DISUSUN OLEH:
WAHIDAH NUR AZIZAH
NIM. 201703076
Nim : 201703076
Mengetahui
KONSEP KELUARGA
1. Definisi Keluarga
Keluarga berasal dari bahasa sansekerta yaitu kula dan warga “kulawarga”
yang berarti “anggota”, kelompok atau kerabat. Keluarga adalah lingkungan
dimana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Keluarga
sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan
antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab, diantara individu
tersebut. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu
tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (L, Jhonson
dan R. Leny, 2010).
Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan
perkembangan sosial masyarakat. Berikut akan dikemukakan beberapa
pengertian keluarga
1. Raisner (1980)
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih
yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari
bapak, ibu, adik, kakek dan nenek.
2. Logan’s (1979)
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari beberapa
komponen yang saling berinteraksi satu sama lainnya.
3. Gillis (1983)
Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan
atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-
masing mempunyai sebagaimana individu.
4. Duvall (1986)
Menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga.
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1988)
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat
di bawah satu atap.
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah:
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika berpisah mereka
tetap memperhatikan satu sama lain.
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran, sosial, suami, istri, anak, kakak dan adik.
4. Mempunyai tujuan, menciptakan dan mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu
sistem. Sebagai sistem keluarga mempunyai anggota yaitu, ayah, ibu dan
anak atau semua individu yang tinggal di dalam rumah tangga tersebut.
Anggota saling berinteraksi, interelasi dan interdependesi untuk mencapai
tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka sehingga dapat
dipengaruhi oleh sistemnya yaitu masyarakat dan sebaliknya sebagai
subsistem dari lingkungan (masyarakat). Keluarga dapat mempengaruhi
masyarakat (supra sistem) (L, Jhonson dan R, Leny, 2010).
A. Tipe Keluarga
Ada beberapa tipe keluarga, yaitu :
1. Keluarga inti, yaitu terdiri dari suami, istri dan anak.
2. Keluarga konjugal, yang terdiri daraia apasangan dewasa (Ibu dan Ayah)
dan anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari
salah satu atau dua pihak orang tua.
3. Selain itu terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar garis
keturunan diatas keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan
antara paman, bibi, keluarga kakek dan keluarga nenek.
B. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga di sadari oleh harapan pola perilaku
dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai pernan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya.
2. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, di
samping itu ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
3. Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
C. Tugas Keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan
keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan
etiologi/ penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II
bila ditemui data mal aadapti pada keluarga. Ada Lima tugas keluarga yaitu:
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana
persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian,
tanda dan gejala, factor penyebab dan persepsi keluarga terhadap
masalah yang dialami keluarga.
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh
mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah,
bagaimana masalah dirasakan keluarga, bagaimana keluarga
menanggapi masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat
atau adakah sifat negative dari keluarga terhadap masalah kesehatan,
bagaimana system pengambilan keputusan yag dilakukan keluarga
terhadap anggota keluarga yang sakit.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,
seperti bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan
perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada
dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang
sakit.
4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti
pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit
yang dilakukan keluarga. Upaya pemeliharaan lingkungan yang
dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata
lingkungan dalam dan lingkungan luar rumah yang berdampak terhadap
kesehatan keluarga.
5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan,seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan
fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada,
keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah
pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman
yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga
D. Fungsi Keluarga
Dalam kehidupan sehari hari fungsi keluarga dapat kita lihat dan sekaligus
sudah dapat, diterapkan oleh masyarakat atau kelompok keluarga. Adapun
fungsi yang dijalankan keluarga adalah sebagai berikut :
1. Fungsi pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan
menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan
anak.
2. Fungsi sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan
anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
3. Fungsi perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak
sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman
4. Fungsi perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif
merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam
berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga.
5. Fungsi agama dilihat dari bagaimana keluarga memeperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga
menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan
lain setelah dunia.
6. Fungsi ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari
penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga.
7. Fungsi rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam keluarga, seperti acara menonton TV bersama,
bercerita tentang pengalaman masing-masing dan lainnya.
8. Fungsi biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan
sebagai generasi selanjutnya. Memberikan kasih sayang, perhatian dan
rasa aman diantara keluarga.
E. Bentuk Keluarga
Ada 2 macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil,
yaitu berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas.
1. Berdasarkan lokai
a. Adat utrolokal, yaitu adat yang memberikan kebebasan kepada
sepasang suami istri untuk memilih tempat tinggal, baik itu disekitar
kediaman kaum kerabat suami ataupun disekitar kaum kerabat istri.
b. Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami
istri diharuskan menetap disekitar pusat kediaman kaum kerabat
suami.
c. Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami
istri harus tinggal disekitar kediaman kaum kerabat istri.
d. Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri
dapat tinggal disekitar pusat kediaman kerabat suami pada masa
tertentu dan disekitar pusat kediaman kerabat istri pada masa tertentu
pula (bergantian).
e. Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami
istri dapat menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak
berkelompokbersama kaum kerabat suami maupun istri.
f. Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami istri
harus menetap disekitar kediaman saydara laki-laki ibu (avunculus)
dari pihak suami.
g. Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri
masing-masing dari mereka juga tinggal disekitar pusat kaum
kerabatnya sendiri.
2. Berdasarkan pola otoritas
a. Pariarkal, yaitu otoritas didalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-
laki tertua, umumya ayah)
b. Matriarkal, yaitu otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh perempuan
(perempuan tertua, umumnya ibu)
c. Equalitarian, suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang.
F. Struktur Keluarga
Ada beberapa struktur keluarga yang ada di Indonesia, diantaranya :
1. Patrilineal, keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu sisusun melalui jalur ayah.
2. Matrilineal, keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu sisusun melalui jalur garis
ibu.
3. Matrilokal, sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
4. Keluarga kawinan, hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga
karena adanya suami/istri.
a. Macam-macam struktur keluarga
1. Tradisional
a) The nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri dari
suami, istri dan anak
b) The dyad family, yaitu keluarga yang terdiri dari suami dan istri
(tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
c) Keluarga usila, yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri yang
sudah tua dengan anak yang sudah memisahkan diri.
d) The childress family, yaitu keluarga tanpa anak karena terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang
disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada
wanita.
e) The extended family (keluarga luas/besar), yaitu keluargayang
terdiri dari 3 generasi yang hidup bersama dalam satu rumah
seperti nuclear family disetai paman, tante dan orang tua (kakek-
nenek), keponakan, dll.
f) The single parent family (keluarga duda/janda), yaitu keluarga
yang terdiri 1 orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi
biasanya melalui proses perceraian, dan ditinggalkan (menyalahi
hukum pernikahan).
g) Commuter family, yaitu kedua orang tua bekerja di kota yang
berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan
orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota
keluarga pada saat akhir pekan.
h) Mulkgenerational family, yaitu keluarga dengan beberapa generasi
atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam 1 rumah.
i) Hended family, yaitu keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda
yang menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan
sebelumnya.
j) The single adult living alone/single adult family, yaitu keluarga
yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau di
tinggal mati.
2. Non Tradisional
a) The unmarried teenage mother, yaitu keluarga yang terdiri dari
orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b) The stepparent family, yaitu keluarga dengan orangtua tiri.
c) Commune family, yaitu beberapa pasangan keluarga (dengan
anaknya) yang tidak ada hubungan saudara, yang hidup bersama
dalam satu rumah.
d) The nonmarital heterosexual cohabiting family, yaitu keluarga
yang hidup bersama sama berganti ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
e) Gay and lesbian families, yaitu sesorang yang mempunyai
persamaan sex hidup bersama, sebagaimana pasangan suami istri.
f) Cohabitaring couple, yaitu orang dewasa yang hidup bersama
diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
g) Group marriage family, yaitu beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa telah
saling menikah satu dengan lainnya, berbagi sesuatu, termasuk
sexual dan membesarkan anaknya.
b. Ciri-ciri struktur keluarga
a) Terorganisasi, saling berhubungan, ketergantungan, antara
anggota keluarga.
b) Ada keterbatasan, setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi
mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi
dan tugasnya masing-masing.
c) Ada perbedaan dan kekhususan, setiap anggota keluarga
mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing
c. Ciri-ciri keluarga Indonesia
a) Suami sebagai pengambil keputusan
b) Merupakan suatu kesatuan yang utuh
c) Berbentuk monogram
d) Bertanggung jawab
e) Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
f) Ikatan kekeluargaan sangat erat
g) Mempunyai semangat gotong royong (R, Jhonson dan R, Leny,
2010).
G. Tahapan Kesejahteraan Keluarga
1. Keluarga Pra-Sejahtera
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal, yaitu
kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan, dan kesehatan.
2. Keluarga Sejahtera Tahap I (Ks I)
Indikator :
a. Melaksanankan ibadah menurut agama masing-masing.
b. Makan dua kali sehari atau lebih.
c. Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan.
d. Lantai rumah bukan dari tanah
e. Dapat memanfaatkan sarana kesehatan yang ada.
3. Keluarga Sejahtera Tahap II (Ks II)
Indikator :
a. Seluruh Indikator KS I
b. Anggota keluarga melaksanankan ibadah secara teratur.
c. Makan daging/ikan/telur sebagai lauk-pauk minimal sekali
seminggu.
d. Memperoleh pakaian baru minimal setahu sekali.
e. Anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir.
f. Keluarga berusia minimal 15 tahun dapat memiliki penghasilan
sendiri.
g. Bisa baca-tulis bagi anggota keluarga berusia 10 tahun keatas.
h. Anak usia sekolah bersekolah.
i. Anak hidup 2 atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai
kontrasepsi.
4. Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III)
Indikator :
a. Seluruh Indikator KS II
b. Keluarga berupaya menambah pengetahuan agama.
c. Memiliki tabungan.
d. Makan bersama minimal sehari sekali.
e. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat.
f. Rekreasi bersama minmal 6 bulan sekali.
g. Menggunakan media untuk menerima berita.
h. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.
5. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus)
Indikator :
a. Indikator KS III
b. Memberikan sumbangan secara teratur dan suka rela dalam bentuk
material kepada masyarakat.
c. Aktif sebagai pengurus yayasan/panti.
H. Konsep Tahap Perkembangan
Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan.Seperti
individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan
yang berturut-turut, keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang
berturut-turut. Adapun tahap-tahap perkembangan menurut Duvall dan
Miller dalam Friedman (1998) adalah :
1. Tahap I : keluarga pemula
Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah
keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke
hubungan baru yang intim.
2. Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak
Dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan.
3. Tahap III : keluarga dengan anak usia pra sekolah
Dimulai ketika anak pertama berusia dua setengah tahun, dan berakhir
ketika anak berusia lima tahun.
4. Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah
Dimulai saat anak pertama telah berusia enam tahun dan mulai masuk
sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja.
5. Tahap V : keluarga dengan anak remaja
Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, berlangsung
selama enam hingga tujuh tahun.Tahap ini dapat lebih singkat jika
anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak
masih tinggal di rumah hingga berumur 19 atau 20 tahun.
6. Tahap VI : keluarga yang melepas anak usia dewasa muda
Ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan
berakhir dengan “rumah kosong,” ketika anak terakhir meninggalkan
rumah.Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada
berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal di
rumah.Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan dari dan
oleh anak -anak untuk kehidupan dewasa yang mandiri.
7. Tahap VII : orangtua usia pertengahan
Dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada
saat pensiun atau kematian salah satu pasangan.
8. Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa
pensiun, hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan
pasangan lainnya meninggal. Sedangkan tugas-tugas perkembangan
keluarga dengan anak usia sekolah menurut Duvall dan Miller, Carter
dan McGoldrik dalam Friedman (1998) yaitu :
1) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman seba ya
yang sehat
2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
3) Kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
KONSEP PENYAKIT
A. Konsep Diabetes Mellitus
1) Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis akibat pancreas tidak
dapat menghasilkan cukup insulin atau penurunan rangsangan jaringan
terhadap insulin yang telah dihasilkan sehingga mengganggu metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak dalam tubuh ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa dalam darah dan urine. Gejala Diabetes Mellitus yaitu
poliuria, polidipsia, poliuria, polifagia, penurunan berat badan dan
kesemutan (R. N. Fatimah, 2015; Laili, 2016; WHO, 2016).
