Anda di halaman 1dari 8

RESUME

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA

KELUARGA DAN KELOMPOK

DOSEN PENGAMPU:

Ns, Nova Yustisia, S.Kep.,M.Pd

OLEH:

Julasmi Eduwan
F0H019027
Kelas 1A

D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGERAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

2020
Komunikasi Pada Keluarga dan Kelompok

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-
lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan
lain-lain. (Barelson dan Steiner, 1964). Komunikasi dibuat untuk menyebarluaskan pesan
kepada publik, mempengaruhi khalayak dan menggambarkan kebudayaan pada masyarakat.
Hal ini membuat media menjadi bagian dari salah satu institusi yang kuat di masyarakat.
Untuk memenuhi kebutuhan berinteraksi yang bersifat antarpribadi, dipenuhi melalui
kegiatan komunikasi interpersonal atau antarpribadi.

Dengan demikian komunikasi menjadi unsur penting dalam berlangsungnya


kehidupan suatu masyarakat. Selain merupakan kebutuhan, aktivitas komunikasi sekaligus
merupakan unsur pembentuk suatu masyarakat. Sebab tidak mungkin manusia hidup di suatu
lingkungan tanpa berkomunikasi satu sama lain.

Sebagai salah satu komponen yang penting dalam keperawatan adalah keluarga.
Keluarga merupakan unit terkecil setelah individu yang menjadi klien dalam keperawatan
(sebagai penerima asuhan keperawatan). Salah satu aspek terpenting dari keperawatan
keluargaadalah pemberian asuhan pada unit keluarga. Keluarga besama dengan individu,
kelompok, dan komunitas adalah klien keperawatan.

A. Komunikasi pada Keluarga

Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang berlangsung antar anggota keluarga, suami
dan istri, ayah dan anak, ibu dan anak, serta anak dan anak.

Dalam keluarga ada pula dibagi menjadi beberapa bentuk. Bentuk keluarga
menggambarkan perbedaan social, tingkah laku dan kultur, serta gaya hidup. Dalam asuhan
keperawatan, bentuk keluarga inti perlu diperhatikan, terutama dalam hal pelaksanaan asuhan
keperawatan.

7 bentuk keluarga :

1. Keluarga inti. Terdiri dari suami (pencari nafkah), seorang istri (ibu rumah tangga),
dan anak-anak.
2. Keluarga besar tradisional, adalah bentuk keluarga yang pasangan suami istri sama-
sama melakukan pengaturan dan belanja rumah tangga dengan orang tua, sanak
saudara, dan kerabat dalam keluarga tersebut
3. Keluarga dengan orang tua tunggal. Keluarga ini hanya memiliki satu kepala rumah
tangga, ayah atau ibu (duda/janda/belum menikah). Jumlah ibu remaja yang tidak
menikah akhir-akhir in cendrung meningkat karena berbagai alasan antara lain
kemiskinan dan pergaulan bebas (melahirkan di luas pernikahan).
4. Individu dewasa yang hidup sendiri. Bentuk ini banyak terdapat di masyarakat.
Mereka hidup berkelompok, seperti dip anti wreda, tetapi ada juga yang menyendiri.
Mereka ini membutuhkan layanan kesehatan professional karena tidak mempunyai
sistem pendukung.
5. Keluarga dengan orang tua tiri. Menurut McCubbin dan Dahl (1985) orang tua
menghadapi 3 masalah yang paling menonjol, yaitu pendisiplinan anak, penyesuaian
diri dengan kepribadian anak, dan kebiasaan serta penerimaan terhadap pemikatan
hati.
6. Keluarga binuclear, merujk pada pada bentuk keluarga setelah cerai sehingga anak
menjadi anggota dari suatu system keluarga yang terdiri dari dua rumah tangga inti.
Ibu dan ayah dengan berbagai macam perbadaan diantara keduanya, serta
keterbatasan waktu yang digunakan dalam setiap sitem rumah tangga.
7. Bentuk variasi keluarga nontradisional, meliputi bentuk keluarga yang sangat berbeda
satu sama lain, baik dalam struktur maupun dinamikanya.

