Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Penyakit Gastritis

1. Definisi

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut,

dengan kerusakan “Erosive” karena permukaan hanya pada bagian mukosa

(Iin Inaya, 2004).

Gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung (Medicastore, 2003).

Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa

lambung (Suyono, 2001). David Ovedorf (2002) mendefinisikan gastritis

sebagai inflamasi mukosa gaster akut atau kronik (Reeves, 2002) dalam Saferi

& Mariza (2017).

Pengertian yang gastritis yaitu peradangan pada mukosa lambung yang

berkembang karena mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau

bahan iritan lain.

Gastritis adalah peradangan mukosa lambung yang bersifat akut,

kronik, difus atau lokal. Menurut penelitian sebagian besar gastritis

disebabkan oleh infekai bacterial mukosa lambuug yang kronis

Jadi gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat

bersifat akut, kronik, diffus atau lokal. Menurut penelitian, sebagian besar

gastritis disebabkan oleh infeksi bacterial mukosa lambung yang kronis.

Selain itu beberapa bahan yang sjering dimakan dapat menyebabkan rusaknya

sawar mukosa pelindung lambung.


2. Etiologi

Gastritis disebabkan oleh infeksi kuman helicobacter pylori dan pada awal

infeksi mukosa lambung menunjukkan respons inflamasi akut dan jika

diabaikan akan menjadi kronik (Sudoyo Aru dkk, 2009) dalam (Nurarif dan

Kusuma, 2015).

Klasifikasi gastritis (Wim De Jong, et al. 2005) dalam (Nurarif dan Kusuma,

2015):

a. Gatritis akut dalam

1) Gatritis akut tanpa pendarahan

2) Gastritis akut dengan perdarahan (gastritis hemoragik atau gastritis

erosiva)

Gastritis akut berasal dari makan terlalu banyak atau terlalu cepat,

makan-makanan yang terlalu berbumbu atau yang mengandung

mikroorganisme penyebab penyakit, iritasi bahan semacam alcohol,

aspirin, lisol, serta bahan korosif lain, refluks empedu atau cairan

pankreas.

b. Gastritis kronik

Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna

atau maligna dari lambungm atau oleh bakteri Helicobacter pylori

(H. Pylory).

c. Gastritis Bacterial

Gastritis bakterial yang disebut juga gastritis infektiosa, disebabkan

oleh refluks dari duodenum.


3. Klasifikasi

A. Gastritis Superfisialis Akut

1. Definisi

Adalah suatu peradangan permukaan lambung yang akut dengan

kerusakan-kerusakan erosi (Saferi & Mariza, 2017).

2. Etiologi

a. Obat analgetik-anti inflamasi terutama aspirin

b. Bahan kimia, misalnya lisol

c. Merokok

d. Alcohol

e. Stress fisis (combustion, sepsis, trauma, gagal ginjal)

f. Refluks usus lambung

g. Endotoksin bakteri

h. Makanan berbumbu (lada, cuka)

3. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala pada gastritis superfisialis akut menurut Saferi &

Mariza (2017) adalah sbb :

a. Keluhan dapat bervariasi, kadang tidak ada keluhan tertentu

sebelumnya dan sebagian besar hanya mengeluh nyeri epigastrium

yang tidak hebat

b. Kadang disertai dengan nausea dan vomitus

c. Anorexia

d. Gejala yang berat meliputi epigastrium hebat, pendarahan, vomitus

dan hematemesis
4. Pemeriksaan Diagnostik

a. Endoskopi

b. Hispatologi biopsy

c. Radiologis dengan zat kontras

d. Analisis cairan lambung

5. Komplikasi

a. Perdarahan saluran cerna

b. Ulkus

c. Perforasi (Jarang terjadi)

6. Penatalaksanaan

a. Gastritis superfisial akut biasanya mereda bila agen-agen penyebab

dapat dihilangkan

b. Penatalaksanaan medik yang diberikan : obat anti mual / muntah,

koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit IV jika masih muntah,

penghambat H2 (Ranitidin) dan antasid.

