Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gastritis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok kondisi
dengan satu hal yaitu radang selaput perut . Peradangan ini  (gastritis) sering kali adalah
hasil dari infeksi bakteri Helicobacter Pylori yang menyebabkan radang perut yang
paling sering ditemukan. Di negara berkembang prevalensi infeksi Helicobacter Pylori
pada orang dewasa mendekati angka 90%.Sedangkan pada anak-anak prevalensinya
lebih tinggi lagi. Penelitian serologis yang dilakukan secara cross sectional
bertambahnya prevelansi penyakit ini sesuai dengan pertambahan usia. Penyebab
penyakit ini adalah gram negative, basil yang berbentuk kurva dan batang. Namun,
banyak faktor lain seperti cedera traumatis, penggunaan obat penghilang rasa sakit
tertentu atau minum alkohol terlalu banyak, merokok, kafein lada, steroid , mekanis
iritasi bakterial, obat anti inflamasi terutama aspirin juga dapat berkontribusi untuk
terjadinya gastritis.
Gastritis dapat terjadi secara mendadak (gastritis akut) atau bisa terjadi perlahan-
lahan dari waktu ke waktu (gastritis kronis).Dalam beberapa kasus, gastritis dapat
menyebabkan ulkus pada lambung dan peningkatan risiko kanker perut.Bagi
kebanyakan orang, gastritis tidaklah serius dan dapat dengan cepat mereda bahkan
sembuh dengan pengobatan.
Bahaya penyakit gastritis jika dibiarkan terus menerus akan merusak fungsi
lambung dan dapat meningkatkan risiko untuk terkena kanker lambung hingga
menyebabkan kematian (Saydam, 2011).
Tujuan utama dalam pengobatan gastritis ialah menghilangkan nyeri,
menghilangkan inflamasi dan mencegah terjadinya ulkus peptikum dan
komplikasi.Berdasarkan patofisiologisnya terapi farmakologi gastritis ditujukan untuk
menekan faktor agresif (asam lambung) dan memperkuat faktor defensif (ketahanan
mukosa). Sampai saat ini pengobatan ditujukan untuk mengurangi asam lambung yakni
dengan cara menetralkan asam lambung dan mengurangi sekresi asam lambung. Selain
itu, pengobatan gastritis juga dilakukan dengan memperkuat mekanisme defensif
mukosa lambung dengan obat-obat sitoproteksi (Dipiro, 2008).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Gastritis?
2. Bagaimana patofisiologi dari Gastritis?
3.  Apa saja penyebab dari Gastritis?
4. Apatanda dan gejala dari Gastritis?
5. Bagaimana penatalaksanaan pasien dengan Gastritis?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Gastritis?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Gastritis
2. Untuk mengetahui patofisiologi Gastritis
3. Untuk mengetahui apa saja penyebab dari Gastritis
4. Untuk mengetahui apa tanda dan gejala dari Gastritis
5. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pasien dengan Gastritis
6. Untuk mengetahui Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan
Gastritis.
1.4 Manfaat
Agar mengetahui tentang penyakit gastritis lebih dalam sehingga dapat mencegah
serta mengantisipasi diri dari penyakit gastritis.Serta dapat menambah wawasan dan
informasi dalam penanganan penyakit gastritis sehingga dapat meningkatkan pelayanan
keperawatan yang baik.
BAB II
KONSEP MEDIK

2.1 Definisi
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung,
yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan
iritan lain.Ini bukanlah penyakit, namun sebuah kondisi yang disebabkan oleh beragam
faktor yang berbeda, seperti konsumsi alcohol berlebihan, stres, muntah-muntah yang
kronis, atau obat-obatan tertentu. Infeksi, refluks empedu, bakteri, dan anemia pernikus
juga penyebab umum dari gastritis lainnya. Pada kebanyakan kasus, gastritis bukanlah
kondisi yang serius. Namun, jika dibiarkan, hal tersebut dapat menyebabkan hilangnya
darah dalam jumlah banyak karena ulkus dan/atau kanker lambung.
2.2 Klasifikasi
a. Gastritis kronik
Gastritis kronik merupakan suatu peradangan pada bagian mukosa lambung
dengan waktu hingga menahun.Gastritis kronik ini seringkali dihubungkan ke
karsinoma lambung dan juga ulkus peptik, namun hubungan sebab akibat di
antara keduanya masih belum diketahui.
b. Gastritis Akut Erosi
Gastritis yang kedua adalah gastritis akut erosif, merupakan peradangan yang
terjadi di permukaan mukosa lambung dan bersifat akut, disertai terjadinya
kerusakan erosi.Untuk perjalanan penyakit umumnya bersifat ringan, walaupun
terkadang bisa mengakibatkan keadaan darurat medis, yaitu pendarahan pada
saluran cerna bagian atas.
2.3 Etiologi
1. Obat analgetik-antiinflamasi terutama aspirin. Aspirin dalam dosis yang rendah
sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung
2. Merokok: rokok ini mengandung zat kimia yang berbahaya bagi tubuh terutama
pada system pencernaan. Efeknya yaitu melemahkan katup esophagus dan
pylorus, memeprcepata pengosongan lambung. Rokok ini juga dapat menggangu
factor defensive lambung (menurunkan sekresi biokarbonat dan aliran darah di
mukosa, meperburuk peradangan .
3. Alkohol: mengkonsumsi alkohol dapat mengiritasi (merangsang) dan mengikis
permukaan lambung
4. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, trauma, pembedahan, gagal
pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat
5. Makanan yang merangsang (panas, pedas, asam)dapat meningkatkan produksi
asam lambung berlebihan hingga akhirnya terjadi iritasi dan menurunkan
kemampuan fungsi dinding lambung
6. Bakteri: Haecobacteri pylory, endotoksin bakteri dari stapilokokus, Escherichia
coli, atau Salmonella dapat juga menyebabkan gastritis
2.4 Patofisiologi

Perangsangan sel vagus yang berlebihan selama stress psikologis dapat

menyebabkan pelepasan atau sekresi gastrin yang menyebabkan dari nukleus

motorik dorsalis nervus vagus, setelah melewati nervus vagus menuju dinding

lambung pada sistem saraf enterik, kemudian kelenjar-kelenjar gaster atau getah

lambung, sehingga mukosa dalam antrum lambung mensekresikan hormon gastrin

dan merangsang sel-sel parietal yang nantinya produksi asam hidroklorinnya

berlebihan sehingga terjadi iritasi pada mukosa lambung ( Guyton, 1997: 1021-

1022).

Obat-obatan, alkohol, garam empedu, atau enzim pankreas dapat

merusak mukosa lambung, mengganggu barier mukosa lambung dan

memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung. Maka

terjadi iritasi dan peradangan pada mukosa lambung dan nekrosis yang dapat

mengakibatkan perforasi dinding lambung dan perdarahan dan peritonitis ( Long,

1996 : 196).
Asam hidroklorida disekresi secara kontinyu sehingga sekresi meningkat

karena mekanisma neurogenik dan hormonal yang dimulai oleh rangsangan

lambung. Jika asam lambung atau hidroklorida tidak dinetralisir atau mukosa

melemah akibatnya tidak ada perlindungan, akhirnya asam hidroklorida dan pepsin

akan merusak lambung, yang lama-kelamaan barier mukosa lambung yaitu suplai

darah, keseimbangan asam-basa, integritas sel mukosal dan regenerasi epitel.

Bahan-bahan seperti aspirin, alkohol dan Anti Inflamasi Non Steroid dapat

menurunkan produksi mukosa lambung.

Pada fase awal peradangan mukosa lambung akan merangsang ujung

syaraf yang terpajan yaitu syaraf hipotalamus untuk mengeluarkan asam lambung.

Kontak antara lesi dan asam juga merangsang mekanisme reflek lokal yang dimulai

dengan kontraksi otot halussekitarnya. Dan akhirnya terjadi nyeri yang biasanya

dikeluhkan dengan adanya nyeri tumpul, tertusuk, terbakar di epigastrium tengah

dan punggung.

Dari masukan minuman yang mengandung kafein, stimulan sistem saraf

pusat parasimpatis dapat meningkatkan aktivitaas otot lambung dan sekresi pepsin.

Selain itu nikotin juga dapat mengurangi sekresi bikarbonat pankreas, karena

menghambat netralisasi asam lambung dalam duodenum yang lama-kelamaan dapat

menimbulkan mual dan muntah.

Peradangan akan menyebabkan terjadinya hiperemis atau peningkatan

vaskularisasi, sehingga mukosa lambung berwarna merah dan menebal yang lama-

kelamaan menyebabkan atropi gaster dan menipis, yang dapatberdampak pada

gangguan sel chief dan sel parietal, sel parietal ini berfungsi untuk mensekresikan

faktor intrinsik, akan tetapi karena adanya antibody maka faktor intrinsik tidak
mampu untuk menyerap vitamin B12 dalam makanan, dan akan terjadi anemia

perniciosa ( Horbo,2000: 9 ; Smeltzer, 2001 : 1063 – 1066).

2.5 Pathway Gastritis

Helicobacter pylori Zat-zat korosif Stres

Infeksi mukaosa Gangguan difus Stimulan nervus vagus


lambung barier mukosa
Refleks enterik dinding
lambung

Hormon gastrin
Peningkatan
Stimulan sel parietal
asam lambung

Iritasi mukosa lambung

Peradangan mukosa lambung

Hiperemis Ansietas Nyeri Hipotalamus

Atrofi gaster /
Kurang
mukosa menipis Aktivitas lambung
informasi
meningkat
Kehilangan fungsi
Kurang Asam lambung
kelenjar fundus
pengetahuan meningkat
Faktor intrinsik
Kontaksi otot
lambung
Penurunan absorpsi
vitamin B12
Masukan nutrient Anorekssia,
inadekuat mual, muntah
Anemia pernisiosa

Penurunan volume Perubahan nutrisi Masukan cairan


darah merah kuyrang dari tidak adekuat /
kebutuhan tubuh kehilangan cairan
Penurunan suplai O2
ke jaringan
Resiko kekurangan
volume cairan
Kelemahan fisik

Intoleransi aktivitas ( Guyton, 1997: 1021-1022; Smeltzer, 2001: 1063-1066;


Horbo, 1997: 9; Long: 196; Robbins, 1995: 242; Suyono,
2001: 127; Mansjoer, 1999: 492-493).

2.6 Manifestasi Klinik


1. Nyeri seperti terbakar, karena terdapat luka di lambung, sehingga luka tersebut
terkena cairan asam lambung yang menyebabkan nyeri
2. Nyeri ulu hati setelah makanan, karena lapisan lamnung mengalami iritasi
akibat dari mengkonsumsi makan yang pedas ataupun asam
3. Anoreksia (kurang nafsu makan), pola makan yang kurang baik dan tidak
teratur sehingga terjadi luka pada bagian lambung. Luka pada lambung ini tidak
baik , sebab tubuh akan susah mencerna makanan, sehingga penderita tersebut
menjadi kiurang nafsu makan
4. Mual, muntah dan cegukan (regurgitasi), karena terjadi kontraksi otot
abdominal dan otot dada yang di sertai dengan penurun diafragma dan di
control oleh otak
5. Malaise (tidak enak badan), tidak enak badan ini disebabkan karena penderita
mengalami nyeri di bagian perut
6. Perut kembung bisa menyebabkan kentut, karena lambung kurang baik dan
menurunkan fungsinya, sehingga banyak udara yang terjebak didalam lambung,
dan udara tersebut tidak bisa dikeluarkan sehingga perut kembung dan
membuat rasa tidak nyaman di perut.
7. Rasa asam di mulut, karena terjadi peningkatan asam lambung akibat dari
makanan yang mengandung pedas dan asam
8. Hemorhagi (perdarahan), karena dilambung sudah terjadi inflamasi atau
peradangan yang disebabkan oleh kerusakan erosi pada mukosa lambung
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utamayaitu
etiologinya , diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta obat-obatan. Namun
secara spesifik dapat dibedakan:
a. Medik
1. Bila perdarahan lambung: antikoagulan
2. Pemberian obat-obatan anti kilonergik, anti emetik, analgetik dan sedative,
antasida, antibiotik
3. Terapi pendukung: intubasi, cairan intra vena
4. Pembedahan: untuk mengangkat gangren dan perforasi, gastrojejenunum
skopi/relaksasi lambung mengatasi obstruksi pilorus
b. Non-Medik
1. istirahat baring
2. mengurangi sterss
3. tidak merokok dan tidak minum-minuman alkohol
2.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi: sinar x gastrointestinal atas
2. Endoskopy: gastrionterstinal ditemukan mukosa yang hiperemik yang merata,
ada edema dengan karakteristik barair. Untuk melihat adanya tanda peradangan
di dalam lambung.
3. Laboratorium : mengetahui kadar asam hidroklorida , serologi: mendeteksi
Helicobacteri Pylori dan pemeriksaan Histology
2.9 Komplikasi
Komplikasi akibat gastritis bisa saja terjadi jika kondisi tersebut tidak diobati.
Beberapa di antaranya adalah:
1. Tukak lambung, terjadinya iritasi yang ditimbulkan oleh oleh cairan lambung
yang ada pada mukosa lambung dan biasnya terjadi akibat cedera pada
permukaan mukosa lamubung kareana lemahnya pertahanan pada mukosa
lambung
2. Pendarahan di dalam lambung, terjadi karena adanya cedera (trauma) yang
terjadi secara tiba-tiba.
3. Kanker lambung, penyebabnya tidak diketahui. Terjadi penebalan di dinding
lambung, lipatannya melebat, kelenjar membesar dan memiliki kista yang terisi
cairan
4. Ulkus peptikum,
5. Perdarahan saluran cerna bagian atas
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan


1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea/hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
2. Sirkulasi
Gejala : hipotensi (termasukpostural), takikardia, disritmia
(hipovolemia/hipoksemia), kelemahan/nadi perifer lemah, pengisian kapiler
lambar/perlahan (vasokonstriksi), warna kulit: pucat, sianosis (tergantung pada
jumlah kehilangan darah),kelemahankulit/membran mukosa = berkeringat
(menunjukkan status syok, nyeri akut,respons psikologik)
3. Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja),perasaan tak
berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misalnya : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar.
4. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan
gastrointeritis (GI) atau masalah yang berhubungan dengan GI, misalnya:luka
peptik /gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster.Perubahan pola
defekasi / karakteristik feses.
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi, bunyi usus sering hiperaktif selama
perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan. Karakteristik feses : diare, darah warna
gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk
(steatorea). Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida),
haluaran urine menurun, pekat.
5. Makanan/Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi
pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
Masalah menelan : cegukan, Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual/ muntah.
Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan
darah. Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk
(perdarahan kronis).
6. Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing/sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung
tidur, disorientasi/bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume
sirkulasi/oksigenasi).
7. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih , nyeri
hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan/distres samar-
samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri
epigastrum kiri sampai tengah/ataumenyebar kepunggung terjadi 1-2 jam setelah
makan dan hilang denganantasida (ulusgaster). Nyeri epigastrum kiri
sampai/atau menyebar kepunggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila
lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal).
Tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis). Faktor pencetus : makanan,
rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik,
ibuprofen), stressor psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit.
8. Data focus ( kemungkinan ditemukan DO & DS )
DO: Ekspersi wajah tampak kesakitan, memegang bagian perut yang sakit, nyeri
tekan pada daerah epigastrium, porsi makan tidak dihabiskan, berat badab turun.
DS: Klien mengatakan mual dan muntah, kurang nagsu makan, nyeri ulu hati.
3.2 Diagnosa Keperawatan yang muncul
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis (peradangan pada mukosa lambung)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi tidak
adekuat
3. Kekurangan volume cairan b.d ketidakcukupan masukkan cairan dan
kehilangan cairan berlebihan akibat muntah
4. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
3.3 Intervensi keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC Rasional

1 Nyeri Akut (00132) NOC: NIC:


Domain 12: kenyamanan  Pain level Pain Management Pain Management
Kelas 1: kenyamanan fisik  Pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Untuk menentukan intervensi dan
Definisi:pengalaman sensori  Confort level secara komprehensif termasuk mengetahui reaksi nonverbal dari
dan emosional tidak Setelah dilakukan tindakan lokasi, karakteristik, durasi, ketidaknyamanan klien dengan
menyenangkan yang muncul keperawatan selama…x 24 jam frekuensi, kualitas, dan faktor melihat dari raut wajah klien
akibat kerusakan jaringan pasien tidak mengalami nyeri, presipitasi 2. Memastikan letak nyeri atau untuk
aktual atau potensial atau yang dengan kriteria hasil: 2. Observasi nonverbal dari mengetahui tingkat nyeri klien agar
digambarkan sebagai 1. Mampu mengontrol nyeri ketidaknyamanan dapat ditangani dengan tepat
kerusakan (international (tahu penyebab nyeri,
association for the study of mampu mneggunakan 3. Kaji kultur yang mempengaruhi 3. Bermanfaat dalam pengawasan
pain) awitan yang tiba-tiba tehnik non farmakologi respon nyeri keefektifan obat, kemajuan
atau lambat dari intensitas untuk mengurangi nyeri, penyembuhan
ringan hingga berat dengan mencari bantuan) 4. Mengurangi kecemasan klien. Agar
akhir yang dapat di antisipasi 2. Melaporkan bahwa nyeri 4. Bantu pasien dan keluarga klien tidak perlu khawitir dengan
atau di prediksi. berkurang dengan untuk mencari dan menemukan kondisinya
Batasan Karakteristik: menggunakan manajemen dukungan
 Diaforesis nyeri 5. Posisikan pasien untuk 5. Posisi semi fowler dapat
 Dilatasi pupil 3. Mampu mengenali nyeri mengoptimalkan pernapasan memberikan kesempatan pada proses

 Ekspresi wajah nyeri (skala, intensitas, frekuensi (posisi semi fowler) ekspirasi paru. Agar membuat

(misal; mata kurang dan tanda nyeri) 6. Kontrol lingkungan yang dapat oksigen di dalam paru-paru semakin

bercahaya, tampak kacau, 4. Menyatakan rasa nyaman mempengaruhi nyeri seperti meningkat sehingga memperingan

gerakan mata berpencar setelah nyeri berkurang suhu ruangan, pencahayaan dan susah bernafas

atau tetap pada satu fokus, 5. Tanda vital dalam rentang kebisingan

meringis) normal 7. Kaji tipe dan sumber nyeri 6. lingkungan yang nyaman dapat

 Fokus menyempit (misal; untuk menentukan intervensi mengurangi nyeri klien, dengan

persepsi waktu, proses 8. Ajarkan tentang tehnik non lingkungan yang tidak menukung

berfikir, interaksi dengan farmakologi yaitu relaksasi akan memperparah klien

orang dan lingkungan) 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri

 Mengekspresikan perilaku 10. Tingkatkan istirahat


7. Agar perawat dapat melakukan
(misal; gelisah, merengek, 11. Berikan informasi tentang nyeri
tindakan dengan tepat, sehingga
menangis, waspada) seperti penyebab nyeri, berapa
nyeri yang di rasakan klien menjadi
lama nyeri akan berkurang dan
 Perilaku distraksi
berkurang
antisipasi dari ketidaknyamanan
 Perubahan pada parameter
fisiologis (misal; tekanan prosedur 8. Untuk mengurangi rasa nyeri klien,
darah, frekuensi jantung, 12. Kolaborasi dengan dokter dalam dengan mengurangi faktor pemicu
frekuensi pernafasan, pemberian analgetik nyeri ini dapat teratasi hingga klien
saturasi oksigen) Analgesic Administration merasa nyaman
 Perubahan posisi untuk 1. Tentukan lokasi, karakteristik,
menghindari nyeri kualitas, dan derajat nyeri 9. dengan mengurang faktor pemicu
 Perubahan selera makan sebelum pemberian obat nyeri diharapkan terjadi kenyamanan
 Sikap melindungi area 2. Cek instruksi dokter tentang pasien
nyeri jenis obat, dosis, dan frekuensi 10. Mempercepat proses penyembuhan.
Faktor yang Berhubungan: 3. Cek riwayat alergi

 Agens cedera biologis 11. Menambah pengetahuan klien dan

(misal; infeksi, iskemik, 4. Tentukan pilihan analgesic keluarga serta meningkatkan

neoplasma) tergantung tipe dan beratnya partisipasi klien dalam perawatan


nyeri untuk mengurangi nyeri.
5. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik 12. Analgetik untuk menghilangkan
pertama kali nyeri.misalnya dengan analgetik
6. Berikan analgesic tepat waktu berupa H2- blockers, untuk sekresi
terutama saat nyeri hebat asam lambung dan pepsin berkurang
contoh obatnya simetidin, ranitidine,
famotidin & roxatidin
Analgesic Administration
1. Untuk menetukan terapi yang sesuai
untuk jenis nyeri pasien
2. Untuk mengetahui ketepatan
pemberian obat

3. Untuk mengetahui apakah ada


riwayat alergi atau tidak, agar pada
saat pemberian obat klien tidak
mengalami alergi obat. Karena jika
tidak dilakukan pengecekan alergi
akan membahayakan pasien

4. Untuk Efektifitas penanganan nyeri

5. Mengetahui keadaan umum dan


perkembangan kondisi klien.
6. Ketelitian dan ketepatan administrasi
program pemberiann analgetik
sangat diperlukan dalam penanganan
nyeri.
2 Ketidakseimbangan nutrisi NOC: NIC:
kurang dari kebutuhan  Nutritional status: food and Weight Management Weight Management
tubuh (00002) fluidintake 1. Diskusikan bersama pasien 1. Membantu memilih alternatif
Domain 2: Nutrisi  Nutritional status: nutrient mengenai kebiasaan, gaya hidup pemenuhan nutrisi yang adekuat.
Kelas 1: Makan intake dan faktor herediter yang dapat
Definisi: asupan nutrisi tidak  Weight control mempengaruhi BB
cukup untuk memenuhi Setelah tindakan 2. Diskusikan
dilakukan bersama klien 2. Mengetahui intake kalori apabila
kebutuhan metabolik keperawatan selama…x 24 jam mengenai hubungan antara terjadi kekurangan
Batasan Karakteristik: ketidakseimbangan nutrisi intake makanan, latihan,
 Nyeri abdomen lebih teratasi dengan kriteria peningkatan BB dan penurunan
 Menghindari makanan hasil: BB 3. Agar pola makan pasien teratur,

 Berat badan 20% atau 1. Mengerti faktor yang 3. Dorong pasien untuk merubah karena dengan pola makan yang

lebih dibawah berat badan meningkatkan berat badan kebiasaan makan teratur dapat membuat proses
2. Mampu mengidentifikasi Nutrition Management penyembuhan pasien dengan cepat
ideal kebutuhan nutrisi 1. Monitor jumlah nutrisi dan
 Kurang makan kandungan kalori
 Kurang informasi Nutrition Management

 Kurang minat pada 1. Mengetahui penyebab pemasukan

makanan 2. Kaji kemampuan pasien untuk yang kurang sehingga dapat

 Penurunana berat badan mendapatkan nutrisi yang menentukan intervensi yang sesuai

dengan asupan makanan dibutuhkan dan efektif.

adekuat 3. Berikan makanan yang terpilih 2. Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi

 Membran mukosa pucat (sudah di konsultasikan dengan yang tepat bagi klien
ahli gizi)
 Ketidakmampuan
4. Kolaborasi dengan ahli gizi 3. Untuk membantu proses dalam
memakan makanan
untuk menentukan jumlah kalori pemenuhan kebutuhan nutrisi.
 Tonus otot menurun
dan nutrisi yang di butuhkan
 Mengeluh gangguan
pasien 4. Membantu dalam proses
sensasi rasa
Nutrition Monitoring penyembuhan.
 Mengeluh asupan
1. Monitor kalori dan intake
makanan kurang dari RDA
nutrisi
(recommended daily
2. Monitor mual dan muntah Nutrition Monitoring
aloance)
1.  Mengetahui status nutrisi pasien
 Cepat kenyang setelah 3. Monitor adanya penurunan BB
makan 2. Mual dan muntah mempengaruhi
 Kelemahan otot pemenuhan nutrisi
4. BB klien dalam batas normal
pengunyah 3. Kebersihan nutrisi dapat diketahui
 Kelemahan otot untuk melalui peningkatan berat badan
menelan /minggu.
Faktor yang Berhubunga: 4. Memberikan rasa control, dengan
 Faktor biologis memriksa setiap asupan makan yang
 Ketidakmampuan untuk dikonsumsi oleh klien
mengabsorbsi nutrient
 Ketidakmampuan menelan
makanan
 Ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
 Faktor psikologis
3 Kekurangan volume cairan NOC; NIC:
(00027)  Fluid balance Fluid Management Fluid Management
Domain 2: Nutrisi  Hidration 1. Pertahankan catatan intake dan 1. Memberikan informasi tentang
Kelas 5: Hidrasi  Nutritional status: food and output yang akurat keseimbangan cairan
Definisi: penurunan cairan fluid intake 2. Monitor vital sign setiap 15 2. Untuk mengetahui TTV dari klien
intravaskuler, interstisial, Setelah dilakukan tindakan menit – 1 jam normal atau tidak
dan/atau intraseluler. Ini keperawatan selama…x 24 jam 3. Monitor masukkan 3. Agar dapat mengetahui kadar kalori
mengacu pada dehidrasi kekurangan volume cairan makanan/cairan dan hitung tiap harinya
kehilangan cairan saja tanpa teratasi dengan kriteria hasil: intake kalori harian
perubahan kadar natrium. 1. Tekanan darah, nadi, suhu 4. Kolaborasi pemberian cairan Iv 4. Mempertahankan istirahat usus akan
Batasan Karakteristik: tubuh dalam batas normal memerlukan penggantian cairan
 Penurunan tekanan darah 2. Elektrolit, Hb, Ht dalam untuk memperbaiki kehilangaan
 Penurunan tekanan nadi batas normal 5. Monitor status nutrisi 5. Agar dapat mengetahui nutrisi yang

 Penurunan volume nadi 3. Tidak ada tanda dehidrasi, dibutuhkan

 Membran mukosa kering elastisitas turgor kulit baik, 6. Dorong keluarga untuk 6. Keluarga sebagai pendorong

membran mukosa lembab, membantu pasien makan pemenuhan kebutuhan cairan klien
 Kulit kering
 Peningkatan hematokrit tidak ada rasa haus yang Hypovolemia Management Hypovolemia Management

berlebihan 1. Monitor status cairan termasuk 1. Mengetahui pemasukan dan


 Peningkatan frekuensi intake dan output cairan pengeluaran cairan pasien
nadi 2. Monitor tingkat Hb dan Ht 2. Mengetahui nilai Hb dan Ht agar
 Penurunan berat badan dalam batas normal
 Haus 3. Monitor tanda vital 3. Agar mengetahui TTV pada klien

 Kelemahan normal

Faktor yang Berhubungan: 4. Monitor BB 4. Indikator cairan dan status nutrisi

 Kehilangan cairan aktif


 Kegagalan mekanisme
regulasi
4 Ansietas (000146) NOC: NIC:
Domanin 9: Koping/Toleransi  Anxiety self-control Anxiety Reduction (penurunan Anxiety Reduction (penurunan
terhadap stress  Anxiety level kecemasan) kecemasan)
Kelas 2: Respon Koping  Coping 1. Gunakan pendekatan yang 1. Meningkatkan kenyamanan pasien
Definisi: Perasaan tidak Setelah dilakukan tindakan menenangkan yang bisa meminimalkan kecemasan
nyaman atau kekhawatiran keperawatan selama…x 24 jam 2. Nyatakan dengan jelas harapan 2. Membantu pasien untuk berperilaku
yang sama disertai respon kecemasan klien dapat teratasi terhadap perilaku pasien positif untuk mengurangi kecemasan
autonom (sumber seringkali dengan kriteria hasil: 3. Jelaskan semua prosedur dan 3. Meningkatkan sikap kooperatif dan
tidak spesifik atau tidak 1. Klien mampu apa yang dirasakan selama mengurangi kecemasan dengan
diketahui oleh individu)
perasaan takut yang mengidentifikasi dan prosedur melibatkan pasien
disebabkan oleh antisipasi mengungkapkan gejala 4. Pahami prespektif pasien 4. Mengidentifikasi perspektif klien
terhadap bahaya. Hal ini cemas terhadap situasi stres akan mempermudah perencanaan
merupakan isyarat 2. Mengidentifikasi, untuk mendapatkan pendekatan
kewaspadaan yang mengungkapkan dan terbaik dalam mengurangi stres.
5. Temani pasien untuk
memperingatkan individu akan menunjukkan tehnik untuk 5. Meningkatkan kenyamanan pasien
memberikan keamanan dan
adanya bahaya dan mengontrol cemas sehingga bisa mnegurangi
mengurangi takut
memampukan individu untuk 3. Vital sign dalam batas kecemasan
bertindak menghadapi normal 6. Memantau derajat kecemasan pasien
6. Identifikasi tingkat kecemasan
ancaman. 4. Postur tubuh, ekspresi 7. Agar pasien tidak khawatir akan
7. Bantu pasien mengenal situasi
Batasan Karakteristik: wajah, bahasa tubuh dan kondisi yang di hadapi
yang menimbulkan kecemasan
Perilaku tingkat aktivitas
8. Dorong pasien untuk
 Gelisah menunjukkan 8. Mengetahui apa yang diharapkan
mengungkapkan perasaan,
 Mengekspresikan berkurangnya kecemasan pasien dari penyebab kecemasan.
ketakutan, persepsi
kekhawatiran karena
9. Instruksikan pasien
perubahan dalam peristiwa 9. bisa meningkatkan kenyamanan dan
menggunakan tehnik relaksasi
hidup mengurangi kecemasan
 Tampak waspada
Efektif
 Gelisah, distress
 Ketakutan
 Perasaan tidak adekuat
 Berfokus pada diri sendiri
 Peningkatan kewaspadaan
 Rasa nyeri yang
meningkatkan
ketidakberdayaan
 Ragu/tidak percaya diri
 Khawatir
Fisiologis
 Peningkatan keringat
 Peningkatan ketegangan
 Gemetar/tremor
Simpatik
 Anoreksia
 Diare, mulut kering
 Peningkatan tekanan darah
 Peningkatan denyut nadi
 Peningkatan refleks
 Peningkatan frekuensi
pernafasan, pupil melebar
 Lemah, kedutan pada otot
Parasimpatik
 Nyeri abdomen
 Diare, mual, vertigo
 Kesemutan pada
ekstremitas
Kongnitif
 Menyadari gejala fisiologis
 Kesulitan berkonsentrasi
 Ketakutan terhadap
frekuensi yang tidak
spesifik
 Khawatir dalam melamun
Faktor yang Berhubungan:
 Perubahan dalam (status
ekonomi, lingkungan,
status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran,
status peran)
 Infeksi/kontaminan
interpersonal
 Stress, ancaman kematian
 Penyalahgunaan zat
 Kebutuhan yang tidak
dipenuhi
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa
lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local.(Patofisiologi, Sylvia A
Price hal 422).Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu gastritis akut
dan gastritis kronis.Gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat
yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi.Sedangkan
gastritis kronis Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna
atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H. Pylory).
4.2 Saran
Berikut beberapa saran untuk dapatmengurangi resiko terkena gastritis:
1. Makan secara benar. Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama
makanan yang pedas, asam, gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya
dengan pemilihan jenismakanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana
cara memakannya. Makanlahdengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan
lakukan dengan santai.
2. Hindari alkohol. Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan
mukosadalam lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan pendarahan.
3. Jangan merokok. Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung,
membuatlambung lebih rentan terhadap gastritis dan borok. Merokok juga
meningkatkan asamlambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan
merupakan penyebab utamaterjadinya kanker lambung. Tetapi, untuk dapat
berhenti merokok tidaklah mudah,terutama bagi perokok berat. Konsultasikan
dengan dokter mengenai metode yang dapatmembantu untuk berhenti
merokok.
DAFTAR PUSTAKA
Amin H. Nurarif, Hardhi Kusuma, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid
2, Jogjakarta: Januari
Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Dive Pers:
Jogjakarta
Gunawan, S. G., 2007. Farmakologi dan Terapi, edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Melbourne’s Department of Health, 2010.Gastritis.
Melbourne: Victorian Government.
Gustin Kurni Rahmi, 2011.Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Gastritis Pada Pasien Berobat Jalan di Puskesmas Gulai Bancah
Kota Bukit Tinggi (online), curesure.com/2012/11/Faktor-
Gastritis.html
Misnadiarly.(2009). Mengenal penyakit organ cerna.Jakarta: Pustaka Populer
Obor.
M. Clevo Rendy, Margareth TH Nuha Medika, 2012. AsuhanKeperawatan
Medikal Bedah dan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Mei
Saydam. 2011. Memahami Berbagai Penyakit (Penyakit Pernapasan dan
Gangguan Pencernaan). Alfabeta,Bandung.
Sukarmin, 2012.Keperawatan Pada Sistem Pencernaan. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta
Puspadewi, V.A., & Endang, L. (2012).Penyakit maag & gangguan
pencernaan.Yogyakarta: Kanisius.
Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2011. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik.
Kementrian KesehatanRI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai