Anda di halaman 1dari 77

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TAHAP 3 DENGAN SALAH


SATU KELUARGA MENGALAMI HIPERTENSI
DI DUSUN BATU BOLONG GRIYE BATU LAYAR UTARA
KABUPATEN LOMBOK BARAT

OLEH

SRI FITRIANA
099STYJ21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM NERS
MATARAM
2022

2
BAB I
TINJAUAN TEORI

1.1 Konsep keluarga


a. Pengertian keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga
didefinsikan dengan istilah kekerabatan dimana invidu bersatu dalam
suatu ikatan perkawinan dengan menjadi orang tua. Dalam arti luas
anggota keluarga merupakan mereka yang memiliki hubungan
personal dan timbal balik dalam menjalankan kewajiban dan
memberi dukungan yang disebabkan oleh kelahiran,adopsi,maupun
perkawinan (Stuart,2014).
Menurut Duval keluarga merupakan sekumpulan orang yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang
bertujuan menciptakan dan mempertahankan upaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik mental, emosional dan social dari
tiap anggotakeluarga (Harnilawati,2013).
b. Struktur Keluarga
Struktur keluarga oleh Friedman dalam (Harmoko, 2012) sebagai
berikut:
1. Strukturkomunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila
dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik
selesai, dan ada hierarki kekuatan. Komunikasi keluarga bagi
pengirim yakin mengemukakan pesan secara jelas dan
berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik. Penerima
pesan mendengarkan pesn, memberikan umpan balik, dan valid.
2. Strukturperan
Serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial
yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal
atau informal. Posisi/ status adalah posisi individu dalam
masyarakat misal status sebagai istri/ suami.

3
3. Strukturkekuatan
Kemampuan dari individu untuk mengontrol, memengaruhi,
atau mengubah perilaku orang lain. Hak (legitimate power),
ditiru (referent power), keahlian (exper power), hadiah (reward
power_, paksa (coercive power), dan effektif power.
4. Strukur nilai dannorma

a) Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau


tidak dapat mempersatukan annggotakeluarga.
b) Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat
berdasarkan sistem nilai dalamkeluarga.
c) Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari,
dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalah.
c. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman fungsi keluarga terbagi atas :
1. FungsiAfektif
Fungsi ini merupakan presepsi keluarga terkait dengan
pemenuhan kebutuhan psikososial sehingga mempersiapkan
anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
2. FungsiSosialisasi
Sosialisasi merupakan proses perkembangan individu sebagai
hasil dari adanya interaksi social dan pembelajaran
peransosial..Fungsi ini melatih agar dapat beradaptasi dengan
kehidupansosial.
3. FungsiReproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menjaga
kelangsungan keluarga.
4. FungsiEkonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan secara ekonomi
dan mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan
penghasilan.

4
5. FungsiKesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat
tinggal,perawatan kesehatan. (Harnilawati,2013)
d. Tugas Perkembangan Keluarga
1. Mengenal masalah kesehatankeluarga.
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh
diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan
berarti dankarena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber
daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal
keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami
anggota keluarganya sekecil apapun perubahan tersebut.
2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagikeluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk
mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,
dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan
atau dirumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan
melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga
Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
memelihara atau memodifikasi lingkungan rumah sehat (dari
segi fisik, psikis, sosial ekonomi) hal yang perlu dikaji sejauh
mana mengetahui sumber-sumber yang dimiliki keluarga, sejauh
mana keluarga memperoleh keuntungan atau manfaat
pemeliharaan lingkungan, sejauh mana keluarga mengetahui
pentingnya dan sanitasi, sejauh mana keluarga mngenal upaya
pencegahan penyakit, sejauh mana sikap atau pandangan

5
keluarga hygiene dan sanitasi, dan sejauh mana kekompakan
antara anggota keluarga.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi
keluarga
Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat, hal
yang perlu dikaji : sejauh mana keluarga memahami keuntungan-
keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan, sejauh
mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas
kesehatan, apakah keluarga mempunyai pengalaman yang baik
terhadap petugas kesehatan dan apakah fasilitas kesehatan yang
ada terjangkau oleh keluarga (Friedman, 2010).
e. Implikasi Keperawatan Keluarga
1. Sebagai pendidik, perawat bertanggung jawab memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga, terutama untuk
memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
memiliki masalah kesehatan.
2. Sebagai coordinator pelaksana pelayanan keperawatan, perawat
bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif. Pelayana keperawatan yang bersinambungan
diberikan untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan
unit pelyananan kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit)
3. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan, pelayanan perawatan
dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan
anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan.
Dengan demikian anggota keluarga yang sakit dapat dapat
menjadi “entry point” bagi perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan keluarga secara komprehensif.
4. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan, perawat melakukan
supervise ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui
kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko

6
tinggi maupun yang tidak. Kunjungan rumah tersebut dapat
direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak.
5. Sebagai pembela (advokat), perawat berperan sebagai advokat
keluarga untuk melindungi hak-hak keluarga sebagai
klien.perawat diharapakan mampu mengetahui harapan serta
memodifikasi system pada perawatan yang diberikan untuk
memenuhi hak dan kebutuhan keluarga..
6. Sebagai fasilitator, perawat dapat menjadi tempat bertanya
individu, keluarga, dan masyarakat untuk memecahkan masalah
kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta
dapat memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah.
7. Sebagai peneliti, perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat
memahami masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh
anggota keluarga.
1.2 Konsep Dasar Penyakit Hipertensi
a. Definisi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikit 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung,
tetapi juga beresiko menderita penyakit lain seperti penyakit saraf,
ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, maka
makin besar resikonya (Amin Huda Nuraif & Hardi Kusuma, 2015).
b. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan
menjadi dua golongan besar yaitu: (Amin Huda Nuraif & Hardi
Kusuma, 2015)
1. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu: genetik,
lingkungan, hiperaktifitas, saraf simpatis sistem renin.
Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor

7
yang meningkatkan resiko: obesitas, merokok, alkohol dan
polistemia.
2. Hipertensi sekunder
Penyebab yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
sindrom cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan.
Hipertensi berdasarkan usia lanjut dibedakan atas:
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari
140 mmHg dan/ atau tekanan diastoliknya sama atau lebih besar
dari 90 mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar
dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90
mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan-perubahan pada:
1. Elastisitas dinting aurta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunya konteraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan
yaitu:(Amin Huda Nuraif & Hardi Kusuma, 2015)
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1 Optimal <120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High Normal 130-139 85-89
4 Hipertensi
5 Grade I (ringan) 140-159 90-99
6 Grade II (sedang) 160-179 100-109

8
7 Grade III (berat) 180-209 100-119
8 Grade IV (sangat >210 >120
berat)

9
c. Patway

Faktor predisposisi usia, jenis kelamin,


merokok, stress, kurang olahraga, genetik,
alkohol, konsentrasi, garam dan obesitas

Kerusakan vaskuler Hipertensi


pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan
pembuluh darah

Vasokonstriksi

Gangguan
sirkulasi
Mk: Resiko
Suplai O2 ke ketidakefektifan
Otak otak menurun perfusi jaringan
ke otak
Ginjal Retina Pembuluh darah

Vasokontriksi Spasme
pembuluh darah arteriol
Koroner Sitemik
Mk: Resiko
Blood flow
Cedera Iskemia Vasokonsttiksi
darah menurun
miokard

Respon RAA MK: Afterload


Mk: Nyeri penurunan meningkat
akut curah jantung
Merangsang
aldosteron Fatigue

Retensi Na Edema Mk. Kelebihan Volume Mk: Intoleransi


Caran Aktivitas

(Amin Huda Nuraif & Hardi Kusuma, 2015).

10
d. Patofisiologi
Manurut Amin Huda kusuma (2015), hipertensi dapat
disebabkan menjadi dua golongan yaitu hipertensi primer (esensial)
dan hupertensi sekunder. Pada hipertensi primer faktor yang
mempengaruhinya yaitu genetik, lingkungan, hiperaktivitas saraf
simpatis dan sistem renin, dsn faktor yang meningkatkan resiko
hipertensi primer ini seperti: obesistas, merokok dan alkohol.
Sedangkan hipertensi sekunder penyebabnya yaitu: penggunaan
estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan.
Menurut Nuraif, Amin Huda & Hardi Kusuma (2015) Faktor
predisposisi (utama) terjadinya hipertensi yakni usia, jenis kelamin,
merokok, stres, kurang olahraga, genetik, alkohol konsentrasi garam,
dan obesitas.
Hipertensi dapat terjadi karena ada kerusakan vaskuler
(peredaran pembuluh darah) sehingga terjadi perubahan struktur dari
peredaran pembuluh darah, dan penyumbatan pembuluh darah
terjadi karena terjadinya vasokonstriksi (kontraksi dinding otot)
hingga menyumbat pembuluh darah sehingga gangguan sirkulasi di
otak, ginjal, retina, dan pembuluh darah terganggu.
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak.
Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut
kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak ke
bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

11
vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Medulla adrenal mengsekresi epinefrin yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol
dan dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian di ubah menajdi II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor
tersebut cenderung pencetus keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh
darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang di pompa oleh jantung
(volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2005).
1. Hipertensi dapat terjadi karena ada kerusakan kerusakan vaskuler
(peredaran pembuluh darah) sehingga terjadi perubahan struktur
dari peredaran pembuluh darah, dan penyumbatan pembuluh
darah terjadi karena terjadinya vasokonstriksi (kontraksi dinding
otot) hingga menyumbat pembuluh darah sehingga gangguan

12
sirkulasi di otak terjadi dan membuat suplai O2 ke otak menurun
sehingga muncul Masalah keperawatan “Resiko Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan ke Otak”
2. Hipertensi dapat terjadi karena ada kerusakan kerusakan vaskuler
(peredaran pembuluh darah) sehingga terjadi perubahan struktur
dari peredaran pembuluh darah, dan penyumbatan pembuluh
darah terjadi karena terjadinya vasokonstriksi (kontraksi dinding
otot) hingga menyumbat pembuluh darah sehingga gangguan
sirkulasi di ginjal terjadi karena vasokonstriksi pembuluh darah
(kontrasi dinding otot hingga menyumbat pembuluh darah)
sehingga terjadi blood flow (aliran darah menurun) sehingga
terjadi respon RRA (Renin-Angiotensin-Aldosteron) dan yang
merangsang adalah Aldosteron dan menyebabkan retensi natrium
darah dan menyebabkan edema sehingga muncul masalah
keperawatan “Kelebihan Volume Cairan”
3. Hipertensi dapat terjadi karena ada kerusakan kerusakan vaskuler
(peredaran pembuluh darah) sehingga terjadi perubahan struktur
dari peredaran pembuluh darah, dan penyumbatan pembuluh
darah terjadi karena terjadinya vasokonstriksi (kontraksi dinding
otot) hingga menyumbat pembuluh darah sehingga gangguan
sirkulasi di retina. Kelainan pada pembuluh darah ini
menyebabkan kelinan pada retina yaitu retinopati hipertensi
dengan arteri yang besarnya tidak teratur, episudat pada retina,
udema retina dan perdarahan retina. Spasme (penyempitan)
pembuluh darah dapat berupa: pembuluh darah (terutama arteri
retina) yang berwarna lebih pucat, kapiler pembuluh yang
menjadi lebih kecil atau irreguler (karena spasme lokal), dan
percabangan arteriol yang tajam sehingga muncul masalah
keperawatan “Resiko Cedera”
4. Hipertensi dapat terjadi karena ada kerusakan kerusakan vaskuler
(peredaran pembuluh darah) sehingga terjadi perubahan struktur
dari peredaran pembuluh darah, dan penyumbatan pembuluh

13
darah terjadi karena terjadinya vasokonstriksi (kontraksi dinding
otot) hingga menyumbat pembuluh darah sehingga gangguan
sirkulasi pada pembuluh darah yang mengalirkan O2 mengalami
penurunan dan terjadilah PJK (Penyakit jantung Koroner)
dimana kondisi pembuluh darah jantung tersumbat oleh lemak
dan menyebabkan terjadinya iskemia miokard (kondisi yang
terjadi ketika aliran darah berhenti pada sebagian jantung,
menyebabkan kerusakan pada otot jantung, jika salah satu arteri
ini tersumbat secara tiba-tiba sebagian jantung menjadi
kekurangan oksigen sehingga muncul masalah keperawatan
“Nyeri akut”.
5. Gangguan peredaran darah sitemik terjadi karena gangguan
sirkulasi sehingga menyebabkan terganggunya peredarahan
darah sistemik (peredaran darah besar) ini mengalami kontraksi
dinding otot hingga menyumbat pembuluh darah sehingga aliran
darah keseluruh tubuh terganggu, sedangkan Afterload
meningkat (tekanan dimana jantung harus bekerja untuk
mengeluarkan darah selama sistol, dengan kata lain beban akhir
dari jantung untuk di edarkan ke seluruh tubuh) dan tentu orang
yang mengalami gangguan ini akan cepat merasa lelah (Fatigue)
sehingga muncul masalah keperawatan “Intoleransi Aktivitas”
e. Menifestasi klinis
Menurut Amin Huda Nuraif & Hardi Kusuma, 2015 Tanda
dan gejala pada hipertensi dapat dibedakan menjadi:
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang sepsifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan
arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi
arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
teratur.

14
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala, kaku kuduk dan kelelahan.
Dalam kenyataan ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:
meengeluh sakit kepala, pusing, lemas kelelahan, sesak nafas,
gelisah, mual, muntah, epistaksis dan kesadaran menurun.
f. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan modifikasi
gaya hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah
tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dalam mengobati tekanan darah tinggi (Ridwanamiruddin,
2007). Penatalaksanaan hipertensi dengan nonfarmakologis
terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk
menurunkan tekanan darah yaitu:
a) Mempertahankan berat badan ideal
Mempertahankan berat badan ideal sesuai body mass
index (BMI) dengan rentang 18,5-24,9 kg/m2 (Kaplan,
2006). BMI dapat diketahui dengan membagi berat badan
anda yang telah di kuadratkan dalam satuan diet rendah
kolesterol namun kaya dengan serat dan protein
(pfizerpeduli.com), dan jika berhasil menurunkan berat
badan 2,5-5 kg maka tekanan darah diastolik dapat
diturunkan sebanyak 5 mmHg (Radmarssy, 2007).
b) Kurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan
cara diet rendah garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari
(kira-kira 6 gr NaCL atau 2,4 gr garam/hari)b(Kaplan, 2006).
Jumlah yang lain dengan mengurangi asupan garam sampai
kurang dari 2300 mg (1 sendok teh) setiap hari. Pengaturan

15
konsumsi garam menjadi ½ sendok teh/hari, dapat
menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan
diastolik sekitar 2,5 mmHg (Radmarssy, 2007).
c) Batasi konsumsi alkohol
Radmarssy (2007) mengatakan bahwa mengkonsumsi
alkohol harus dibatasi karena konsumsi alkohol berlebihan
dapat meningkatkan tekanan darah. Para peminum berat
mempunyai resikomengalami hipertensi empat kali lebih
besar dari pada mereka yang tidak minum minuman
beralkohol.
d) Makan K dan Ca yang cukup dari diet
Pertahankan asupan diet pottasium (>90 mmol (3500
mg)/hari) dengan cara konsumsi tinggi buah dan sayur dan
diet rendah lemak dengan cara mengurangi asupan lemak
jenuh dan lemak total (Kaplan, 2006). Kalium dapat
menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah
natrium yang terbuang bersama air kencing. Dengan
setidaknya mengonsumsi buah-buahan sebanyak 3-5 kali
dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan potassium
yang cukup (Radmarssy, 2007).
e) Menghindari merokok
Merokok memang tidak berhubungan secara langsung
dengan timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat
meningkatkan risiko komplikasi pada pasien hipertensi
seperti penyakit jantung dan stroke, maka perlu dihindari
mengkonsumsi tembakau (rokok) karena dapat memperberat
hipertensi (Dalimartha, 2008).
Nikotin dalam tembakau membuat jantung bekerja
lebih keras karena menyempitkan pembuluh darah dan
meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekanan darah
(Sheps, 2005). Maka pada penderita hipertensi dianjurkan
untuk menghentikan kebiasaan merokok (pfizerpeduli.com).

16
f) Penurunan stress
Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang
menetap namun jika episode stress sering terjadi dapat
menyebabkan kenaikan sementara yang sangat tinggi (Sheps,
2005). Menghindari stress dengan menciptakan suasana yang
menyenangkan bagi penderita hipertensi dan
memperkenalkan berbagai macam metode relaksasi seperti
yoga atau meditasi yang dapat mengontrol sistem saraf yang
akhirnya dapat menurunkan tekanan darah
(pfizerpeduli.com).
g) Terapi masase (pijat)
Menurut Dhalimartha (2008), pada prinsipnya pijat
yang dilakukan pada penderita hipertensi adalah untuk
memperlancar aliran energi dalam tubuh sehingga gangguan
hipertensi dan komplikasinya dapat diminimalisir, ketika
semua jalur energi terbuka dan aliran energi tidak lagi
terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka
risiko hipertensi dapat ditekan.
2. Pengobatan Farmakologi
a) Diuretik (Hidroklorotiazid)
Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan
ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan.
b) Penghambatan Simpatetik (Metildopa, Klonidin, dan
Reserpin)
Menghambat aktivitas saraf simpatis.
c) Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)
1) Menurunkan daya pompa jantung.
2) Tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gangguan pernapasan seperti asam bronkial.
3) Pada penderita diabetes melitus: dapat menutupi gejala
hipoglikemia.

17
d) Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot pembuluh darah.
e) ACE inhibitor (Captopril)
1) Menghambat pembentukan zat Angiotensin II.
2) Efek samping: batuk kering, pusing, sakit kepala dan
lemas.
f) Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan)
Menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada
reseptor sehingga memperingan daya pompa jantung.
g) Antagonis kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
Menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas).
g. Komplikasi
Menurut Padila, 2013 Tekanan darah tinggi apabila tidak
diobati dan ditanggulangi, maka dalam jangka panjang akan
menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh organ yang mendapat
suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi
pada organ-organ sebagai berikut:
1. Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya
gagal jantung dan penyakit jantung koroner. Pada penderita
hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung
akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut
dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak mampu lagi memompa
sehingga banyak cairan tertahan diparu maupun jaringan tubuh
lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi
ini disebut gagal jantung.
2. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko
stroke, apabila tidak diobati risiko terkena stroke 7 kali lebih
besar.

18
3. Ginjal
Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan
ginjal, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan
system penyaringan di dalam ginjal akibatnya lambat laun ginjal
tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh
yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di
dalam tubuh.
4. Mata
Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya
retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan (Yahya,
2005).
h. Pemeriksaan penunjang
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ
seperti ginjal dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisasi untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.
6. Pemeriksaan: renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin
7. Foto dada dan CT scan.
1.3 Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Asumsi yang mendasari adalah keluarga sebagai sistem sosial,
merupakan kelompok kecil dari masyarakat. Friedman memberikan
batasan 6 katagori dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan saat
melakukan pengkajian :
1. Data pengenalan keluarga
2. Riwayat dan tahapan perkembangan keluarga
3. Data lingkungan
4. Struktur keluarga
5. Fungsi keluarga

19
6. Koping keluarga.
Setiap kategori terdiri dari banyak sub kategori, perawat yang
mengkaji keluarga harus mampu memutuskan kategori mana yang
relevan dengan kasus yang dihadapi sehingga dapat digali lebih dalam
pada saat kunjungan, dengan demikian masalah dalam keluarga dapat
mudah diidentifikasi. Tidak semua dari kategori harus di kaji tetapi
tergantung pada tujuan, masalah dan sumber-sumber yang dimiliki
oleh keluarga.
Berikut adalah uraian dari pengkajian keluarga model Friedman:
1. Identifikasi Data Keluarga
Informasi identifikasi tentang anggota keluarga sangat
diperlukan untuk mengetahui hubungan masing-masing anggota
keluarga dan sebagi upaya untuk lebih mengenal masing-masing
anggota keluarga.
Data yang diperlukan meliputi :
a) Nama keluarga
b) Alamat dan Nomor telepon
c) Komposisi Keluarga
Komposisi keluarga menyatakan anggota keluarga yang
diidentifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka. Friedman
dalam bukunya mengatakan bahwa komposisi tidak hanya
terdiri dari penghuni rumah, tetapi juaga keluarga besar lainnya
atau keluarga fiktif yang menjadi bagian dari keluarga tersebut
tetapi tidak tinggal dalam rumah tangga yang sama.
Pada komposisi keluarga, pencatatan dimulai dari anggota
keluarga yang sudah dewasa kemudian diikuti anak sesuai
dengan urutan usia dari yang tertua, bila terdapat orang lain
yang menjadi bagian dari keluarga tersebut dimasukan dalam
bagian akhir dari komposisi keluarga.
d) Tipe Bentuk Keluarga

20
Tipe keluarga didasari oleh anggota keluarga yang berada
dalam satu rumah. Tipe keluarga dapat dilihat dari komposisi
dan genogram dalam keluarga.
e) Latar Belakang Budaya Keluarga
Latar belakang kultur keluarga merupakan hal yang penting
untuk memahami perilaku sistem nilai dan fungsi keluarga,
karena budaya mempengaruhi dan membatasi tindakan-
tindakan individual maupun keluarga. Perbedaan budaya
menjadikan akar miskinnya komunikasi antar individu dalam
keluarga. Dalam konseling keluarga kebudayaan merupakan hal
yang sangat penting.
Pengkajian terhadap kultur / kebudayaan keluarga meliputi :
1) Identitas suku bangsa
2) Jaringan sosial keluarga ( kelopok etnis yang sama )
3) Tempat tinggal keluarga ( bagian dari sebuah lingkungan
yang secara etnis bersifat homogen)
4) Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, budaya, rekreasi dan
pendidikan
5) Bahasa yang digunakan sehari-hari
6) Kebiasaan diit dan berpakaian
7) Dekorasi rumah tangga ( tanda-tanda pengaruh budaya )
8) Porsi komunitas yang lazim bagi keluarga-komplek
teritorial keluarga ( Apakah porsi tersebut semata-mata
ada dalam komunitas etnis )
9) Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan
praktisi. Bagaimana keluarga terlibat dalam praktik
pelayanan kesehatan tradisional atau memiliki
kepercayaan tradisional yang berhubungan dengan
kesehatan.
Negara asal dan berapa lama keluarga tinggal di suatu
wilayah.
f) Identifikasi Religius
Pengkajian meliputi perbedaan keyakinan dalam keluarga,
seberapa aktif keluarga dalam melakukan ibadah keagamaan,

21
kepercayaan dan nilai-nilai agama yang menjadi fokus dalam
kehidupan keluarga.
g) Status Kelas Sosial ( Berdasarkan Pekerjaan, Pendidikan dan
Pendapatan )
Kelas sosial keluarga merupakan pembentuk utama dari gaya
hidup keluarga. Perbedaan kelas sosial dipengaruhi oleh gaya
hidup keluarga, karakteristik struktural dan fungsional, asosiasi
dengan lingkungan eksternal rumah.
Dengan mengidentifikasi kelas sosial keluarga, perawat dapat
mengantisipasi sumber-sumber dalam keluarga dan sejumlah
stresornya secara baik. Bahkan fungsi dan struktur keluarga
dapat lebih dipahami dengan melihat latar belakang kelas sosial
keluarga.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam status sosial ekonomi dan
mobilitas keluarga adalah :
1) Status kelas Sosial
Status kelas sosial keluarga ditentukan berdasarkan
tingkat pendapatan keluarga dan sumber pendapatan
keluarga, pekerjaan dan pendidikan keluarga. Friedman
membagi kelas sosial menjadi enam bagian yaitu kelas atas-
atas, kelas atas bawah, kelas menegah atas, kelas menengah
bawah, kelas pekerja dan kelas bawah.
2) Status Ekonomi
Status ekonomi ditentukan oleh jumlah penghasilan
yang diperoleh keluarga. Perlu juga diketahui siapa yang
menjadi pencari nafkah dalam keluarga, dana tambahan
ataupun bantuan yang diterima oleh keluarga, bagaimana
keluaraga mengaturnya secara finansial.
Selain itu juga perawat perlu mengetahui sejauhmana
pendapatan tersebut memadai serta sumber-sumber apa
yang dimiliki oleh keluarga terutama yang berhubungan

22
dengan pelayanan kesehatan seperti asuransi kesehatan dan
lain-lain.
3) Mobilitas Kelas Sosial
Menggambarkan perubahan yang terjadi sehingga
mengakibatkan terjadinya perubahan kelas sosial, serta
bagaimana keluarga menyesuaikan diri terhadap perubahan
tersebut.
h) Aktifitas rekreasi keluarga
Kegiatan-kegiatan rekreasi keluarga yang dilakukan pada
waktu luang. Menggali perasaan anggota keluarga tentang
aktifitas rekreasi pada waktu luang. Bentuk rekreasi tidak harus
mengunjungi tempat wisata, tetapi bagaimana keluarga
memanfaatkan waktu luang untuk melakukan kegiatan bersama
( nonton TV, mendengarkan radio, berkebun bersama keluarga ,
bersepeda bersama keluarga dll )
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Yang perlu dikaji pada tahap perkembangan adalah :
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
b) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan tentang tahap perkembangan keluarga yang
belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
c) Riwayat keluarga Inti.
Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini, yang
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap
pencegahan penyakit (imunisasi), sumber pelayanan
kesehatan yang bisa digunakan serta riwayat perkembangan
dan kejadian-kejadian atau pengalaman penting yang
berhubungan dengan kesehatan (perceraian, kematian,
kehilangan)
d) Riwayat keluarga sebelumnya

23
Menjelaskan mengenai riwayat asal kedua orang tua
( riwayat kesehatan, seperti apa keluarga asalnya, hubungan
masa silam dengan kedua orang tua )
3. Lingkungan Keluarga
Meliputi seluruh alam kehidupan keluarga mulai dari
pertimbangan bidang-bidang yang paling kecil seperti aspek dalam
rumah sampai komunitas yang lebih luas dimana keluarga tersebut
berada. Pengkajian lingkungan meliputi :
a) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan :
1) Tipe tempat tinggal ( rumah sendiri, apartemen, sewa
kamar)
2) Gambaran kondisi rumah (baik interior maupun
eksterior rumah). Interior rumah meliputi : jumlah
ruangan, tipe kamar/pemanfaatan ruangan ( ruang
tamu, kamar tidur, ruang keluarga ), jumlah jendela,
keadaan ventilasi dan penerangan ( sinar matahari ),
macam perabot rumah tangga dan penataannya, jenis
lantai, kontruksi bangunan, keamanan lingkungan
rumah, kebersihan dan sanitasi rumah, jenis septic
tank, jarak sumber air minum dengan septic tank,
sumber air minum yang digunakan, keadaan dapur
( kebersihan, sanitasi, keamanan ).
Perlu dikaji pula perasaan subyektif keluarga
terhadap rumah, identifikasi teritorial keluarga,
pengaturan privaci dan kepuasan keluarga terhadap
pengaturan rumah. Lingkungan luar rumah meliputi
keamanan ( bahaya-bahaya yang mengancam ) dan
pembuangan sampah.
b) Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal
yang Lebih Luas.
Menjelaskan tentang :

24
1) Karakteristik fisik dari lingkungan, yang meliputi :
tipe lingkungan/komunitas ( desa, sub kota, kota ),
tipe tempat tinggal ( hunian, industri, hunian dan
industri, agraris ), kebiasaan , aturan / kesepakatan,
budaya yang mempengaruhi kesehatan, lingkungan
umum ( fisik, sosial, ekonomi ),
2) Karakteristik demografis dari lingkungan dan
komunitas, meliputi kelas sosial rata-rata komunitas,
perubahan demografis yang sedang berlangsung.
3) Pelayanan kesehatan yang ada di sekitar lingkungan
serta fasilitas-fasilitas umum lainnya seperti pasar,
apotik dan lain-lain
4) Bagimana fasilitas-fasilitas mudah diakses atau
dijangkau oleh keluarga
5) Tersediannya transportasi umum yang dapat
digunakan oleh keluarga dalam mengakses fasilitas
yang ada.
6) Insiden kejahatan disekitar lingkungan.
c) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas keluarga ditentukan oleh : kebiasaan
keluarga berpindah tempat, berapa lama keluarga tinggal di
daerah tersebut, riwayat mobilitas geografis keluarga tersebut
( transportasi yang digunakan keluarga, kebiasaan anggota
keluarga pergi dari rumah : bekerja, sekolah ).
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan tentang waktu yang digunakan keluarga
untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan
sejauh mana keluarga melakukan interak dengan masyarakat.
Perlu juga dikaji bagaimana keluarga memandang kelompok
masyarakatnya.
e) Sistem pendukung keluarga

25
Siapa yang menolong keluarga pada saat keluarga
membutuhkan bantuan, dukungan konseling aktifitas-
aktifitas keluarga. Yang termasuk pada sistem pendukung
keluarga adalah Informal ( jumlah anggota keluarga yang
sehat, hubungan keluarga dan komunitas, bagaimana
keluarga memecahkan masalah, fasilitas yang dimiliki
keluarga untuk menunjang kesehatan ), dan formal yaitu
hubungan keluarga dengan pihak yang membantu yang
berasal dari lembaga perawatan kesehatan atau lembaga lain
yang terkait ( ada tidaknya fasilitas pendukung pada
masyarakat terutama yang berhubungan dengan kesehatan ).
4. Struktur Keluarga
Struktur keluarga yang dapat dikaji menurut Friedman adalah :
a) Pola dan komunikasi keluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga,
sistem komunikasi yang digunakan, efektif tidaknya
( keberhasilan ) komunikasi dalam keluarga.
b) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan keluarga mmengendalikan dan mempengaruhi
orang lain/anggota keluarga untuk merubah perilaku. Sistem
kekuatan yang digunakan dalam mengambil keputusan, yang
berperan mengambil keputusan, bagaimana pentingnya
keluarga terhadap putusan tersebut.
c) Struktur Peran
Mengkaji struktur peran dalam keluarga meliputi :
1) Struktur peran formal
(a) Posisi dan peran formal yang telah terpenuhi dan
gambaran keluarga dalam melaksanakan peran
tersebut.
(b) Bagaimana peran tersebut dapat diterima dan
konsisten dengan harapan keluarga, apakah terjadi
konflik peran dalam keluarga.