2) Klasifikasi Diabetes Mellitus
a. Diabetes mellitus tipe 1
DM tipe 1 sering terjadi pada masa kanak-kanak dan remaja, tetapi
dapat terjadi pada berbagai usia, bahkan pada usia 80-an tahun dan 90-an
tahun. Penyakit ini ditandai dengan hiperglikemia (kenaikan kadar
glukosa darah), pemecahan lemak dan protein tubuh, dan pembentukan
ketosis (penumpukan badan keton yang diproduksi selama oksidasi asam
lemak). DM tipe 1 terjadi akibat kerusakan sel beta Langerhans di
pancreas, ketika sel beta rusak dan insulin tidak lagi diproduksi. Meski
DM tipe 1 dapat diklasifikasikan baik sebagai penyakit autoimun maupun
isiopatik, 90% kasus diperantarai imun. Proses ini secara perlahan
merusak produksi insulin, dengan awitan hiperglikemia terjadi ketika
80% sampai 90% fungsi sel beta rusak. Proses ini biasanya terjadi selama
periode praklinis yang lama. Diyakini bahwa baik fungsi sel alfa maupun
sel beta tidak normal, dengan kekurangan insulin dan kelebihan relative
glucagon yang mengakibatkan hiperglikemia (Suyono et al. 2014).
b. Diabetes mellitus tipe 2
DM tipe 2 adalah suatu kondisi hiperglikemia puasa yang terjadi
meski tersedia insulin endogen. DM tipe 2 dapat terjadi pada semua usia
tetapi biasanya dijumpai pada usia paruh baya dan lansia. Kadar insulin
yang dihasilkan pada DM tipe 2 berbeda-beda dan meski ada, fungsinya
dirusak oleh resistensi insulin dijaringan perifer. Hati memproduksi
glukosa lebih dari normal, karbohidrat dalam makanan tidak
dimetabolisme dengan baik dan akhirnya pancreas mengeluarkan jumlah
insulin yang kurang dari yang dibutuhkan (porth, 2007). Apapun
penyebabnya, terdapat cukup produksi insulin untuk mencegah
pemecahan lemak yang dapat menyebabkan ketosis; sehingga, DM tipe 2
digolongkan sebgai bentuk DM non-ketosis (Suyono et al. 2014).
Faktor utama perkembangan DM tipe 2 adalah resistensi seluler
terhadap efek insulin. Resistensi ini ditingkatkan oleh kegemukan, tidak
beraktivitas, penyakit, obat-obatan dan pertambahan usia.pada
kegemukan, insulin mengalami penurunan kemampuan untuk
memengaruh absorpsi dan metabolism glukosa oleh hati, otot rangka dan
jaringan adiposa. Hiperglikemiameningkat secara perlahan dan dapat
berlangsung lama sebelum DM didiagnosis, sehingga kira-kira separuh
diagnosis baru DM tipe 2 yang baru didiagnosis sudah mengalami
komplikasi (Capriotti, 2005).
c. Diabetes gestasional
Diabetes gestasional adalah diabetes yang timbul selama
kehamilan. Ini meliputi 2-5% dari seluruh diabetes. Jenis ini sangat
penting diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak
ditangani dengan benar (Suyono et al. 2014).
d. Diabetes tipe lain
Salah satu jenis Diabetes adalah Diabetes Melitus tipe lain. Jenis
ini sering ditemukan di daerah tropis dan negara berkembang. Penyakit ini
biasanya disebabkan oleh adanya malnutrisi disertai kekurangan protein
yang nyata. Diduga zat sianida yang terdapat pada cassava atau singkong
yang menjadi sumber karbohidrat di beberapa kawasan di Asia dan Afrika
berperan dalam pathogenesisnya (Suyono et al. 2014).
3) Etiologi
a. Diabetes Mellitus tipe 1
Faktor lingkungan diyakini memicu perkembangan DM tipe 1.
Pemicu tersebut dapat berupa infeksi virus (campak, rubella atau
koksakievirus B4) atau bahan kimia beracun, misalnya yang dijumpai di
daging asap dan awetan. Akibat pajanan terhadap virus atau bahan kimia,
respon autoimun tidak normal terjadi ketika antibody merespon sel beta
inslet normal seakan-akan zat asing, sehingga menghancurkannya.
Manifestasi DM tipe 1 terlihat ketika sekitar 90% sel beta rusak. Namun,
manifestasi dapat terlihat setiap saat selama kehilangan sel beta jika
penyakit akut atau sress meningkatkan kebutuhan akan insulin untuk
memperbaiki sel rusak tersebut (Suyono et al. 2014).
b. Diabetes Mellitus tipe 2
1) Riwayat DM pada orang tua dan saudara kandung.meski tidak ada
kaitan HLA yang teridentifikasi, anak dari penyandang DM tipe 2
memiliki peningkatan resiko dua hingga empat kali menyandang DM
tipe 2 dan 30% resiko mengalami intoleransi glukosa
(ketidakmampuan metabolisme karbohidrat secara normal)
2) Kegemukan, didefinisikan sebagai kelebihan berat badan minimal
20% lebih berat badan yang diharapkan atau memiliki indeks masa
tubuh (IMT) minimal 27 kg/m3. Kegemukan, khususnya kegemukan
visceral (lemak abdomen), dikaitkan dengan peningkatan resistensi
insulin.
3) Tidak ada aktivitas fisik
4) Ras/etnis
5) Pada wanita, riwayat DM gestasional, sindrom ovarium polikistik,
atau melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4,5 kg.
6) Hipertensi (≥ 130/85 pada dewasa), kolestrol HDL ≥ 35 mg/dl,
dan/atau kadar trigliserida ≥ 250 mg/dl
7) Sindrom metabolik, kumpulan manifestasi yang terkait dengan DM
tipe 2. Hipertensi, kegemukan visceral, kadar rendah dari lipoprotein
sensitas tinggi, kadar tinggi dari trigliserida, protein reaktif C naik,
dan glukosa darah puasa lebih dari 110 mg/dl meningkatkan resiko
DM, penyakit jantung coroner, dan stroke (porth & Matfin, 2009)
4) Patofisiologi
a. Diabetes Mellitus tipe 1
DM tipe 1 terjadi akibat kekurangan insulin untuk mengantarkan
glukosa menembus membran sel kedalam sel. Molekul glukosa
menumpuk dalam peredaran darah, mengakibatkan hiperglikemia.
Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolitas serum, yang menarik air dari
ruang intraseluler kedalam sirkulasi umum. Peningkatan volume darah
meningkatkan aliran darah ginjal dan hiperglikemia bertindak sebagai
diuretic osmosis. Diuretic osmosis yang dihasilkan meningkatkan
haluaran urin. Kondisi ini disebut poliuria. Ketika kadae glukosa darah
melibihi ambang batas glukosa – biasanya sekirtar 180 mg/dl-glikosa
siekskresikan ke dalam urin, suatu kondisi yang disebut glukosuria.
Penurunanvolume intraseluler dan peningkatanhaluaran urin
menyebabkan dehidrasi. Mulut menjadi kering dan sensor haus
diakifkkan, yang menyebabkan orang tersebut minum jumlah air yang
banyak polydipsia (Suyono et al. 2014).
Karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel tanpa insulin,
produksi energi menurun. Penurunan energy ini menstimulasi rasa lapar
dan orang makan lebih banyak polifagia. Meskipun asupan makanan
meningkat, berat badan orang tersebut turun saat tubuh kehilangan air dan
memecah protein dan lemak sebagai upaya memulihkan sumber energy.
Melaise dan keletihan menyertai penurunan energy. Penglihatan yang
buram juga umum terjadi, akibat pengaruh osmotic yang menyebabkan
pembengkakan lensa mata (Suyono et al. 2014).
b. Diabetes Mellitus tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi
insulin, namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu
merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai
“resistensi insulin”. Resistensi insulin banyak terjadi akibat dari obesitas
dan kurang nya aktivitas fisik serta penuaan.Pada penderita diabetes
melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang berlebihan
namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel B langerhans secara autoimun
seperti diabetes melitus tipe 2. Defisiensi fungsi insulin pada penderita
diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat relatif dan tidak absolut.Pada awal
perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B menunjukan gangguan pada
sekresi insulin fase pertama,artinya sekresi insulin gagal mengkompensasi
resistensi insulin.
Apabila tidak ditangani dengan baik, pada perkembangan
selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan sel-sel
B pankreas akan terjadi secara progresif seringkali akan menyebabkan
defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin
eksogen. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 memang umumnya
ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi
insulin (Suyono et al. 2014).
5) Manifestasi Klinis
a. Manifestasi DM tipe 1
Manifestasi klasik pada DM tipe 1 meliputi poliuria, polydipsia,
dan polifagia disertai dengan penurunan berat badan, melaise dan
keletihan. Bergantung pada tingkat kekurangan insulin, manifestasinya
bervariasi dari ringan hingga berat. Orang dengan DM tipe 1
membutuhkan sumber insulin eksogen (eksternal) untuk mempertahankan
hidup (LeMone et al. 2014).
b. Manifestasi DM tipe 2
Penyandang DM tipe 2 mengalami awitan manifestasi yang lambat
dan seringkali tidak menyadari penyakit sampai mencari perawatan
kesehatan untuk beberapa masalah lain. Hiperglikemia pada DM tipe 2
biasanya tidak seberat pada DM tipe 1, tetapi manifestasi yang sama
muncul, khususnya poliuria dan polydipsia. Polifagia jarang dijumpai dan
penurunan berat badan tidak terjadi. Manifestasi lain juga akibat
hiperglikemia: penglihatan buram, keletihan, paresthesia dan infeksi kulit
(LeMone et al. 2014).
6) Pemeriksaan Diagnostik
Uji diagnostic DM dilakukan pada mereka yang menunjukkan
gejala/tanda DM, sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk
mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala, yang mempunyai resiko
DM. (serangkaian uji diagnostic akan dilakukan kemudian pada mereka
yang hasil pemeriksaan penyaring positif, utu memastikan diagnosis
definitive).
PERKENI membegi alur diagnosis DM menjadi dua bagian besar
berdasarkan adatidaknya gejala khas DM. gejala khasDM terdiri dari
poliuria, polydipsia, polifagia dan berat badan menurun tanpa sebab jelas,
sedangkan gejala tidak khas DM diantaranyalemas, kesemutan, luka yang
sulit sembuh, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi (pria) dan pruritus vulva
(wanita). Apabila ditemukan gejala khas DM, pemeriksaan glukosa darah
abnormal satu kali saja sudah cukup utuk menegakkan diagnosis, namun
apabila tidak ditemukan gejala khas DM, maka diperlukan dua kali
pemeriksaan glukosa darah abnormal. Diagnosis DM juga dapat
ditegakkan melalui cara :
a) Gejala klasik DM + glukosa plasma sewatu > 200 mg/dL
(11,1mmol/L)
Glukosa plasma sewatu merupakan hasul pemeriksaan sesaat pada
suatu hari tanpa memperlihatkan waktu makan terakhir
b) Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa > 126 mg/dL (7,0 mmol/L)
Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8
jam
c) Glukosa plasma 2 jampada TTOG > 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
TTOG dilakukan dneganstandar WHO, menggunakan beban glukosa
yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan ke
dalam air
(Suyono et al. 2014)
Cara pelaksanaan TTOG (WHO 1994) :
a) 3 (tiga) hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan
sehari-hari (dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan
kegiatan jasmani seperti biasa
b) Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum
pemeriksaan, minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan
c) Diperiksa konsentrasi glukosa darah puasa
d) Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa) atau 1,75 gram/kgBB
(anak-anak) dilarutkan dalam air 250 mL dan diminum dalam
waktu 5 menit
e) Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk
periksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa selesai
f) Diperiksa glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa
g) Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat
dan tidak merokok
Hasil pemeriksaan glukosadarah 2 jam pasca pembebanan dibagi menjadi
3 yaitu :
a) <140 mg/dL = normal
b) 140-<200 mg/dL = toleransi glukosaterganggu
c) >200 mg/dL = diabetes
Pemeriksaan penyaring dikerjakan pada semua individu dewasa dengan
Indeks Masa Tubuh (IMT) > 25 kg/m2 dengan factor resiko lain sebagai
berikut:
1) Aktivitas fisik kurang
2) Riwayat keluarga mengidap DM pada turunan pertama (first
degree relative)
3) Masuk kelompok etnik resiko tinggi(African American, Letino,
Native American, Asia Ameican, Paific Islander)
4) Wanita dengan riwayat melahirkan bayi dengan berat >4000 gram
atau riwayat Diabetes Mellitus Gestasional (DMG)
5) Hopertensi (tekanan darah >140/90 mmHg atau sedang dalam
terapi obat anti hipertensi)
6) Kolestrol HDL <35 mg/dL dana tau triglesida >250 mg/dL
7) Wanita dengan sindrom polikistik ovarium
8) Riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa dara
puasa tergaggu (GDPT)
9) Keadaan lain yang berhubungan dengan retensi insulin (obesitas,
akantosis nigrikans)
10) Riwayat penyakit kardiovaskular
Pemeriksaan penyaring yang khusus ditujukan untuk DM pada
penduduk umunya (mass screening) tidak dianjurkan karena disamping
biaya yang mahal, rencana tindak lanjut bagi mereka yang positif belum
ada. Bagi mereka yang mendapat kesempatan untuk pemeriksaan
penyaring bersama penyakit lain (general check-up) adanya pemeriksaan
penyaring untuk DM dalam rangkaian pemeriksaan tersebut sangat
dianjurkan (Suyono et al. 2014).
