Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA


DENGAN ANAK USIA SEKOLAH
DI KELURAHAN TANGGUNG PUSKESMAS KEPANJEN KIDUL

Untuk memenuhi tugas


Praktik Klinik Keperawatan Keluarga

Oleh:
NAMA : FINIDA RAMADHANI
NIM : P17230203062

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BLITAR
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan ini telah diresponsi dan disetujui pembimbing pada :


Hari :
Tanggal :
Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Keluarga dengan Anak Usia Sekolah di
Kelurahan Tanggung Puskesmas Kepanjen Kidul

Pembimbing Institusi Pembimbing Ruangan

Dr. Ns. Sri Mugianti., M.Kep Eltrik Setiyawan,S.Kep.,Ns

NIP.196609031988032002 NIP. 198603092010011004


Laporan Pendahuluan

Asuhan Keperawatan Pada Keluarga dengan Anak Usia Sekolah di Kelurahan Tanggung Puskesmas
Kepanjen Kidul

BAB I
KONSEP DASAR KELUARGA
1.1 Konsep Keluarga
1.1.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan
dan ikatan emosional dan mengidentifikasian diri mereka sebagai bagian dari keluarga
(Zakaria, 2017). Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2000, keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan
tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling kebergantungan. Duval dan
Logan (1986 dalam Zakaria, 2017) mengatakan keluarga adalah sekumpulan orang dengan
ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan menciptakan, mempertahankan
budaya dan meningkatkan pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap
anggota keluarganya. Dari hasil analisa Walls, 1986 (dalam Zakaria, 2017) keluarga sebagai
unit yang perlu dirawat, boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum, tetapi
berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh
ikatan perkawinan, kelahiran, adopsi dan boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah dan
hukum yang tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dengan keadaan saling
ketergantungan dan memiliki kedekatan emosional yang memiliki tujuan mempertahankan
budaya, meningkatkan pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial sehingga
menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga.

1.1.2 Struktur keluarga


1.) Struktur keluarga terdiri atas:
a. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan ayah.
b. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan ibu.
c. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah dari istri.
d. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah dari suami.
e. Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian dari keluarga karena adanya hubungan dengan
suami istri.
Ciri-ciri struktur keluarga:
- Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
- Ada keterbatasan, dimana setiap anggota keluarga memiliki kebebasan tetapi mereka
juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugas masing-masing.
- Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan
fungsinya masing-masing.
Friedman, Bowden, & Jones (2003) dalam Harmoko (2012) membagi struktur keluarga
menjadi empat elemen, yaitu komunikasi, peran keluarga, nilai dan norma keluarga, dan
kekuatan keluarga.

2.) Struktur komunikasi keluarga.


Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara emosional, komunikasi
verbal dan non verbal, komunikasi sirkular. Komunikasi emosional memungkinkan setiap
individu dalam keluarga dapat mengekspresikan perasaan seperti bahagia, sedih, atau marah
diantara para anggota keluarga. Pada komunikasi verbal anggota keluarga dapat
mengungkapkan apa yang diinginkan melalui katakata yang diikuti dengan bahasa non verbal
seperti gerakan tubuh. Komunikasi sirkular mencakup sesuatu yang melingkar dua arah dalam
keluarga, misalnya pada saat istri marah pada suami, maka suami akan mengklarifikasi kepada
istri apa yang membuat istri marah.
3.) Struktur peran keluarga.
Peran masing – masing anggaota keluarga baik secara formal maupun informal,
model peran keluarga, konflik dalam pengaturan keluarga.
4.) Struktur nilai dan norma keluarga.
Nilai merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal apakah baik atau bermanfaat
bagi dirinya. Norma adalah peran-peran yang dilakukan manusia, berasal dari nilai budaya
terkait. Norma mengarah kepada nilai yang dianut masyarakat, dimana norma-norma dipelajari
sejak kecil. Nilai merupakan prilaku motivasi diekspresikan melalui perasaan, tindakan dan
pengetahuan. Nilai memberikan makna kehidupan dan meningkatkan harga diri (Susanto,
2012, dikutip dari Delaune, 2002). Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang
secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga
merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.
Norma adalah pola prilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam
keluarga.
5.) Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga merupakan kemampuan baik aktual maupun potensial dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi perilaku orang lain berubah kearah positif.
Tipe struktur kekuatan dalam keluarga antara lain: hak untuk mengontrol seperti orang tua
terhadap anak (legitimate power/outhority), seseorang yang ditiru (referent power), pendapat,
ahli dan lain-lain (resource or expert power), pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang
akan diterima (reward power), pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya (coercive
power), pengaruh yang dilalui dengan persuasi (informational power), pengaruh yang
diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual (affective power).

1.1.3 Tugas Keluarga


Friedman (2002) membagi 5 peran kesehatan dalam keluarga yaitu:
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan tiap anggotanya
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungjan kesehatan dan perkembangan
kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan kepribadian anggota keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan,
yang menunjukan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada

1.1.4 Tahap perkembangan keluarga


Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga
yang meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antara anggotanya disepanjang waktu.
Tahap perkembangan tersebut disertai dengan fungsi dan tugas perawat pada setiap tahapan
perkembangan.
1.) Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (beginning family).
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan perempuan
(istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-
masing. Meninggalkan keluarga bisa berarti psikologis karena kenyataannya banyak keluarga
baru yang masih tinggal dengan orang tuanya. Dua orang yang membentuk keluarga baru
membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta
beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi
dan sebagainya.
Tugas perkembangan
a. Membina hubungan intim dan memuaskan.
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak.
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ; keluarga suami, keluarga
istri dan keluarga sendiri.
2.) Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family).
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak
berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.
Tugas perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah:
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan
kegiatan.
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan. Peran utama perawat
adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua berinteraksi dan merawat bayi.
Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan hangat
sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat tercapai.
3.) Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool).
Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5
tahun.
Tugas perkembangan
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan
rasa aman.
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga harus
terpenuhi.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun dengan
masyarakat.
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.

4.) Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with children).
Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan berakhir pada saat
anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai jumlah maksimal
sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki
minat sendiri. Demikian pula orang tua mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga.
a. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk
kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada anak untuk
bersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah.
5.) Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers).
Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun kemudian.
Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.
Tugas perkembangan
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab.
b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga. Merupakan
tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk
bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja.
6.) Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center family).
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak
terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan ada atau
tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tugas
perkembangan :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Membantu orang tua memasuki masa tua.
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
7.) Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families).
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini dianggap
sulit karena masa usia lanjut, perpisahan dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua.
Tugas perkembangan
a. Mempertahankan kesehatan.
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anakanak.
c. Meningkatkan keakraban pasangan. Fokus mempertahankan kesehatan pada pola
hidup sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain
sebagainya.
8.) Tahap VIII keluarga usia lanjut
Dimulai saat pensiun sampai dengan salah satu pasangan meninggal dan keduanya
meninggal.
Tugas perkembangan
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan.
c. Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
e. Melakukan life review.
f. Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada
tahap ini.
Pengambilan Keputusan dalam Perawatan Kesehatan Keluarga Dalam mengatasi masalah
kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang mengambil keputusan dalam pemecahannya adalah
tetap kepala keluarga atau anggota keluarga yang di tuakan, merekalah yang menentukan
masalah dan kebutuhan keluarga.
Dasar pegambilan keputusan tersebut adalah :
1. Hak dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga
2. Kewenangan dan otoritas yang telah diakui oleh masing-masing anggota keluarga
3. Hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan pelayanan terhadap keluarga atau anggota
keluarga yang bermasalah.
1.1.5 Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi keluarga antara lain (Suprajitno, 2004)
1. Fungsi biologis, kebutuhan meliputi:
a. Sandang, pangan, dan papan
b. Hubungan seksual suami istri
c. Reproduksi atau pengembangan keturunan
d. Fungsi ekonomi: keluarga (dalam hal ini ayah) mempunyai kewajiban menafkahi
keluarganya (istri dan anaknya).
2. Fungsi pendidikan: keluarga berfungsi sebagai (transmiter budaya atau mediator sosial
budaya bagi anak).
3. Fungsi sosialisasi: Keluarga merupakan penyamaan bagi masyarakat masa depan dan
lingkungan keluarga merupakan faktor penentu yang sangat mempengaruhi kualitas
generasi yang akan datang.
4. Fungsi perlindungan: Keluarga sebagai pelindung bagi para anggota keluarga dari
gangguan, ancaman atau kondisi yang menimbulkan ketidaknyamanan (fisik, psikologis)
para anggotanya.
5. Fungsi rekreasi: Keluarga diciptakan sebagai lingkungan yang memberi kenyamanan,
keceriaan, kehangatan dan penuh semangat bagi anggotanya
6. Fungsi agama (religius): keluarga berfungsi sebagai penanam nilai-nilai agama kepada anak
agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar.
1.1.6 Keluarga Kelompok Risiko Tinggi Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan
keluarga, yang menjadi prioritas utama adalah keluarga-keluarga yang risiko tinggi dalam
bidang kesehatan, meliputi:
1.) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah sebagai berikut:
a. Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah.
b. Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri.
c. Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan penyakit keturunan.
2.) Keluarga dengan ibu risiko tinggi kebidanan.
Waktu hamil:
a. Umur ibu (kurang 16 tahun atau lebih 35 tahun).
b. Menderita kekurangan gizi atau anemia.
c. Menderita hipertensi.
d. Primipara atau multipara.
e. Riwayat persalinan dengan komplikasi.
3.) Keluarga dimana anak menjadi risiko tinggi, karena:
a. Lahir prematur atau BBLR.
b. Lahir dengan cacat bawaan.
c. ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
d. Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau anaknya.
4.) Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga:
a. Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan
b. Tidak ada kesesuaiana pendapat antara anggota keluarga dan sering cekcok dan tegang.
c. Ada anggota keluarga yang sering sakit.
d. Salah satu orang tua (suami atau istri) meninggal, atau lari meninggalkan keluarga.
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH
DI KELURAHAN TANGGUNG PUSKESMAS KEPANJEN KIDUL

1.1 Konsep Dasar Anak Usia Sekolah


1) Pengertian

Anak usia sekolah merupakan suatu periode yang dimulai saat anak masuk sekolah dasar
sekitar usia 6 tahun sampai menunjukan tanda akhir masa kanak-kanak yaitu 12 tahun.Langkah
perkembangan selama anak mengembangkan kompetensi dalam ketrampilan fisik, kognitif, dan
psikososial. Selama masa ini anak menjadi lebih baik dalam berbagai hal, misalnya mereka
dapat berlari dengan cepat dan lebih jauh sesuai perkembangan kecakapan dan daya tahannya.
2) Kelompok Anak

a. Usia prasekolah : 2 – 5 tahun

b. Usia sekolah : 6 – 12 tahun

Kelompok teman sebaya mempengaruhi perilaku anak. Perkembangan fisik, kognitif dan sosial
meningkat. Anak meningkatkan kemampuan komunikasi.
3) Ciri-Ciri
1. Label yang digunakan oleh orang tua

a. Usia yang menyulitkan karena anak tidak mau lagi menuruti perintah dan lebih dipengaruhi
oleh teman sebaya dari pada orang tua ataupun anggota keluarga lainnya.

b. Usia tidak rapi karena anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh dalam penampilan

c. Usia bertengkar karena banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan membuat suasana
rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota keluarga

2. Label yang digunakan pendidik/guru

a. Usia sekolah dasar : anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap
penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan mempelajari
perbagai ketrampilan penting tertentu baik kurikuler maupu ekstrakurikuler
b. Periode kritis dalam berprestasi : anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak
sukses, atau sangat sukses yang cenderung menetap sampai dewasa
4) Pathway

Keluarga dengan anak usia


sekolah

Mempertahankan keintiman Membantu sosialisasi anak Memenuhi kebutuhan dan


pasangan dengan tetangga, sekolah, biaya kehidupan yang semakin
lingkungan meningkat

Hubungan dengan masyarakat Meningkatkan Kesehatan


dan lingkungan terjalin positif anggota keluarga
Keluarga kurang terpapar
informasi tentang kesehatan

Tampak adanya otonomi dan Berkeinginan meningkatkan


kebersamaan dinamika keluarga

Pemilihan gaya hidup tidak


sehat seperti merokok

Menunjukkan fungsi keluarga


dalam memenuhi kebutuhan
Perilaku Kesehatan cenderung fisik, social, dan psikologis
beresiko anggota keluarga

Kesiapan peningkatan proses Berkeinginan meningkatkan


keluarga dinamika keluarga
BAB III

KONSEP DASAR PROSES KEPERAWATAN


PADA KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH

I. PENGKAJIAN

1. Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan tipe
keluarga .

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan keluarga

• Tahap perkembangan keluarga saat ini

• Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

• Perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa


tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3. Riwayat keluarga inti. Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga
inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing
anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi),
sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-
pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4. Riwayat keluarga sebelumnya. Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga dari pihak suami dan istri.

5. Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga

1. Kebiasaan makan ; Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang


dikosumsi oleh keluarga

2. Pemanfaatan fasilitas kesehatan ; Perilaku keluarga didalam memanfaatkan


fasilitas kesehatan merupakan faktor yang penting dalam penggelolaan
penyakit.

3. Pengobatan tradisional ; Merupakan pilihan bagi keluarga untuk menentukan


pengobatan yang diinginkan ataupun alternative pilihan yang dipilih yaitu
pengobatan tradisional.
6. Status Sosial Ekonomi

1. Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam mengenal
suatu penyakit dan pengelolaannya. Berpengaruh pula terhadap pola pikir dan
kemampuan untuk mengambil keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat
dan benar.
2. Pekerjaan dan Penghasilan

Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap keluarga


dalam melakukan pengobatan dan perawatan pada angota keluarga yang sakit
salah satunya disebabkan karena suatu penyakit. Menurut (Effendy,1998)
mengemukakan bahwa ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena tidak seimbangnya
sumber-sumber yang ada pada keluarga .
7. Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga

Menurut Friedmen (1998:125), Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat


ini termasuk riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan
yang unik atau berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan
keluarga yang belum terpenuhi berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang
dapat mengakibatkan kecemasan.
8. Aktiftas

Pola aktifitas yang dipilih oleh suatu keluarga dapat berpengaruh terhadap
terjadinya suatu penyakit dan gaya hidup suatu keluarga.
9. Data Lingkungan

1. Karakteristik rumah

Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah,


penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangai faktor penyebab terjadinya
suatu penyakit.
2. Karakteristik Lingkungan

Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi oleh


lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat kesehatan.
10. Struktur keluarga

1. Pola komunikasi

Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat dengan pasien adalah


berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu tekhnik
diman usaha mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan.
Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun non verbal,
empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
2. Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi kesehatan,
kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan stress psikologik.
3. Struktur peran

Menurut Friedman (1998), anggota keluarga menerima dan konsisten


terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga puas
atau tidak ada konflik dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat
diterima dan tidak sesuai dengan harapan maka akan mengakibatkan ketegangan
dalam keluarga .
11. Fungsi keluarga

1. Fungsi afektif

Keluarga harus saling menghargai satu dengan yang lainnya agar tidak
menimbulkan suatu permasalahan maupun stressor tertentu bagi anggota
keluarga itu sendiri.
2. Fungsi sosialisasi .

Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga dalam


bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak memberikan
kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan anggota keluarga
menjadi sepi. Keadaan ini mengancam status emosi menjadi labil dan mudah
stress.
3. Fungsi Kesehatan
Menurut suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan
orang lain diluar rumah.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko
Definisi
Hambatan kemampuan dalam mengubah gaya hidup/perilaku untuk memperbaiki
status kesehatan
Penyebab
1. Kurang terpapar informasi
2. Ketidakadekuatan dukungan social
3. Self efficacy yang rendah
4. Status sosio-ekonomi rendah
5. Stressor berlebihan
6. Sikap negatif terhadap pelayanan kesehatan
7. Pemilihan gaya hidup sehat (mis.merokok, konsumsi alcohol berlebihan)
Kondisi Klinis Terkait
1. Kondisi baru terdiagnosis penyakit
2. Kondisi perubahan gaya hidup baru akibat penyakit
3. Tumor otak
4. Penyalahgunaan zat
5. Gangguan kepribadian dan psikotik
6. Depresi/psikosis pasca persalinan

