KARTIKA WULANDARI
B2018074
2020
24
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya yang telah melindungi serta membimbing penulis
sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir. Tugas Akhir ini disusun
untuk melengkapi sebagian syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan pada Program Studi DIII Keperawatan Universitas ‘Aisyiyah
Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini tidak akan
terwujud tanpa keterlibatan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis perlu menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan setulus-tulusnya kepada para pihak yang membantu sehingga
penulisan skripsi ini terlaksana dengan lancar, yakni kepada :
25
BAB I
PENDAHULUAN
25
tepat atau pengobatan yang tidak memadai. Gejala serangan asma dapat terjadi
sangat ringan, singkat, dan sembuh spontan. Namun sebaliknya dapat pula
terjadi sangat berat, berlangsung lama, sehingga sulit ditanggulangi (Laksana,
2015).
Menurut kementrian Kesehatan Republik Indonesia tujuan utama
penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan mempertahankan kualitas
hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam
melakukan kegiatan sehari hari. Penatalaksanaan asma dilakukan melalui
pendekatan yang dapat dilaksanakan, mempunyai manfaat, aman dan dari segi
harga terjangkau. Dapat dilihat dari aspek tersebut terapi yang bisa digunakan
dan diterapkan dirumah oleh penderita asma adalah dengan terapi non
farmakologis.
Salah satu terapi non farmakologi untuk mengatasi asma yaitu dengan
menggunakan inhalasi sederhana daun mint. Daun mint digunakan untuk
tujuan kesehatan selama ribuan tahun. Bahan Aktif dalam Peppermint adalah
Menthol, yang merupakan senyawa organik yang menghasilkan sensasi dingin
ketika diterapkan pada mulut atau kulit. Menthol sebagai bahan aktif utama
yang terdapat dalam Peppermint dapat membantu melegakan hidung sehingga
membuat napas menjadi lebih mudah (Amelia, 2018).Aroma menthol yang
terdapat pada daun mint memiliki anti inflamasi, sehingga nantinya akan
membuka saluran pernapasan. Selain itu daun mint juga akan membantu
menyembuhkan infeksi akibat serangan bakteri. Karena daun mint memiliki
sifat antibakteri, daun mint akan melonggarkan bronkus sehingga akan
melancarkan pernapasan (Siswantoro, 2015). teknik pemberian inhalasi
sederhana menggunakan aromaterapi daun mint yang dilakukan selama 3x
sehari dalam waktu 15 menit saat sesak nafas ternyata sangat efektif untuk
menguragi sesak nafas. Namun tidak menutup kemungkinan adanya pengaruh
lain yang bisa mengurangi sesak nafas, missal pemberian oksigen masker dan
inhalasi (Hutabarat, 2019).
Berdasarkan masalah diatas terapi asma dengan menggunakan daun mint
dapat dilakukan dirumah dan dapat di edukasikan dengan suatu media. Media
25
yang digunakan disini yaitu booklet. Booklet merupakan media cetak yang
mudah dipahami untuk melakukan edukasi kepada mesyarakat. Tujuan
pembuatan media booklet ini yaitu memberikan edukasi untuk meningkatkan
pengetahuan dalam menangani sesak napas secara nonfarmakologis pada
penderita asma dan mengembangkan media booklet sebagai media yang
efektif untuk pemberian edukasi kesehatan. Sedangkan manfaat booklet yaitu
dapat memberikan informasi yang lengkap dengan desain yang menarik untuk
meningkatkan pengetahuan para penderita asma saat asmanya sedang kambuh
dan dapat mempraktekkan cara menurunkan sesak napas secara nonfarmalogis
secara mandiri dirumah. Manfaat bagi penulis sendiri yaitu dapat menambah
ilmu pengetahuan serta memperoleh pengalaman dalam melaksanakan aplikasi
riset keperawatan dalam tatanan pelayanan keperawatan melalui pemberian
booklet tentang terapai inhalasi terhadap penurunan sesak nafas pada penderita
asma.