B. Gastritis Atropik Kronik

1. Definisi

Suatu peradangan bagian permukaa lambung yang menahun.

Gastritis ini ditandai oleh atrofi progresif epitel kelenjar disertai

kehilangan sel parietal. Terjadi akibat produksi HCl, pepsin dan faktor

intrinsik menurun. Sehingga dinding lambung menjadi tipis, dan

mukosa tidak rata. Gastritis ini sering dihubungkan dengan anemia

pernisiosis, tukak lambung dan kanker.


2. Etiologi

a. Namun penyakit ini sering terjadi pada orang tua, peminum

alkohol berlebih, merokok (merupakan predisposisi gastritis

atrofik)

b. Pasien anemia pernisiosa, pathogenesis berkaitan dengan

mekanisme imunologik

c. Gastritis kronik merupakan predisposisi timbulnya tukak lambung

3. Manifestasi Klinis

a. Perasaan penuh pada abdomen

b. Anorexia, nausea

c. Distres epigastrik yang tidak nyata

d. Nyeri ulu hati, nyeri ulkus peptik

e. Keluhan-keluhan anemia

4. Patofisiologi

Obat-obatan, alkohol garam empedu, zat iritan lainnya dapat

merusak mukosa lambung (gastritis erosif). Mukosa lambung berperan

penting dalam melindungi lambung dari autodigesti oleh asam klorida

dan pepsin. Bila mukosa lambung rusak maka terjadi difusi asam

klorida ke mukosa dan asam klorida akan merusak mukosa. Kehadiran

asam klorida di mukosa lambung menstimulasi perubahan pepsinogen

menjadi pepsin. Pepsin merangsang pelepasan histamine dari sel mast.

Histamine akan menyebabkan peningkatan pemeabilitas kapiler

sehingga terjadi perpindahan cairan dari insta sel ke ekstra sel dan

menyebabkan edema dan kerusakan kapiler sehingga timbul


perdarahan pada lambung. Lambung dapat melakukan regenerasi

mukosa oleh karena itu ganguan tersebut menghilang dengan

sendirinya.

Bila lambung sering terpapar dengan zat iritan makin inflamasi

akan terjadi terus menerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh

jaringan fibrin sehingga lapisan mukosa lambung dapat hilang dan

terjadi atropi sel mukosa lambung akan menurun atau hilang sehingga

cobalamin (vitamin B12) tidak dapat diserap diusus halus. Sementara

Vitamin B12 ini berperan penting dalam pertumbuhan dan maturasi sel

darah merah. Selain itu dinding lambung menipis rentan terhadap

perforasi lambung dan perdarahan (Saferi & Mariza, 2017).


Gambar 2.1

Patofisiologi Gastritis

Obat-obatan H. Phylory Kafein


(NISAD,aspirin,sulfanomid
a steroid, digitalis
Melekat pada epitel Me Produksi
lambung bikarbonat (HCO3-)

Mengacu pembentukan
sawat mukosa lambung Menghancurkan lapisan Me Kemampuan
mukosa lambung protektif terhadap asam

Me barrier lambung Menyebabkan difusi kembali


terhadap asam dan pepsin asam lambung & pepsin Kekurangan volume cairan

Inflamasi Erosi mukosa lambung Perdarahan

Nyeri epigastrium
Me tonus dan peristaltic
Mukosa lambung kehilangan
lambung
integritas jaringan

Me sensori untuk makan


Refluk isi deudenum ke
lambung

Anoreksia

Mual Dorongan ekspulsi isi


lambung ke mulut

Ketidakseimbangan nutrisi Muntah


Nyeri Akut
kurang dari kebutuhan tubuh

Kekurangan volume cairan

Sumber : (Nurarif dan Kusuma, 2015)