Kesiapan Peningkatan Proses Keluarga


Definisi
Pola fungsi keluarga yang cukup untuk mendukung kesejahteraan anggota keluarga
dan dapat ditingkatkan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan dinamika keluarga
Objektif
1. Menunjukkan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan fisik, sosial, dan
psikologis anggota keluarga
2. Menunjukkan aktivitas untuk mendukung keselamatan dan pertumbuhan
anggota keluarga
3. Peran keluarga fleksibel dan tepat dengan tahap perkembangan
4. Terlihat adanya respek dengan anggota keluarga
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Keluarga menunjukkan minat melakukan aktifitas hidup sehari-hari yang positif
2. Terlihat adanya kemampuan keluarga untuk pulih dari kondisi sulit
3. Tampak keseimbangan antara otonomi dan kebersamaan
4. Batasan-batasan anggota keluarga dipertahankan
5. Hubungan dengan masyarakat terjalin positif
6. Keluarga beradaptasi dengan perubahan
Kondisi Klinis Terkait
1. Kondisi kesehatan kronis (mis. Asma, diabetes mellitus, lupus sistemik,
sclerosis multiple, AIDS)
2. Gangguan jiwa (mis. Gangguan afektif, gangguan perhatian, sindrom down)
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
No.Dx Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Tindakan

D.0099 Setelah dilakukan tindakan Promosi Perilaku Upaya Kesehatan


keperawatan selama 2x24 jam Observasi :
perilaku kesehatan membaik 1. Identifikasi perilaku upaya kesehatan yang
dengan kriteria hasil : dapat ditingkatkan
-Penerimaan terhadap perubahan
Terapeutik :
status kesehatan meningkat
2. Berikan lingkungan yang mendukung
-Kemampuan melakukan
kesehatan
tindakan pencegahan masalah
3. Orientasi pelayanan kesehatan yang dapat
kesehatan meningkat
dimanfaatkan
-Kemampuan peningkatan
Edukasi :
kesehatan
4. Anjurkan persalinan ditolong oleh tenaga
-Pencapaian pengendalian
Kesehatan
kesehatan meningkat
5. Anjurkan memberi bayi ASI Eksklusif
6. Anjurkan menimbang balita setiap bulan
7. Anjurkan menggunakan air bersih
8. Anjurkan mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun
9. Anjurkan menggunakan jamban sehat
10. Anjurkan memberantas jentik di rumah
seminggu sekali
11. Anjurkan makan sayur dan buah setiap hari
12. Anjurkan melakukan aktivitas fisik setiap
hari
13. Anjurkan tidak merokok didalam rumah
D.0123 Setelah dilakukan intervensi Promosi Proses Efektif Keluarga
keperawatan selama 2x24 jam Observasi:
maka proses keluarga membaik 1.Identifikasi tipe proses keluarga
dengan kriteria hasil: 2.Identifikasi masalah atau gangguan dalam
-Adaptasi keluarga terhadap proses keluarga
situasi meningkat (5) Terapeutik
3.Pertahankan interaksi yang berkelanjutan
-Kemampuan keluarga
dengan anggota keluarga
berkomunikasi secara terbuka di
4. Motivasi anggota keluarga untuk
antara anggota keluarga
melakukan aktivitas bersama seperti makan
meningkat (5)
bersama, diskusi bersama keluarga
-Kemampuan keluarga memenuhi Edukasi
kebutuhan fisik anggota keluarga 5.Diskusikan dukungan sosial dari sekitar
meningkat (5) keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Latifa, U. (2017). Aspek Perkembangan pada Anak Sekolah Dasar : Masalah dan
Perkembangannya. Journal of Multidisciplinary Studies, 1(2), 185–196.

Khasanah, U. (2019). Hubungan Perkembangan Psikososial Dengan Prestasi Belajar Anak Usia
Sekolah. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 2(3), 157–162.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai