasi penggunaan garam pada masakan: 1) Hipertensi Ringan: tidak boleh lebih dari 4 gram
atau 1sdt/hari 2) Hipertensi Sedang: hanya 2 gram atau ½ sdt/hari 3) Hipertensi Berat: < 2
gram/hari atau garam sama sekali tidak boleh
b. Bahan makanan yang dianjurkan 1) Makanan yang segar: sumber hidrat arang, protein nabati
dan hewani, sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung serat 2) Makanan yang
diolah tanpa atau sedikit menggunakan garam natrium, vetsin, kaldu bubuk 3) Sumber protein
hewani: penggunaan daging/ayam/ikan paling banyak 100gram/hari, telur ayam/bebek 1
butir/hari, susu segar 200ml/hari
c. Bahan makanan yang dibatasi, pemakaian garam dapur, penggunaan bahan makanan yang
mengandung natrium seperti soda kue
d. Bahan makanan yang dihindari 1) Jeroan: otak, ginjal, paru, jantung, daging kambing 2)
Makanan yang diolah menggunakan garam: natrium-crackers, pastries, dan kue, krupuk,
kripik, dan makanan kering yang asin, 3) Makanan dan minuman dalam kaleng: sarden, sosis,
korner, sayuran dan buah-buahan dalam kaleng, 4) Makanan yang diawetkan: dendeng, abon,
ikan asin, ikan pindang, udang kering, telur asin, telur pindang, selai kacang, acar, manisan
buah, mentega dan keju 5) Bumbu-bumbu: kecap asin, terasi, petis, garam, saus tomat, saus
sambal, tauco dan bumbu penyedap lainnya, 6) Makanan yang mengandung alkohol: durian,
tape.
2. Aktifitas Fisik
Didalam kesehatan frekuensi olahraga dikatakan baik apabila melakukan olahraga selama 3
kali sampai 5 kali dalam satu minggu dan olahraga dilakukan secara teratur, aktivitas fisik
yang sering dilakukan dalam kegiatan sehari-hari olahraga (jalan santai, senam ringan),
melakukan pekerjaan rumah (ringansedang)
3. Gaya Hidup
Mengkonsumsi rokok sebanyak 2 batang akan meningkatkan tekanan darah sebesar 10 mmHg
dan meningkat secara signifikan setelah seseorang merokok kurang lebih 30 menit (Mariani
dan Susilawati, 2015).
a. Berhenti merokok, dapat meningkatkan status kesehatan menjaga ketahanan dan kekebalan
tubuh.
b. Berhenti minum kopi dan minuman keras, yang merupakan faktor pencetus terjadinya
stres. Alkohol dapat berpengaruh dalam meningkatkan tekanan darah.
Melaksanakan terapi anti hipertensi perlu penetapan jadwal rutin harian minum obat,
pengobatan hipertensi bertujuan untuk menurunkan komplikasi hipertensi, agar tidak terjadi
komplikasi hipertensi, maka harus dipatuhi aturan minum obat yang disarankan oleh dokter
dengan cara sebagai berikut (Santoso, 2010):
b. Tepat Waktu, jangan lupa minum obat, agar senantiasa terjaga dari factor lupa, maka
minumlah obatnya disaat menjelang aktivitas rutin yang tidak pernah terlupakan tiap
harinya.
c. Sadari bahwa lupa minum obat berarti kelangsungan obat untuk memproteksi organ akan
melemah