7) Penatalaksanaan
a. Terapi Farmakologi DM
Macam-macam obat anti hiperglikemik oral
Golongan insulin sensitizing
1) Biguanid
Farmakokinetik dan farmako dinamik
Metformit terdapat dalam konsentrasi yang tinggi didalam
usus dan hati, tidak diimetabolisme tetap secara cepat dikeluarkan
melalui ginjal. Proses tersebut berjalan dnegan cepat sehingga
metformin biasanya diberikan dua sampai tiga kali sehari kecuali
dalam bentuk extended releas. Setelah diberikan secara oral,
metformin akan mencapai kadar tertinggi dalam darah setelah 2
jam dan dieksresi lewat urin dalam keadaan ututh dengan waktu
paruh 2,5 jam.
2) Glitazone
Farmakokinetik dan farmakodinamik
Glitazone dapat merangsang ekspresi beberapa protein yang
dapat memperbaiki sensitivitas insulin dan memperbaiki glikemia.
Glitazone diabsorbsi dengan cepat dan mencapai konsentrasi
tertinggi terjadi setelah 1-2 jam. Makanan tidak dipengaruhi
farmakokinetik obat ini. Waktuparuh berkisar antara 3-4 jam bagi
rosiglitazone dan 3-7 jambagi pioglitazone.
Golongan sekretagok insulin
a) Surfonilurea
Surfonilurea telah digunakan untuk pengobatan DM tipe 2
sejak tahun 1950-an. Obat ini digunakan sebagai terapi
farmakologis pada awal pengobatan diabetes dimulai, terutama bila
konsentrasi glukosa tinggi dan sudah terjadi gangguan pada sekresi
insulin. Surfonilurea sering digunakan sebagai terapi kombinasi
karena kemampuannya untuk meningkatkan atau mempertahankan
sekresi insulin.
b) Glinid
Farmakokinetik dan farmako dinamik
Mekanisme kerja glinid juga melalui reseptor sulfonylurea
(SUR) dan mempunyai struktur yang mirip dengan sulfonylurea,
perbedaannta dengan SU adalah pada masa kerjanya yang lebih
pendek. Repaglinid dan nateglinid kedua-duanya diabsorbsi
dengan cepat setelah pemberian secara oral dan cepat dikeluarkan
melalui metabolisme dalam hati sehingga diberikan dua sampai
tiga kali sehari. Repaglinid dapat menurunkan glukosa darah puasa
walaupun mempunyai masa paruh yang singkat karena lama
menempel pada kompleks SUR sehingga dapat menurunkan
ekuivalen HbA1c pada SU.
c) Penghambat Alfa Glukosidase
Famakokinetik dan farmakodinamik
Acarbose hamper tidak diabsorbsi dan bekerja local pada
saluran pencernaan. Acarbose mengalami metabolism didalam
saluran pencernaan, metabolism terutama oleh flora mikrobiologis,
hidrolisis intestinal dan aktivitas enzim pencernaan. Waktu paruh
eliminasi plasma kira-kira 2 jam pada orang sehat dan sebagian
besar diekskresi mealui feses. Obat ini bekerja secara kompetitif
menghambat kerja enzim alfa glucosidase didalam saluran cerna
sehingga dengan demikian dapat menurunkan penyerapan glukosa
dan menurunkan hiperglikemia postprandial.
(Suyono et al. 2014)
b. Terapi Non Farmakologi pada Diabetes Melitus
1) Terapi Nutrisi Medis (TNP)
Kunci keberhasilan TNM adalah keterlibatan secara
menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan
yang lain serta diabetisi dan keluargannya). Setiap diabetisi
sebaiknya mendapatkan TNM sesuai dengan kebutuhan guna
mencapai sasaran terapi.
Terapi nutrisi medis dapat dipakai sebagai pencegahan
timbulnya diabetes bagi penderita yang mempunyai resiko
diabetes, terapi pada penderita yang sudah terdiagnosis diabetes
(Diabetisi) serta mencegah atau memperlambat laju berkembannya
komplikasi diabetes.
Tujuan terapi gizi medis bagi diabetisi adalah :
1. Untuk mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah
dalam batas normal tanpa efek samping hipoglikemi
1) Glukosa darah sebelum makan pagi (preprandial) ab=ntara
70-130 mg/dL
2) Glkosadarah 1 jam sesudah makan (peakprandial) <180
mg/dL
3) Kadar A1C <7%
1. Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh
perawat untuk mengukur keadaan klien (keluarga) dengan menangani
norma-norma kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan system
terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya. (Effendy,
1998)
Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan dengan wawancara,
observasi, dan pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Pengkajian
asuhan keperawatan keluarga menurut teori/model Family Centre Nursing
Friedman (1988), meliputi 7 komponen pengkajian yaitu :
a. Data Umum
1. Identitas kepala keluarga.
2. Komposisi anggota keluarga.
3. Genogram.
4. Tipe keluarga.
5. Suku bangsa.
6. Agama.
7. Status sosial ekonomi keluarga
b. Aktifitas rekreasi keluarga
1. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
2. Tahap perkembangan keluarga saat ini.
3. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.Riwayat
keluarga inti.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
c. Lingkungan
1. Karakteristik rumah.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal.
3. Mobilitas geografis keluarga.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
5. System pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1. Pola komunikasi keluarga.
2. Struktur kekuatan keluarga.
3. Struktur peran (formal dan informal).
4. Nilai dan norma keluarga.
e. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
2. Fungsi sosialisasi
3. Fungsi perawatan kesehatan
f. Stress dan koping keluarga
1. Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta
kekuatan keluarga.