5. Manifestasi Klinis

Rasa perih pada lambung merupakan hal yang sering menyertai

gastritis. Hal ini dapat disebabkan karena adanya suatu proses peradangan

yang terjadi akibat dari adanya iritasi pada mukosa lambung. Namun, gejala

sakit gastritis tersebut tidak harus terasa perih, akan tetapi rasa tidak nyaman

pada lambung yang dibarengi denga mual atau kembung dan sering sendawa

atau cepat merasa kenyang juga merupakan gejala sakit gastritis. Serta gejala

lainnya adalah rasa pahit yang dirasakan di mulut. Rasa pahit ini timbuk

karena asam lambung yang berlebihan mendorong naik ke kekerongkongan

sehingga kadang kala timbul rasa asam ataupun pahit pada kerongkongan dan

mulut.

Pada gastritis akut, biasanya disertai adanya sindrom dispepsia berupa

nyeri epigastrium, mual, muntah, kembung, sering flaus, cepat kenyang, rasa

penuh di dalam perut, rasa panas seperti terbakar dan sering sendawa

merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula

perdarahan salurah cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian disusul

dengan tanda-tanda anemia pasca pendarahan. Biasanya, jika dilakukan

anamnesis lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan

kimia tertentu.

6. Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang gastritis meliputi :

a. Laboratorium : Nilai hemoglobin dan hematokrit untuk menentukan

adanya anemia akibat perdarahan, kaudar serum gastrin rendah atau

normal, atau meninggi pada gastritis kronik yang berat, pemeriksaan asam
lambung untuk mengetahui ada atau tidak peningkatan asam lambung

untuk mengetahui atau tidak peningkatan asam lambung untuk mengetahui

ada atau tidak peningkatan asam lambung, lab fases untuk tes akan H.

Pylory, elektrolit natrium : Dapat meningkat sebagai kompensasi

hormonal terhadap simpanan cairan tubuh, kalium: Dapat menurun pada

awak karena pengosongan gaster berat atau muntah atau diare berdarah.

Peningkatan kadar kalium dapat terjadi setelah transfusi darah, amilase

serum : Meningkat dengan ulkus deudenal kadar rendah diduga gastritis.

b. Radiologi rontgen dengan sinar X barium untuk melihat kelainan

gastrointestinal atas maupun mukosa lambung.

c. Endoskopi dengan menggunakan gastrocopy untuk melihat kelainan

mukosa lambung, (Kasron dan Susilawati, 2018).

7. Penatalaksanaan

Pada klien yang mengalami mual dan muntah anjurkan pasien untuk

berdresr, status NPO (Nothing Paroral), pemberian antiemetik dan pasang

infuse untuk mempertahankan cairan tubuh klien. Pasien biasanya sembuh

spontan dalam beberapa hari. Bila muntah berlanjut perlu dipertimbangkan

pemasangan NGT. Antasida diberikan untuk mengatasi perasaan begah dan

tidak enak di abdomen dan menetralisir asam lambung dengan meningkatkan

pH lambung sekitar 6. Antagonis H2 (seperti ranitidin, rantin dan simetidin)

dan inhibitor pompa proton (seperti omeprazole atau lansoprazole) mampu

menurunkan sekresi asam lambung. Antibiotik diberikan bila dicurigai adanya

infeksi oleh helicobacte pylori (seperti clarithomcycin dam amoksilin)

(Hirlan, 2009).
Bila terjadi perdarahan akibat erosi lambung maka perlu dilakukan

tranfusi darah untuk mengganti cairan yang keluar dari tubuh dan dilakukan

lavage (bilas) lambung. Bila tidak dapat dikoreksi maka pembedahan dapat

menjadi alternatif. Pembedahan yang dapat dilakukan pada klien dengan

gastritis adalah gastrectomi parsial, vagotomi atau pyloroplasti. Injeksi

intravena cobalamin dilakukan bila terdapat anemia perninosa. Fokus

intervansi keperawatan adalah bagaimana mengevaluasi dan mengeliminasi

faktor penyebab gastritis antara lain anjurkan klien untuk tidak

mengkonsumsi alkohol, kafein, teh panas atau zat iritan bagi lambung serta

merubah gaya hidup dengan pola hidup sehat dan meminimalisasi stress

(Suratun dan Lusianah, 2010).

