Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA

TN.M DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA USIA DEWASA DI


DUSUN GUNUNGAN PLERET YOGYAKARTA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Keluarga

Dosen Akademik: Dr. Arita Murwani, S.Kep., Ns., M.Kes

Di Susun Oleh:
Nama : Nur Athiroh Annisa
NIM : 24211567
Kelompok :4

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2023
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXVIII

LEMBAR PENGESAHAN

Telah Disahkan “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn.M
Dengan Tahap Perkembangan Keluarga Usia Dewasa di Dusun Gunungan, Pleret.” Guna
Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Keluarga STIKes Surya Global Yogyakarta Tahun
2023.

Yogyakarta, Januari 2023

Di Ajukan Oleh:
Nur Athiroh Annisa
24.21.1567

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Dr. Arita Murwani, S.Kep., Ns.,M.Kes) (Nur Hilalia, Amd. Kep)


A. Konsep Dasar Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling
berinteraksi satu sama lainnya dalam peranannya dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya (Friedman, 2010). Keluarga merupakan salah satu
atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional
dan mengembangkan dalam interaksi sosial, peran dan tugas (Spredley &
Alexander, 1996; Murwani, 2015). Keluarga merupakan unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul
dan tinggal satu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Padila, 2012).
Dari beberapa definisi terkait keluarga penulis menyimpulkan bahwa keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yang tergabung karena adanya hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi
satu sama lainnya sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan
dalam interaksi sosial, peran dan tugas.
2. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menurut Friedman dalam Murwani (2015), ada empat
elemen struktur keluarga, yaitu:
a. Stuktur peran keluarga
Peran dalam struktur keluarga dapat dibedakan menjadi peran formal dan
peran informal. Jadi, struktur peran keluarga menggambarkan peran masing-
masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya di lingkungan
masyarakat atau peran formal dan informal. Peran formal keluarga adalah
peran umum yang ada dalam keluarga, dan peran-peran ini akan dibagi sesuai
dengan kemampuan individu anggota keluarga secara menyeluruh. Sedangkan
peran informal keluarga merupakan tambahan peran dalam keluarga selain
peran formal yang telah ada.
b. Struktur nilai keluarga
Nilai keluarga merupakan suatu sistem ide, sikap, dan kepercayaan
tentang suatu keseluruhan atau konsep yang secara sadar maupun tidak sadar
mengikat bersama-sama seluruh anggota keluarga kedalam suatu budaya yang
lazim. Norma keluarga merupakan perilaku yang dianggap menjadi hak
masyarakat tertentu, pola perilaku tersebut didasarkan pada sistem nilai yang
ada di dalam keluarga. Jadi, nilai dan norma keluarga menggambarkan nilai
dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang
berhubungan dengan kesehatan.
c. Struktur komunikasi keluarga
Komunikasi dalam keluarga adalah suatu proses simbolik, transaksional
untuk menciptakan dan mengungkapkan pengertian dalam keluarga, sehingga
setiap keluarga mempunyai gaya dan pola komunikasi tersendiri. Komunikasi
dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, dalam hal ini bisa
disebabkan oleeh beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi
seperti: Sender, channel-media, massage, environment dan receiver.
d. Struktur kekuatan keluarga
Struktur kekuatan keluarga secara komprehensif di bagi dalam tiga bidang
yang meliputi: Dasar kekuasaan, hasil pembuatan keputusan, dan proses
kekuasaan. Kekuasaan mempunyai beberapa arti seperti power, kontrol,
otoritas/wewenang, dominasi, pengaruh dan pengambilan keputusan. Struktur
kekuasaan keluarga adalah kemampuan, baik kemampuan potensial atau
aktual dari seseorang untuk mengontrol, mempengaruhi, dan mengubah
tingkah laku orang lain (anggota keluarganya).
3. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman dalam Murwani (2015), yaitu sebagai
berikut:
a. Fungsi afektif dan koping
Fungsi keluarga yang utama adalah mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini
dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu anggota
dalam membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi stress.
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak
untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain di luar rumah. Keluarga sebagai guru, menanamkan
kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping, dengan memberikan
feedback; memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah, dan untuk
sosialisasi primer anak-anak yang bertujuan untuk membantu mereka menjadi
anggota masyarakat yang produktif, dan juga sebagai penghargaan status
anggota keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan kehidupan masyarakat seperti keluarga melahirkan
anaknya.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi, keluarga memberikan finansial untuk anggota
keluarganya dan kepentingan di masyarakat serta keluarga merupakan tempat
untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan adalah fungsi untuk mempertahankan
keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.
Untuk mengadakan kebutuhan-kebutuhan fisik pangan, sandang, papan dan
perawatan kesehatan. Keluarga juga memberikan keamanan, kenyamanan
lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat
termasuk untuk penyembuhan dari sakit. Fungsi ini dikembangkan menjadi
tugas keluarga di bidang kesehatan. Sesuai dengan fungsi tersebut maka
keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan, meliputi:
1) Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena
kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga
habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-
perubahan yang dialami oleh anggota keluarganya. Perubahan sekecil
apapun yang dialami anggota keluarga secara langsung akan dapat
mengganggu kesehatan keluarga.
2) Memutuskan Tindakan Kesehatan yang Tepat Bagi Keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa di antara anggota keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan
kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah
kesehatan dapat di kurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai
keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan tempat
tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.
3) Merawat Keluarga yang Mengalami Gangguan Kesehatan
Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar,
tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga
itu sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar
masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di
institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah
memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
4) Memodifikasi Lingkungan Keluarga untuk Menjamin Kesehatan Keluarga
5) Memanfaatkan Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Sekitarnya Bagi Keluarga
4. Tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut Murwani (2015), di bagi menjadi dua tipe, yaitu
sebagai berikut:
a. Tipe tradisional
1) The Nuclear Family
Keluarga yang terdiri dari suami-istri dan anak.
2) The Dyad Family
Keluarga yang terdiri dari suami-istri (tanpa anak) yang hidup bersama
dalam satu rumah.
3) Keluarga Usila
Keluarga yang terdiri dari suami-istri yang sudah tua dengan anak yang
sudah memisahkan diri.
4) The Childless Family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan
anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karir atau
pendidikan yang terjadi pada wanita.
5) The Extenden Family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi.
6) The Single-Parent Family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak, hal ini terjadi
melalui proses perceraian atau kematian.
7) Commuter Family
Keluarga dengan kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tapi salah
satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di
luar kota bisa berkumpul dengan keluarga saat akhir pekan.
8) Multigenerational Family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah.
9) Kin-Network Family
Keluarga yang terdiri dari beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu
rumah atau saling berdekatan dan menggunakan barang-barang dan
pelayanan yang sama seperti dapur, kamar mandi, TV, telepon, dll.
10) Blended Family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11) The Single Adult Living Alone atau Single Adult Family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti perceraian atau ditinggal
mati.
b. Tipe non tradisional
1) The Unmarriedteenege Mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah.
2) The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune Family
Commune family, adalah beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya)
yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah,
sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, seperti sosialisasi
anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.
4) The Non Marital Heterosexual Cohibitang Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
5) Gay and Lesbian Family
Gay and lesbian family, adalah seseorang yang mempunyai persamaan
seks hidup bersama sebagaimana suami-istri (marital partners).
6) Cohibiting Couple
Cohibiting couple, adalah orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
7) Group-Marriage Family
Group-marriage family, adalah beberapa orang dewasa menggunakan alat-
alat rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi
sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8) Group Network Family
Group network family, adalah keluarga inti yang dibatasi set aturan atau
nilai-nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan
tanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster Family
Foster family, adalah keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga
yang aslinya.
10) Homeless Family
Homeless family, adalah keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang
Gang, adalah sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupannya.
5. Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga menurut Duval dalam Murwani (2015), yang
didasari oleh teori “Perkembangan Psikososial” terdiri dari:
a. Keluarga baru menikah
b. Keluarga dengan anak baru lahir (anak tertua bayi sampai umur 30 bulan)
c. Keluarga dengan anak pra sekolah (anak tertua umur 2-6 tahun)
d. Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua umur 6-13 tahun)
e. Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)
f. Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa (anak-anak mulai meninggalkan
rumah)
g. Keluarga yang hanya terdiri dari orang tua saja/keluarga usia pertengahan
(semua anak meninggalkan rumah)
h. Keluarga lansia
B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah suatu tahapan di mana seorang perawat mengambil
informasi secara terus-menerus terhadap anggota keluarga yang dibina. Untuk
mendapatkan data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga,
perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang biasa digunakan setiap
hari), lugas dan sederhana (Murwani, 2015).
Hal-hal yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan keluarga adalah sebagai
berikut:
a. Data umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:
1) Identifikasi Keluarga
Identifikasi keluarga yang dimaksud adalah: Nama kepala keluarga, umur,
alamat dan telepon, pekerjaan kepala keluarga, pendidikan kepala
keluarga.
2) Komposisi Keluarga dan Genogram
Komposisi keluarga perlu sekali dalam hal ini diketahui, kemudian dapat
diperjelas dengan genogram, yang dapat dilukiskan dengan tabel dan
lambang-lambang atau simbol-simbol berikut:
Tabel
Contoh Format Komposisi Keluarga
Hubungan
Jenis Tanggal dengan
Nama Pendidikan Pekerjaan
Kelamin Lahir/Umur Kepala
Keluarga

Laki-laki Perempua Klien Meninggal


n

Menikah Pisah Cerai

Anak

Gambar
Simbol (Lambang) dalam Genogram

3) Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau bangsa
keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut
terkait dengan kesehatan.
4) Agama
Mengkaji agama yang dianut keluarga beserta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
5) Status Sosial Ekonomi Keluarga
Status sosial keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala
keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial
ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
6) Aktivitas Rekreasi Keluarga
Reaksi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi Bersama-
sama untuk mengunjungi tempat reaksi tertentu, namun dengan menonton
TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap Keluarga Saat Ini
Tahapan perkembangan keluarga saat ini ditentukan oleh usia anak tertua
dari keluarga inti.
2) Tugas Tahapan Perkembangan yang Belum Terpenuhi
Menjelaskan tentang tugas keluarga yang belum terpenuhi dan kendala
yang dialami keluarga.
3) Riwayat Keluarga Inti
Menjelaskan tentang riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat kesehatan
anggota keluarga, upaya dalam pencegahan suatu penyakit.
4) Riwayat Keluarga Sebelumnya
Menjelaskan riwayat kesehatan generasi keluarga dari penyakit menular
dan keturunan.
5) Data Lingkungan
a) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,
peletakan perabot rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank
dengan sumber air minum yang digunakan serta dena rumah.
b) Karakteristik tetangga dan komunitas
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,
aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
c) Mobilisasi geografi keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan berpindah
tempat.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
keluarga interaksinya dengan masyarakat.
e) Sistem pendukung keluarga
Jumlah keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga
untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas
psikologis, atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial
atau dukungan dari masyarakat setempat.
f) Struktur pola komunikasi keluarga
Menjelaskan bagaimana komunikasi dalam keluarga dan bagaimana
anggota keluarga menciptakan komunikasi.
g) Struktur kekuatan keluarga
Menjelaskan kemampuan keluarga untuk mempengaruhi dan
mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan.
h) Struktur peran
Menjelaskan tentang peran anggota keluarga secara formal maupun
informal baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan
masyarakat.
i) Nilai dan norma budaya
Menjelaskan mengenai sistem norma yang dianut keluarga dan
berhubungan dengan kesehatan.
6) Fungsi Keluarga
Secara umum fungsi keluarga di bagi menjadi 5, yaitu:
a) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lainnya.
b) Fungsi sosialisasi dan status sosial
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma,
budaya, dan pelaku.
c) Fungsi reproduksi
Yaitu fungsi untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama
beberapa generasi untuk keberlangsungan hidup masyarakat.
d) Fungsi ekonomi
Yaitu fungsi menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi
efektifnya.
e) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Kesanggupan
keluarga di dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat
dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga,
yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap
anggota yang sakit, menciptakan lingkungan dapat meningkatkan
kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas yang terdapat
di lingkungan setempat.
7) Stress dan Koping Keluarga
a) Stressor jangka pendek dan jangka panjang
Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga dan
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.
Sedangkan stressor jangka panjang adalah stressor yang memerlukan
penyelesaian lebih dari 6 bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Situasi mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap stressor dan
situasi.
c) Strategi koping yang digunakan
Menjelaskan strategi seperti apa yang digunakan keluarga bila ada
permasalahan.
d) Harapan keluarga
Menjelaskan harapan keluarga terhadap kesehatan.
e) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik anggota keluarga meliputi: Pengkajian mental,
pengkajian fisik, pengkajian emosi, pengkajian sosial dan pengkajian
spritual.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke sistem
keluarga dan sub sistemnya serta merupakan hasil pengkajian keperawatan.
Diagnosa keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan aktual dan potensial
dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan dan mendapatkan lisensi
untuk menanganinya berdasarkan pendidikan dan pengalaman (Friedman, 2014).
Diagnosa yang mungkin muncul dalam keperawatan keluarga adalah Murwani
(2015):
a. Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)
b. Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila sudah
ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan
c. Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu
keadaan di mana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan
keluarga dapat ditingkatkan

Dalam melakukan pemberian asuhan keperawatan keluarga, masalah


keperawatan yang sering ditegakkan adalah sebagai berikut (SDKI, 2017):
a. Ketidakmampuan koping keluarga
b. Penurunan koping keluarga
c. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif
d. Gangguan proses keluarga
e. Ketegangan peran pemberi asuhan
f. Kesiapan peningkatan koping keluarga
g. Kesiapan peningkatan menjadi orang tua
h. Kesiapan peningkatan proses keluarga
i. Pencapaian peran menjadi orang tua
j. Risiko gangguan perlekatan
k. Risiko proses pengasuhan tidak efektif

Dalam menetapkan prioritas masalah atau diagnosa keperawatan keluarga


adalah dengan proses skoring yang menggunakan skala yang telah dirumuskan
oleh Bailon & Maglaya. Proses skoringnya dilakukan pada setiap diagnosis
keperawatan keluarga yang telah ditetapkan, berikut langkah-langkah skoringnya:
a. Tentukan skornya sesuai dengan skor tertinggi dan kalikan dengan bobot:
Skor yang diperoleh
X Bobot
Skor tertinggi
b. Jumlahkan skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan jumlah
bobot yaitu:
Tabel
Skala Menentukan Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah 1
Skala: Aktual 3
Risiko 2
Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat berubah 2
Skala: Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah 1
Skala: Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
Skala
Masalah dirasakan dan harus segera ditangani 2
Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0
Sumber: Murwani, 2015

Berdasarkan menentukan prioritas masalah pada asuhan keperawatan keluarga


adalah dengan menggunakan skala menyusun prioritas atau skoring. Faktor yang
dapat mempengaruhi penentuan prioritas (Murwani, 2015):
a. Kriteria 1: Sifat masalah bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang
sehat karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari
dan dirasakan oleh keluarga
b. Kriteria 2: Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan
terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut : Pengetahuan yang ada sekarang,
teknologi dan tindakan untuk menangani masalah, Sumber daya keluarga
dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga, Sumber daya perawat dalam bentuk
pengetahuan, keterampilan dan waktu, Sumber daya masyarakat dalam bentuk
fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan dukungan masyarakat
c. Kriteria 3: Potensial masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu
diperhatikan : Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit
atau masalah, lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu
masalah itu ada, tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan
yang tepat dalam memperbaiki masalah, adanya kelompok 'high risk" atau
kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah
d. Kriteria 4: Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau
bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skor tertinggi
yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosa
keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan
merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternatif dan sumber,
serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi
dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja
(Friedman, 2014 dalam Murwani, 2015). Lain halnya menurut Padila (2018),
intervensi keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, mencakup tujuan
umum dan tujuan khusus, rencana intervensi serta dilengkapi dengan rencana
evaluasi yang memuat kriteria standar. Tujuan dirumuskan secara spesifik, dapat
diukur, dapat dicapai, rasional dan menunjukkan waktu.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah kegiatan yang dilakukan pyang dialami ke
status yang lebih baik dengan hasil yang diharapkan. Anggota keluarga yang
mengalami penyakit rematik dapat dilakukan penyuluhan agar keluarga
memahami tentang perawatan kesehatan untuk klien dan untuk menginformasikan
klien tentang status kesehatan (Nursalam, 2017).
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat
dan klien atau keluarga. Dalam kegiatan implementasi perawat perlu melakukan
kontrak waktu sebelumnya (saat mensosialisasikan diagnosa keperawatan) untuk
pelaksanaan yang meliputi kapan dilaksanakan, berapa lama waktu yang
dibutuhkan, materi/topik yang didiskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota
keluarga yang perlu mendapat informasi (sasaran langsung implementasi), dan
bila perlu peralatan yang perlu dipersiapkan keluarga. Kegiatan ini bertujuan agar
keluarga dan perawat mempunyai kesiapan secara fisik dan psikis pada saat
implementasi (Murwani, 2015).
Perawat melaksanakan perencanaan yang telah disusun bersama keluarga.
Mengajar keluarga memerlukan modalitas pengajaran yang fleksibel dan
interaktif. Perawat dapat menggunakan pemodelan peran, khususnya saat
mengajarkan keluarga bagaimana berkomunikasi secara jelas dan terbuka. Dalam
bekerja dengan keluarga, terdapat strategi intervensi yang dapat digunakan secara
dinamis dan fleksibel. Di antaranya adalah partisipasi aktif keluarga, penyuluhan,
konseling, kontrak, manajemen kasus, kolaborasi dan konsultasi (Murwani, 2015).
5. Evaluasi Keperawatan Keluarga
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi
dengan kriteria yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Kegiatan
evaluasi meliputi mengkaji kemajuan status kesehatan keluarga, membandingkan
respon keluarga dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan
pencapaian tujuan keperawatan. Bila hasil evaluasi tidak atau berhasil sebagian,
perlu disusun rencana keperawatan yang baru (Murwani, 2015).
Menurut Murwani (2015), dalam menelaah kemajuan keluarga dalam
pencapaian hasil, perawat akan mencatat salah satu dari keputusan berikut, dalam
lembar evaluasi atau dalam catatan kemajuan pada saat ditentukan untuk
melakukan evaluasi:
a. Lanjutkan
Diagnosa masih berlaku, tujuan dan kriteria standar masih relevan.
b. Direvisi
Diagnosa masih berlaku, tetapi tujuan dan tindakan keperawatan memerlukan
perbaikan.
c. Teratasi
Tujuan keperawatan telah dicapai, dan rencana keperawatan tidak dilanjutkan.
d. Dipakai lagi
Diagnosis yang telah teratasi terjadi lagi.
Evaluasi keperawatan keluarga menurut Murwani (2015), meliputi beberapa
hasil evaluasi yaitu evaluasi tujuan dan evaluasi tindakan seperti berikut:
a. Evaluasi tujuan, yang harus di evaluasi pada tujuan keperawatan adalah:
1) Apakah respon keluarga sesuai dengan kriteria standar yang telah
ditetapkan
2) Apakah tujuan yang dicapai sudah menggambarkan fokus perawatan
sekarang
3) Adakah tambahan tujuan keperawatan sesuai dengan perkembangan hasil
yang sekarang
4) Apakah tujuan diterima oleh keluarga
b. Evaluasi tindakan, yang harus di evaluasi pada tindakan keperawatan adalah:
1) Apakah intervensi dapat diterima oleh keluarga
2) Apakah intervensi itu bersifat spesifik untuk keluarga
3) Apakah intervensi dapat dikerjakan oleh perawat maupun keluarga

Evaluasi menurut Murwani (2015), dapat disusun dengan menggunakan


format SOAP dan format SOAPIER.
a. Evaluasi disusun dengan menggunakan format SOAP secara rasional
operasional:
S: Hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif
setelah dilakukan intervensi keperawatan.
O: Hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan.
A: Analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mangacu pada
tujuan keperawatan dan kriteria hasil terkait dengan
diagnosa.
P: Perencanaan yang akan dilakukan berdasarkan hasil
analisis respon keluarga.
S: Hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif
setelah dilakukan intervensi keperawatan.
O: Hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan.
A: Analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mangacu
pada tujuan keperawatan dan kriteria hasil terkait dengan
diagnosa.
P: Perencanaan yang akan dilakukan berdasarkan hasil
analisis respon keluarga
I: Implementasi dari perencanaan dengan mencatat waktu
tindakan dan tindakan keperawatan
E: Evaluasi hasil tindakan yang dicapai keluarga
R: Revision adalah revisi apabila ada perubahan dalam
rencana keperawatan.
Tahapan evaluasi ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat,
yaitu: evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara
bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan, atau
disebut juga evaluasi proses. Kedua evaluasi sumatif, yang bertujuan menilai
secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis keperawatan apakah rencana
diteruskan, diteruskan sebagian, diteruskan dengan perubahan intervensi atau
dihentikan. Disebut juga evaluasi hasil (Murwani, 2015).
DAFTAR PUSTAKA

Murwani, A. 2015. Keperawatan Keluarga & Aplikasinya Cetakan II. Yogyakarta:


Fitramaya.
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI.

Anda mungkin juga menyukai