2. Respon keluarga terhadap stress.
3. Strategi koping yang digunakan.
4. Strategi adaptasi yang disfungsional
g. Pemeriksaan fisik
1. Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan.
2. Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota
keluarga.
3. Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala,
mata, mulut, THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas
dan bawah, system genetalia.
4. Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik
h. Harapan keluarga
1. Terhadap masalah kesehatan keluarga.
2. Terhadap petugas kesehatan yang ada
Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan saat pengkajian menurut
Supraji (2004) yaitu:
a. Membina hubungan baik
Dalam membina hubungan yang baik, hal yang perlu dilakukan
antara lain, perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah
tamah, menjelaskan tujuan kunjungan, meyakinkan keluarga
bahwa kehadiran perawat adalah menyelesaikan masalah kesehatan
yang ada di keluarga, menjelaskan luas kesanggupan bantuan
perawat yang dapat dilakukan, menjelaskan kepada keluarga siapa
tim kesehatan lain yang ada di keluarga.
b. Pengkajian awal
Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit
pelayanan kesehatan yang dilakukan.
c. Pengkajian lanjutan (tahap kedua)
Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh
data y6ang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang
berorientasi pada pengkajian awal. Disini perawat perlu
mengungkapkan keadaan keluarga hingga penyebab dari masalah
kesehatan yang penting dan paling dasar.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kepatuhan (D.0114)
Kategori : Perilaku
Subkategori : Penyuluhan dan Pembelajaran
Definisi
Perilaku individu dan/atau pemberi asuhan tidak mengikuti rencana
perawatan/pengobatan yang disepakati dengan tenaga kesehatan,
sehingga menyebabkan hasil perawatan/pengobatan tidak efektif.
Penyebab
1) Disabilitas (mis. Penurunan daya ingat, deficit
sensorik/motoric)
2) Efek samping program perawatan/pengobatan
3) Beban pembiayaan program perawatan/pengobatan
4) Lingkungan tidak terapeutik
5) Program terapi kompleks dan/atau lama
6) Hambatan mengakses pelayanan (mis. Gangguan mobilisasi,
masalah transportasi, ketiadaan orang merawat anak di rumah,
cuaca tidak menentu)
7) Program terapi tidak ditanggung asuransi
8) Ketidak adekuatan pemahaman (sekunder akibat
defisitkognitif, kecemasan, gangguan penglihatan/pendengaran,
kelelahan, kurang motivasi)
Gejala dan Tanda Mayor
Subyektif Obyektif
1) Menolak menjalani 1) Perilaku tidak mengikuti
perawatan/pengobatan program
2) Menolak mengikuti perawatan/pengobatan
anjuran 2) Perilaku tidak
menjalankan anjuran
Gejala dan Tanda Minor
Subyektif Obyektif
(tidak tersedia) 1) Tampak tanda/gejala
penyakit/masalah kesehatan
masih ada atau meningkat
2) Tampak komplikasi penyakit
atau masalah kesehatan
menetap atau meningkat
Kondisi Klinis Terkait
1) Kondisi baru terdiagnosis penyakit
2) Kondisi penyakit kronis
3) Masalah kesehatan yang membutuhkan perubahan pola hidup
b. Management kesehatan keluarga kurang efektif (D.0115)
Kategori : Perilaku
Subkategori : Penyuluhan dan Pembelajaran
Definisi
Pola penanganan masalah kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan
untuk memulihkan kondisi kesehatan anggota keluarga
Penyebab
1) Kompleksitas Sistem pelayanan kesehatan
2) Kompleksitas program perawatan/pengobatan
3) Konflik pengambilan keputusan
4) Kesulitan ekonomi
5) Banyak tuntutan
6) Konflik keluarga
Gejala dan tanda mayor
Subyektif Obyektif
1) Mengungkapkan tidak 1) Gejala penyakit
memahami masalah anggota keluarga
kesehatan yang diderita semakin memberat
2) Mengungkapkan kesulitan 2) Aktivitas keluarga
menjalankan perawatan untuk mengatasi
yang ditetapkan masalah kesehatan
tidak tepat
Gejala dan Tanda Minor
Subyektif Obyektif
(tidak tersedia) 1) Gagal melakukan
tindakan untuk
mengurangi factor resiko
Kondisi Klinis Terakait
1) PPOK
2) Sclerosis multiple
3) Arthritis rheumatoid
4) Nyeri Kronis
5) Penyalahgunaan zat
6) Gagal ginjal/hati tahap terminal
3. Intervensi Keperawatan
KEPATUHAN
a. Dukungan Kepatuhan Program Pengobatan (1.12361)
Definisi
Memfasilitasi ketepatan dan keteraturan menjalani program
pengobatan yang sudah ditentukan
Tindakan
Observasi
- Identifikasi kepatuhan menjalani program pengobatan
Terapeutik
- Buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik
- Buat jadwal pendampingan keluarga untuk bergantian menemani
pasien selama menjalar program pengobatan, jika perlu.
- Dokumentasikan aktivitas selama menjalani proses pengobatan
- Diskusikan hal-hal yang dapat mendukung atau menghambat
berjalannya program pengobatan
- Libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang
dijalani
Edukasi
- Informasikan program pengobatan yang harus dijalani
- Informasukan manfaat yang akan diperoleh jika teratuur menjalani
program pengobatan
- Anjurkan keluarga untuk mendampingi danmerawat pasien selama
menjalani program pengobatan
- Anjurkan pasien dan keluarga melakukan konsultasi ke pelayanan
kesehatan terdekat, jika perlu.
A. Definisi Skoring
Skoring dilakukan apabila rumusan diagnosis keperawatan lebih dari satu,
proses scoring menggunakan skala dirumuskan oleh Bailon & Maglaya
(1978).
B. Proses Skoring
Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan, yang terdiri
dari
1. Tentukan skornya sesuai dengan criteria yang telah dibuat.
2. Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot (Bailon &
maglaya, 1978)
NO KRITERIA SKOR BOBOT
1 Sifat Masalah
Tidak/kurang sehat 3 1
Ancaman kesehatan 2
Krisis atau keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan Masalah Dapat Di ubah
Dengan mudah 2 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensi Masalah Dapat Dicegah
Tinggi 3 1
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya Masalah
Masalah berat, harus segera ditangani 2 1
Ada masalah, tetapi tidak perlu segera 1
ditangani
Masalah tidak dirasakan 0
Keterangan :
1. Proses skoring dilakukan untuk diagnosis keperawatan dengan ketentuan:
2. Tentukan skor untuk setiap kriteria yang telah dibuat
3. Selanjutnya skor dibagi dengan angka yang tertinggi dan dikalikan dengan
bobot
4. Jumlah skor untuk setiap ktiteria, skor tertinggi adalah 5, sama dengan
jumlah keseluruhan dari bobot
5. Kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas masalah :
a. Sifat masalah
Sifat masalah dapat dikelompokkan kedalam tidak atau kurang sehat
diberikan bobot yang lebih tinggi karena masalah tersebut memerlukan
tindakan yang segera dan biasanya masalahnya dirasakan atau disadari
oleh keluarga. Krisis atau keadaan sejahtera diberikan yang paling
sedikit atau rendah karena faktor-faktor kebudayaan biasanya dapat
memberikan dukungan bagi keluarga untuk mengatasi masalahnya
dengan baik.
b. Kemungkinan masalah dapat dicegah
Adalah kemungkinan berhasilnya mengurangi atau mencegah masalah
jika ada tindakan (intervensi). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
dalam menentukan skor kemungkinan masalah dapat dicegah :
Pengetahuan dan tekhnologi serta tindakan yang dapat dilakukan
untuk menangani masala
Sumber-sumber yang ada pada keluarga baik dalam bentuk fisik,
keuangan atau tenaga
Sumber-sumber dari keperawatan misalnya : dalam bentuk
pengetahuan, keterampilan dan waktu
Sumber-sumber di masyarakat misalnya : dalam bentuk fasilitas
kesehatan, organisasi masyarakat, dukungan sosial masyarakat
c. Potensi masalah dapat dicegah
Adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul yang dapat
dikurangi atau dicegah. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah :
Kepelikan dari masalah
Yaitu berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah,
prognosa penyakit atau kemungkinan merubah masalah.
Lamanya masalah
Hal ini berkaitan dengan jangka waktu terjadinya masalah tersebut.
Biasanya lamanya masalah mempunyai dukungan langsung dengan
potensi masalah bila dicegah.
Adanya kelompok high risk atau kelompok yang peka atau rawan
Adanya kelompok atau individu tersebut pada keluarga akan
menambah potensi masalah bila dicegah
d. Menonjolnya masalah
Adalah merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah tentang
beratnya masalah serta mendeksaknya masalah untuk diatasi. Hal yang
perlu diperhatikan dalam memberikan skor pada criteria ini adalah
perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga tersebut
melihat masalah. Dalam hal ini jika keluarga menyadari masalah dan
merasa perlu untuk menangani segera maka harus diberikan skor yang
tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
C. Genogram
Keterangan
Simbol
Laki – laki
Perempuan
Tinggal Serumah
Hubungan Perkawinan
Garis Keturunan
Laki-laki Meninggal
Perempuan Meninggal
Pasien
D. Tipe Keluarga
1. Jenis Tipe Keluarga
( √ ) Nuclear Family
( ) Extended Family
( ) Serial Family
( ) Single Family
( ) ……………………… .
2. Masalah-masalah yang terjadi dengan Jenis Tipe keluarga tersebut.
Bila terdapat anggota keluarga yang sakit,anggota yang lain harus
memberikan ekstra waktu lebih untuk merawatnya,sehingga bisa
membuat anggota yang lain ini mudah capek dan sakit juga. Selain itu
juga,,akan dapat mempercepat penularan apabila ada salah satu
anggota keluarga yang menderita penyakit menular.
E. Suku Bangsa
1. Suku Jawa - Bugis
2. Adakah nilai-nilai tertentu yang dianut yang bertentangan dengan
kesehatan :
( √ ) Tidak
( ) Ya, Sebutkan dan mengapa
F. Agama
1. Apakah keluarga mengikuti Kegiatan Keagamaan :
( ) Tidak
( √ ) Ya, yasinan dan pengajian Rutin ahad pahing
2. Adakah Kegiatan / Nilai Agama yang bertentangan dengan kesehatan:
( √ ) Tidak
( ) Ya, sebutkan
3. Apa persepsi keluarga terhadap kesehatan :
( √ ) Merupakan hal penting
( ) Tidak merupakan masalah dalam keluarga
( ) Tidak tahu
G. Status Sosial – Ekonomi Keluarga
1. Pendapatan
( ) Kurang dari Rp. 250.000,-
( ) Rp. 250.000,- s/d Rp. 500.000,-
( √ ) Lebih dari Rp. 500.000,-
2. Pengeluaran keluarga rata-rata sebulan :
a. Untuk Makan : Rp. 1.500.000
b. Keperluan Lain : Rp. 1.000.000
3. Anggota keluarga yang mencari nafkah :
( √ ) Ayah
( ) Ibu
( ) Anak
4. Adakah sumber penghasilan lain :
( √ ) Tidak
( ) Ya, sebutkan ……………………….
5. Apakah keluarga mempunyai Simpanan :
( ) Tidak
( √ ) Ya, tabungan dan lahan bengkok
9. Denah Rumah :
Limbah
HALAMAN BELAKANG Dapur
V. FUNGSI KELUARGA
A. Fungsi Afektif
Semua anggota keluarga Tn. J saling menyanyangi satu sama
lain.meskipun terdapat saudara yang tinggal di kota lain komunikasi yang
terjalin antar keluarga masih bagus, bila ada anggota keluarga yang sakit
saling mengabari satu sama lain. Seperti keluarga lain pada umumnya bila
di mintai bantuan akan berusaha membantu sebisanya.
B. Fungsi Sosialisasi
Keluarga Tn. J menekankan perlunya berhubungan dengan orang lain.
Bila ada waktu luang kadang di gunakan untuk mengobrol bersama
tetangga. Dalam mendisiplinkan anaknya Tn. J memberlakukan aturan-
aturan seperti harus sholat dan tidak boleh bermain gadget lebih dari jam
9 serta tidur sebelum jam 10 malam.
C. Fungsi Perawatan Keluarga
1. Keluarga Tn. J mengenal dan mengerti penyakit yang diderita. Hal ini
karena dari istri saudara laki-laki ke 2 Tn. J adalah perawat, anak
saudara laki-laki pertama juga berprofesi sebagai perawat, anak dari
adik laki-laki Tn. j juga bersekolah dibidang kesehatan, sehingga
dapat mengerti cara penanganan penyakit yang diderita. Namun
karena ketergantungan dan mengabaikan penyakitnya Tn. J dan
keluarga enggan melakukan perawatan diabetes secara mandiri.
2. Keluarga nashi belum bisa mengambil tindakan yang tepat terkait
penyakit Tn. J karena terkesan mengabaikan, asal tidak ada gejala
yang timbil keluarga merasa tidak apa apa.
3. Apabila terdapat keluarga yang sakit Tn.J segera membawanya ke
klinik terdekat.
4. Seluruh anggota kelurga mampu memelihara lingkungan rumah
dengan baik. Terbuktidengan rumah yang selalu tambak terjaga
kebersihannya. Keluarga juga menyediakan tempat sampah di depan
rumah di belakang rumah serta di dalam rumah.
5. Keluarga Tn. J belum dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan
disekitarnya dengan baik karena beliau jarang sekali memeriksakan
dirinya, kurang meiliki rasa percaya pada petugas puskesmas.
3. Fungsi Reproduksi
1. Apakah kebutuhan seksual terpenuhi :
( √ ) Ya ( ) Tidak
Alasannya ……………………………………………….
Frekuensi koitus 1 minggu 1 kali
2. Apakah keluarga menjadi Akseptor KB :
( √ ) Ya ( ) Tidak
KB suntik 3 bulan
3. Bila tidak Akseptor KB, bagaimana pendapatnya bila anak lebih dari
2 ( dua ) orang :
( ) Repot mengurusnya
( ) Anak membawa rejeki
4. Pola mengasuh anak :
( ) Bebas
( ) Sangat dilindungi
( √ ) Sesuai dengan tumbuh kembang
5. Harapan keluarga terhadap anak
Keluarga berharap anak anaknya akan tumbuh sehat menjadi anak
anak yang sholeh, sukses dan dapat membanggakan kedua orang
tuanya.
VI. STRESSOR DAN KOPING KELUARGA
1. Secara :
( ) Mandiri
( √ ) Bersama-sama
( ) Meminta bantuan orang lain
( ) Lain-lain, sebutkan ……………………………….
2. Bagaimana respon keluarga jika salah satu anggota keluarga bermasalah
dalam pola pertahanannya :
( √ ) Membantu jalan keluar
( ) Acuh tak acuh
( ) Minta bantuan orang lain
( ) Lain-lain, sebutkan ……………………………………
3. Jika masalah tidak teratasi, bagaimana keluarga menanganinya :
( ) Putus Asa
( √ ) Mencari jalan keluar
( ) Acuh tak acuh
( ) Lain-lain, sebutkan ……………………………………
Keluarga menganggap
4. 4. Menonjolnya masalah 1/2x1 ½
sakitnya Tn. J merupakan
- Ada masalah, tetapi
masalah, nmun tidak
tidak perlu langsung
memerlukan penanganan
ditangani
segera.
Jumlah 17/6
= 2 5/6
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
a. Dukungan Kepatuhan Program Pengobatan (1.12361)
Definisi
Memfasilitasi ketepatan dan keteraturan menjalani program
pengobatan yang sudah ditentukan
Tindakan
Observasi
- Identifikasi kepatuhan menjalani program pengobatan
Terapeutik
- Buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik
- Buat jadwal pendampingan keluarga untuk bergantian menemani
pasien selama menjalar program pengobatan, jika perlu.
- Dokumentasikan aktivitas selama menjalani proses pengobatan
- Diskusikan hal-hal yang dapat mendukung atau menghambat
berjalannya program pengobatan
- Libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang
dijalani
Edukasi
- Informasikan program pengobatan yang harus dijalani
- Informasikan manfaat yang akan diperoleh jika teratuur menjalani
program pengobatan
- Anjurkan keluarga untuk mendampingi dan merawat pasien selama
menjalani program pengobatan
- Anjurkan pasien dan keluarga melakukan konsultasi ke pelayanan
kesehatan terdekat, jika perlu.
b. Edukasi Kesehatan (1.12383)
Definisi
Mengajarkan pengelolaan factor resiko penyakit dan perilaku hidup
bersih serta sehat.
Tindakan
Observasi
- identifikasi kesiapan dan kemampiuan menerima informasi
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup sehat
Terapeutik
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai dengan kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
- Jelaskan factor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
c. Dukungan Koping Keluarga (1.09260)
Definisi
Memfasilitasi peningkatan nilai-nilai, minat dan tujuan dalam keluarga
Tindakan
Observasi
- Identifikais respons emosional terhadap kondisi saat ini
- Identifikasi beban prognosis secara psikologis
- Identisikasi pemahaman tentang keputusan perawatan setelah
pulang
- Identifikasi kesesuaian antara harapan pasien, keluarga dan tenaga
kesehatan
Terapeutik
- Dengarkan masalah, perasaan dan pertanyaan keluarga
- Terima nilai-nilai dengan cara yang tidak menghakimi
- Diskusikan rencana medis dan perawatan
- Fasilitasi pengungkapan perasaan antara pasien dengan keluarga
atau antar anggota keluarga
- Fasilitasi pengambilan keputusan dan merencanakan perawatan
jangka panjang, jika perlu
- Fasilitasi anggota keluarga dalam mengidentifikasi dan
menyelesaikan konflik nilai
- Fasilitasi pemenuhan kebutuhan dasar keluarga (mis. Tempat
tinggal, makanan, pakaian)
Edukasi
- Informasikan kemajuan pasien secara berkala
- Informasikan fasilitas perawatan kesehatan yang tersedia
kolaborasi
- rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu
d. Dukungan Keluarga Merencanakan Perawatan (1.13477)
Definisi
Memfasilitasi perencanaan penatalaksanaan perawatan keluarga.
Tindakan
Observasi
- Identifikais kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan
- Identifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan bersama
keluarga
- Identisikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
- Identifikasi tindakan yang dapat dilakukan keluarga
Terapeutik
- Motivasi pengembangan sikap dan emosi yang mendukung upaya
kesehatan
- Gunakan sarana dan fasilitas yang ada dalam keluarga
- Ciptakan perubahan lingkungan rumah secara optimal
Edukasi
- Informasikan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga
- Anjurkan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
- Ajarkan cara perawatan yang bisa dilakukan keluarga