B. Konsep Kebutuhan Dasar Nyeri Akut

Menurut Abraham Maslow (1960) dalam Bubarak dan Chayatin

(2007:1) kebutuhan dasar manusia ada lima lingkaran atau hierarki dan

disebut dengan istilah Hierarki Kebutuhan Dasar Maslow. Berikut merupakan

hierarki yang meliputi lima kategori kebutuhan dasar tersebut :

1. Kebutuhan Fisiologis (Physiologic Needs)

2. Kebutuhan keselatamana dan rasa aman (Safery and Security Needs)

3. Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki (Love and Belonging Needs)

4. Kebutuhan harga diri (Self-Esteem Needs)

5. Kebutuhan aktualisasi diri (Need for Self Actualization)

Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam Hierarki

Maslow. Pada klien dengan kasus gastritis biasanya mengalami kebutuhan

aman nyaman nyeri dan nutrisi. (Mubarak & Chayatin, 2007:1-2). Nyeri
adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang

yang mengalami nyeri yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan

tersebut (Long, 1996). Secara umum, nyeri dapat didefinisikan sebagai

perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat (priharjo, 1992). Adapun

kebutuhan dasar manusia tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pasien dengan gastritis akut akan mengalami nyeri. Nyeri

menyebabkan gangguan rasa aman dan nyaman. Dalam teori kebutuhan dasar

manusia menurut Maslow, terdapat kebutuhan keselamatan dan rasa aman

yaitu aman dari berbagai aspek baik psikologis maupun fisiologis, karena

adanya nyeri maka salah satu kebutuhan dasar manusia terganggu, untuk itu

akan dibahas mengenai gangguan rasa aman dan nyaman.

Pada pasien gastritis juga mengalami masalah pada kebutuhan

nutrisinya. Ketidakseimbangan nutrisi bisa menyebabkan masalah

pertumbuhan, penyakit tertentu, bahkan kematian. Ketidakseimbangan berupa

kekurangan atau kelebihan nutrisi, menjadi penyebab berbagai masalah

kesehatan di seluruh dunia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan

intelektual dan fisik yang serius serta mempengaruhi kesehatan seseorang

secara keseluruhan (Mardalena, 2015). Gangguan keseimbangan nutrisi

secara umum dapat digolongkan menjadi 5, yaitu (Zulies, 2016:10):

1. Kebutuhan nutrisi (Malnutrisi)

2. Kelebihan dan kekurangan vitamin

3. Kekurangan dan kelebihan mineral

4. Obesitas (kegemukan)

5. Kelaparan
C. Proses Keperawatan Gastritis

1. Pengkajian

Tahap pengkajian merupakan pemikiran dasar dalam memberikan asuhan

keperawatan sedangkan kebutuhan individu. Pengkajian yang lengkap,

akurat, sesuai kenyataan, kebenaran data sangat pnting untuk

merumuskan suatu diagnosa, kebenaran data sangat penting untuk

merumuskan suatu dengan respon individu (Suarni & Apriyani, 2017).

a. Riwayat Kesehatan

1) Gejala nyeri ulu hati

2) Tidak dapat makan

3) Mual / muntah

4) Kapan gejala dirasakan : sebelum / sesudah makan, setelah

mencerna makanan pedas atau mengiritasi lambung, atau setelah

mencerna obat tertentu atau alkohol

5) Apakah gejala B.d Ansietas, stress, alergi, makan atau minum

terlalu banyak atau makan terlalu cepat

6) Bagaimana gejala hilang

7) Apakah ada riwayat penyakit lambung sebelumnya atau menjalani

pembedahan lambung

8) Pola makan dan riwayat diet

9) Identifikasi lamanya gejala, kapan hilang atau berkurang, dengan

metode apa pasien mengatasi keluhan, efek gejala terhadap pasien


b. Pemeriksaan fisik

1) Nyeri tekan abdomen

2) Dehidrasi (perubahan tugor kulit, membran mukosa kering)

3) Gangguan sistematik yang dapat diketahui menjadi penyebab

gastritis

2. Diagnosa keperawatan :

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon individu,

keluarga, komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan

yang aktual dan potensial (Nurjannah, 2005 : 6):

a) Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologi (inflamasi)

b) Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan

c) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

aktif

d) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi

3. Rencana Keperawatan
Rencana Keperawatan pada pasien Gastritis menurut (Nurarif dan
Kusuma, 2015) tertera pada tabel 1
Tabel 2.1

Rencana Keperawatan pada kasus Gastritis pada An. A di Ruang Anak RS. Mayjend HM. Ryacudu Lampung Utara

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1 2 3 4
1 Nyeri akut b.d Agen SLKI: Tingkat Nyeri (L.08066) SIKI: Manajemen nyeri (I.08238)
pencedera fisiologi Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi
(inflamasi) mengeluh keperawatan selama 2x24 jam lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
nyeri, tampak meringis, tingkat nyeri menurun dengan 2. Identifikasi skala nyeri
gelisah, frekuensi nadi criteria hasil: 3. Identifikasi faktor yang dapat memperberat dan
meningkat, sulit tidur, dan 1. Keluhan nyeri menurun memperingan nyeri
tekanan darah meningkat 2. Meringis menurun 4. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi, (teknik nafas
3. Frekuensi nadi membaik dalam)
4. Kesulitan tidur menurun 5. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup pasien
5. Tekanan darah membaik 6. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
7. Dukung istirahat / tidur yang adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
8. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam pemberian
obat
1 2 3 4
2 Risiko defisit nutrisi b.d SLKI: Status Nutrisi (L.03030) SIKI: Manajemen Nutrisi (I.03119)
ketidakmampuan Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi status nutrisi
mencerna makanan keperawatan selama 2x24 jam 2. Monitor asupan makanan
ditandai dengan mengeluh tingkat nyeri menurun dengan 3. Monitor berat badan
mual dan nafsu makan criteria hasil: 4. Anjurkan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
menurun 1. Porsi makanan yang 5. Berikan suplemen makanan
dihabiskan meningkat 6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
2. Frekuensi makan membaik kalori dan jenis jutrien yang dibutuhkan jika perlu
3. Nafsu makan membaik
4. IMT membaik
3 Risiko hopovolemia b.d SLKI: Status Cairan (L.03028) SIKI: Manajemen Hipovolemia (I.03116)
kekurangan intake cairan Setelah dilakukan asuhan 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (turgor kulit,
d.d turgor kulit menurun keperawatan selama 2x24 jam membrane mukosa)
dan membrane mukosa status cairan membaik dengan 2. Berikan asupan cairan oral
kering criteria hasil: 3. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
1. Turgor kulit membaik 4. Kolaborasi pemberian cairan IV
2. Membran mukosa membaik
1 2 3 4

4 Ansietas b.d ancaman SLKI: Tingkat Ansietas SIKI: Reduksi Ansietas (I.09314)
terhadap konsep diri d.d (L.09093) 1. Monitor tanda_tanda ansietas
merasa bingung, tampak Setelah dilakukan asuhan 2. Ciptakaan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
gelisah, tampak tegang, keperawatan selama 2x24 jam kepercayaan
sulit tidur dan sulit tingkat ansietas menurun dengan 3. Pahami situasi yang membuat ansietas
berkonsentrasi criteria hasil: 4. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
5. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
1. Verbalisasi khawatir akibat 6. Latih teknik relaksasi
kondisi yang dihadapi
2. Perilaku gelisah menurun
3. Perilaku tegang menurun

Anda mungkin juga menyukai