Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga merupakan suatu unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling bergantungan. Keluarga
memiliki pengaruh yang penting tehadap pembentukan identitas individu,
status kesehatan dan perasaan harga diri individu. Sistem pendukung yang
vital bagi individu adalah keluarga, dimana keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga dengan menjalankan fungsi
biologi, fungsi pendidikan, fungsi psikis, fungsi sosiokultural, serta fungsi
kesehatan. Aktivitas-aktivitas keluarga dalam menjalankan fungsi kesehatan
dan kesimbangan antara anggota keluarga tidak terlepas dari lima tugas dalam
perawatan kesehatan keluarga yaitu mampu mengenal masalah kesehatannya,
mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi kesehatannya,
mampu melakukan tindakan keperawatan untuk anggota keluarga yang
memerlukan bantuan keperawatan, mampu memodifikasi lingkungan sehingga
menunjang upaya peningkatan kesehatan, mampu memanfaatkan sarana
pelayanan kesehatan yang ada.
Keluarga menjadi point penting dalam upaya mencapai kesehatan
masyarakat secara optimal karena memiliki keterkaitan dengan masalah
kesehatan, memiliki fungsi utama dalam masyarakat dan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat. Peran keluarga sebagai kelompok dapat
melakukan aktivitas pencegahan, memelihara, menimbulkan, memperbaiki
ataupun mengabaikan masalah kesehatan yang ada di dalam kelompok
/keluarga. Keluarga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara
kesehatan anggota keluarganya, yang berarti keluarga 2 menjadi faktor
penentu sehat-sakitnya anggota keluarga, yang akan berdampak pada
munculnya berbagai masalah kesehatan anggota keluarga. Keluarga menjadi

1
unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam meningkatkan derajat
kesehatan komunitas. Apabila setiap keluarga sehat, akan tercipta komunitas
yang sehat pula.
Masalah kesehatan yang dialami oleh salah anggota keluarga dapat
mempengaruhi anggota keluarga yang lain, mempengaruhi sistem keluarga,
komunitas setempat bahkan komunitas global. Dengan demikian kesehatan
dan kemandirian keluarga merupakan kunci utama pembangunan kesehatan
masyarakat (Ekasari 2008). Kementrian kesehatan melalui visinya “
Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan. Masyarakat mandiri dalam
lingkup kecil dapat di artikan adalah keluarga. Tujuan yang sejalan dengan
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur melalui Renstranya tahun 2009-2014
yakni ”Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan ibu, bayi, anak,
remaja dan lanjut usia serta kesehatan reproduksi. Tergetan minimalnya
sebesar 30% Kabupaten/Kota, melaksanakan pelayanan kesehatan pralansia
dan lansia sesuai target provinsi dan 50% puskesmas di daerah tertinggal dan
terpencil melakukan pembinaan keluarga rawan. Bentuk pembinaannya adalah
melakukan kunjungan dan kontak langsung kesasaran kegiatan.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Friedman 2014 di Amerika
Serikat, mengenai efek kunjungan rumah dan intervensi perawat di banding
dengan aktivitas biasa, pada pemenuhan Activity Dayli Life dengan jumlah
499 pada lansia, bahwa terdapat penurunan ketergantungan dalam pemenuhan
ADL setelah dilakukan kunjungan rumah dan intervensi perawat pada lansia.
Lanjut usia adalah tahap akhir dari tahap perkembangan keluarga, pada
tahapan ini lansia sudah mengalami kemunduran fungsi fisiologis organ
tubuhnya. Nurkasiani (2008) mengatakan 3 semakin lanjut usia seseorang
maka kemampuan fisik, ekonomi, dan kesibukan sosialnya akan berkurang.
Pengaruh proses menua akan mengancam kemandirian dan kualitas hidup,
karenanya peran keluarga dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan lansia.
Unit fungsional terkecil dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga
adalah keluarga, dimana pertisipasi anggota keluarga dalam pemberian asuhan
keperawatan keluarga sangat mempengaruhi hasil dari asuhan keperawatan

2
keluarga lansia tersebut ( Badriah 2013 ). Selain keluarga, perawat juga
memiliki peran penting yakni sebagai pendidik, koordinator/penghubung,
advokat/pelindung, pemberi pelayanan langsung, konselor, dan modifikator
lingkungan. Pemberian pelayanan keperawatan keluarga beriringan dengan
tiga tingkat pencegahan. Tingkat pertama (promotion dan primary prevention),
pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) , maupun pencegahan
tingkat ketiga (tertiary prevention). Setiap pencegahan melibatkan keluarga
sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari setiap
pelayanan keperawatan yang diberikan pada keluarga (Depkes RI, 2006)
Proses pelibatan keluarga sebagai bentuk tranformasi ilmu dari perawat ke
keluarga, dengan keadaan keluarga yang memiliki latar belakang masalah
yang berbeda. Perbedaan tersebut akan menentukan tingkat pencegahan yang
digunakan mulai dari promosi kesehatan, dimana hal ini ditujukan kepada
keluarga yang sehat, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan keluarga.
Keluarga lebih berperan aktif dalam menjaga dan meningkatkan
kesehatan anggota keluarganya. Pecegahanan kuratif, yang mana ditujukan
kepada keluarga yang mengalami sakit, sehinga intervensi yang diberikan
terfokuskan untuk menyembuhkan peyakit yang dialami oleh keluarga
tersebut. Selanjutnya adalah pencegahan tersier yang ditujukan kepada 4
keluarga yang mengalami sakit, adapun intervensi yang diberikan terfokuskan
agar tidak terjadi komplikasi dari penyakit tersebut. Hasil studi pendahuluan
yang di lakukan di Puskesmas Kendal Kerep didapatkan angka kunjungan ke
Keluarga Puskesmas Kendal Kerep 2012 dengan jumlah keluarga yang
mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak (413), jumlah anggota keluarga
yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak (254 ), jumlah anggota
keluarga yang dibina secara intensif sebanyak (83) ,jumlah penanganan kasus
tindak lanjut penyakit menular (298), jumlah perawatan penanganan resiko
tinggi sebanyak (230).
Selain itu di Puskesmas Kendal Kerep didapatkan angka Sepuluh
penyakit terbanyak dari kunjungan lansia Puskesmas pada tahun 2012 dengan
penyakit : Hipertensi (5.899), penyakit sistem otot dan jaringan (5.432),

3
infeksi akut pada saluran pernapasan atas (3.217), Diabetes Militus (2.859),
gastritis (1.806), gangguan nefrotik (1.713), penyakit pada saluran pernapasan
(1.496), penyakit gusi dan jari (1.160), penyakit kulit alergi (1.150), penyakit
jantung iskemik (598). Puskemas Kendal Kerep memiliki Angka Harapan
Hidup pada tahun 2012 sebanyak 69,93 (dengan persentase populasi lansia
adalah 7,57%) dan pada tahun 2013 menjadi 70,03 (dengan persentase
populasi lansia adalah 7,59%). Tingginya angka kesakitan lansia dan angka
harapan harapan hidup lansia, akan meningkatkan ketergantungan dalam
pemenuhan kebutuhan lansia. Oleh karena itu, peran keluarga dan juga
perawat komunitas menjadi sangat penting dalam meningkatkan derajat
kesehatan lansia.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perspektif Keperawatan
Perspektif dapat diartikan sebagai cara pandang seseorang terhadap
sesuatu. Jadi perspekif merupakan penilaian seseorang mengenai suatu
fenomena yang terjadi.Keperawatan adalah:upaya pemberian
pelayanan/asuhan yang bersifat humanistic dan professional, holistic
berdasarkan ilmu dan kiat, standart pelayanan dengan berpegang teguh kepada
kode etik yang melandasi perawat professional secara mandiri atau
melalui upaya kolaborasi.

B. Tujuan Keperawatan
1. Memberi bantuan kepada klien (seperti memberikan informasi dan
pencapaian haknya sebagai klien)
2. Memenuhi dasar kebutuhan klien (makanan, minuman dan obat-obatan)
3. Memberi kesempatan kepada perawat untuk mengembangkan ilmunya
(walaupun sudah jadi perawat tetap menggali ilmu pengetahuan agar tidak
ketinggalan zaman)
4. Memelihara hubungan kerja antar parawat (keperawatan membantu
perawat untuk hidup seperti keluarga, tanpa adanya iri diantara perawat,
perawat dengan perawat bisa saja saling bertukar pikiran dan saling
memberi masukan sehingga terciptalah keperawatan yang seperti
diharapkan).
C. Konsep Dasar Keluarga
Keluarga merupakan kumpulan individu yang mempunyai ikatan
perkawinan, keturunan/ hubungan darah atau adopsi, yang tinggal dalam satu
rumah, mengadakan interaksi dan komunikasi melalui peran sosial yang di
jalankan (Andi Kurniawan, 2016).

5
Keluarga adalah sebagai suatu sistem sosial yang terdiri dari dua orang
atau lebih yang di hubungkan karena hubungan darah, hubungan perkawinan,
hubungan adopsi dan tinggal bersama untuk menciptakan satu budaya tertentu
(Andi Kurniawan, 2016) .
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena pertalian darah, ikatan perkawinan atau adopsi (Andi
Kurniawan, 2016).

D. Peran Keluarga
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut Nasrul
Effendy 1998, hal 34 adalah sebagai berikut :
1. Peran ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak – anak, berperan
sebagai pencari nafkah,pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman.

6
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2. Peran ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya. Ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik
anak – anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
3. Peran anak : Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

E. Tugas dan Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tugas Keluarga
Menurut (Andi Kurniawan, 2016), keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan
yang perlu dipahami dan dilakukan antara lain:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena
tanpa kesehatan segala sesuatu akan tidak berarti dan karena kesehatanlah kadang
seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga akan habis.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang
tepat sesuai dengan keadan keluarga, dengan mempertimbangkan siapa diantara
keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan
keluarga.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi
keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga itu sendiri.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitar keluarga.
2. Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut (Andi Kurniawan, 2016), Keluarga sebagaimana individu berubah dan
berkembang setiap saat. Masing-masing tahap perkembangan mempunyai tantangan,

7
kebutuhan, sumber daya tersendiri, dan meliputi tugas yang harus dipenuhi sebelum
keluarga mencapai tahap yang selanjutnya.

Tahap perkembangan keluarga adalah sebagai berikut:

a. Tahap pembentukan keluarga


Dimulai dari pernikahan yang dilanjutkan dengan membentuk rumah tangga.
b. Tahap menjelang kelahiran anak
Tugas utama untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus,
melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-
saat yang sangat dinantikan
c. Tahap menghadapi bayi
Keluarga mengasuh, mendidik dan memberikan kasih sayang kepada anak,
karena pada tahap ini kehidupan bayi sangat tergantung pada kedua
orangtuanya.
d. Tahap menghadapi anak prasekolah
Pada tahap ini anak mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul
dengan teman sebayanya, tetapi sangat rawan dengan masalah kesehatan. Anak
sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai
menanamkan norma-norma kehidupan, norma-norma agama, norma-norma
sosial budaya.
e. Tahap menghadapi anak sekolah
Tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk
mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar secara teratur,
mengontrol tugas-tugas sekolah anak, dan meningkatkan pengetahuan umum
anak.
f. Tahap menghadapi anak remaja
Tahap ini paling rawan, karena pada tahap ini anak akan mencari identitas diri
dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua
orangtua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling pengertian antara kedua
orang tua dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan.

g. Tahap melepas anak ke masyarakat

8
Melepas anak ke masyarakat dalam memulai kehidupannya yang sesungguhnya,
dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga
h. Tahap berdua kembali
Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri,
tinggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi,
dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan
stress.
i. Tahap masa tua
Tahap ini masuk ke tahap lansia, dan kedua orang tua mempersiapkan diri untuk
meninggalkan dunia fana ini.

F. Keluarga Sejahtera
1. Pengertian Sejahtera
Ada beberapa pendapat tentang pengertian kesejahteraan, antara lain :
“Kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, aman, selamat, dan tentram”
(Andi Kurniawan, 2016).
“Keluarga Sejahtera adalah Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan Yang /maha Esa, memiliki hubungan yang selaras, serasi, dan
seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan” (Andi
Kurniawan, 2016).
Kesejahteraan keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran saja, melainkan
juga harus secara keseluruhan sesuai dengan ketentraman yang berarti dengan
kemampuan itulah dapat menuju keselamatan dan ketentraman hidup.

2. Tahap-tahapan kesejahteraan
a) Keluarga pra sejahtera
Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic need)
secara minimal, seperti kebutuhan akan spiritual, pangan, sandang, papan,
kesehatan dan KB.
- Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota
keluarga.

9
- Pada umunya seluruh anggota keluarga, makan dua kali atau lebih dalam
sehari.
- Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian berbeda di rumah, bekerja,
sekolah atau berpergian,
- Bagian yang terluas dari lantai bukan dari tanah
- Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke
sasaran kesehatan.

b) Keluarga Sejahtera I
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal
tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya seperti kebutuhan
akan pendidikan, KB, interaksi lingkungan tempat tinggal dan trasportasi. Pada
keluarga sejahtera I kebutuhan dasar (a s/d e) telah terpenuhi namun kebutuhan
sosial psikologi belum terpenuhi yaitu:
- Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.
- Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyadiakan daging, ikan atau
telur.
- Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang 1 stel pakaian baru
pertahun
- Luas lantai rumah paling kurang 8 meter persegi untuk tiap pengguna rumah
- Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam kedaan sehat
- Paling kurang satu anggota 15 tahun keatas, penghasilan tetap.
- Seluruh anggota kelurga yang berumur 10-16 tahun bisa baca tulis huruf
latin.
- Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini
- Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga pasang yang usia subur memakai
kontrasepsi (kecuali sedang hamil)
c) Keluarga Sejahtera II
Yaitu keluarga disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasasrnya, juga
telah dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya seperti kebutuhan untuk
menabung dan memperoleh informasi.
Pada keluarga sejahtera II kebutuhan fisik dan sosial psikologis telah terpenuhi
(a s/d n telah terpenuhi) namun kebutuhan pengembangan belum yaitu:

10
- Mempunyai upaya untuk meningkatkan agama.
- Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga.
- Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan ini
dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.
- Ikut serta dalam kegiatan masyarakat dilingkungan keluarga.
- Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang 1 kali perbulan.
- Dapat memperoleh berita dan surat kabar, radio, televisi atau majalah.
- Anggota keluarga mampu menggunakan sarana trasportasi sesuai kondisi
daerah.
d) Keluarga Sejahtera III
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan
sosial psikologis dan perkembangan keluarganya, tetapi belum dapat
memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat seperti sumbangan materi
dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
Pada keluarga sejahtera III kebutuhan fisik, sosial psikologis dan pengembangan
telah terpenuhi (a s/d u) telah terpenuhi) namun kepedulian belum yaitu:
- Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan
sumbangan bagi kegiatan sosial/masyarakat dalam bentuk material.
- Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan
atau yayasan atau instansi masyarakat (Andi Kurniawan, 2016).
- Kesejahteraan pada hakekatnya dapat terpenuhinya kebutuhan (pangan,
sandang, dan papan) yang harus dipenuhi dengan kekayaan atau pendapatan
yang dimiliki barulah dikatakan makmur dan sejahtera
G. Dukungan Sosial Keluarga
1. Pengertian
Menurut Cohen & Syme (1996) (Andi Kurniawan, 2016), dukungan social
adalah suatu keadaan bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain
yang dapat dipercaya sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang
memperhatikan, menghargai dan mencintainya.
Sedangkan menurut Friedman (1998) (Andi Kurniawan, 2016), dukungan
social keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan
lingkungan social.

11
Dalam semua tahapan, dukungan keluarga menjadikan keluarga mampu
berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal sehingga akan meningkatkan
kesehatan dan adsptasi mereka dalam kehidupan.
a) Jenis dukungan keluarga
Jenis dukungan keluarga ada empat menurut Friedman (1998) (Andi
Kurniawan, 2016), yakni:
1) Dukungan instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan
praktis dab konkrit.
2) Dukungan informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah
kolektor dan diseminator (penyebar informasi).
3) Dukungan Penilaian (Appraisal), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah
umpan-balik, membimbing dan mencegah pemecahan masalah dan
sebagai ssumber dan validator identitas keluarga.
4) Dukungan Emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman
dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan
terhadap emosi.

b) Dukungan sosial keluarga


Menurut House (Smet, 1994) (Andi Kurniawan, 2016), setiap bentuk
dukungan sosial keluarga mempunyai ciri-ciri antara lain:
1) Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan
oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi,
meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya
yang dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain
yang mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama.
2) Perhatian Emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari
orang lain. Dukungan itu berupa dukungan simpatik dan empati, cinta,
kepercayaan, dan penghargaan. Dengan demikian, seseorang yang
menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri,
tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala
keluhannya, bersimpimpati dan empati terhadap persoalan yang
dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapi.

12
3) Bantuan Instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah
seseorang dalam melakukan aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-
persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan
yang dihadapinya. Misalnya, dengan menyediakan perlatan lengkap dan
memadai bagi penderita, menyediakan obat-obat yang dibutuhkan dan
lain-lain.
4) Bantuan Penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan
seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari
penderita. Penilian ini bisa positif dan negatif yang mana pengaruhya
sangat berarti bagi seseorang. Berkaitan dengan dukungan sosial keluarga,
maka penilaian yang sangat membantu adalah penilaian yang positif.

13
H. Peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan kesehatan
keluarga
Ada banyak peran perawat dalam membantu keluarga dalam
menyelesaikan masalah atau melakukan perawatan kesehatan keluarga,
diantaranya sebagai berikut:
a. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga dengan tujuan sebagi berikut :
1) keluarga dapt
melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri,
dan
2) bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan
keluarga. Dengan diberikan pendidikan kesehapatan /
penyuluhan diharapkan keluarga mampu mengatasi dan
bertanggung jawab terhadap masalah kesehtan.
b. Koordinator
Koordinator diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar
pelayanan yang komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga
sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi
dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih
dan pengulangan.
c. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga yang baik di
rumah, klinik maupun rumah sakit bertanggung jawab dalam
memberikan perawatan langsung. kepada keluarga melalui anggota keluarga
yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan
keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dan melakukan
asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit.
d. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan home visit atau
kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi
atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.

14
Perawat tidak hanya melakukan kunjungan tetapi diharapkan
ada tindak lanjut dari kunjungan ini.
e. Konsultan
Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat pada
perawat maka hubungan perawat dan keluarga harus dibina
dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat
dipercaya. Maka dengan demikian, harus ada Bina Hubungan
Saling Percaya (BHSP) antara perawat dan keluarga.
f. Kolaborsi
Sebagai perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan
pelayan rumah sakit, puskesmas, dan anggota tim kesehatan
yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang
optimal. Kolaborasi tidak hanya dialukakan sebagai perawat di rumah sakit
tetapi juga dikeluarga dan komunitaspun dapat dilakukan.
g. Fasilitator
Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga dalam
menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.
Kendala yang sering dialami keluarga adalah keraguan didalam
menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi, dan sosial budaya.
Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat
komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan, misalnya sistem
rujukan dan dana sehat.
h. Penemu
kasus Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah
mengidentifikasi kesehtan secara dini (case finding), sehingga
tidak terjadi ledakan atau Kejadian Luar Biasa (KLB).
i. Modifikasi
lingkungan Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan,
baik lingkungan rumah, linkungan masyarakat, dan lingkungan
sekitarnya agar dapa tercipta lingkungan yang sehat.

15

Anda mungkin juga menyukai