25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Putra (2016), asma dan serangan asma merupakan dua hal
yang berbeda, seorang penderita asma persisten berat dapat mengalami
serangan asma ringan saja, namun terdapat kemungkinan pada
penderita asma yang tergolong episodic jarang dapat mengalami
serangan asma berat, bahkan bila tidak ditangani dapat mengakibatkan
henti nafas yang menyebabkan kematian.
2. Kategori Asma
Menurut Ikawati (2016), asma dikategorikan berdasarkan pemicunya
yaitu sebagai berikut :
a. Asma Ekstrinsik
Asma ekstrinsik adalah bentuk asma yang paling umum,
dan disebabkan karena reaksi alergi penderitanya terhadap hal-hal
tertentu (allergen). Yang tidak membawa pengaruh apa-apa pada
mereka yang sehat. Alergi ini disebabkan karena keturunan.
Seseorang saat lahir sudah memiliki antibody alami. Pada saat
dating serangan misalnya virus yang memasuki tubuh system ini
akan menghimpun antibody untuk menghadapi dan berusaha
menumpas sang penyerang.
25
Proses mempertahankan diri ini, gejala-gejala yang mudah
tampak adalah naiknya temperature tubuh, demam, perubahan
warna kulit, hingga timbul bercak-bercak, jaringan-jaringan
tertentu memproduksi lendir dan sebagainya.
b. Asma Intrinsik
Asma jenis ini disebabkan oleh stress, infeksi, dan kondisi
lingkungan seperti cuaca, kelembapan dan suhu udara, polusi
udara, dan juga oleh aktivitas olahrga yang berlebihan. Asma
intrinsic biasanya berhubungan dengan menurunnya kondisi
ketahanan tubuh, terutama pada mereka yang memiliki riwayat
kesehatan paru-paru yang kurang baik, misalnya karena bronchitis
atau pneumonia. Penderita diabetes mellitus golongan lansia juga
rentan terkena asma intrinsic. Penderita asma jenis ini biasanya
berusia diatas tiga puluh tahun.
3. Klasifikasi Asma
Ikawati (2016), mengklasifikasikan asma sebagai berikut :
a. Asma Ringan
Asma ringan adalah asma yang terkontrol dengan pengobatan
tahap 1 atau tahap 2, yaitu terapi pelega bila perlu saja, atau
dengan obat pengontrol dengan intensitas rendah seperti steroid
inhalasi dosis rendah atau antagonis leukotriene, atau kromon.
b. Asma Sedang
Asma sedang adalah asma yang terkontrol dengan pengobatan
tahap 3, yaitu terapi dengan obat pengontrol kombinasi steroid
dosis rendah plus long acting beta agonist (LABA).
c. Asma Berat
Asma ini membutuhkan terapi tahap 4 atau 5, yaitu terapi dengan
obat pengontrol kombinasi steroid dosis tinggi plus long acting
beta agonist (LABA) untuk menjadi terkontrol, atau asma yang
tidak terkontrol meskipun telah mendapat terapi.
4. Penyebab asma
25
a. Asma Ekstrinsik
Asma ekstrinsik dapat disebabkan dari serbuk sari bunga, ketombe
hewan, jamur atau debu dirumah, bantal berbulu, kapuk, pengawet
makanan yang mengandung sulfit, zat – zat yang dapat
merangsang indera lainnya.
b. Asma Instrinsik
Asma ini dapat disebabkan oleh iritan, kelelahan, perubahan
endokrin, suhu yang berbeda, gas beracun, kegelisahan, faktor
genetic, batuk – batuk atau tertawa. (Dr. Lyndon Saputra,2014).
5. Tanda dan Gejala Asma
Menurut Francis (2011), tanda dan gejala asma disebutkan sebagai
berikut :
a. Tanda
1) Tidak ada (sering)
2) Mengi – difus, bilateral, saat ekspirasi (kurang lebih Inspirasi)
3) Takipnea
b. Gejala
1) Mengi
2) Napas pendek
3) Dada terasa sesak
4) Batuk yang episodic/bervariasi
6. Suara Napas Abnormal Pada Penderita Asma
25
membedakan mengi ekspirasi paksa dari mengi polifonik patoligis ada dua
cara sebagai berikut :
1) Mengi ekspirasi paksa pada orang normal terjadi bila ada usaha
ekspirasi kerasa. Namun pada penderita obstruksi berat akan
memperdengarkan mengi pada saat ekspirasi biasa saja.
2) Pada orang normal, akan dikatakan tetap sebagai “suara putih” jika
selama ekspirasi paksa suara napas yang mengeras secara progresif
sampai pada usaha napas yang kuat (akibat tenaga yang kuat). Suara
putih terdiri dari gelombang suara berbagai frekensi (Lehrer, 2017).
7. Penatalaksanaan
Menurut Ekawati (2016), penatalaksanaan yang efektif
membutuhkan kerjasama yang baik antara pasien dengan tenaga
kesehatan yang memberikan perawatan. Pasien perlu di edukasi
tentang dasar-dasar pengetahuan tentang asma dan pengelolaanya.
Terapi asama berbasis pada pengontrolan, terapi asma juga disesuaikan
berdasarkan tingkat keparahannya. terapi asma dapat dijalankan
sebagai berikut :
a. Terapi Non-farmakologi
Terapi ini meliputi dua komponen yaitu edukasi dan
pengontrolan. Mengontrol asma terhadap pemicu serangannya
seperti debu, polusi, merokok, olahraga, perubahan temperature
secara ekstrim, dll. Untuk memastikan serangan allergen pada
penderita asma maka direkomendasikan untuk mengetahui riwayat
kesehatan pasien serta uji kulit (skin test). Jika penyebab serangan
sudah diidentifikasi pasien perlu di edukasi mengenai berbagai
cara mencegah dan mengatasi diri dalam serangan asma.
Edukasi pada pasien asma berisi tentang bagaimana
mengenali pemicu asma, mengenal tanda awal dan gejala asma,
cara penggunaan obat yang tepat terutama teknik inhalasi yang
benar, dan bagaimana memonitor fungsi paru-parunya. Selain itu
25
dapat juga dapat dilakukan fisioterapi napas (senam asma), vibrasi
atau perkusi toraks, dan batuk yang efisien.
b. Terapi Farmakologi
Berdasarkan penggunaanya obat asma terbagi menjadi tiga
golongan sebagai berikut :
1) Obat pengontrol
Obat ini digunakan secara rutin untuk mengontrol dan
mencegah kekambuhan. Golongan obat ini dapat mengurangi
inflamasi saluran pernafasan, penurunan fungsi paru,
mengurangi resiko kekambuhan.
Contoh obat yang digunakan yaitu :
a) inhalasi steroid 2-4 hirupan sebanyak 2-4 kali sehari
dengan dosis rendah 400 μg budesonide.
b) β2 agoniis aksi panjang : Fluticason propionate /
salmeterol ICS 100 μg1x hirupan/hari
c) sodium kromoglikat atau kromolin, nedokromil 2-4
inhalasi 3-4x/hari.
d) modifier leukotriene : montelukast 10mg setiap malam
sebelum tidur
e) golongan metil ksantin
2) Obat pelega (reliever)
Obat ini digunakan hanya pada saat asma sedang kambuh.
Golongan obat ini juga digunakan untuk mencegah
bronkokontriksi akibat aktivitas berlebih atau olahraga.
Obat yang sering digunakan untuk pelega yaitu :
bronkodilator (β2 agonis aksi cepat, antikolinergik,
metilksantin), dan kostikosteroid oral (sistemik).
a) SABA (Short acting beta agonist) 4-10 puff dengan
MDI diulang 20mnt/jam
b) ICS (inhalation of corticosteroid)100μg 1-2 hirupan x 2
3) Obat tambahan (add-on therapies)
25
Obat ini digunakan untuk mengatasi asma berat dan pasien
yang mengalami gejala menetap walaupun sudah diberi terapi
pengontrol yang optimal dengan dosis tinggi. Obat jenis
golongan ini adalah antagonis leukotriene, omalizumab (anti
IgE) diberikan secara subcutan setiap 2-4 minggu, teragntung
pada berat badan dan kadar IgE serum.
25
3. Alat dan Bahan
Menurut Silitonga, (2020), alat dan bahan yang digunakan sebagai
terapi inhalasi yaitu :
a) Waskom
b) Air hangat
c) Daun Mint
4. Prosedur kerja
Menurut Silitonga (2020) dan Hutabarat (2019) SOP pelaksanaan
terapi inhalasi sederhana menggunakan daun mint sebagai berikut :
a) Rebus air hingga mendidih
25
Sumber : https://images.app.goo.gl/GtbxDusRUTxXkpCNA
c) Masukkan beberapa lembar daun mint kedalam air hangat
25
C. Media Booklet
1. Pengertian
25
tahu, informasi yang diberikanpun harus dirancang secara unik
sehingga mudah untuk dipahami (Pralisaputri, 2016).
2. Ketepatan Solusi
Menurut Pralisaputri (2016), Booklet dapat dijadikan sebagai
media pembelajaran yang efektif dan efisien yang berisikan informasi-
informasi penting, yang dirancang secara unik, jelas, dan mudah
dimengerti, sehingga booklet ini menjadi media pendamping untuk
kegiatan pembelajaran di kelas dan diharapkan bisa meningkatkan
efektivitas pembelajaran peserta didik.dalam setiap halaman media
disajikan materi dengan warna-warni yang menarik dan ilustrasi
gambar serta foto mengenai materi pembelajaran sehingga lebih efektif
digunakan untuk pemberian edukasi terapi inhalaasi sederhana
menggunakan daun mint. Media booklet juga memiliki keunggulan dan
kelemahan sebagai berikut :
a. Keunggulan Media Booklet
Menurut Christie (2019), keunggulan dari media booklet ini
yaitu :
1. Booklet di desain unik dan menarik
2. Memuat intisari materi yang sesuai dengan hasil penelitian atau
sumber lainya
3. Visualisasi yang lebih dominan dengan gambar lebih fleksibel
dibawa kemana saja karena ukurannya lebih kecil.
25
BAB III
25
observasi kembali. Sedangkan penulis memberikan edukasi,
pengetahuan dan informasi tentang teknik melakukan terapi inhalasi
sederhana dengan daun mint.
2. Penelitian Silitonga (2019), dengan judul “Pengaruh Inhalasi
Sederhana Menggunakan Daun Mint (Menthe Piperita) Terhadap
Penurunan Sesak Napas Pada Penderita TB Paru di Lingkungan UPT
Puskesmas Tandang Buhit Balige Tahun 2019”. Penelitian ini
menggunakan jenis metode kuantitatif dengan quasi eksperiment.
Persamaan penelitian Haris Silitonga dengan penulis yaitu sam-sama
meenerapkan terapi inhalasi sederhana untuk menurunkan sesak napas.
Sedangkan perbedaanya penelitian Haris Silitonga ingin mengetahui
pengaruh inhalasi sederhana dengan daun mint pada pasien TB paru,
sedangkan peneliti memberikan edukasi tentang inhalasi sederhana
menggunakan daun mint.
3. Pada penelitian Anwari (2019), dengan judul “Efektivitas Kombinasi
Mint (Papermint Oil) dan cairan Nebulizer pada Penanganan Batuk
Asma Bronchiale”. Penelitian ini menggunakan jenis metode pra-
eksperiment dengan rancangan nonrandomized pre test and post test
with control group design. Persamaan penelitian Farida Anwari yaitu
sama-sama menerapkan terapi inhalasi untuk emngurangi sesak napas.
Sedangkan perbedaanya penelitian Farida Anwari menggunakan aroma
peppermint oil, sedangkan penulis menggunakan daun mint sebagai
aromaterapi.
4. Pada penelitian Puspitaningrum (2017), dengan judul “Pengaruh media
booklet terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri terkait kebersihan
dalam menstruasi di pondok pesantren Al-Ishlah Demak triwulan II
tahun 2017” pada penelitian Wanodya dalam pembuatan booklet
adalah sebagai upaya untuk memberikan informasi tambahan
mengenai kesehatan reproduksi melalui pendidikan kesehatan yang
disesuaikan dengan kondisi pondok pesantren yang membatasi media
elektronik yaitu dengan media cetak. Persamaan penelitian Wanodya
25
dengan penulis yaitu sama-sama menggunakan media booklet sebagai
media informasinya sedangkan perbedaanya yaitu pada penelitian
Wanodya membahas mengenai tentang pengetahuan sikap remaja putri
terkait kebersihan menstruasi dan penulis membahas mengenai
penerapan inhalasi sederhana dengan daun mint terhadap penurunan
sesak napas pada penderita asma, peneliti memberikan cara untuk
mengurangi sesak napas secara nonfarmakologis dengan menggunakan
aromaterapi daun mint dengan metode penguapan.
25
Booklet ini dapat dijadikan sebagai media informasi untuk
menambah pengetahuan masyarakat tentang penanganan sesak
napas secara mandiri dan sederhana khususnya pada penderita
asma.
3) Bagi Tenaga Kesehatan
Booklet ini dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan para
tenaga kesehatan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat
khususnya bagi para penderita asma.
4) Bagi Institusi
Booklet ini dapat bermanfaat bagi institusi untuk dijadikan
sebagai bahan pustaka dan bahan masukan untuk mahasiswa
Program Studi Keperawatan dalam menyelesaikan tugas akhir.
d. Penyajian (disajikan secara lengkap, sistematis dan menarik)
Booklet ini disajikan dengan materi yang jelas disertai dengan
gambar yang berkaitan. Selain itu desain dibuat berwarna dan
elegant sehingga tidak tampak membosankan saat dibaca.
2. Booklet berukuran 3,5 x 8,5 inchi yang terdiri dari 16-24 halaman
3. Menggunakan ukuran huruf 12 pada judul dan 10 pt pada penulisan
materi, dan spasi 1
4. Teks dalam booklet rata
5. Booklet menggunakan sub-judul dengan ukuran lebih besar dari teks
dan di bold
6. Panjang kolom dalam booklet tidak lebih dari 11 kata dan tidak
menggunakan lebih dari 2 jenis huruf atau font
7. Booklet tidak menggunakan huruf kapital semua. Penulisan halaman
berada pada bagian kanan bawah dimulai dari bab 1 sampai daftar
psutaka
8. Margin yang digunakan sesuai panjang kolom
9. Penulisan kata asing ditandai dengan italic
10. Background booklet memilih warna abu-abu dengan kombinasi warna
hijau. Pemilihan warna tersebut dikarenakan warna abu-abu memiliki
25
kesan yang elegan dan simple sedangkan warna hijau berhubungan
dengan kasus yang diambil. Dengan begitu diharapkan pembaca akan
tertarik untuk membaca booklet dan tertarik dengan isi yang ada di
dalamnya, sehinggapara penderita asma tahu cara mengatasi sesak
napas tanpa ketergantungan obat.
11. Penggunaan gambar sesuai dengan materi, gambar yang dicantumkan
berkaitan dengan kebutuhan penerapan terapi inhalasi daun mint.
12. Isi dari booklet terdiri dari
a. Bagian booklet yaitu halaman cover, daftar isi, isi booklet,
kesimpulan, daftar pustaka dan halaman penutup.
b. Bagian cover terdiri dari judul cover “Terapi Sederhana
Untuk Menangani Asma” berisikan gambar yang terkait
dengan judul dan dilengkapi logo Universitas ‘Aisyiyah
Surakarta dan team penyusun booklet.
c. Bagian daftar isi berisikan mengenai judul materi dalam
booklet
d. Bagian isi booklet berisiskan materi dasar atau utama dalam
booklet, menjabarkan isi materi secara detail serta refrensi
yang digunakan.
Materi yang ditulisantara lain:
1) Memilih metode : apakah memiliki cara alternative
secara nonfarmakologis untuk menangani sesak napas.
2) Penjelasan tentang bagaimana membuat dan cara
menerapkan inhalasi sederhana dengan daun mint.
e. Bagian kesimpulan berisikan tentang ringkasan dari semua
materi yang terdapat dalam booklet
f. Bagian daftar pustaka berisikan sumber atau refrensi materi
yang ada di dalam booklet
g. Bagian halaman penutup berisikan logo kampus dan juga
nama prodi dan fakultas yang disetai nama kampus
Universitas ‘Aisyiyah Surakarta.
25
BAB IV
Luaran yang dicapai dalam tugas ini adalah berupa hak dan
kekayaaan intelektual (HKI), berupa booklet yang berjudul “Terapi
Inhalasi Sederhana dengan Daun Mint Untuk Menangani Asma”.
Hasil luaran yang berupa booklet ini akan di HaKI (Hak atas
Kekayaan Intelektual) karena karya yang dihasilkan oleh penulis bersifat
baru yaitu belum pernah dipublikasikan dimedia manapun, selain itu karya
ini dapat dilakukan secara berulang-ulang yang artinya memiliki manfaat
bagi masyarakat yaitu berupa solusi untuk mengurangi sesak napas pada
penderita asma. Hasil karya booklet ini tidak menentang peraturan Hak
atas Kekayaan Inteletual, seperti bertentangan dengan agama, mengandung
ras dan menggangu ketertiban umum. Hasil karya ini juga tidak dalam
Pratik coba-coba karena penulis membuat berdasarkan teori-teori dalam
keperawatan yang ada. Sehingga hasil karya berupa booklet yang berjudul
“Terapi Inhalasi Sederhana dengan Daun Mint Untuk Menangani Asma”
dapat memperoleh hak paten dalam hak atas kekayaan intelektual.
Berikut gambaran dari booklet yang dibuat penulis.
A. Halaman Depan
25
B. Halaman Isi
C. Halaman Belakang
25
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil tugas akhir yang dicapai dan pembahasan pada
bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan bahwa pemberian edukasi
penanganan sesak napas secara nonfarmakologis pada penderita asma
ditujukan untuk memberikan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan
dalam menangani sesak napas secara nonfarmakologis.
B. Saran
1. Bagi Masyarakat
Berdasarkan booklet yang telah dibuat diharapkan masyarakat
terutama para penderita asma yang mengalami sesak napas bisa
mengetahui dan paham tentang cara menurunkan sesak napas secara
nonfarmakologi dengan daun mint.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Berdasarkan booklet yang telah dibuat diharapkan bagi petugas
kesehatan dapat mengembangkan kreativitas dan inovasi sehingga
mengetahui lebih banyak tentang dampak terapi inhalasi sederhana
dengan daun mint terhadap penurunan sesak napas pada penderita
asma sebagai solusi yang efektiv dan sederhana.
3. Bagi Institusi
Berdasarkan booklet yang telah dibuat diharapkan menambah
sumber bacaan dan pengetahuan bagi pembaca di perpustakaan yang
sehingga menambah pengetahuan
25
DAFTAR PUSTAKA
25
Laksana, Mukhamad Aria.2015.Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada
Timbulnya Kejadian Sesak Napas Penderita Asma Bronkial. Majority. 4
(9).https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/140
9. Diakses pada Desember 2015.
Lehrer, Steven.2014. Memahami Bunyi paru dalam Praktik Sehari-Hari.
Tangerang:Binarupa Aksara.
Putra, Yusnik Adi.2018. Gambaran tingkat Kecemasan dan Derajat Serangan
Asma pada Penderita Dewasa Asma Bronkial (Studi diwilayah Kerja
Puskesmas Gunungpati, Kota Semarang Tahun 2016). Jurnal Kesehatan
Masyrakat. 2 (6).
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/19893. Diakses
pada 2018.
Pralisaputri, Kurnia Ratnadewi,dkk.2016.Pengembangan Media Booklet Berbasis
SETS Pada Materi Pokok Mitigasi dan Adaptasi Bencana Alam Untuk
Kelas X SMA (Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Surakarta
Tahun Ajaran 2014/2015). Jurnal GeoEco. 2(2): 147-154.
https://jurnal.uns.ac.id/GeoEco/article/view/8930. Diakses pada Juli 2016.
Puspitaningrum, Wanodya,dkk.2017.Pengaruh Media Booklet Terhadap
Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Terkait Kebersihan Dalam
Menstruasi di Pondok Pesantren Al-Ishlah Demak Triwulan II Tahun
2017. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 5(4).
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/18362. Diakses
pada Oktober 2017.
Rizki, Muhammad Ikhwan,dkk.2015.Tanaman Dengan AKtivitas Anti-Asma.
Jurnal Pharmascience. 2 (1):1-9.
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/pharmascience/article/view/5807.
Diakses pada februari 2015.
Saputra, Lyndon.2014. Organ System: Visual Nursing, Respiratorik. Tangerang
Selatan : Binarupa Aksara
Silitonga, Haris,dkk.2020.Pengaruh Inhalasi Sederhana Menggunakan Daun Mint
(Menthe Piperita) Terhdap Penurunan Sesak Napas Pada Penderita TB
Paru Di Lingkungan UPT Puskesmas Tandang Buhit Balige Tahun 2019.
Jurnal Pengaruh Inhalasi Sederhana.
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/manuju/article/view/2905.
Diakses pada 3 juli 2020.
Siswantoro,Edy.2017. Pengaruh Aromaterapi Daun Mint dengan Inhalasi
25
Sederhana Terhadap Penurunan Sesak Nafas Pada Pasien Tuberculosis
Paru. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan
https://scholar.google.co.id/citations?user=5W42zkIAAAAJ&hl=en.
Diakses pada 2017.
Usman, Isnaniyah,dkk.2015.Faktor Resiko dan Faktor Pencetus yang
Mempengaruhi Kejadian Asma Pada Anak di RSUP Dr.M.Djamil Padang.
Jurnal Kesehatan Andalas. 4 (2).
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/260. Diakses pada
2015.
Widyaningrum, Herlina.2019. Kitab Tanaman Obat Nusantara.Yogyakarta :
Media Pressindo.
Zuddin, Riva Rainiza,dkk.2019.Pembuatan dan Uji Hedonik Lilin Aromaterapi
dari Minyak Daun Mint (Mentha Piperita L.) dan Minyak Rosemary
(Rosmarinus Officialis). Jurnal Dunia Farmasi. 3 (2). 79-90.
http://ejournal.helvetia.ac.id/index.php/jdf/article/view/4479. April 2019.
25
Universitas ‘Aisyiyah Surakarta
Lihat panduan
penulisan mba,
patuhi aturannya
2 15 nov Bab 1 Perbaiki dulu baru
konsul.lagi...
komen dihapus kl
sdh di revisi...
Tidak ada sub bab
ya langsung ke
paragraf saja utk
manfaat dan tujuan
3 20 nov Bab 1 Perbaiki sesui saran
lihat komposisi
tema dalamparagraf
lihat panduan revisi
bab 1 lanjut bab 2
4 27 nov Bab 1 2 Bab 1 tambahkan
manfaat dan tujuan
Bab 2 tambahkan
ketepatan solusi
21
lanjut bab 3
5 30 nov Bab 123 Bab 1 cek di
paragraph terakhir
blm ada bahasan
mengenai solusi
menggunakan
media
8 Revisisesui
masukan .buat
dapus sekalian.
9 21 Des 1-5 mba tolong untuk
ktinya revisi ya... di
bab 1 tujuannya di
buat dua saja 1.
memberikan
edukasi untuk
meningkatkan
pengetahuan, 2
mengembangkan
media edukasi......
kemudian tujuan
harus sama dengan
bab 3 di sub bab
tujuan....... tujuan
ini juga harus di
21
jawab di bab 5
kesimpulan (kl di
bab 1 dan 3 tujuan
ada 2 maka
kesimpulan juga
ada 2)
terus penulisan
sitasi tolong
perbaiki ... misal
karangan dari
norman wijaya gati
2020... maka ditulis
di bab 1-3 cukup
(Gati, 2020) tolong
cek bab 1-3 untuk
tulisan sitasinya
dapus 1 referensi
jadikan 1 baris.
10 22 dec Bab 1-5 Bab 2 cek penulisan
2020 tidak boleh pake
symbol (-) pake
numbering lihat
21
panduan ya.
Untuk penulisan
dapus lihat panduan
lengkapi dapus dan
penulisannya
12 Acc
21