Keluarga juga memiliki perannya tersendiri. Peran dalah seperangkat perilaku


interpersonal, sifat, dan kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan satuan
tertentu. Setiap anggota keluarga mempunya peran masing-masing. Ayah sebagai pemimpin
keluaga, pencari nafkah, pendidik, pelindung/pengayom, dan pemberi rasa aman kepada
anggota keluarga. Selain itu anggota masyarakat/kelompok social tertentu. Ibu sebagai
pengurus rumah tangga, pengasuh, pendidik anak-anak, pelindung keluarga, dan juga sebagai
pencari nafkah tambahan keluarga. Selain itu, sebagai anggota masyarakat. Anak berperan
sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik mental, social, dan spiritual.

Selain peran, keluarga memiliki beberapa fungsi. Menurut Friedman dan Undang-
Undang No.10 tahun 1992, membagi fungsi keluarga menjadi 5, yaitu:

1. Fungsi efektif, berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan dasar
kekuatan keluarga. Fungsi efektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Anggota keluarga mengembangkan gambaran diri yang positif, peran dijalankan
dengan baiak, dan penuh rasa kasih sayang.
2. Fungsi sosialisai. Proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu
menghasilkan interaksi social, dan individu tersebut melaksanakan perannya dalam
lingkungan social. Keluarga merupakan tempet individu melaksanakan sosialisai
dengan anggota keluarga dan belajar disiplin, norma budaya, dan perilaku melalui
interaksi dalam keluarga, sehingga individu mampu berperan di dalam masyarakat.
3. Fungsi reproduksi. Fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
4. Fungsi ekonomi. Fungsi unruk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti makanan,
pakaian, perumahan, dan lain-lain.
5. Fungsi perawatan keluarga. Keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan,
dan asuhan kesehatan/keperawatan.

Ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dan memberikan asuhan
keperawatan kesehatan keluarga, adalah:

1. Keluaga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.


2. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai tujuan
utama.
3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan
kesehatan keluarga.
4. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, perawat melibatkan peran
sertaaktif seluaruh keluargadalam merumuskan masalah dan kebutuhan keluarga
dalam mengatasi masalah kesehatannya.
5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif dengan
tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative.
6. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga memanfaatkan sumber
daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga.
7. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan.
8. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan peawatan kesehatan
keluarga adalah pendekatan pemcahan masalah dengan menggunakan proses
keperawatan.
9. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah
penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan dasar/ perawatan di rumah.
10. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk risiko tinggi.
Dalam melaksanakan asuhan perawatan kesehatan keluarga ada beberapa langkah
yang harus dilakukan oleh perawat, sebagai berikut:

1. Membina hubungan kerjasama yang baik dengan keluarga, dengan cara;


a. Mengadakan kontak dengan keluarga.
b. Menyampaikan maksud dan tujuan serta mint untuk membantu keluarga
dalam mengatasi masalah kesehatan mereka.
c. Menyatakan kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan
kesehatan yang dirasakan keluarga.
d. Membina komunikasi du arah dengan lembaga.
2. Melaksanakan pengkajian untuk menentukan adanya masalah kesehatan keluarga.
3. Menganalisa data keluarga ntuk menentukan masalah-masalah kesehatan dan
perawatan keluarga.
4. Menggolongkan masalah kesehatan keluarga, berdasarkan sifat masalah kesehatan
keluarga;
a. Ancaman kesehatan.
b. Keadaan sakit atau kurang sehat.
5. Menentukan sifat dan luasnya masalah dan kesanggupan keluarga untuk
melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan.
6. Menentukan/menyusun skala proiritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga,
dengan mempertimbangkan;
a. Sifat masalah.
b. Kemungkinan masalah untuk diubah.
c. Potensi menghindari masalah.
d. Persepsi keluarga terhadap masalah.
7. Menyusun rencana asuhan keperawatan kesehatan.
8. Melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga sesuai dengan rencana yang
disusun.
9. Melaksanakan evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang dilakukan.
10. Meninjau kembali maslah keperawatan dan kesehatan yang belum dapat teratasi dan
merumuskan kembali rencana asuhan keperawatan yang baru.
B. Komunikasi Pada kelompok
Selain pada keluarga tentunya komunikasi juga diterapkan pada suatu
kelompok. Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara
beberapa orang dalam suatu kelompok kecil masyarakat seperti dalam rapat,
pertemuan, konferensi, dan sebagainya. Definisi lain mengenai komunikasi kelompok
adalah suatu iteraksi dengan bertatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan
yang telah diketahui, seperti berbagi infomasi, menjaga diri, pemecahan masalah,
yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-
anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas
mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan
rencana kerja tertentu umtuk mencapai tujuan kelompok.

Sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:


1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka.
2. Kelompok memiliki partisipan.
3. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin.
4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama.
5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.

Efektivitas kelompok dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: faktor situasional atau
karateristik kelompok dan faktor personal atau karateristik para anggota kelompok. Faktor
situasional meliputi: ukuran kelompok, jaringan komunikasi, kohesi kelompok, dan
kepemimpinan. Sedangkanfaktor personal meliputi: kebutuhan interpersonal, tindak
komunikasi, danperanan.

Ada 4 faktor situasional yang mempengaruhi efektifitas komunikasi kelompok


sebagai berikut:

1. Ukuran kelompok

Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi kerja kelompok atau


performance bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok.
Sehubungan dengan hal tersebut, ada dua tugas kelompok, yaitu tugas koaktif dan
tugas interaktif. Pada tugas koaktif, masing-masing anggota bekerja sejajar dengan
yang lain, tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas interaktif, anggota-anggota kelompok
berinteraksi secara terorganisasi untuk menghasilkan produk, atau keputusan.
2. Jaringan Komunikasi

Pada jaringan komunikasi model roda, seseorang (biasanya pemimpin) menjadi


fokus perhatian. Ia dapat berhubungan dengan semua anggota kelompok, tetapi
setiap anggota kelompok hanya bisa berhubungan dengan pemimpinnya

3. Kohesi kelompok

Kohesi kelompok berarti adanya semangat kelompok yang tinggi, hubungan


interpersonal yang akrab, kestiakawanan, dan perasaan “kita” yang dalam. Kohesi
kelompok merupakan kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap
tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok. Kohesi
kelompok dapat diukur dari: keterikatan anggota secara interpersonal antara satu
sama lain, ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok, dan sejauh
mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan
personalnya.

4. Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok


untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling
menentukan keefektifan komunikasi kelompok. Ada tiga gaya kepemimpinan, yaitu
otoriter, demokratis, dan laissez faire.

Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi,
namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok.
 Kelompok Primer dan Sekunder
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994)
mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya
berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan
kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab,
tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.

 Kelompok Keanggotaan Dan Kelompok Rujukan


Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership
group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok
yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu.
Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standar)
untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.
Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi
normatif, dan fungsi perspektif.

 Kelompok Deskriptif Dan Kelompok Preskriptif


John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua:
deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan
melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola
komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok
pertemuan; dan c. kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah,
misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan
adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok.

Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh


anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan
enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel,
forum, kolokium, dan prosedur parlementer.

Komunikasi tentu tidak dilakukan bukan tanpa tujuan. Selain menyampaikan pesan,
kegiatan komunikasi masyarakat memiliki tujuan lainnya, yakni sebagai berikut:
1. Relay information – meneruskan informasi kesehatan dari suatu sumber kepada pihak
lain secara berangkai (hunting).
2. Enable informed decision making – memberi informasi akurat untuk memungkinkan
pengambilan keputusan.
3. Promote Healthy behavior – informasi untuk memperkenalkan hidup sehat.
4. Promote peer information exchange and emotional support – mendukung pertukaran
informasi pertama dan mendukung secara emosional pertukaran informasi kesehatan.
5. Promote self care – memperkenalkan pemeliharaan kesehatan diri sendiri.
6. Manage demand for health service – memenuhi permintaan layanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai