PENDAHULUAN
Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No. 23 tahun 1992). Terwujudnya
keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak, tidak hanya oleh perorangan atau keluarga,
tetapi juga oleh kelompok bahkan seluruh anggota masyarakat.
Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak upaya yang harus
dilaksanakan. Salah satu diantaranya yang dianggap mempunyai peranan yang cukup penting
adalah pelayanan kesehatan (Prasetyawati, 2011). Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya
yang diselenggarakan sendiri atau bersama – sama dalam organisasi untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
peroranga, keluarga, kelompok dan, ataupun masyarkat.
Keluarga dianggap memiliki asosiasi kuat dengan kesehatan dan penyakit seseorang
melalui hubungan dan dinamika kehidupannya. Dalam fungsi yang sempurna keluarga
mampu menghilangkan stres akibat penyakit yang diderita anggotanya tanpa kesulitan yang
serius karena memiliki daya dukung emosional, fisik, dan sosial yang solid. Hal ini dapat
dijadikan sumberdaya dokter dalam perawatan pasien (Diskamara, 2009).
Sejak 1978 ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memulai programnya “Health
for All in 2000”, pelayanan kesehatan primer menjadi salah satu hal yang utama dalam
pengembangan perencanaan pemerintah. Program tersebut menitikberatkan pelayanan
kesehatan yang komprehensif.
Pada Januari 1995 Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan Organisasi Dokter
Keluarga Dunia yaitu World Organization of National Colleges, Academies and Academic
Associatons of General Practitioner or Family Physician (WONCA) telah merumuskan
sebuah visi global dan rencana tindakan (action plan) untuk meningkatkan kesehatan
individu dan masyarakat yang tertuang dalam tulisan“Making Medical Practice and
Education More Relevant to People’s Needs: The Role of Family Doctor”.
Dalam acara pembukaan Temu Ilmiah Akbar Kursus Penyegar dan Penambah Ilmu
Kedokteran (TIA-KPPIK) 2002 di Jakarta, Menteri Kesehatan, Achmad Sujudi, menyatakan
bahwa visi dan misi kurikulum pendidikan dokter di Indonesia sepatutnya diarahkan untuk
menghasilkan dokter keluarga, tidak lagi dokter komunitas atau dokter Puskesmas seperti
sekarang. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
916/Menkes/Per/VIII/1997 tentang Pelayanan Dokter Umum yang diarahkan menjadi
pelayanan dokter keluarga.
Ilmu Kedokteran Keluarga kemudian masuk dalam Kurikulum Inti Pendidikan Dokter
di Indonesia (KIPDI II) pada tahun 1993, yang merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran
Komunitas/Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Definisi dokter keluarga (DK) atau dokter praktek umum (DPU) yang dicanangkan oleh
WONCA pada tahun 1991 adalah dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan
komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan kedokteran dan mengatur pelayanan
oleh provider lain bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang menerima semua
orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya pembatasan usia, jenis
kelamin ataupun jenis penyakit. Dokter yang mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga
dan dalam lingkup komunitas dari individu tersebut tanpa membedakan ras, budaya dan
tingkatan sosial. Secara klinis dokter ini berkompeten untuk menyediakan pelayanan dengan
sangat mempertimbangkan dan memperhatikan latar budaya, sosial ekonomi dan psikologis
pasien. Sebagai tambahan, dokter ini bertanggung jawab atas berlangsungnya pelayanan yang
komprehensif dan berkesinambungan bagi pasiennya (Danakusuma, 1996). Dokter keluarga
ini memiliki fungsi sebagai five stars doctor dan memiliki organisasi yang telah dibentuk
yaitu PDKI dan KIKKI yang telah diketahui oleh IDI.
Kegiatan Field visit kali ini diharapkan dapat menjadi salah satu upaya menunjukan
keunggulan pelayanan kedokteran dengan pendekatan keluarga khususnya dari segi
pendalaman kondisi pasien dan keluarga secara komperhensif.
Tinjauan Pustaka
Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seseorang dalam
situasi social tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan yang akan dicapai.
Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam
konteks keluarga.
Sehingga Peranan Keluarga menggambarkan seperangkat perrilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan
situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Dalam UU Kesehatan No.23 Tahun 1992 pasal 5 menyebutkan :”Setiap orang
berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan perorangan, keluarga dan lingkungan”. Dari pasal tersebut jelaslah bahwa
keluarga berkewajiban menciptakan dan memelihara kesehatan dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Setiap anggota keluarga mempunyai
peran masing-masing yang antara lain adalah :
a. Ayah
Ayah sebagai pimpinan keluarga mempunyaiperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga
sebagai anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu.
b. Ibu
Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak,
pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga serta
sebagai anggota masyarakat atau kelompok tertentu.
c. Anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik,
mental, sosial dan spiritual.
C. Tahap Perkembangan Keluarga
F. Keluarga Sejahtera
Definisi dokter keluarga atau dokter praktek umum yang dicanangkan oleh
WONCA pada tahun 1991 adalah dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan
komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan kedokteran dan mengatur
pelayanan oleh provider lain bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang
menerima semua orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya
pembatasan usia, jenis kelamin ataupun jenis penyakit.
Dokter yang mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga dan dalam lingkup
komunitas dari individu tersebut tanpa membedakan ras, budaya dan tingkatan sosial.
Secara klinis dokter ini berkompeten untuk menyediakan pelayanan dengan sangat
mempertimbangkan dan memperhatikan latar budaya, sosial ekonomi dan psikologis
pasien. Sebagai tambahan, dokter ini bertanggung jawab atas berlangsungnya
pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan bagi pasiennya.
Definisi kedokteran keluarga (IKK FK-UI 1996) adalah disiplin ilmu
kedokteran yang mempelajari dinamika kehidupan keluarga, pengaruh penyakit
terhadap fungsi keluarga, pengaruh fungsi keluarga terhadap timbul dan
berkembangnya penyakit, cara pendekatan kesehatan untuk mengembalikan fungsi
tubuh sekaligus fungsi keluarga agar dalam keadaan normal. Setiap dokter yang
mengabdikan dirinya dalam bidang profesi dokter maupun kesehatan yang memiliki
pengetahuan, keterampilan melalui pendidikan khusus di bidang kedokteran keluarga
yang mempunyai wewenang untuk menjalankan praktek dokter keluarga.
Definisi kedokteran keluarga (PB IDI 1983) adalah ilmu kedokteran yang
mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran yang orientasinya untuk memberikan
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada
kesatuan individu, keluarga, masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor
lingkungan, ekonomi dan sosial budaya. Pelayanan kesehatan tingkat pertama dikenal
sebagai primary health care, yang mencangkup tujuh pelayanan (Muhyidin, 1996) :
1. Promosi kesehatan
2. KIA
3. KB
4. Gizi
5. Kesehatan lingkungan
6. Pengendalian penyakit menular
7. Pengobatan dasar
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pelayanan dokter keluarga adalah sama dengan tujuan pelayanan
kedokteran dan atau pelayanan kesehatan pada umumnya, yakni terwujudnya
keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga.
2. Tujuan Khusus
Sedangkan tujuan khusus pelayanan dokter keluarga dapat dibedakan atas dua
macam :
Yang mampu memperkenalkan pola hidup sehat melalui penjelasan yang efektif
sehingga memberdayakan pasien dan keluarganya untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatannya sendiri serta memicu perubahan cara berpikir menuju
sehat dan mandiri kepada pasien dan komunitasnya
Yang dapat berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di dalam
maupun di luar sistem kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan pasien dan
komunitasnya berdasarkan data kesehatan yang ada. Menjadi dokter yang cakap
memimpin klinik, sehat, sejahtera, dan bijaksana
A. Definisi Rumah
Menurut UU NO. 4 Tahun 1992, rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan,
halaman dan area sekitarnya yang digunakan sebagai tempat tinggal dan sarana
pembinaan keluarga. Sedangkan menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau
bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan
jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik demi kesehatan keluarga dan individu.
WHO juga mendefinisikan sehat sebagai suatu keadaan kesehatan jasmani, rohani
dan sosial yang baik dan lengkap, tidak hanya berarti terhindarnya dari penyakit atau
kelemahan (Health is a state of complete physical, mental and social wellbeing, not
merely the absence of disease or infirmity). Untuk menetapkan kondisi perumahan yang
sesuai dengan kriteria sehat tersebut, The American Public Health Association (APHA)
telah meneliti dan merumuskan empat fungsi pokok dari rumah, sebagai tempat tinggal
yang sehat bagi setiap manusia dengan keluarganya selama masa hidupnya. Keempat
fungsi tersebut sebagai berikut:
Rumah adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jasmani manusia
yang pokok (the satisfaction of fundamental phychological needs).
Rumah adalah tempat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan rohani manusia
yang pokok (the satisfaction of fundamental phychological needs).
Rumah adalah tempat perlindungan terhadap penularan penyakit menular
(protection against communicable disease).
Rumah adalah tempat perlindungan terhadap gangguan atau kecelakaan
(protection against accidents).
Menurut kementrian kesehatan, rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang
memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air
bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah
yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat
dari tanah.
Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa rumah sehat adalah tempat
untuk berlindung atau bernaung yang harus memenuhi kebutuhan fisiologis, memenuhi
kebutuhan psikologis, mencegah terjadinya penularan penyakit dan kecelakaan serta
mempunyai dan memenuhi konsep kebersihan, kesehatan dan keindahan yang mampu
menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani maupun sosial.
B. Syarat dan Kriteria Rumah Sehat
Menurut American Public Health Association (APHA)
American Public Health Association (APHA) merumuskan pemukiman sehat
sebagai suatu tempat untuk tinggal secara permanen. Berfungsi sebagai tempat untuk
bermukim, beristirahat, berekreasi (bersantai) dan sebagai tempat berlindung dari
pengaruh lingkungan yang memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, dan bebas dari
penularan penyakit.
Berdasarkan rumusan yang dikeluarkan oleh APHA, syarat rumah sehat harus
memenuhi kriteria sebagai berikut
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu pencahayaan, penghawaan dan ruang
gerak yang cukup, serta terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
2. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu privacy yang cukup dan komunikasi
yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni
rumah, yaitu dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah
rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang
berlebihan, cukup sinar matahari pagi, serta terlindungnya makanan dan
minuman dari pencemaran.
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang
timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah, antara lain persyaratan garis
sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar,
dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.829/Menkes/SK/VII/1999
a. Bahan-bahan bangunan
Bahan-bahan bangunan tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan
zat yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain:
Debu total kurang dari 150 mg per meter persegi.
Asbestos kurang dari 0,5 serat per kubik, per 24 jam.
Timbal (Pb) kurang dari 300 mg per kg bahan.
Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
b. Komponen dan penataan ruangan
Lantai kedap air dan mudah dibersihkan.
Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap
air dan mudah dibersihkan.
Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan.
Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir.
Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya.
Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.
c. Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan
tidak menyilaukan mata.
Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam
ruangan melalui jendela, celah-celah dan bagian-bagian bangunan yang
terbuka. Cahaya matahari berguna untuk penerangan dan juga dapat
mengurangi kelembaban ruang, mengusir nyamuk, membunuh kuman
penyakit tertentu, seperti TBC, influenza, penyakit mata dan lain-lain.
Kebutuhan standar minimum cahaya alam yang memenuhi syarat
kesehatan untuk berbagai keperluan menurut WHO dimana salah satunya
adalah untuk kamar keluarga dan tidur dalam rumah adalah 60 – 120 Lux.
Guna memperoleh jumlah cahaya matahari pada pagi hari secara optimal
sebaiknya jendela kamar tidur menghadap ke timur dan luas jendela yang baik
minimal mempunyai luas 10-20% dari luas lantai.
Contoh: Setelah kita menghitung luas lantai dasar beserta lantai atasnya
ternyata luasannya 200 m2. Kalau lahannya 200 m2, maka nilai KLB bangunan
kita adalah 1.0. Kalau ditentukan KLB di rumah kita 1.2, maka nilai KLB kita
masuk masuk. Yang tidak boleh adalah melebihi dari yang ditentukan.
HASIL KUNJUNGAN
Ibu Nepi adalah seorang nenek berusia 62 tahun. Ia merupakan istri dari bapak Mulyono,
yang berusia 70 tahun. Keluarga mereka tinggal di Jalan Pedati no 37, RT 004, RW 001,
kelurahan Sukmajaya, Depok. Bapak Mulyono merupakan ketua RT dikampungnya, ia
merupakan pensiunan karyawan swasta dan dulunya pernah mengabdi kepada negara menjadi
tentara angkatan laut selama 6 tahun. Ibu Nepi sendiri merupakan penjual gado-gado. Ia
berjualan tak jauh dari rumahnya, ia sudah menjalani pekerjaan ini sejak tahun 1997.
Pendidikan terakhir Ibu Neppi dan Bapak Mulyono adalah lulus SMA.Ibu Nepi dan Bapak
Mulyono memiliki tiga orang anak. Anak pertama bernama Silvia, yang berusia 37 tahun
yang merupakan lulusan S1 Komputer, dan sekarang berkerja di PT Indosat. Anak keduanya
adalah Jeni Julian, yang berusia 35 tahun yang berkerja freelance. Jeni merupakan lulusan
dari STM. Sedangkan anak ketiga bernama Famih berusia 28 tahun yang berkerja sebagai
Pegawai Negeri Sipil, dan sudah menikah serta memiliki satu orang anak. Famih sudah
menyelesaikan pendidikan D3 dan sedang melanjutkan kuliah S1 sembari bekerja. Keluarga
Famih juga tinggal di rumah Ibu Neppi. Cucu dari Ibu Famih bernama Alivia Zalifah,
berumur 1,5 tahun.
Berdasarkan genogram diatas, keluarga Ibu Nepi merupakan keluarga extended, yaitu
sebuah keluarga yang terdiri atas 2 keluarga inti yang berbeda generasi dalam satu rumah.
Keluarga Ibu Nepi tinggal di sebuah rumah yang terletak di Jl Pedati no 37. Rumah
tersebut memiliki luas 250 meter, dengan bentuk tanah membentuk huruf L dengan panjang
13 m dan lebar 9 m. Rumah Ibu Nepi terletak di gang sempit dan terletak di pemukiman
padat penduduk. Ibu Nepi sudah tinggal di rumah ini sejak tahun 1980 dan rumah ini sudah
menjadi hak milik dari keluarga Ibu Nepi. Rumah Ibu Nepi memiliki halaman yang cukup
luas, sehingga keluarga Ibu Nepi memutuskan untuk mendirikan kontrakan di pekarangan
rumahnya. Bagian rumah Ibu Nepi terdiri atas teras, ruang tamu, ruang keluarga, tiga kamar
tidur, dapur dan satu kamar mandi. Bangunan rumah Ibu Nepi terdiri atas tembok yang
dilapisi cat, atap rumahnya adalah genteng. Teras rumah berukuran 3x 4 meter, dan sering
dijadikan tempat untuk berbincang dengan warga sekitar. Ruang tamu ibu Nepi berukuran
3x5meter , dengan kondisi pencahayaan yang kurang baik. Lantai rumahnya merupakan ubin,
dan jarang dibersihkan sehingga nampak kotor. Jendela pada ruang tamu jarang dibuka,
sehingga pencahayaan dalam rumah kurang dan membuat ruangan terasa lembab. Di pojok
ruangan terdapat benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi, sehingga debu-debunya tidak
pernah di bersihkan. Di ruang keluarga terdapat televisi dan ranjang. Ranjang tersebut
digunakan keluarga Ibu Nepi untuk duduk-duduk sembari menonton televisi, akan tetapi
ranjang tersebut juga sering ditiduri salah satu anggota keluarga. Ranjang tersebut membuat
kesan sumpek pada ruang keluarga Ibu Nepi. Ditambah lagi terdapat kulkas tepat di sebelah
televisi, sehingga kesan sumpek makin terasa. Kamar tidur di rumah Ibu Nepi berjumlah
empat. Tiga kamar berjajar di sebelah ruang tamu dan ruang keluarga, dan satu kamar terletak
di sebelah kanan. Ketiga kamar tersebut nampak berantakan, dengan tumpukan baju-baju di
kasurnya. Jendela kamar juga tidak pernah dibuka, sehingga ruangan terlihat gelap dan
lembab. Kamar yang terletak di bagian kanan rumah memiliki luas yang lebih besar karena
yang menempati kamar tersebut anak Ibu Nepi yang ketiga beserta anak istrinya. Di bagian
dapur, adalah tempat Ibu Nepi dan anak perempuannya memasak makanan sehari-hari untuk
keluarganya. Dapur Ibu Nepi merupakan ruangan yang paling luas, dengan lantai keramik
putih. Kompor dan alat-alat dapur ditata lumayan rapi, sehingga suasana dapur jauh berbeda
dengan suasana di ruang tamu atau keluarga. Di pojok ruang dapur terdapat kamar mandi.
Kamar mandi terlihat cukup bersih dan terawat, air di bak mandi juga bersih. Untuk
kebutuhan air sehari-hari didapatkan dari sumur yang terletak di dapur. Air di sumur tersebut
tidak pernah kering dan selalu bersih. Septic-tank terletak di daerah dapur juga, dan hanya
berjarak kurang dari 3 meter dari sumur, sehingga ditakutkan kotoran dari septic-tank akan
mencemari air sumur. Akan teteapi menurut pengakuan bapak Mulyono , hal tersebut belum
pernah terjadi.
Keluarga Ibu Nepi dapat berkumpul lengkap ketika sore hari setelah magrib, sebab di
siang hari anggota keluarga sibuk berkerja. Mereka biasanya menonton TV bersama di ruang
keluarga dan mengobrol. Pada siang hari hanya ada Bapak Mulyono, menantu Ibu Fahmi dan
cucu mereka. Kehadiran cucu di keluarga Ibu Nepi menjadikan keluarga ini lebih berwarna.
Anak pertama dan kedua, sering mengasuh sang cucu. Hubungan Bapak Mulyono dan Ibu
Nepi sebagai suami istri terbilang cukup harmonis, dan saling mendukung kesehatan satu sma
lain. Hubungan antar anggota keluarga juga terbilang baik, akan tetapi anak kedua Ibu Nepi
kurang terlalu peka terhadap orang tua mereka, dan terkesan dingin.
Untuk peran pengambil keputusan di keluarga ini, dilakukan oleh Bapak Mulyono, akan
tetapi semua pengambilan keputusan sudah dibiacarakan kepada seluruh anggota keluarga.
Untuk hal makanan, sang Ibu selalu memasak sendiri untuk keluarga yang terkadang
dibantu oleh menantunya. Untuk Ibu Nepi sendiri karena menderita penyakit Hipertensi,
maka sang Ibu sudah jarang mengkonsumsi daging dan garam. Buah duren dan lalapan pun
sudah tidak lagi dikonsumsi oleh sang Ibu. Menu makanan yang biasa Ibu hidangkan adalah
sayur-sayuran, tempe dan tahu. Sedangkan sang Bapak lebih menyukai makanan yang
terdapat kuahnya.
Dalam hal olahraga, Bapak dan Ibu memiliki kebiasaan olahraga jalan pagi disekitar
lingkungan rumah.
Bapak memiliki kebiasaan merokok. Biasanya Bapak merokok dengan 1 merk rokok
saja. Akan tetapi, Bapak saat ini sudah mengurangi kebiasaan tersebut. Bapak Mulyono juga
memiliki kebiasan buruk yaitu begadang. Hal ini dikarenakan karena pekerjaan Bapak
Mulyono, sebagai ketua RT yang mengurus semua keperluan warga.
Rumah keluarga Ibu Nepi merupakan tempat tinggal permanen. Mereka membeli rumah
tersebut pada tahun 1980. Lingkungan rumahnya cukup bersih Dari segi keamanan, disana
cukup aman meskipun tanpa penjagaan. Rumah Mulyono terletak di gang kecil dimana jalan
di depan nya tidak dapat dilalui mobil, akan tetapi motor masih dapat masuk.
Karena pekerjaan Bapak Mulyono sebagai ketua RT, maka beliau cukup akrab dengan
tetangga sekitar. Bapak Mulyono sudah menjabat sebagai ketua RT sejak tahun 2004 sampai
dengan sekarang karena beliau dipercaya oleh warga sekitar.
Ibu Nepi mengikuti kegiatan pengajian yang diselenggarakan oleh RT setempat.
Pengajian tersebut diadakan seminggu sekali yaitu setiap hari Sabtu pukul 14.00 siang. Selain
itu Ibu Nepi juga mengikuti acara arisan yang dibuat oleh Ibu-Ibu warga sekitar.
1. Bapak Mulyono menderita hipotensi yaitu tekanan darah rendah. Serta bapak juga
mengeluhkan pengelihatan di kedua matanya, dimana penglihatan Bapak sudah tidak
jelas terutama untuk melihat tulisan dengan huruf yang kecil. Bapak juga
mengeluhkan nyeri pada dengkul kaki kanan, nyeri tersebut timbul apabila Bapak
berdiri terlalu lama. Dan Bapak dalam terakhir ini telah merasakan gejala-gejala dari
penyakit diabetes, akan tetapi Sang Bapak belum memeriksakan diri dan mengukur
gula darahnya ke Puskesmas terdekat.
2. Ibu Nepi menderita penyakit hipertensi yang sudah diidapnya sejak lama, ditambah
terdapat faktor resiko keturunan hipertensi dari Ibunya. Penyebab lain penyakit
hipertensi Ibu Nepi kambuh adalah faktror stressor. Akan tetapi Ibu Nepi termasuk
pasien yang patuh obat dan selalu memeriksakan dirinya ke Puskesmas. Ibu nepi pun
juga mengkonsumsi tanaman herbal untuk mengendalikan penyakit hipertensi
tersebut, yaitu meminum air rebusan dari tanaman Ciplukan yang beliau tanam di
depan rumahnya. Selain itu Ibu Nepi juga terkadang mengeluhkan pusing dan mereda
jika meminum obat Panadol. Pengelihatan kedua mata Ibu Nepi pun sudah berkurang,
terutama jika melihat tulisan dengan huruf yang kecil. Ibu Nepi juga mengeluhkan
nyeri pada kedua kakinya.
3. Anak pertama mereka, Silvia. Memiliki riwayat Asma ketika kecil. Tetapi sudah
dilakukan terapi di dokter spesialis.
Atas dasar keluhan yang disampaikan oleh Bapak Mulyono dan Ibu Nepi pada
kunjungan pertama, maka kami pada kunjungan kedua melakukan pemeriksaan
lanjutan dan intervensi pada Bapak Mulyono dan Ibu Nepi.
Dari data diatas, didapatkan tekanan darah Bapak Mulyono 150/80 mmHg dimana
angka ini menunjukan bahwa Bapak Mulyono mengalami hipertensi. Hal ini berbeda
dengan keluhan yang Bapak Mulyono sampaikan pada kunjungan pertama.
Pada pemeriksaan gula darah yang dilakukan, Bapak Mulyono dan Ibu Nepi
menunjukan angka yang cukup tinggi. Tetapi hal ini disebabkan karena Bapak Mulyono
dan Ibu Nepi 1 jam sebelumnya telah habis mengkonsumsi makanan, sehingga kadar gula
darah nya meningkat. Dan kadar ini, menunjukkan bahwa Bapak Mulyono dan Ibu Nepi
menderita diabetes melitus.
Kadar kolestrol pada Bapak Mulyono didapatkan 5 mg/dL dan Ibu Nepi didapatkan
4,9 mg/dL hal ini dinyatakan tinggi.
Kelompok kami juga melakukan intervensi terhadap pola hidup dan pola makan pada
Bapak Mulyono dan Ibu Nepi. Intervensi yang kami lakukan berdasarkan atas keluhan
yang disampaikan Ibu Nepi dan Bapak Mulyono pada kunjungan sebelumnya. Intervensi
yang sampaikan yaitu tentang pengertian penyakit hipertensi dan diabetes melitus baik itu
berupa faktor resiko, gejala, komplikasi , cara pencegahan dan prognosis dari kedua
penyakit tersebut.
Kami juga memberikan himbauan pada Bapak Mulyono dan Ibu Nepi tentang
pemilihan makanan yang boleh untuk dikonsumsi dan yang dihindari dalam bentuk
pamflet.
Karena Bapak Mulyono dan Ibu Nepi, keduanya menderita hipertensi, maka kami
menyarankan agar mengurangi asupan garam sehari-hari dan kurangi stress. Untuk Bapak
Mulyono kami sarankan untuk mengurangi konsumsi kopi, rokok, dan lebih banyak
istirahat.
Bapak Mulyono dan Ibu Nepi juga memiliki kadar gula darah yang tinggi, maka dari itu
kami menyarankan agar mengatur asupan makanan , menhindari makanan yang manis ,
dan lebih banyak berolahraga.
9. Hasil Intervensi
Pada kunjungan ketiga kami melakukan pemeriksaan ulang pada Bapak Mulyono dan
Ibu Nepi , untuk mengetahui apakah ada perbaikan atau tidak. Hasil yang kami
dapatkan sebagai berikut :
Pada pemeriksaan gula darah , didapatkan hasil Bapak Mulyon 148 mg/dL dan Ibu
Nepi 163 mg/dL. Angka gula darah ini cenderung turun dibandingkan kunjungan
sebelumnya dan dapat dikatakan angka gula darah Ibu Nepi dan Bapak Mulyono normal.
Akan tetapi kami menyarankan agar pola makan dan pola hidup yang sebelumnya kami
sampaikan tetap dijalankan , agar kadar gula darah Ibu Nepi dan Bapak Mulyono tetap
terjaga.
Pada pemeriksaan kolestrol Bapak Mulyono dan Ibu Nepi didapatkan angka yang sama ,
yaitu 4,7. Dimana angka ini mengalami penurunan dibandingkan dengan angka
sebelumnya.
BAB IV
Kesimpulan
Keluarga Bapak Mulyono , memiliki kesadaran yang cukup baik akan masalah kesehatan
yang mereka hadapi. Sehingga pada saat kami melakukan intervensi , mereka cukup antusias
dan menerapkan saran yang kami berikan. Hal ini ditunjukan dengan penurunan angka gula
darah dan kolestrol darah pada Bapak Mulyono dan Ibu Nepi. Akan tetapi pada tekanan darah
Bapak Mulyono menunjukan peningkatan, beliau mengatakan bahwa hal tersebut
dikarenakan kurang nya istirahat dan faktor stress. Pada Ibu Nepi angka tekanan darah tidak
menunjukan peningkatan atau pun penurunan, hal ini dikarenakan Ibu Nepi rutin
mengkonsumsi obat anti hipertensi. Secara keseluruhan intervensi yang kami lakukan cukup
diterima dan diterapkan oleh keluarga Bapak Mulyono.
Daftar pustaka :
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122785-S09044fk-Hubungan%20profil-
Pendahuluan.pdf
http://nadya-mynewworld.blogspot.co.id/2011/07/sistem-kedokteran-keluarga.html
http://fk.uns.ac.id/static/resensibuku/BUKU_KEDOKTERAN_KELUARGA_.pdf
https://bidankomunitas.files.wordpress.com/2012/02/konsep-dasar-keluarga_2.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-
RAHAYU_GININTASASI/MAKALAH_KELUARGA.pdf