26
(c) Bagaimana keluarga melakukan setiap peran secara
kompeten.
(d) Bagaimana fleksibilitas peran saat dibutuhkan
2) Struktur peran informal
(a) Peran-peran informal dan peran-peran yang tidak
jelas yang ada dalam keluarga, serta siapa yang
memainkan peran tersebut dan berapa kali peran
tersebut sering dilakukan secara konsisten
(b) Identifikasi tujuan dari melakukan peran indormal,
ada tidaknya peran disfungsional serta bagaimana
dampaknya terhap anggota keluarga
3) Analisa Model Peran
(a) Siapa yang menjadi model yang dapat
mempengaruhi anggota keluarga dalam kehidupan
awalnya, memberikan perasaan dan nilai-nilai
tentang perkembangan, peran-peran dan teknik
komunikasi.
(b) Siapa yang secara spesifik bertindak sebagai model
peran bagi pasangan dan sebagai orang tua.
4) Variabel-variabel yang mempengaruhi struktur peran :
(a)Pengaruh-pengaruh kelas sosial : bagaimana latar
belakang kelas sosial mempengaruhi struktur peran
formal dan informal dalam keluarga.
(b)Pengaruh budaya terhadap struktur peran
(c)Pengaruh tahap perkembangan keluarga terhadap
struktur peran.
(d)Bagaimana masalah kesehatan mempengaruhi
struktur peran.
f) Nilai-Nilai Keluarga
Hal-hal yang perlu dikaji pada struktur nilai keluarga
menurut Friedman adalah :
1) Pemakaian nilai-nilai yang dominan dalam keluarga

27
2) Kesesuaian nilai keluarga dengan masyarakat sekitarnya
3) Kesesuaian antara nilai keluarga dan nilai subsistem
keluarga
4) Identifikasi sejauh mana keluarga menganggap penting
nilai-nilai keluarga serta kesadaran dalam menganut
sistem nilai.
5) Identifikasi konflik nilai yang menonjol dalam keluarga
6) Pengaruh kelas sosial, latar belakang budaya dan tahap
perkembangan keluarga terhadap nilai keluarga
7) Bagaimana nilai keluarga mempengaruhi status
kesehatan keluarga.
5. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga yang perlu dikaji menurut Friedman meliputi :
a) Fungsi Afektif
Pengkajian fungsi afektif menurut Friedman meliputi :
1) Pola kebutuhan keluarga
(a) Sejauh mana keluarga mengetahui kebutuhan
anggota keluarganya, serta bagaimana orang tua
mampu menggambarkan kebutuhan dari anggota
keluarganya.
(b) Sejauhmana keluarga mengahargai kebutuhan atau
keinginan masing-masing anggota keluarga
2) Saling memperhatikan dan keakraban dalam keluarga
(a) Sejauhmana keluarga memberi perhatian pada
anggota keluarga satu sama lain serta bagaimana
mereka saling mendukung
(b) Sejauhmana keluarga mempunyai perasaan akrab
dan intim satu sama lain, serta bentuk kasih sayang
yang ditunjukkan keluarga.
3) Keterpisahan dan Keterikatan dalam keluarga
Sejauhmana keluarga menanggapi isu-isu tentang
perpisahan dan keterikatakan serta sejauhmana keluarga

28
memelihara keutuhan rumah tangga sehingga terbina
keterikatan dalam keluarga.
b) Fungsi sosialisasi
Pengkajian fungsi sosialisasi meliputi :
1) Praktik dalam membesarkan anak meliputi : kontrol
perilaku sesuai dengan usia, memberi dan menerima cinta
serta otonomi dan ketergantungan dalam keluarga
2) Penerima tanggung jawab dalam membesarkan anak
3) Bagaimana anak dihargai dalam keluarga
4) Keyakinan budaya yang mempengaruhi pola membesarkan
anak
5) Faktor-faktor yang mempengaruhi pola pengasuhan anak
6) Identifikasi apakah keluarga beresiko tinggimendapat
masalah dalam membesarkan anak
7) Sejauhmana lingkungan rumah cocok dengan
perkembangan anak.
c) Fungsi Perawatan Kesehatan
Pengkajian fungsi perawatan kesehatan meliputi :
1) Sejauh mana keluarga mengenal masalah kesehatan pada
keluarganya.
(a) Keyakinan, nilai-nilai dan perilaku terhadap
pelayanan kesehatan
(b) Tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat sakit.
(c) Tingkat pengetahuan keluarga tentang gejala atau
perubahan penting yang berhubungan ddengan
masalah kesehatan yang dihadapi.
(d) Sumber-sumber informasi kesehatan yang didapat
2) Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan.
3) Kemampuan keluarga melakukan perawatan terhadap
anggota keluarga yang sakit.
4) Kemampuan keluarga memodifikasi dan memelihara
lingkungan

29
5) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan.
6. Koping Keluarga
Pengkajian koping keluarga meliputi :
a) Stressor-stressor jangka panjang dan jangka pendek yang
dialami oleh keluarga, serta lamanya dan kekuatan strssor yang
dialami oleh keluarga.
b) Tindakan obyektif dan realistis keluarga terhadap stressor yang
dihadapi.
c) Sejauh mana keluarga bereaksi terhadap stressor, strategi
koping apa yang digunakan untuk menghadapi tipe-tipe
masalah, serta strategi koping internal dan eksternal yang
digunakan oleh keluarga.
d) Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan oleh keluarga.
Identifikasi bentuk yang digunakan secara ekstensif :
kekerasan, perlakukan kejam terhadap anak,
mengkambinghitamkan, ancaman, mengabaikan anak, mitos
keluarga yang merusak, pseudomutualitas, triangling dan
otoritarisme.
7. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
1) Kesadaran: seorang pasien yang terkenan penyakit
hipertensi kesadaranya adalah sadar dan juga dapat
mengalami penurunan kesadaran (Nuraif & Kusuma, 2015).
2) Tanda-tanda vital: (1) TD: saat melakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital pada kasus hipertensi tekanan darah yang
dimiliki oleh penderita hipertensi systole 140 mmHg dan
tekanan diastole diatas 90 mmHg (Haryanto & rini, 2015).
(2)Nadi: meningkat pada arteri karotis, jugularis, pulsasi
radialis, perbedaan denyut nadi atau tidak ada denyut nadi
pada beberapa area seperti arteri popliteal, posterior tibia
(udjianti, 2013). (3) respirasi: normal atau meningkat. (4)
suhu: normal atau meningkat.

30
b) Body sistem
1) Sistem pernafasan: Mengeluh sesak nafas saat beraktivitas,
takipnea, ortopnea (gangguan pernafasan saat berbaring),
batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok. Temuan
fisik meliputi sianosis, penggunaan otot bantu, pernapasan
terdengar suara napas tambahan (tonkhi, rales, wheezing)
(udjianti, 2013).
2) Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : gerakan dinding abnormal
Palpasi: denyut apical kuat
Perkusi: denyut apical bergeser dan/kuat angkat.
Auskultasi: denyut jantung takikardi dan distrimia, bunyi
jantung s2 mengeras s3 (gejala CHF dini). Murmur dapat
terdengar jika stenosis atau insufisiensi katup (Udjianti,
2013)
3) Sistem persarafan
Melaporkan serangan pusing/pusing sakit kepala
berdenyut di suboksipital, episode mati rasa, atau
kelumpuhan salah satu sisi badan. Gangguan Visual
(diplopia-pandangan ganda atau pandangan kabur) dan
episode epistaksis (Udjianti, 2013).
4) Sistem perkemihan
Temuan fisik produksi urin <50 ml/jam atau oliguri
(Udjianti, 2013).
5) Sistem pencernaan
Melaporkan mual, muntah, perubahan berat badan,
dan riwayat pemakaian deuretik. Temuan fisik meliputi
berat badan normal atau obesitas, edema, kongesti vena,
distensi vena jugularis, dan glikosuria (udjianti, 2013).
6) Sistem integumen

31
Suhu kulit dingin, warna kulit pucat, pengisian
kapiler lambat, (> 2 detik), sianosis, diaphoresis, atau
flusing (Udjianti, 2013).
7) Sistem muskuluskletal
Terjadi kaku kuduk pada area leher (Haryanto &
Rini, 2015)
8) Sistem endokrin
Pada pasien dengan hipertensi biasanya tidak
ditemukan adanya kelainan pada sistem endokrin (Udjianti,
2013).
9) Sistem reproduksi
Pada pasien hipertensi terjadi peningkatan TIK
(Tekanan intra cranial) pada saat melakukan hubungan
seksual dan terjadi gangguan reproduksi pada ibu hamil
yang memiliki hipertensi (Nurarif & Kusuma, 2015).
10) Sistem penginderaan
Pemeriksaan retina dapat ditemukan penyempitan
atau sklerosis arteri edema atau papil edema (eksudat atau
hemoragi) tergantung derajat lamanya hipertensi (Udjianti,
2013).
11) Sistem imun
Pada pasien hipertensi mengalami penurunan sistem
kekebalan tubuh (Manurung, 2016).
c) Pemeriksaan penunjang
1) Hitung darah lengkap : pemeriksaan Hb, Ht (hematokrit),
untuk menilai vakositas dan indikator faktor resiko seperti
hiperkoagulabilitas anemia (Udjianti, 2013).
2) Kimia darah (Udjianti, 2013)
3) BUN, kreatinin: peningkatan kadar menandakan penurunan
perfusi atau renal.

32
4) Serum glukosa: hiperglisemia (diabetes militus adalah
presipitator hipertensi) akibat dari peningkatan kadar
katekolamin.
5) Kadar kolsterol atau trigliserida: peningkatan kadar
mengindikasikan predisposisi pembentukan plaque
atheromatus.
6) Kadar serum aldesteron: menilai adanya aldosteronisme
primer
7) Studi tiroid (T3 dan T4): menilai adanya hipertiroidisme
yang berkontribusi terhadap vasokontriksi dan hipertensi.
8) Asam urat: hiperuricemia merupakan implikasi faktor
resiko hipertensi.
9) Elektrolit (udjianti, 2013).
10) Radiologi (udjianti, 2013)
11) CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
12) IUP: mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti: batu
ginjal, perbaikan ginjal
13) Photo dada: menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area
katup, pembesaran jantung.
8. Harapan kelurga

33
b. Analisa Data
No Symptom Etiologic Problem
1 Ds: keluarga pasien Faktor predisposisi: Resiko
mengatakan pasien usia, jenis kelamin, ketidakefektian
mengalami penurunan meorok, stress, genetik, perfusi jaringan
kesadaran alkohol, konsentrasi otak
Do: kesadaran garam,obesitas
menurun, darah
Hipe
melorot ke kiri
rtensi
TD: 180/90 mmHg

Kerusakan vaskuler
pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh
darah

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

Otak

Suplai O2 ke otak
menurun

Resiko
ketidakseimbangan
perfusi jaringan otak
2 Ds: ansietas, dispnea Faktor predisposisi: Kelebihan volume
atau pendek nafas, usia, jenis kelamin, cairan

34
gelisah. meorok, stress, genetik,
Do: suara nafas tidak alkohol, konsentrasi
normal, anasarka, garam,obesitas
ansietas, azotemia,
perubahan tekanan Hipertensi
darah, perubahan pola
pernafasan, Kerusakan vaskuler
ketidakseimbangan pembuluh darah
elektrolit, gelisah.
Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh
darah

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

Ginjal

vasokontriksi pembuluh
darah ginjal

Blood flow darah


menurun

Respon RAA

Merangsang aldosteron

Retensi Na

35
Edema

Kelebihan Volume
cairan

3 Ds: pasien Faktor predisposisi: Resiko cedera


mengatakan pada usia, jenis kelamin,
sejak 5 hari mata meorok, stress, genetik,
kanan pasien alkohol, konsentrasi
mendadak buram, garam,obesitas
pasien merasa
pandangan menjadi Hipertensi
gelap seperti ada
rambut atau asap. Kerusakan vaskuler
Do: pembuluh darah pembuluh darah
(terutama arteri
retina) yang berwarna Perubahan struktur
lebih pucat, kapiler
pembuluh yang Penyumbatan pembuluh
menjadi lebih kecil darah
atau irreguler (karena
spasme lokal), dan Vasokontriksi
percabangan arteriol
yang tajam Gangguan sirkulasi

Retina

Spasme Arteriol

Resiko Cedera
4 Ds: klien mengeluh Faktor predisposisi: Penurunan curah
pusing, klien usia, jenis kelamin, jantung

36
mengatakan ketika meorok, stress, genetik,
melakukan aktivitas alkohol, konsentrasi
sehari-hari bertambah garam,obesitas
sesak.
Hipe
Do: klien tampak
rtensi
lemah
TD: 140/90 mmHg
Kerusakan vaskuler
pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh
darah

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

pembuluh darah
sistemik

vasokontriksi

afterload meningkat

penurunan curah
jantung
5 1. Gejala dan tanda Faktor predisposisi: Intoleransi
mayor usia, jenis kelamin, aktivitas
Ds: mengeluh meorok, stress, genetik,
lelah alkohol, konsentrasi
Do: frekuensi garam,obesitas

37
jantung
Hipe
meningkat >20%
rtensi
dari kondisi
istrahat
Kerusakan vaskuler
2. Gejala dan tanda
pembuluh darah
minor
Ds: dispnea
Perubahan struktur
saat/setelah
aktivitas, merasa
Penyumbatan pembuluh
tidak nyaman
darah
setelah
beraktivitas,
Vasokontriksi
merasa lemah
Do: tekanan darah
Gangguan sirkulasi
berubah >20%
dari kondisi
pembuluh darah
istrahat, gambaran
sistemik
EKG
menggambarkan
vasokontriksi
aritmia
saat/setelah
afterload meningkat
aktivitas, sianosis

fatigue

Intoleransi Aktivitas
6 DS: mengeluh nyeri Faktor predisposisi: Nyeri akut
di bagian leher usia, jenis kelamin,
DO: tampak meorok, stress, genetik,
meringis,frekuensi alkohol, konsentrasi
nadi meningkat, sulit garam,obesitas
tidur, TD meningkat,
Hipe
pola napas berubah,

38
nafsu makan berubah. rtensi

Kerusakan vaskuler
pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh
darah

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

pembuluh darah

Koroner

Iskemia Miokard

Nyeri akut

c. Diagnosa keperawatan
1) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan
2) Kelebihan Volume cairan
3) Resiko cedera
4) Penurunan curah jantung
5) Intoleransi aktivitas
6) Nyeri akut
Cara Pembuatan Diagnosa Keperawatan
1) Diagnosa Aktual

39
Problem + Etiologi (Ketidakmampuan / Ketidaktauan /
Ketidakmauan + 5 Tgs Kluarga)
2) Diagnosa Resiko
Problem + Etiologi (Ketidakmampuan / Ketidaktauan /
Ketidakmauan + 5 Tgs Kluarga)
3) Diagnosa Potensial
Problem tanpa etilogi
Penilaian (Skoring) diagnosis keperawatan
No Kriteria Skor bobot

1 Sifat masalah
Skala 1
a. Skala: Tidak/kurang sehat 3
b. Ancaman kesehatan 2
c. Keadaan sejahtra 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah


Skala 2
a. Mudah 2
b. Sebagian 1
c. Rendah 0

3 Potensial masalah untk dicegah


Skala
a. Tinggi 3 1
b. Cukup 2
c. Rendah 1

4 Menonjolnya masalah 1
Skala
a. Masalah berat harus segera ditangani 2
b. Ada masalah, tapi tidak perlu harus 1
Segera ditangani
c. Masalah tidak dirasakan 9

Total

Penetapan Skoring Prioritas Diagnosa Perawatan

Skor yang diperoleh


________________________ x Bobot
Skor Tertinggi

40
d. Intervensi Keperawatan
Menurut M. Wilkinson Judith. 2016.
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi (NIC)
keperawatan Hasil (NOC)
1 Resiko Tujuan : Setelah Peripheral sensation
ketidakefektifa dilakukan tindakan management
n perfusi keperawatan selama 2x24 (managemen sensasi
jaringan jam diharapkan sirkulasi perifer)
yang masuk ke otak tidk 1. Monitor adanya
terganggu dengan kriteria daerah tertentu yang
hasil: hanya peka terhadap
Noc panas/dingin/tajam/tu
1. Circulation status mpul
2. Tissue prefusion: 2. Monitor adanya
cerebral paretese
Kritria hasil: 3. Instruksi keluarga
1. Mendemonstrasikan untuk mengobservasi
status sirkulasi yang kulit jika ada isi atau
ditandai dengan laserasi
2. Tekanan sistol dan 4. Gunakan sarung
diastol dalam rentang tangan untuk proteksi
yang diharapkan 5. Batas gerakan pada
3. Tidak ada kepala, leher dan
ortostatikhipertensi punggung
4. Tidak ada tanda-tanda 6. Monitor kemampuan
peningkatan tekanan BAB
indra intrakrania (tidak 7. Kolaborasi pemberian
lebihdari 15mmHg) analgetik
5. Mendemonstrasikan 8. Monitor adanya
kemampuan kognitif

41
yang ditandai dengan: tromboplebitis
6. Berkomunikasi 9. Diskusikan mengenai
dengan jelas dan penyebab perubahan
sesuai dengan sensai
kemampuan
7. Menunjukkan
perhatian, konsentrasi
dan orientasi
8. Memproses informasi
9. Membuat keputusan
dengan benar
10. Menunjukkan fungsi
sensori motori cranial
yang utuh: tingkat
kesadaran membaik,
tidak ada gerakan-
gerakan involunter

2 Kelebihan Tujuan : Setelah NIC :


Volume cairan dilakukan tindakan 1 Pertahankan catatan
keperawatan selama 2x24 intake dan output
jam diharapkan cairan yang akurat
klien dalam batas normal. 2 Pasang urin kateter
Kriteria hasil: jika diperlukan
1 Electrolit and acid 3 Monitor hasil lab
base balance yang sesuai dengan
2 Fluid balance retensi cairan (BUN ,
3 Hydration Hmt , osmolalitas
Setelah dilakukan urin )
tindakan keperawatan 4 Monitor vital sign
selama 2x 24 5 Monitor indikasi
jamKelebihan volume retensi / kelebihan

42
cairan teratasi dengan cairan (cracles, CVP ,
kriteria: edema, distensi vena
1 Terbebas dari edema, leher, asites)
efusi, anaskara 6 Kaji lokasi dan luas
2 Bunyi nafas bersih, edema
tidak ada 7 Monitor masukan
dyspneu/ortopneu makanan / cairan
3 Terbebas dari distensi 8 Monitor status nutrisi
vena jugularis, 9 Berikan diuretik
4 Memelihara tekanan sesuai interuksi
vena sentral, tekanan 10 Kolaborasi pemberian
kapiler paru, output obat.
jantung dan vital sign 11 Monitor berat badan
DBN 12 Monitor elektrolit
5 Terbebas dari 13 Monitor tanda dan
kelelahan, kecemasan gejala dari odema
atau bingung
3 Resiko cedera Tujuan : Setelah Environment
dilakukan tindakan management
keperawatan selama 2x24 (manajemen
jam diharapkan klien tidak lingkungan)
akan mengalami cedera. 1 Sediakan lingkungan
Noc: yang aman untuk
1. Risk kontrol pasien
Kriteria hasil: 2 Identifikasi kebutuhan
2. Klien terbebas dari keamanan pasien,
cedera sesuai dengan kondisi
3. Klien mampu fisik dan fungsi
menjelaskan cara atau kognitif pasien dan
metode untuk riwayat penyakit
mencegah dahulu pasien
unjury/cedera 3 Menghindarkan

43
4. Klien mampu lingkungan yang
menjelaskan faktor berbahaya (misalkan
resiko dari lingkungan memindahkan
atau perilaku personal perabotan)
5. Mampu memodifikasi 4 Memasang side rail
gaya hidup untuk tempat tidur
mencegah injury 5 Menyediakan tempat
6. Menggunakan fasilitas tidur yang nyaman dan
kesehatan yang ada bersih
7. Mampu mengenali 6 Menempatkan saklar
perubahan status lampu ditempat yang
kesehatan mudah dijangkau
pasien
7 Membatasi
pengunjung
8 Menganjurkan
keluarga untuk
menemani pasien
9 Mengontrol
lingkungan dari
kebisingan
10 Memindahkan barang-
barang yang
membahayakan
11 Berikan penjelasan
pada pasien dan
keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan
penyebab penyakit.
4 Penurunan NOC : NIC :

44
curah jantung  Cardiac Pump 1. Evaluasi adanya nyeri
effectiveness dada
 Circulation Status 2. Catat adanya disritmia
 Vital Sign Status jantung

 Tissue perfusion: 3. Catat adanya tanda


perifer dan gejala penurunan

Setelah dilakukan asuhan cardiac putput

selama 2x24jam 4. Monitor status

penurunan kardiak output pernafasan yang

klien teratasi dengan menandakan gagal

kriteria hasil: jantung

1. Tanda Vital dalam 5. Monitor balance

rentang normal cairan

(Tekanan darah, Nadi, 6. Monitor respon pasien


respirasi) terhadap efek

2. Dapat mentoleransi pengobatan antiaritmia

aktivitas, tidak ada 7. Atur periode latihan


kelelahan dan istirahat untuk

3. Tidak ada edema paru, menghindari kelelahan

perifer, dan tidak ada 8. Monitor toleransi

asites aktivitas pasien

4. Tidak ada penurunan 9. Monitor adanya

kesadaran dyspneu, fatigue,

5. AGD dalam batas tekipneu dan ortopneu

normal 10. Anjurkan untuk

6. Tidak ada distensi menurunkan stress

vena leher 11. Monitor TD, nadi,

7. Warna kulit normal suhu, dan RR


12. Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
13. Auskultasi TD pada

45
kedua lengan dan
bandingkan
14. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
15. Monitor jumlah, bunyi
dan irama jantung
16. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
17. Monitor pola
pernapasan abnormal
18. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
19. Monitor sianosis
perifer
20. Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
21. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
22. Jelaskan pada pasien
tujuan dari pemberian
oksigen
23. Sediakan informasi
untuk mengurangi
stress
24. Kelola pemberian obat
anti aritmia, inotropik,
nitrogliserin dan

46
vasodilator untuk
mempertahankan
kontraktilitas jantung
25. Kelola pemberian
antikoagulan untuk
mencegah trombus
perifer
26. Minimalkan stress
lingkungan

5 Intoleransi NOC : NIC :


aktivitas 1. Self Care : ADLs 1. Observasi adanya
2. Toleransi aktivitas pembatasan klien
3. Konservasi eneergi dalam melakukan
Setelah dilakukan aktivitas
tindakan keperawatan 2. Kaji adanya faktor yang
selama 2x24 jamPasien menyebabkan kelelahan
bertoleransi terhadap 3. Monitor nutrisi dan
aktivitas dengan Kriteria sumber energi yang
Hasil : adekuat
1. Berpartisipasi dalam 4. Monitor pasien akan
aktivitas fisik tanpa adanya kelelahan fisik
disertai peningkatan dan emosi secara
tekanan darah, nadi berlebihan
dan RR 5. Monitor respon
2. Mampu melakukan kardivaskuler terhadap
aktivitas sehari hari aktivitas (takikardi,
(ADLs) secara disritmia, sesak nafas,
mandiri diaporesis, pucat,
3. Keseimbangan perubahan
aktivitas dan istirahat hemodinamik)

47
6. Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien
7. Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi
Medik dalam
merencanakan progran
terapi yang tepat.
8. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
9. Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
10. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
11. Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
12. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
13. Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan

48
diwaktu luang
14. Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
15. Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
16. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
17. Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan
spiritual

6 Nyeri akut Tujuan: Setelah dilakukan a. Manajemen


tindakan keperawatan Analgesik
selama 2 x 24 jam 1. Menggunakan agens
diharapkan nyeri pasien farmakologi untuk
teratasi. Kriteria hasil : mengurangi atau
1. Nyeri yang dirasakan menghilangkan nyeri
dapat berkurang. 2. pemberian
2. Memperlihatkan medikasi :Mempersia
teknik relaksasi secara pkan, memberikan,
individual yang efektif dan mengevaluasi
untuk mencapai keefektifan obat resep
kenyamanan dan obat bebas.
3. Menejemen
Medikasi:
memfasilitasi
penggunaan obat

49
resep atau obat bebas
secara aman dan
efektif.
4. Menejemen Nyeri :
Meringankan atau
mengurangi nyeri
sampai pada tingkat
kenyamanan yang
dapat diterima oleh
pasien.
5. Bantuan analgesik
yang dikendalikan ole
pasien (patient-
control Analgesik
{PCA} :memudahkan
pengendalian
pemberian dan
pengaturan analgesik
oleh pasien.
b. Manajemen Sedasi
6. memberikan
sedatif,memantau
respon pasien, dan
memberikan
dukungan fisiologis
yang dibutuhkan
selama prosedur
diagnostik atau
terapeutik.
7. Surveilans :Mengump
ulkan,
menginterprestasi,

50
dan menyintesis data
pasien secara terarah
dan kontinu untuk
membuat keputusan
klinis.
8. Tentukan riwayat
nyeri, lokasi, durasi
dan intensitas.
9. Evaluasi terapi :
pembedahan, radiasi,
kemoterapi, bioterapi,
ajarkan klien dan
keluarga tentang cara
menghadapinya.
10. Berikan pengalihan
seperti reposisi dan
aktivitas
menyenangkan
seperti mendengarkan
musik atau nonton
TV.
11. Menganjurkan teknik
penanganan stress
(teknik relaksasi,
visualisasi,
bimbingan), gembira
dan berikan sentuhan
terapeutik.
12. Evaluasi nyeri,
berikan pengobatan
bila perlu.
13. Diskusikan

51
penanganan nyeri
dengan dokter dan
juga dengan klien.
14. Berikan analgetik
sesuai indikasi seperti
morfin, metadone,
narkotik dll.

e. Implementasi Keperawatan
Impelementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan
oleh perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya: Implementasi
dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah setelah dilakukan validasi;
keterampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan
cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologis klien di lindungi serta dokumentasi intervensi dan respon
pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit
dari rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah
kesehatan dan perawatan yang muncul pada pasien.
f. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan,
dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus
dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan tercapai tujuan
intervensi dari setiap diagnosa keperawatan, yaitu sebagai berikut:
1. Pasien dapat menunjukkan terpenuhinya suplai oksigen ke otak
2. Pasien dapat menunjukkan terpenuhiya kebutuhan cairan
3. Masalah keperawatan dapat teratasi secara sempurna.

52
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawtan Indonesia : Definisi dan Indikator
Dianostik. Edisi I. Jakarta :DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawtan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi I. Jakarta :DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawtan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil. Edisi I. Jakarta :DPP PPNI.
Setiawati, Santun.2008.Penuntun Praktis : Asuhan Keperawatan Keluarga, Ed.
2. Jakarta: Trans Info Media.
Sri, Setyowati.2008.Asuhan Keperawatan Keluarga : Konsep dan Aplikasi
Kasus Cet. 2. Jogjakarta : Mitra Cendikia
Nuraif, Amin Huda & Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Jilid 2. Medication
Jogja: Jogjakarta.
M. Wilkinson Judith. 2016. Diagnosa Keperawatan Diagnosa NANDA_I
Intervensi NIC Hasil NOC Edisi 10. EGC: Jakarta.
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.Nuha Medika:
Yogyakarta.
Suprajitno.2004.Asuhan Keperawatan Keluarga Cet.1.Jakarta : EGC
Friedman, M.M. 1998. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktek.
EGC: Jakarta.
Friedman,M.M et al.2010.Buku Ajar Keperawatan Keluarga
Riset,Teori, dan Praktik.Ed 5.Jakarta: EGC.
Setiadi.2008.Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga.Yogyakarta:
Graha Ilmu.
R, Lenny, dan Jhonson L.2010.Keperawatan Keluarga.Yogyakarta :
Nuha Medika
Harmoko.2012.Asuhan Keperawatan Keluarga.Yogyakarta : Pustaka
Belajar

53
Harnilawati.2013.Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga.Sulawesi
Selatan : Pustaka As Salam
Widagdo, W dan Khalifah, S.N.2016.Praktikum Keperawatan
Keluarga, Komunitas.Kemenkes RI
Bailon,S.G.& Maglaya. 2017. Perawatan Kesehatan Keluarga : Suatu
Pendekatan Proses (terjemahan ). Jakarta : PusdIknakes.
Effendy, Nasrul. 2017. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: EGC.
Ekasari, Mia Fatma, dkk. 2018. Keperawatan Komunitas Upaya
Memandirikan Masyarakat untuk Hidup Sehat. Jakarta: Trans Info Media.

54
BAB II
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN SALAH SATU KELUARGA
MENDERITA HIPERTENSI
2.1 Pengkajian terhadap keluarga
a. Data Umum
1. Kepala Keluarga KK : Tn. T 37 thn
2. Alamat dan Telepon :Batu Layar Utara
3. Pekerjaan KK : wiraswasta
4. Pendidikan KK : SMP
5. Komposisi Keluarga :

Status Imunisasi
Pendidikan
HubKel. KK
Jenis Kel.

Nam Hepatiti Ket.


Umur

No

Campak
BC Polio DPT
a s
G
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1 Tn. L K 35 S - - Belum
T K M ada
P imuni
- - - - - - - - - - sasi
2 Ny. P ist 30 S - - - - - - - - - - - - Belum
N ri D ada
imuni
sasi
3 An.M L A 3 B √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Lengk
N na th el ap
k n u
m
se
ko

55
la
h
Genogram :

Keterangan :
Laki-laki
Prempuan
Pasien
Tinggal serumah
Meninggal
Garis keturunan
6. Tipe Keluarga : nuckear family atau keluarga inti.
7. Suku Bangsa : sasak indonesia
8. Agama : islam
9. Status sosial ekonomi keluarga :
Dalam keluarga yang berkerja adalah tn. T dan Ny. N sebagai petani
dengan penghasilan kira-kira Rp. 1.500.000 perbulan. Digunakan utuk
membayar keperluaan anaknya, keperluan rumah tangga . untuk
pengeluaran biasanya untuk pembayaran listrik air dan lain-lain
bekisaran 1.000.000 perbulan.
10. Aktivitas rekreasi keluarga :
Keluarga biasanya bekumpul setelah beraktivitas sehari-hari pada
malam harinya menonton tv bersama. Kelurga tn.T jarang melakukan

56
rekreasi karna kelurga tn.T lebih memilih mencari napkah unuk
memenuhi kebutuhan kelurganya dan melakukan rekreasi padasaat
hari tertentu minimal 2 kali dalam setahun.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan dengan anak remaja atau tahap 3. Di mana
anak tertua berusia 3 tahun dengan tugas perkembangan
pengembangan terhadap anak pra sekolah, mempersiapkan diri untuk
membantu anak untuk bersosialisasi.
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tidak ada tahap perkembangan keluarga sampai saat ini yang belum
terpenuhi.Namun,tugas keluarga yang belum dicapai saat ini adalah
pembagian waktu untuk diri sendiri, pasangan dan anak
3. Riwayat kesehatan keluarga inti
Riwayat masing-masing kelurga, tn. T , ny. N dalam keadaan sehat
namun memiliki riwaat hipertensi, jarang melakukan pemeriksaan ke
pukesmas dikarnakan adanya wabah covid19, dan ny.m jarang
mempunyai waktu untuk berisirahat dan memiliki tingkat stress yang
inggi dan jarang berolahga dan terkadang mengalami nyeri tekuk,
pusing, gangguan tidur. an. MN dalam keadaan sehat dan tetap
mengukuti posiandu.
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Riwayat kesehatan keluarga dari tn.T : orang tua tn.M meninggal
akibat usia yang tua
Riwayat kesehatan kelurga dari ny. N : orang tua ny. N meninggal
karna lansia
c. Data lingkungan
1. Karakteristik rumah
Tn. T memiliki rumah dengan 1 kamar mandi 2 kamar tidur, 1 ruang
tahu, 1 ruang keluarga, 1 dapur. Dan memiliki perkarangan rumah dan
milik sendiri.

57
Denah rumah

teras
teras Kamar Kamar
tidur tidur
dapur
Ruangang
keluarga
wc Kamar tidur
wc
wc

2. Karakteristik tetangga dan komunitasnya


Kelurga tn. T akrab dengan tetangganya selalu berinteraksi dengan
tetangganya jika pembeli sepi.
3. Mobilitas geografis keluarga (lama keluarga tinggal di dusun atau
pindahan).
Keluarga tn. T Berasal dari tempos kemudia pindah pada tahun 1996
dan menetap di batu layar hingga saat ini.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
kelurga tn. T selalu mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan
rumahnya seperti gotong royong atau acara adat.
5. Sistem pendukung keluarga
Saat ini keluarga dalam keadaan sehat dan anak terakhir selalu
mengikuti posyandu.
d. Struktur keluarga
1. Struktur peran
Peran kepala kelurga mencari napkah tn.T dan ny. N membantu
dalam berdagang menjadi ibu rumah tangga dan mendidik anak.
2. Nilai dan norma keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dikeluarga menyesuaikan dengan nilai
agama yang dianut dan norma yang berlaku di lingkungannya.Norma
keluarga yang berkaitan dengan kesehatan adalah bila ada keluarga
yang sakit dibawa ke puskesmas .Sedangkan anak yang paling kecil
dibawa ke posyandu.Dalam setiap hari keluarga menjalani hidup
dengan tuntunan agama islam.

58
3. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi keluarga dilakukan secara terbuka,bahasa yang
dipakai setiap hari adalah bahasa sumbawa. Frekuensi komunikasi
antar anggota keluarga cukup baik,tetapi pada saat bekerja jarang
memiliki waktu dengan keluarganya, namun kelurga tn. N selalu
berkumpul bersama pada malam hari untuk berinteraksi.
4. Struktur kekuasaan keluarga (siapa pengambil keputusan)
Pengendali keluarga dan pengambil keputusan adalah Tn. T sebagai
kepala keluarga..
e. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
Keluarga saling menyayangi dan peduli terhadap anggota
keluarga ,keluarga saling mendukung agar selalu dalam keadaan sehat
atau mendukung jika ada kelurga yang sakit agar tetap sehat.
Pengkajian fungsi afektif menurut Friedman meliputi :
a) Pola kebutuhan keluarga
Orang tua mengetahui kebutuhan anggota keluarganya, orang tua
mampu menggambarkan kebutuhan dari anggota keluarganya.
keluarga mengahargai kebutuhan atau keinginan masing-masing
anggota keluarga
b) Saling memperhatikan dan keakraban dalam keluarga
Kelurga tn.T selalu perhatian kesetiap anggota kelurganya dan
akrab satu dengan yang lain.
c) Keterpisahan dan Keterikatan dalam keluarga
keluarga selalu memelihara keutuhan rumah tangga sehingga
terbina keterikatan dalam keluarga.
2. Fungsi sosialisasil
Keluarga Tn. T memiliki interaksi dengan orang banyak yang baik
dikarnakan pekerjaan yang harus berinteraksi dengan orang secara
baik.
3. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan

59
a) Mengenal masalah kesehatan
Kelurga tn. T dapat mengenal masalah kesehatan yang dialaminya,
terutama untuk mengakses informasi kesehatan sangatlah mudah
dengan menggunakan internet.
b) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Saat anggota keluga tn.T sakit maka tn. M akan membawa anggota
kelurga untuk berobat ke klinik atau puskesmas terdekat namun
sebelum membawa ke pelayan kesehatan terdekat kelurga brusaha
mengobti kelrga yang sakit terlebih dahulu d rumah aru membawa
kelurga ke pelayanan kesehtan jika sakit elum saja sembuh dalam 3
hari.
c) Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Kemampuan merawat kelurga yang sakit cukup baik, seperti
melakukan kompres hangat jika demam, menganjurkan keluarga
untuk minum obat tepat waktu dan sesuai anjuran dokter.
d) Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan
rumah yang kuat
Selau membuka tirai rumah untuk mempermudah cahaya matahari
masuk, selalu menjaga kebersihan rumah, membuang sampah pada
pembungan sampa sementara yang berada 2 meter dari rumah di
tong sampah.membuat saluran air dan menguras bak mandi 3 kali
dalam seminggu.
e) Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehat
Kelurga tn. T menggunakan kartu BPJS untuk berobat dan selalu
melakukan penecekan keseatan ke puskesmas atau klinik
kesehatan.
4. Fungsi reproduksi
Kelurga tn. T memiliki anak 1 dan ny. Mimili untuk melakukan
tubektomi untuk mengentikan untuk memiliki keturunan.
5. Fungsi ekonomi
Kelrga tn. T memiliki sawah dengan penghasilan 9.000.000 saklai
panendan.

60
f. Stres dan koping keluarga
1. Stresor jangka pendek dan panjang
Stressor bagi tn. T adala anak pertama yang berumur 1 tahun 6 bulan
tahun apakah tn.s mampu mendidiknya hingga dewasa kelak.
2. Kemampuan keluarga berespons terhadap stressor
Kelurga tn.T melakukan hidup sehat agar memiliki umur yang
panjang, dam melakukan interaksi dengan anak-anaknya agar bisa
menjaga satu dengan yang lain.
3. Strategi koping yang digunakan
Jika kelurga tn. T memiliki masalah tn.T akan melakukan
munsyawara dengan istri.
4. Strategi adaptasi disfungsional (pengambinghitaman,penggunaan
ancaman,dll)
jika terjadi masalah kelurga Tn. T akan menyelsaikan masalah dengan
komunikasi atau teguran kepada salah satu angota kelurga.
g. Pemeriksaan kesehatan tiap individu anggota keluarga
(menggunakan table)
No Nama Pemeriksaan hasil
1 tn. T 1. Keadaan umum 1. Compass mentis
2. Tanda-tanda vital 2. Tanda-tanda vital
TD : mmhg TD : 110/80 mmhg
RR : x/m RR : 20 x/m
N : x/m N : 80 x/m
S : °C S : 36,6 °C
3. Anttropometri 3. Anttropometri
BB : kg BB : 55 kg
TB : cm TB : 170 cm
4. Rambut 4. Rambut
5. Wajah Bersih, tidak ada
6. Leher ketombe, warna rambut
7. Dada hitan dan beruban,

61
8. Perut rambut keriting.
9. Extremitas atas 5. Wajah
10. Extemitas bawah Tidak ada luka, nteri
tekan, warna kulit
sawomatang, tidak ada
jerawat, ada tai lalat di
sekitar hidung.
6. Leher
Simestris, tidak ada
benjolan, tidak ada
nyeri tekan
7. Dada
Simestris, tidak ada
nyeri tekan, warna
kulit sama.tarikan
dinding dada nrmal
8. Perut
Tidak ada luka,
benjolan, , dan nyeri
tekan.
9. Extremitas atas
Tidak ada lika, tidak
ada nyeri tekan, tidak
ada benjolan.
10. Extremitas bawah
Tidak ada edema,
tidak ada luka, tidak
adanya nyeri tekan,
tidak ada benjolan.
2 Ny. N 1. Keadaan umum 1. Compass mentis
2. Tanda-tanda vital 2. Tanda-tanda vital
TD : mmhg TD : 150/100 mmhg

62
RR : x/m RR : 19 x/m
N : x/m N : 98 x/m
S : °C S : 36,8 °C
3. Anttropometri 3. Anttropometri
BB : kg BB : 60 kg
TB : cm TB : 157 cm
4. Rambut 4. Rambut
5. Wajah Bersih, tidak ada
6. Leher ketombe, warna rambut
7. Dada hitan dan beruban,
8. Perut rambut keriting.
9. Extremitas atas 5. Wajah
10. Extemitas bawah Tidak ada luka, nteri
tekan, warna kulit
sawomatang, tidak ada
jerawat, ada tai lalat di
sekitar hidung.
6. Leher
Simestris, tidak ada
benjolan, tidak ada
nyeri tekan
7. Dada
Simestris, tidak ada
nyeri tekan, warna
kulit sama.tarikan
dinding dada nrmal
8. Perut
Adanya bekas luka
post oprasi cesar,
Tidak ada luka,
benjolan, , dan nyeri
tekan.

63
9. Extremitas atas
Tidak ada lika, tidak
ada nyeri tekan, tidak
ada benjolan.
10. Extremitas bawah
Tidak ada edema,
tidak ada luka, tidak
adanya nyeri tekan,
tidak ada benjolan.
6 An. 1. Keadaan umum 1. Compass mentis
Mn 2. Tanda-tanda vital 2. Tanda-tanda vital
TD : mmhg TD : - mmhg
RR : x/m RR : 30 x/m
N : x/m N : 110 x/m
S : °C S : 36,5 °C
3. Anttropometri 3. Anttropometri
BB : kg BB : 11 kg
TB : cm TB : - cm
4. Rambut 4. Rambut
5. Wajah Bersih, tidak ada
6. Leher ketombe, warna rambut
7. Dada hitan dan, rambut
8. Perut keriting.
9. Extremitas atas 5. Wajah
Extemitas bawah Tidak ada luka, nteri
tekan, warna kulit
sawomatang, tidak ada
jerawat, ada tai lalat di
sekitar hidung.
6. Leher
Simestris, tidak ada
benjolan, tidak ada

64
nyeri tekan
7. Dada
Simestris, tidak ada
nyeri tekan, warna
kulit sama.tarikan
dinding dada nrmal
8. Perut
Tidak ada luka,
benjolan, , dan nyeri
tekan.
9. Extremitas atas
Tidak ada lika, tidak
ada nyeri tekan, tidak
ada benjolan.
10. Extremitas bawah
Tidak ada edema, tidak ada
luka, tidak adanya nyeri
tekan, tidak ada benjolan
h. Harapan keluarga
Harapan kelurga tn. M agar semua aggota kelurga tetap sehat dan yang
sakit lekas sembuh.
2.2 Analisis dan sintesis data
No Data Penyebab Masalah
1 DS: mengeluh nyeri di Faktor predisposisi: Nyeri akut
bagian tekuk usia, jenis kelamin,
DO: stress, genetik,
frekuensi nadi konsentrasi garam
meningkat, sulit tidur,
Hip
TD meningkat, nafsu
ertensi
makan berubah.

Kerusakan vaskuler
pembuluh darah

65
Perubahan struktur

Penyumbatan
pembuluh darah

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

pembuluh darah

Koroner

Iskemia Miokard

Nyeri akut
2 Subjektif : - usia, jenis kelamin, Prilaku kesehatan
Objektif : stress, genetik, cenderung beresiko
1. Gagal melakukan konsentrasi garam
tindakan
Hip
pencegahan
ertensi
masalah kesehatan
2. Menunjukan
Jarang mengntrol
upaya peningkatan
kesehan ke pelayanan
status kesehatan
kesehatan
yang minimal
3. Gagal mencapai
Gaya hidup kurang
pengendalian yang
sehat
optimal.

Prilaku cenderung
beresiko

66
2.3 Perumusan diagnosis keperawatan
No Diagnosa Keperawatan (PES)
1 Nyeri akut ditandai dengan ketidakmauan mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan.
2 Prilaku kesehatan cenderung beresiko ditandai dengan ketidakmauan
mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan.

Cara Pembuatan Diagnosa Keperawatan


4) Diagnosa Aktual
Problem + Etiologi (Ketidakmampuan / Ketidaktauan /
Ketidakmauan + 5 Tgs Kluarga)
5) Diagnosa Resiko
Problem + Etiologi (Ketidakmampuan / Ketidaktauan /
Ketidakmauan + 5 Tgs Kluarga)
6) Diagnosa Potensial
Problem tanpa etilogi

I. Penilaian (Skoring) diagnosis keperawatan


No Kriteria Skor bobot

Nyeri akut
1 Sifat masalah
Skala 2x1
d. Skala: Tidak/kurang sehat 3 3
e. Ancaman kesehatan 2 1 =
f. Keadaan sejahtra 1 0,66

2 Kemungkinan masalah dapat diubah


Skala
d. Mudah 2 1x2

67
e. Sebagian 1 2 2
f. Rendah 0 =1

3 Potensial masalah untk dicegah


Skala
d. Tinggi 3 2x1
e. Cukup 2 1 3
f. Rendah 1 =
0,66

4 Menonjolnya masalah
Skala
d. Masalah berat harus segera ditangani 2 2x1
e. Ada masalah, tapi tidak perlu harus 1 1 2
Segera ditangani =1
f. Masalah tidak dirasakan 0

Total 3,32
Prilaku cenderung beresiko
1 Sifat masalah
Skala
g. Skala: Tidak/kurang sehat 3 1 2x1
h. Ancaman kesehatan 2 3
i. Keadaan sejahtra 1 =
0,66
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala

68
g. Mudah 2 2 1x1
h. Sebagian 1 2
i. Rendah 0 = 0,5

3 Potensial masalah untk dicegah


Skala 3 3x1
g. Tinggi 2 1 3
h. Cukup 1 =1
i. Rendah

4 Menonjolnya masalah
Skala 2 2x1
g. Masalah berat harus segera ditangani 1 1 2
h. Ada masalah, tapi tidak perlu harus =1
Segera ditangani 0
i. Masalah tidak dirasakan
Total 3,16

Penetapan Skoring Prioritas Diagnosa Perawatan

Skor yang diperoleh


________________________ x Bobot
Skor Tertinggi

II. Prioritas diagnosis keperawatan


Prioritas Prioritas Diagnosis Keperawatan Skor
1 Nyeri akut 3,32
2 Prilaku kesehatan cenderung 3,16
beresiko

69
2.4 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DiagnosaKeperawatan
Diagnose Tujuan dan criteria Rencana Intervensi
keperawatan hasil
Nyeri akut Tujuan: Setelah a. Manajemen Analgesik
dilakukan tindakan 1. Menggunakan agens
keperawatan selama 2 farmakologi untuk
x 24 jam diharapkan mengurangi atau
nyeri pasien teratasi. menghilangkan nyeri
Kriteria hasil : 2. pemberian
1. Nyeri yang medikasi :Mempersiapkan,
dirasakan dapat memberikan, dan
berkurang. mengevaluasi keefektifan
2. Memperlihatkan obat resep dan obat bebas.
teknik relaksasi 3. Menejemen Medikasi :
secara individual memfasilitasi penggunaan
yang efektif untuk obat resep atau obat bebas
mencapai secara aman dan efektif.
kenyamanan 4. Menejemen Nyeri :
Meringankan atau
mengurangi nyeri sampai
pada tingkat kenyamanan
yang dapat diterima oleh
pasien.
5. Bantuan analgesik yang
dikendalikan ole pasien
(patient-control Analgesik
{PCA} :memudahkan
pengendalian pemberian dan
pengaturan analgesik oleh
pasien.
b. Manajemen Sedasi

70
6. memberikan
sedatif,memantau respon
pasien, dan memberikan
dukungan fisiologis yang
dibutuhkan selama prosedur
diagnostik atau terapeutik.
7. Surveilans : Mengumpulkan,
menginterprestasi, dan
menyintesis data pasien
secara terarah dan kontinu
untuk membuat keputusan
klinis.
8. Tentukan riwayat nyeri,
lokasi, durasi dan intensitas.
9. Evaluasi terapi :
pembedahan, radiasi,
kemoterapi, bioterapi,
ajarkan klien dan keluarga
tentang cara menghadapinya.
10. Berikan pengalihan seperti
reposisi dan aktivitas
menyenangkan seperti
mendengarkan musik atau
nonton TV.
11. Menganjurkan teknik
penanganan stress (teknik
relaksasi, visualisasi,
bimbingan), gembira dan
berikan sentuhan terapeutik.
12. Evaluasi nyeri, berikan
pengobatan bila perlu.
13. Diskusikan penanganan

71
nyeri dengan dokter dan juga
dengan klien.
Berikan analgetik sesuai
indikasi seperti morfin,
metadone, narkotik dll.
Prilaku Setelah dilakukan 1 Promosi prilaku upaya kesehatan
kesehatan kali kunjungan 1. Observasi perilaku upaya
cenderung terhadap keluarga Tn. kesehatan yang dapat
beresiko B diharapkan kelurga ditingkatkan.
Tn. B dapat : 2. Terapeutik
a. Berikan lingkungan yang
mendukung kesehatan.
b. Orientasi pelayanan
kesehatan yang dapat
dimanfaatkan.
3. Edukasi
Factor hipertensi
a. Berusia diatas 65 tahun.
b. Mengosumsi garan
berlebih.
c. Kelebihan berat badan.
d. Memiliki keluarga dengan
riwayat hipertensi.
e. Kurang makan buah dan
sayur.
f. Jarang berolahraga.
g. Minum yang mengandung
kafein seperti kopi.
h. Merokok dan minum
minuman keras.
Pencegahan hipertensi
gaya hidup sangat penting dalam

72
mencegah tekanan darah tinggi
dengan cara :
a. Mempertahankan berat
badan ideal
b. diet rendah garam
c. Batasi konsumsi alkohol
d. konsumsi tinggi buah dan
sayur
e. diet rendah lemak
f. Menghindari merokok
g. Hindari stress
h. Olagraga teratur.
i. Batasi munum kopi
Penanganan hipertensi
Dengan minum obat penurun
tekanan darah yang telah
diberikan oleh dokter secara
tratur.

2.5 IMPLEMENTASI

73
No. Tanggal & waktu No Diagnosa Keperawatan Implementasi
15-mei-2010 1 Manajemen Analgesik
Menggunakan agens
farmakologi untuk
mengurangi atau
menghilangkan nyeri
Menejemen Medikasi
memfasilitasi
penggunaan obat
resep atau obat bebas
secara aman dan
efektif.
Menejemen Nyeri
1. Meringankan atau
mengurangi nyeri
sampai pada
tingkat
kenyamanan yang
dapat diterima oleh
pasien.
2. Mengajarkan
tehnik napas dalam
3. Menganjurkan
teknik penanganan
stress (teknik
relaksasi,
visualisasi,
bimbingan),
gembira dan
berikan sentuhan
terapeutik.
4. Evaluasi nyeri,

74
berikan
pengobatan bila
perlu.

15-mei-2010 2

2.6 EVALUASI

75
No.
Diagnosa
Tanggal & Implementasi
Keperawatan
waktu
1 S : mengeluh nyeri di bagian tekuk
O: frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, TD meningkat,
nafsu makan berubah.

A :masalah sebagian teratasi


P :intervensi dilanjutkan

2 S:-
O:
1. Dapat melakukan tindakan pencegahan masalah
kesehatan
2. Menunjukan upaya peningkatan status kesehatan
yang lebih baik
3. mencapai pengendalian yang lebih baik

A : masalah teratasi
P :intervensi dihentikan

DOKUMENTASI

76
77

Anda mungkin juga menyukai