Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

TUGAS INDIVIDU

Disusun Sebagai Kelengkapan Praktik Klinik Keperawatan Keluarga

Oleh:

SIKHAH AYU DAMAYANTI

2020035

Dosen Pembimbing:

DIYAN MUTYAH, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIP. 03056

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

2022
bab 1 pendahuluan

1. latar belakang

??

2. tujuan

??
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Keluarga

1.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain.
( Harmoko, 2012)

Menurut Duvall, keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya
yang umum: meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap
anggota.

1.2 Bentuk Keluarga

Pada dasarnya ada berbagai macam bentuk kelurga, dalam masyarakat ditemukan tipe /
bentuk keluarga:

1. Keluarga inti (Nuclear family/tradisional nuclear) : yaitu keluarga yang dibentuk karena
ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anakanak, baik
karena kelahiran (natural) maupun adopsi.
2. Keluarga asal (family of original) : yaitu suatu unit keluarga tempat asal seseorang
dilahirkan.
3. Keluarga besar (extended family) : yaitu keluarga inti ditambah keluarga yang lain
(karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga
modern, seperti orang tua tungal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis
(guy/ lesbion families).
4. Keluarga berantal (social family resconstututed nuclear) : yaitu keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
5. Keluarga duda atau janda : yaitu keluarga yang terbentuk karena perceraian dan/
kematian pasangan yang dicintai
6. Keluarga komposit (composite family) : yaitu keluarga dari perkawinan poligami dan
hidup bersama.
7. Keluarga kohabitasi (cohabitation): dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan,
bisa memiliki anak atau tidak. Di Indonesia bentuk keluarga ini tidak lazim dan
bertentangan dengan budaya timur, namun lambat laun mulai dapat diterima.
8. Keluarga inces (incest family) : seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan pengaruh
informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim dan melanggar
nilai-nilai budaya, contoh: anak perempuan menikah dengan ayah kandung, ibu menikah
dengan anak kandung laki-laki, 2 saudara seayah dan seibu menikah, paman menikah
dengan keponakan
9. Keluarga tradisional dan non tradisional : yaitu dibedakan berdasarkan ikatan
perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga non
tradisional tidak diikat oleh perkawinan. Contoh: keluarga tradisional adalah ayah ibu dan
anak dari hasil perkawinan atau adopsi, keluarga non tradisional adalah sekelompok
orang yang tinggal di sebuah asrama.
10. Keluarga single adult : yautu orang dewasa yang tinggal sendiri yang tidak ada
keiinginan untuk kawin.
11. Niddle age/ aging couple : yaitu suami sebagai pencari uang, istri di rumah/ keduaduanya
bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah, perkawinan/
meniti karir.
12. Single parent : yaitu satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya dan
anak-anak dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
13. Dual Carrier : yaitu suami istri atau keduanya orang karir dan tanpa anak.
14. Commuter Maried : yaitu suami istri/ keduanya orang karir dan tinggal terpisah pada
jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

1.3 Struktur Dan Fungsi Keluarga

1.3.1 Struktur Keluarga

A. Struktur Peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan.Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam
masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak
Peranan ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga,
sebaagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.

Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidikanak-naknya, pelindung


dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai
anggotamasyarakat dari lingkungannya, serta bisa berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarga.

Peranan anak : melaksanakan peranan psiko sosial sesuai dengan tingkat


perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

Tiap keluarga mempunyai struktur peran : peran formal dan non formal.

Contoh : Peran Formal kepala keluarga dan pencari nafkah. Peran nonformal panutan
dan pelindung keluarga.

B. Struktur Kekuatan

Kemampuan berkomunikasi, kemampuan untuk saling berbagi, kemampuan system


pendukung di antara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri, dan kemampuan
menyelesaikan masalah. Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain
ke arah positif.

Tipe struktur kekuatan:

1) Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol, seperti orang tua terhadap anak)
2) Referent power (seseorang yang ditiru) - Resource or expert power (pendapat ahli)
3) Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima)
4) Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya)
5) Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses persuasi)
6) Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih
misalnya hubungan seksual)
1.3.2 Fungsi Keluarga

Friedman (1992) menggambarkan fungsi sebagai apa yang dilakukan keluarga. Fungsi
keluarga berfokus pada proses yang digunakan oleh keluarga untuk mencapai tujuan
keluarga tersebut. Proses ini termasuk komunikasi diantara anggota keluarga, penetapan
tujuan, resolusi konflik, pemberian makanan, dan penggunaan sumber dari internal
maupun eksternal.

Tujuan reproduksi, seksual, ekonomi dan pendidikan dalam keluarga memerlukan


dukungan secara psikologi antar anggota keluarga, apabila dukungan tersebut tidak
didapatkan maka akan menimbulkan konsekuensi emosional seperti marah, depresi dan
perilaku yang menyimpang. Tujuan yang ada dalam keluarga akan lebih mudah dicapai
apabila terjadi komunikasi yang jelas dan secara langsung komunikasi tersebut akan
mempermudah menyelesaikan konflik dan pemecahan masalah

Menurut Friedman, lima fungsi dasar keluarga adalah:

a. Fungsi afektif Adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan


psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan
saling mendukung

b. Fungsi sosialisasi Adalah proses perkembangan dan perubahan individu keluarga,


tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan belajar berperan di lingkungan sosial

c. Fungsi reproduksi Adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan keturunan dan


menambah sumber daya manusia

d. Fungsi ekonomi Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti
sandang, pangan, dan papan

e. Fungsi keperawatan kesehatan Adalah kemampuan anggota keluarga untuk merawat


anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan

2. Konsep Gizi

Status gizi dapat dikriteriakan : gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. Status
gizi kurang pada KMS menunjukan garis pertumbuhan berada pada bawah garis merah.
Balita dengan Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita dengan berat badan menurut
umur (BB/U) berada di bawah garis merah pada KMS.Balita BGM tidak selalu berarti
menderita gizi buruk.Akan tetapi, itu dapat menjadi indikator awal bahwa balita tersebut
mengalami masalah gizi.(Anonim, 2009).

Bawah Garis Merah (BGM) adalah anak dengan berat badan kurang menurut umur
dibandingkan dengan standar, yang diketahui secara visual dengan melihat plot dalam
KMS berada dibawah garis merah (Sandjaja, 2009)

2.1 Penilaian Status Gizi Pada Balita

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu antropometri,
klinis, biokimia, dan biofisik.Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh
manusia.Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2002).

2.2 Dampak Kekurangan Gizi

Anak yang kekurangan gizi pada usia balita akan tumbuh pendek, dan mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak yang berpengaruh pada rendahnya
tingkat kecerdasan, karena tumbuh kembang otak 80 % terjadi pada masa dalam
kandungan sampai usia 2 tahun. Risiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali
lebih besar dibandingkan anak yang normal.WHO memperkirakan bahwa 54%
penyebabkematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi anak yang jelek.Gizi buruk
dapat berpengaruh kepada pertumbuhan dan perkembangan anak, juga kecerdasan
anak.Pada tingkat yang lebih parah, jika dikombinasikan dengan perawatan yang buruk,
sanitasi yang buruk, dan munculnya penyakit lain, gizi buruk dapat menyebabkan
kematian (Sinaga, 2007).

3. Konsep Berat Badan Dibawah Garis Merah (Bgm)

3.1 Pengertian Bawah Garis Merah (Bgm)

Berat badan di Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita yang ditimbang berat badannya
berada pada garis merah atau dibawah garis merah pada KMS (Depkes RI,2005).Berat
badan dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita mengalami gangguan
pertumbuhan dan perlu perhatian khusus sehingga harus langsung dirujuk ke
Puskesmas/Rumah Sakit.Berat badan di bawah garis merah (BGM) bukan menunjukkan
keadaan gizi buruk tapi sebagai “warning” untuk konfirmasi dan tindak lanjutnya
(Depkes RI, 2000).

Balita dengan Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita dengan berat badan menurut
umur (BB/U) berada di bawah garis merah pada KMS.Balita BGM tidak selalu berarti
menderita gizi buruk.Akan tetapi, itu dapat menjadi indikator awal bahwa balita tersebut
mengalami masalah gizi.(Anonim, 2009)

Kartu Menuju Sehat (KMS) merupakan suatu alat yang digunakan untuk memantau
pertumbuhan dan perkembangan balita, bukan untuk menilai status gizi balita.Itulah
sebabnya balita BGM dikatakan belum berarti menderita gizi kurang maupun gizi buruk.
Hal ini dikarenakan KMS diisi atas indikator BB/U, bukan TB/U. Ukuran yang
digunakan dalam menentukan status gizi adalah berat badan, bisa juga tinggi badan yang
didasarkan pada umur, ukuran ini biasa disebut dengan ukuran antropometri dan disajikan
dalam bentuk indeks. Oleh karenanya hasil dimanfaatkan atau digunakan untuk
Assesment Keadaan Gizi Induvidu dengan 4 kategori yaitu gizi lebih, gizi baik, gizi
kurang dan gizi buruk.

3.2 Penyebab Balita Bgm

Faktor yang dapat mempengaruhi berat badan balita di bawah garis merah yaitu:

1. Faktor Langsung

a. Konsumsi Makanan

Faktor makanan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh langsung terhadap
keadaan gizi seseorang karena konsumsi makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
tubuh, baik kualitas maupun kuantitas dapat menimbulkan masalahgizi (Khumaidi,1996)

b. Infeksi

Timbulnya BGM tidak hanya karena makanan yang kurang,tetapi juga karena
penyakit.Anak mendapatkan makanan cukup baik tetapi sering diserang diare atau
demam, akhirnya dapat menderita KEP, sebaliknya anak yang makannya tidak cukup
baik, daya tahan tubuh dapat melemah. Dalam keadaan demikian mudah diserang infeksi,
dan kurang nafsu makan, sehingga BB tidak mau naik dan mengakibatkan berat badan
anak di bawah garis merah (BGM) (Soekirman, 2000).

2. Faktor Tidak Langsung

a. Tingkat Pendapatan

Pendapatan keluarga merupakan penghasilan dalam jumlah uang yang akan dibelanjakan
oleh keluarga dalam bentuk makanan. Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang
menduduki posisi pertama pada kondisi yang umum.Hal ini harus mendapat perhatian
serius karena keadaan ekonomi ini relatif mudah diukur dan berpengaruh besar terhadap
konsumen pangan.Golongan miskin menggunakan bagian terbesar dari pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan makanan, dimana untuk keluarga di negara berkembang sekitar dua
pertiganya (Suhardjo, 1996)

b. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi ibu merupakan proses untuk merubahsikap dan perilaku masyarakat
untuk mewujudkan kehidupan yang sehat jasmani dan rohani. Pengetahuan ibu yang ada
kaitannya dengan kesehatan dan gizi erat hubungannya dengan pendidikan ibu. Semakin
tinggi pendidikan akan semakin tinggi pula pengetahuan akan kesehatan dan gizi
keluarganya. Hal ini akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas zat gizi yang dikonsumsi
oleh anggota keluarga ( Soekirman,2000).

c. Sanitasi Lingkungan

Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baikmemungkinkan terjadinya berbagai jenis


penyakit antara laindiare,kecacingan,dan infeksi saluran pencernaan. Apabila anak
menderita infeksi saluran pencernaan, penyerapan zatzat gizi akan terganggu yang
menyebabkan terjadinya kekurangan zat gizi.Seseorang kekurangan zat gizi akan mudah
terserang penyakit,dan pertumbuhan akan terganggu (Supariasa dkk,2002)

d. Pola Asuh
Seorang balita BGM dapat disebabkan oleh karena pola asuh anak yang tidak baik dan
sosial ekonomi keluarga yang rendah. Apabila balita BGM diberikan perhatian yang lebih
dan diberikan asupan gizi yang baik, balita tersebut tidak akan mengalami gizi kurang
maupun gizi buruk. Namun, apabila pola asuh pada balita BGM tidak baik, akan
menyebabkan anak menderita gizi kurang atau bahkan gizi buruk. Pola asuh anak sangat
berperan penting dalam menentukan status gizi balita.

3.3 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga, yaitu : surveykonsumsi
makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Survei Konsumsi pangan adalah metode
penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan zat gizi yang
dikonsumsi (Supriasa, 2002).Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan
gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu

Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi (Supriasa,
2002).Untuk dapat melakukan recall, makanan dengan baik terlebih dahulu harus
mempelajari jenis bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh kelompok sasaran
survey.Oleh karena itu kadang–kadang perlu dilakukan survey pasar.Tujuannya adalah
mengetahui sasaran berat dari tiap jenis bahan makanan yang biasa dikonsumsi.

3.4 Kartu Menuju Sehat

Kartu Menuju Sehat untuk Balita (KMS–Balita) adalah alat yang sederhanadan murah,
yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhananak.Oleh karena itu
KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harusselalu dibawa setiap kali
mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanankesehatan, termasuk bidan dan
dokter.KMS–Balita menjadi alat yang sangatbermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk
memantau tumbuh kembang anak, agartidak terjadi kesalahan atau ketidakseimbangan
pemberian makan pada anak(Depkes RI, 2000)

KMS–Balita juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugaskesehatan untuk
menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisikesehatan dan gizi anak
untuk mempertahankan, meningkatkan atau memulihkankesehatan balita. KMS balita
berisi catatan penting tentang pertumbuhan,perkembangan anak, imunisasi,
penanggulangan diare, pemberian kapsul vitaminA, kondisi kesehatan anak, pemberian
ASI eksklusif dan Makanan PendampingASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke
Puskesmas/Rumah Sakit

KMS–Balita juga berisi pesan–pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tuabalita
tentang kesehatan anaknya (Depkes RI, 2000).KMS–Balita memiliki fungsi yang sangat
penting diantaranya :

1. Sebagai alat untuk pemantauan pertumbuhan anak, catatan pelayanankesehatan anak.

2. Grafik pertumbuhan normal anak sesuai umurnya pada KMS dapat digunakanuntuk
menentukan apakah seorang anak tumbuh normal, memiliki risikogangguan pertumbuhan
atau kelebihan gizi

Bila grafik berat badan :

- Mengikuti grafik pertumbuhan pada KMS, artinya anak tumbuh baik.

- Tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan normal, anak kemungkinan berisiko


mengalami gangguan pertumbuhan atau kelebihan gizi

KMS di pergunakan untuk pemantauan pertumbuhan perkembangan balitaNAIK,


TURUN dan BGM.Berat badan yang berada di Bawah Garis Merah(BGM) pada KMS
merupakan perkiraan untuk menilai seseorang menderita giziburuk.Balita naik berat
badannya bila garis pertumbuhannya naik mengikuti salahsatu pita warna atau garis
pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warnadiatasnya atau kenaikan berat badan sama
dengan KBM (Kenaikan Berat badanMinimal) atau lebih. Balita tidak naik berat
badannya bila garis pertumbuhannyaturun atau garis pertumbuhannya mendatar atau
garis pertumbuhannya naik, tetapipindah ke pita warna dibawahnya atau kenaikan berab
badan kurang dari KBM(Kenaikan Berat badan Minimal) (Depkes RI, 2000).

Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balitamengalami gangguan
pertumbuhan dan perlu perhatian khusus sehingga haruslangsung dirujuk ke
Puskesmas/Rumah Sakit.Berat badan di bawah garis merah(BGM) bukan menunjukkan
keadaan gizi buruk tapi sebagai “warning” untukkonfirmasi dan tindak lanjutnya (Depkes
RI, 2000)
3.5 Penanganan Balita Dengan Berat Badan Dibawah Garis Merah (Bgm)

a. Bila pada saat kunjungan ke puskesmas atau posyandu anak dalam keadaan sakit, maka
oleh tenaga kesehatananak diperiksa dan diberikan obat.

b. Vitamin A dosis tinggi diberikan pada anak gizi buruk dengan dosis sesuai umur pada
saat pertama kali ditemukan.

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk Pemulihan Gizi

a. Prinsip

1) Makanan untuk Pemulihan Gizi adalah makanan padatenergi yang diperkaya dengan
vitamin dan mineral.

2) Makanan untuk Pemulihan Gizi diberikan kepada anak gizi buruk selama masa
pemulihan.

3) Makanan untuk Pemulihan Gizi dapat berupa: F100, makanan therapeutic/gizi siap saji
dan makanan lokal.

4) Makanan lokal dengan bentuk mulai dari makanan bentuk cair, lumat, lembik, padat.

5) Bahan dasar utama Makanan Untuk Pemulihan Gizi dalam formula F100 dan makanan
gizi siap saji (therapeutic feeding) adalah minyak, susu, tepung, gula, kacangkacangan
dan sumber hewani. Kandungan lemak sebagai sumber energi sebesar 30-60 % dari total
kalori.

6) Makanan lokal dengan kalori 200 kkal/Kg BB per hari, yang diperoleh dari lemak 30-
60% dari total energi, protein 4-6 g/Kg BB per hari.

7) Apabila akanmenggunakan makanan lokal tidak dilakukan secara tunggal (makanan


lokal saja) tetapi harus dikombinasikan dengan makanan formula.

3.6 Dampak Kekurangan Gizi

Anak yang kekurangan gizi pada usia balita akan tumbuh pendek, dan mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak yang berpengaruh pada rendahnya
tingkat kecerdasan, karena tumbuh kembang otak 80 % terjadi pada masa dalam
kandungan sampai usia 2 tahun. Risiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali
lebih besar dibandingkan anak yang normal.WHO memperkirakan bahwa 54%
penyebabkematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi anak yang jelek.Gizi buruk
dapat berpengaruh kepada pertumbuhan dan perkembangan anak, juga kecerdasan
anak.Pada tingkat yang lebih parah, jika dikombinasikan dengan perawatan yang buruk,
sanitasi yang buruk, dan munculnya penyakit lain, gizi buruk dapat menyebabkan
kematian (Sinaga, 2007).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Defiisi Asuhan Keperwatan Keluarga

I. Pengertian Asuhan Keperawatan Keluarga

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang di berikan melalui
praktek keperawatan kepada keluarga, untuk membantu menyleseikan masalah kesehatan
keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan (Depkes RI,1998).11
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan
pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu sebagai anggota
keluarga (Mubarok,dkk, 2006). Sedangkan pengertian yang lain perawatan keluarga adalah
tingkat keperawatan kesehatan yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau
kesatuan yang dirawat, Dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran atau
penyalur (Effendi,1998)

Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga digunakan suatupendekatan yang sistemik


yaitu dengan keperawatan kesehatan keluarga.Pendekatan ini digunakan dalam rangka
mengidentifikasi dan memecahkanmasalah-masalah yang dihadapi keluarga dimulai dari
pengkajian,penemuan diagnosa keperawatan keluarga, perencanaan, pelaksanaan danteknik
evaluasi

II. Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Tujuan umum

Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam memeliharakesehatan keluarga mereka


sehingga dapat meningkatkan statuskesehatan keluarganya

2. Tujuan khusus

Ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam :

1 Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang


dihadapi oleh keluarga.

2 Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-masalah kesehatan


dasar dalam keluarga.
3 Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusanyang tepat dalam
mengatasi masalah kesehatan para anggotanya.

4 Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap


anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.

5 Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutuhidupnya (Effendi,1998).

III.Tahapan Proses Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian keluarga dan individu dalam keluarga Yang termasuk dalam pengkajian
keluarga adalah :

a. Mengidentifikasi data demografi dan sosiokultural.

b. Data lingkungan.

c. Struktur dan fungsi keluarga.

d. Stress dan strategi koping yag digunakan keluarga.

e. Perkembangan keluarga

Yang termasuk dalam pengkajian terhadap individu sebagai anggota keluarga adalah

a. Fisik

b. Mental

c. Emosi

d. Spiritual

2. Perumusan diagnosa keperawatan

3. Penyusunan rencana keperawatan

Rencana disusun untuk menentukan prioritas, menetapkan tujuan, identifikasi sumber daya
keluarga, dan menyeleksi intervensi keperawatan.

4. Pelaksanaan asuhan keperawatan


Perencanaan yang telah disusun dilaksanakan dengan memobilisasi sumber-sumber daya
yang ada di keluarga, masyarakat dan pemerintah.

5. Evaluasi

Pada tahap evaluasi, perawat melakukan penilaian terhadap kegiatan yang telah
dilaksanakan.

Tahap I: Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil data secara terus
menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Sumber informasi dari tahapan
pengkajian dapat menggunakan metode :

1. Wawancara keluarga

2. Observasi fasilitas rumah

3. Pemeriksaan fisik terhadap anggota keluarga (head to toe)

4. Data sekunder, misalnya hasil laboratorium, hasil X-ray, PAP Smear

Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :

A. Data Umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :

1. Nama kepala keluarga (KK)

2. Alamat dan telepon

3. Pekerjaan kepala keluarga

4. Pendidikan kepala keluarga

5. Komposisi keluarga dan genogram

6. Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta masalah-masalah yang terjadi dengan jenis
tipe keluarga tersebut
7. Suku bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa
tersebut terkait dengan kesehata

8. Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi
kesehatan.

9. Status sosial ekonomi keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun
anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh
kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh
keluarga.

10. Aktivitas rekreasi keluarg

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersamasama untuk
mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio
juga merupakan aktivitas rekreasi.

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan
anak tertua dari keluarga inti.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan mengenai tugas


perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.

3. Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang
biasa digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

4. Riwayat keluarga sebelumnya Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari
pihak suami dan istri.
C. Pengkajian Lingkungan

1. Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, type rumah, jumlah ruangan,
jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta
denah rumah.

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat yang meliputi


kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.

3. Mobolitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan
keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga dengan masyarakat.

5. Sistem pendukung keluarga

Yang termasuk dalam sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat,
fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup
fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau
dukungan dari masyarakat setempat.

D. Struktur Keluarga

1. Pola komunikasi keluarga Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota


keluarga.

2. Struktur kekuatan keluarga Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan


mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku.

3. Struktur peran Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal
maupun informal.
4. Nilai atau norma keluarga Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh
keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

E. Fungsi Keluarga

1. Fungsi afektif Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya,
bagaiman kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.

2. Fungsi sosialisasi Hal yang perlu dikaji adalah bagaiman interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku

3. Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta


merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat
sakit. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari
kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu : keluarga
mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,
melakukan perawatan tarhadap anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang
dapat meningkatkan kesehatan dan kleluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
terdapat di lingkungan setempat.

Hal-hal yang perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana keluarga melakukan pemenuhan
tugas perawatan keluarga adalah :

a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, yang perlu dikaji
adalah sejauhmana keluarga memahami fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi:
pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta persepsi
keluarga terhadap masalah

b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan


kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah:

1) Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah.


2) Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga.

3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami.

4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari penyakit.

5) Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan.

6) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada.

7) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.

8) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi
masalah

c. Mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,


termasuk kemampuan memelihara lingkungan dan menggunakan sumber/fasilitas kesehatan
yang ada di masyarakat, yang perlu dikaji adalah:

1) Apakah keluarga mengetahui sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan untuk
menanggulangi masalah kesehatan/penyakit.

2) Apakah keluarga mempunyai sumber daya dan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan.

3) Keterampilan keluarga mengenai macam perawatan yang diperlukan memadai.

4) Apakah keluarga mempunyai pandangan negatif terhadap perawatan yang diperlukan.

5) Adakah konflik individu dan perilaku mementingkan diri sendiri dalam keluarga.

6) Apakah keluarga kurang dapat memelihara keuntungan dalam memelihara lingkungan


dimasa mendatang.

7) Apakah keluarga mempunyai upaya penuingkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

8) Apakah keluarga sadar akan pentingnya fasilitas kesehatan dan bagaimana pandangan
keluarga akan fasilitas tersebut.

9) Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan (diagnostik, pengobatan dan
rehabilitasi)

10) Bagaimana falsafah hidup keluarga berkaitan dengan upaya perawatan dan pencegahan.
4. Fungsi Reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah : a. Berapa jumlah anak b.
Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga c. Metode apa yang digunakan
keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga.

5. Fungsi Ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah :

a. Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan

b. Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat sdalam upaya
peningkatan status kesehatan keluarga.

F. Stress dan Koping Keluarga

1. Stressor jangka pendek dan panjang

a. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu kurang dari 6 bulan.

b. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan

2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor

Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap situasi/stressor

3. Strategi koping yang digunakan

Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.

4. Strategi adaptasi disfungsional

Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.

G. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga. Metode yang digunakan pada
pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.
H. Harapan Keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan
yang ada.

Tahap II: Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapat pada


pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan dengan etiologi
yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga. Diagnosa keperawatan mengacu pada
PES dimana untuk problem dapat digunakan rumusan NANDA. Tipologi dari diagnosa
keperawatan keluarga terdiri dari :

- Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)

- Resiko (ancaman kesehatan)

- Keadaan sejahtera (wellness)

MENENTUKAN PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN KELUARGA

Cara membuat skor penentuan prioritas masalah keperawatan keluarga :

NO KRITERIA SKOR BOBOT


1 Sifat masalah
3
 Aktual (Tidak/kurang sehat)
2 1
 Ancaman kesehatan
1
 Keadaan sejahtera
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
2
 Mudah
1 2
 Sebagian
0
 Tidak dapat
3 Potensi masalah untuk dicegah
3
 Tinggi
2 1
 Sedang
1
 Rendah
4 Menonjolnya masalah
 Masalah berat, harus segera ditangani 2
 Ada masalah, tetapi tidak perlu 1
segera ditangani 0
 Masalah tidak dirasakan

Skoring : Skor x Bobot Angka tertinggi Catatan : Skor dihitung bersama dengan keluarga

Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Penentuan Prioritas

- Kriteria 1

Sifat masalah : bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat karena yang pertama
memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.

- Kriteria 2

Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor


sebagai berikut :

 Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah  Sumber
daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga

 Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu.

 Sumber daya masyarakat dalam bentuk fadsilitas, organisasi dalam masyarakat dan dukungan
masyarakat.

- Kriteria 3

Potensi masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan :

 Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah

 Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada

 Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam memperbaiki
masalah
 Adanya kelompok ‘high risk” atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk
mencegah masalah.

- Kriteria 4

Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah
kesehatan tersebut.Nilai skor tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan
keluarga.

Tahap III: Perencanaan Keperawatan Keluarga

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang mencakup tujuan
umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan standar.Kriteria dan standar
merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan
berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan.

Tahap IV: Implementas

Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan perencanaan


mengenai diagnosa yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan keperawatan terhadap keluarga
mencakup hal-hal dibawah ini ;

1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan


kesehatan dengan cara:

a. Memberikan informasi. b. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan. c.


Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara

a. Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan.

b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga.

c. Mendiskusikan tentang konsekwensi tiap tindakan.

3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara:

a. Mendemonstrasikan cara perawatan. b. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah. c.
Mengawasi keluarga melakukan perawatan
4. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat,
dengan cara:

a. Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.

b. Melakukan perubahan lingkungan dengan seoptimal mungkin.

5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara

a. Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga.

b. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

Tahap V: Evaluasi

Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk menilai
keberhasilannya.Bila tidak / belum berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai.Semua
tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan ke
keluarga.Unyuk itu dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan
keluarga.Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional.

Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk menilai
keberhasilannya.Bila tidak / belum berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai.Semua
tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan ke
keluarga.Unyuk itu dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan
keluarga.Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional.

S : Hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah dilakukan intervensi
keperawatan. Misal : Keluarga mengatakan nyerinya berkurang

O : Hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan intervensi keperawatan.
Misal : BB naik 1 kg dalam 1 bulan

A : Analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu kepada tujuan terkait dengan diagnosa
keperawatan.

P : Perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada tahap evaluasi
Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan
selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. (2009) Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Depkes Republik Indonesia.(2000) Panduan Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita

Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Depkes. Depkes Republik Indonesia.(2008) Pedoman Respon
Cepat Penanggulangan Gizi Buruk.Jakarta: Depkes.Sylvia, Azhari (2010) Perilaku Ibu Dalam
Pemberian Suplemen Pada Balita Di Asrama Kowilhan Kelurahan Sidorame Barat Kecamatan
Medan Perjuangan Tahun 2010. Supariasa, I Dewa Nyoman.(2002) Penilaian Status Gizi.
Jakarta: EGC

Mubarok Iqbal, Chayatin N., Santoso Adi B. 2011, Ilmu Keperawatan Komunitas konsep dan
Aplikasi, Salemba Medika, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai