Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK REMAJA: MASALAH


UTAMA GASTRITIS

Disusun oleh :

Mellynia Eka Fitriani

B2018084

PROGRAM STUDI DIPLOMA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian Keluarga
1. Duval (1972)
Keluarga adalah sekelompok orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi atau kelahiran yang bertujuan untuk
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari
tiap-tiap anggota keluarganya.

2. DEPKES RI (1988)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

3. Menurut Asni Harismi (2020)


Keluarga dengan anak remaja (families with teenagers) merupakan
tahap perkembangan dimana keluarga bertugas unuk menjaga
keharmonisan keluarga, diharapkan orangtua mampu membangun
komunikasi yang baik dengan anak. Orangtua dapat memberi
kebebasan pada anak, namun juga memberi tanggung jawab sesuai
usia dan kemampuan anak. Remaja disini adalah anak yang berusia
mulai dari 13 tahun hingga 19 tahun.

B. Fungsi Keluarga

C. Tugas Perkembangan Keluarga


D.
BAB II

KONSEP DASAR

A. Definisi

Menurut Widiya Tussakinah (2017) Gastritis adalah proses inflamasi


yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi pada mukosa dan submukosa
lambung. Gastritis dapat mengalami kekambuhan yang dipengaruhi oleh pola
makan dan stres. Sedangkan menurut Brunner & Suddarth’s (2009) adalah
Inflamasi mukosa gastrik/lambung Fisiologi (fungsi pencernaan & sekresi dan
motorik) Normalnya gaster dilindungi oleh barier mukosa gastrik dari HCl
dan pepsin.

Barier mukosa gastrik meliputi :

1. Lapisan impermiabel lipid hidriphobic melindungi sel epitel gaster,


mencegah difusi molekul yg larut air (alkohol dan aspirin bisa menembus
lapisan ini).
2. Sekresi Ion bicarbonat sebagai respon terhadap sekresi HCl, HCO3- =H+
mukosa gaster tetap intak. Prostaglandin support produksi HCO3- dan
blood flow.
3. Mukus gel, menjaga lapisan lambung dari pepsin dan menagkap HCO3-
untuk menetralisir HCl, berfungsi juga sebgai lubrikan untuk mencegah
kerusakan mekanik yg disebabkan isi lambung.

B. Etiologi

Penyebab gastritis akut adalah konsumsi alkohol dan obat anti inflamasi non
steroid (NSAID) yang berkepanjangan, krisis medis akut seperti operasi
besar, trauma, luka bakar dan infeksi berat. Penyebab gastritis kronis
meliputi : infeksi Helicobacter pylori, refluk cairan empedu kronik, stres dan
penyakit imun.

1. Infeksi bakteri
Bakteri masuk melalui makanan/udara/zat zat lain yang terkontaminasi
oleh bakteri H.Pylori melalui mulut sampai ke lambung (gaster) bakteri
tersebut hidup dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung,
bakteri tersebut akan merusak lapisan pelindung dinding lambung
sehingga terjadi athropi gastritis, dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam
lambung secara perlahan rusak yang menjadi tingkat asam lambung
rendah yang dapat mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan oleh
kanker tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari
lambung sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker
lambung. Bakteri ini juga sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer
dan tersering sebagai penyebab gastritis.

2. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus

Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen


dan naproxen masuk ke dalam lambung → obat bereaksi mengurangi
prostaglandin (fungsi prostaglandin yaitu melindungi dinding lambung)
→ infiltrasi sel-sel radang → atrofi progresif sel epitel kelenjar mukosa
→ kehilangan sel parietal & chief sel → dinding lambung menipis →
peradangan. Pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis
dan peptic ulcer.

3. Penggunaan alkohol secara berlebihan

Alkohol masuk ke dalam lambung → dapat mengiritasi dan mengikis


mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih
rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal sehingga
terjadi peradangan pada lambung.
4. Penggunaan kokain

Kokain dapat merusak lambung → mengiritasi dinding lambung dan


menyebabkan pendarahan dan gastritis.

5. Stress

Stres memiliki efek negatif melalui mekanisme neuroendokrin terhadap


saluran pencernaan sehingga beresiko untuk mengalami gastritis.
Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stres, misalnya
pada beban kerja berat, panik tergesa-gesa. Kadar asam lambung yang
meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini dibiarkan
maka dapat menyebabkan terjadinya peradangan mukosa lambung atau
gastritis.

6. Kelainan autoimmune

Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh


menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini
mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding
lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan
menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu
tubuh mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat
mengakibatkan pernicious anemia, sebuah kondisi serius yang jika tidak
dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune
atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.

7. Pola makan
Gastritis biasanya diawali dengan pola makan yang tidak baik dan tidak
teratur sehingga lambung menjadi sensitif di saat asam lambung
meningkat. Peningkatan asam lambung diluar batas normal akan
menyebabkan terjadinya iritasi dan kerusakan pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung dan jika peningkatan asam lambung ini dibiarkan
saja maka kerusakan lapisan lambung atau penyakit gastritis akan
semakin parah.

C. Manifestasi Klinis

Gastritis akut :

1. Ulserasi superficial yang menimbulkan hemorragie


2. Ketidaknyamanan abdomen (mual, anoreksia)
3. Muntah serta cegukan
4. Dapat terjadi kolik dan diare
5. Peningkatan Suhu Tubuh
6. Takikardi

Gastritis kronis :

Tipe A : Asimtomatis

Tipe B :

1. Mengeluh anoreksia
2. Sakit ulu hati setelah makan
3. Bersendawa
4. Rasa pahit dalam mulut
5. Mual dan muntah
D. Pathway

Stress

Helicobacter pylori Zat-zat korosif


Stimulan nervus vagus

Infeksi mukosa Gangguan difusi


barier mukosa Refleks enterik dinding lambung
lambung

Hormon gastrin

Peningkatan Stimulan sel parietal


asam lambung

Iritasi mukosa lambung

Peradangan mukosa lambung

Hiperemis Ansietas Hipothalamus


Nyeri

Atrofi gaster/ Kurang informasi Aktivitas lambung


mukosa menipis meningkat
Kehilangan fungsi Kurang pengetahuan
Asam lambung meningkat
kelenjar fundus

Faktor intrinsik Kontraksi otot lambung

Penurunan absorbsi Masukan nutrien Anoreksia, mual,


vitamin B12 inadekuat muntah

Anemia pernisiosa Masukan cairan tidak


Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan adekuat/ kehilangan cairan
Penurunan volume
darah merah Risiko kekurangan
Penurunan suplai volume cairan
O2 ke jaringan

Kelemahan fisik

Intoleransi aktivitas
E. Komplikasi

1. Gastritis akut
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh gastritis akut adalah perdarahan saluran
cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai
syock hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak
peptik. Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik
penyebab utamanya adalah H. pylory, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90
% pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi.
2. Gastritis kronis
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan anemia karena gangguan
absorpsi vitamin B12.

a. Tukak lambung

Penyakit ini menandakan adanya luka pada lambung atau lapisan perut karena
gastritis yang semakin parah. Penyebab utama dari komplikasi gastritis ini adalah
infeksi bakteri dan penggunaan obat pereda nyeri golongan NSAID. Gejala yang
paling umum dirasakan ketika tukak lambung terjadi adalah sensasi terbakar dan
nyeri di area tengah perut—antara pusar dan dada.

b. Perdarahan lapisan lambung

Kondisi ini bisa menyebabkan feses jadi berwarna gelap karena tercampur darah
dan lebih lengket. Selain itu, beberapa orang juga merasakan muntah dengan
bercak darah dan pusing. Agar tidak semakin parah, biasanya akan diberikan
obat asam lambung, seperti proton pump inhibitor (PPI) atau H-2 receptor
blocker.

c. Anemia

Komplikasi gastritis yang semakin memburuk bisa menyebabkan anemia


pernisiosa. Saat lapisan perut terluka, protein yang mengikat vitamin B12 tidak
diproduksi secara maksimal. Akibatnya, produksi sel darah merah tidak
mencukupi. Terjadinya perdarahan dan kurangnya penyerapan vitamin B12 ini
akan menyebabkan anemia pernisiosa.

d. Kanker perut (komplikasi gastritis atrofi

Kanker perut biasanya tidak menunjukkan gejala di awal perkembangannya.


Gejala baru akan bermunculan ketika kanker sudah berkembang ke stadium
lanjut. Pada kasus komplikasi gastritis, proses pembedahan akan dilakukan untuk
mengangkat sel kanker. Kemudian, pengobatan dilanjutkan, baik dengan itu
obat, terapi radiasi, maupun kemoterapi.

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Medis

Terapi obat untuk mengeliminasi bakteri H pylori (antiinfektif agent); clarithromycin dan
metronidazole dan proton pump inhibitor, biasanya diberikan selama satu minggu. Untuk
mengurangi sekresi gastric, H2 reseptor antagonist, ranitidin, cimetidine, prostaglandin
analog (misoprostol) dan antasida (magnesium hidroksida, aluminium hidroksida),
antisecretori agen (omeprazole, rabeprazol). Untuk mencegah difusi balik HCl dan
menstimulasi produksi mukus biasanya diberikan mucosal barrier fortifier (sucralfate).
Pembedahan meliputi parsial gastrectomi, pyloroplasti, vagotomi ataupun gastrektomi
total diindikasikan pada pasien dengan perdarahan hebat karena gastritis erosiva berat.

Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu


etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan. Namun
secara spesifik dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Gastritis Akut :

a. Pantang minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang; ubah


menjadi diet yang tidak mengiritasi.
b. Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.

c. Jika terdapat perdarahan, penatalaksanaannya serupa dengan hemoragie yang


terjadi pada saluran gastrointestinal bagian atas.

d. Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan netralkan
asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida, antagonis reseptor
H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan sukralfat (untuk sitoprotektor).

e. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang
encer atau cuka yang di encerkan.

f. Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi.

2. Gastritis Kronis :

Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi. H. phylory mungkin diatasi dengan
antibiotik (mis; tetrasiklin atau amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol)

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. pylori
dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan
bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien
tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia,
yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.
2. Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau
tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga
dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya
pendarahan pada lambung.
3. Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari
sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang
fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan
bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi)
sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani
tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan
mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan
dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20
sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai,
tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau
dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah
rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
4. Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis
atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium
terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan
akan terlihat lebih jelas ketika di ronsen.

H. Daftar Pustaka

1. Bachrudin, M dan Moh. Najib. 2016. Keperawatan Medikal Bedah I. Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia

2. Tussakinah, Widiya, dkk. 2017. Hubungan Pola Makan dan Tingkat Stress terhadap
Kekambuhan Gastritisdi Wilayah Kerja Puskesmas Tarok Kota Payakumbuh Tahun
2017. Jurnal Kesehatan Andalas, 2018 7(2)

3. Herdman, T. Heather. 2017. NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC

4. LENTERA TODAY. 2018. 4 Komplikasi Gastritis yang Perlu Diwaspadai.


https://lenteratoday.com/4-komplikasi-gastritis-yang-perlu-diwaspadai/ (diakses
tanggal 26 Juni 2020)

5. Unknown. 2013. Kumpulan askep: LP GASTRITIS.


Agungsa10001.blogspot.com/2013/04/lp-gastritis.html?m=1

6. Ghayut. 2013. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Gastritis.


id.scribd.com/doc/119447134/Laporan-Pendahuluan-Asuhan-Keperawatan-Gastritis
(diakses tanggal 26 Juni 2020)

Anda mungkin juga menyukai