Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT)

BIDANG STUDI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Dosen Pengajar Ns. Ihsan Tufiq, M.Kep.

OLEH :

1. Mustika Jussi Arumdani (1914471001)


2. Zhavira Azzahra (1914471002)
3. Sunyi Rahma Sari(1914471003)
4. Muhammad Haikal (1914471004)
5. Erlin Puja Swastika (1914471005)
6. Jihan Afifah (1914471006)
7. Melinda Sari (1914471007)
8. Luthfiana Rahmatul A (1914471008)
9. Dhea Maya Putri (1914471009)

Tingkat 2 Reguler 1
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
Tahun akademik 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelasaikan tugas makalah yang
berjudul infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada bidang studi Keperawatan Medikal Bedah. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA). Kami ucapkan terimkasih kepada Bapak Ihsan Taufiq selaku Dosen
Bidang keperawatan Medikal Bedah yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi.
Saya juga mengucapkan terimkasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini, kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG.............................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................4
1.3 TUJUAN...................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
2.1 PENGERTIAN ISPA..............................................................................5
2.2 GEJALA DAN TANDA PENYAKIT SERTA CARA DIAGNOSIS
ISPA 6
2.2.1 Gejala dan Tanda Penyakit ISPA..................................................6
2.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN............................................................8
2.4 INTERVENSI KEPERAWATAN.........................................................9
2.5 CARA MENGOBATI ISPA.................................................................16
BAB III..................................................................................................................17
PENUTUP.............................................................................................................17
3.1 KESIMPULAN......................................................................................17
3.2 SARAN...................................................................................................17

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran pernafasan
yang dapat berlangsung sampai 14 hari. Secara klinis ISPA ditandai dengan gejala
akut akibat infeksi yang terjadi di setiap bagian saluran pernafasan dengan
berlangsung tidak lebih dari 14 hari.
Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang
komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh 300 lebih jenis virus, bakteri, serta
jamur. Virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus yang meliputi virus
influensa, virus pra-influensa dan virus campak. Survei mortalitas yang dilakukan
oleh Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA sebagai penyebab kematian
terbesar di Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian. Bukti
bahwa ISPA merupakan penyebab utama kematian adalah banyaknya penderita
ISPA yang terus meningkat.
Menurut WHO, ISPA merupakan peringkat keempat dari 15 juta
penyebab pada setiap tahunnya. Jumlah tiap tahun kejadian ISPA di Indonesia
150.000 kasus atau dapat dikatakan seorang meninggal tiap 5 menitnya, bahkan
20-30% kematian disebabkan oleh ISPA. Faktor penting yang mempengaruhi
ISPA adalah pencemaran udara. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah
akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru sehingga mempermudah
timbulnya gangguan pernapasan.
Tingginya tingkat pencemaran udara menyebabkan ISPA memiliki angka
yang paling banyak diderita oleh masyarakat dibandingkan penyakit lainnya.
Selain faktor tersebut, peningkatan penyebaran penyakit ISPA juga dikarenakan
oleh perubahan iklim serta rendahnya kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat
dalam masyarakat. Dalam rangka memahami lebih jauh tentang ISPA maka di
dalam makalah ini akan dijabarkan secara lengkap semua hal yang berkaitan
dengan ISPA.

5
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian ISPA?
2. Apa sajakah gejala dan tanda penyakit ISPA?
3. Bagaimana diagnosa keperawatan pasien dengan ISPA?
4. Bagaimana intervensi keperawatan pasien ISPA?
5. Bagaimana cara mengatasi penyakit ISPA?

1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah guna membantu rekan-
rekan seklian memahami tentang:
1. Pengertian ISPA
2. Gejala dan tanda penyakit ISPA
3. Diagnosa keperawatan mengenai ISPA
4. Intervensi keperawatan pasien ISPA
5. Cara mengatasi penyakit ISPA

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ISPA


ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah infeksi akut saluran
pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah beserta
adenaksanya. ISPA adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang
berlangsung sampai 14 hari lamanya.
Saluran pernafasan adalah organ yang bermula dari hidung hingga alveoli
beserta segenap adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Sedangkan yang dimaksud dengan infeksi adalah masuknya kuman atau
mikroorganisma ke dalam tubuh dan berkembang biak sehingga menimbulkan
penyakit.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran
pernafasan akut yang meliputi saluran pernafasan bagian atas seperti rhinitis,
fharingitis, dan otitis serta saluran pernafasan bagian bawah seperti laryngitis,
bronchitis, bronchiolitis dan pneumonia, yang dapat berlangsung selama 14 hari.
Batas waktu 14 hari diambil untuk menentukan batas akut dari penyakit tersebut.
Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli beserta organ
seperti sinus, ruang telinga tengah dan pleura.
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernafasan dimulai dengan
keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit
mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh
dalam keadaan kegagalan pernafasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam
kegagalan pernafasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit,
meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang
ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan
tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernafasan.
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah suatu penyakit yang
terbanyak di diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun di
negara maju dan sudah mampu dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit
karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada

7
masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa
dewasa.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses inflamasi yang
disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal (mikroplasma), atau aspirasi substansi
asing yang melibatkan suatu atau semua bagian saluran pernapasan. Infeksi
saluran pernapasan akut adalah infeksi yang terutama mengenai struktur saluran
pernapasan diatas laring, tetapi kebanyakan, penyakit ini mengenai bagian
saluran atas dan bawah secara simultan atau berurutan.
Gambaran patofisioliginya meliputi infiltrat peradangan dan edema
mukosa, kongesti vaskuler, bertambahnya sekresi mukus, dan perubahan dan
struktur fungsi siliare.

2.2 GEJALA DAN TANDA PENYAKIT SERTA CARA DIAGNOSIS ISPA

2.2.1 Gejala dan Tanda Penyakit ISPA


1. Demam
sering tampak sebagai tanda infeksi pertama. Paling sering terjadi
pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-40,5ºC bahkan
dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang
euforia (perasaan senang berlebihan) dan lebih aktif dari normal, beberapa
anak bicara dengan cepat kecepatan yang tidak biasa.(Wijayaningsih,
2013, hal. 3)
2. Anoreksia
Anoreksi merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit
masa kanak-kanak sering kali merupakan bukti awal dari penyakit.
Menetap sampai derajat yang lebih besar atau lebih sedikit melalui tahap
demam dari penyakit. (Wijayaningsih, 2013, hal. 3)
3. Muntah
Muntah merupakan suatu reflek yang tidak dapat dikontrol untuk
mengeluarkan isi lambung dengan paksa melalui mulut. Biasanya anak
kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan
petunjuk untuk awitan infeksi.(Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 67)

8
4. Batuk
Batuk merupakan gambaran umum dari penyakit pernapasan. Dapat
menjadi bukti hanya selama fase akut. (Wijayaningsih, 2013, hal. 4)
5. Sakit tenggorokan
Keluhan yang sering terjadi pada anak yang lebih besar. Ditandai dengan
anak akan menolak untuk minum dan makan per oral. (Wijayaningsih,
2013, hal. 4)
6. Keluar sekret cair dan jernih dari hidung

Tanda dan gejala ISPA dibagi menjadi dua yaitu golongan umur 2 bulan sampai 5
tahun dan golongan umur kurang dari 2 bulan :
1. Tanda dan gejala ISPA untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Pneumonia berat, bila disertai napas sesak yaitu ada tarikan
dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas
(pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak
menangis/meronta). Pneumonia, bila disertai napas cepat, batas napas
cepat adalah untuk umur 2 bulan sampai < 12 bulan sama dengan 50 kali
permenit atau lebih, untuk umur 1-5 tahun sama dengan 40 kali permenit
atau lebih. Bukan pneumonia (batuk pilek biasa), bila tidak ditemukan
tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

2. Tanda dan gejala ISPA untuk golongan umur kurang dari 2 bulan
Pneumonia berat, bila disertai tanda tarikan kuat dinding dada
bagian bawah atau napas cepat. Atas napas cepat untuk golongan umur
kurang dari 2 bulan yaitu 60 kali permenit atau lebih. Bukan pneumonia
(batuk pilek biasa), bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada
bagia bawah atau napas cepat.

Klasifikasi tanda dan gejala ISPA berdasarkan tingkat keparahan :


1. Gejala dari ISPA ringan

9
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan
satu atau lebih gejala-gejala seperti, batuk, serak, pilek, panas atau demam
serta suhu badan lebih dari 37⁰C.

2. Gejala dari ISPA sedang


Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai
gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala seperti,
pernafasan cepat (fast breating), suhu lebih dari 39⁰C (diukur dengan
termometer), tenggorokan berwarna merah, timbul bercak-bercak merah
pada kulit menyerupai bercak campak, telinga sakit atau mengeluarkan
nanah dari lubang telinga dan pernafasan berbunyi seperti mengorok
(mendengkur).

3. Gejala dari ISPA berat


Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai
gejal-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-
gejala seperti, bibir atau kulit membiru, anak tidak sadar atau kesadaran
menurun, pernafasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah,
sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas, nadi cepat lebih dari 160
kali per menit atau tidak teraba serta tenggorokan berwarna merah.

2.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia.
3. Nyeri akut b/d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
4. Risko penularan infeksi b/d tidak kuatnya pertahanan sekunder (adanya
infeksi penekanan imun)
5. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi sekret
6. Pola napas tidak efektif b/d penurunan fungsi paru.
7. Gangguan pertukaran gas b/d efek inflamasi
8. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik.

10
2.4 INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Diagnosa I :Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi


Tujuan : suhu tubuh kembali normal (36⁰c-37,5⁰c)
Kriteria hasil : pasien mengatakan suhu tubuhnya tidak panas lagi.
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda vital
R/: pemantauan TTV yang teratur dapat menentukan perkembangan
selanjutnya.
2) Anjurkan kepada keluarga klien untuk melakukan kompres hangat
pada aksila atau dahi.
R/: dengan memberikan kompres hangat maka akan terjadi evaporasi /
penguapan, sehingga panasnya akan berkurang.
3) Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan yang dapat
menyerap keringat, seperti yang terbuat dari katun.
R/: untuk mempercepat evaporasi atau penguapan.
4) Atur sirkulasi udara
R/: penyediaan udara bersih.
5) Anjurkan klien untuk minum air hangat ± 2000-2500 ml/hari.
R/: kebutuhan cairan meningkat karena proses penguapan tubuh
meningkat.
6) Anjurkan klien untuk istirahat di tempat tidur selama feblis penyakit
R/: tirah baring untuk mengurangi metabolisme dan panas.
7) Kolaborasi
Pemberian terapi obat-obatan anti mikroba.
2. Diagnosa II :Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b/d anoreksia.
Tujuan : dapat memenuhi nutrisi dalam tubuh pasien
Kriteria hasil : nutrisi pasien seimbang dan tidak menunjukan malnutrisi.
Intervensi :
1) Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang berat badan pasien.

11
R/: berguna untuk menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi
keadekuatan nutrisi.
2) Berikan makanan porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat.
R/: untuk menjamin nutrisi adekuat atau meningkatkan kalori tetap.
3) Berikan secara oral dan sering, barang sekret, berikan wadah khusus
dan tisu sekali pakai, ciptakan lingkungan bersih dan menyenangkan.
R/: nafsu makan dapat dirangsang pada situasi rileks, bersih dan
menyenangkan.
4) Tingkatkan tirah baring.
R/: untuk mengurangi kebutuhan metabolisme.
5) Auskultasi bunyi usus. obseservasi/palpasi distensi abdomen.
R/: bunyi usus menurun/tak ada bila proses infeksi berat/memanjang.
6) Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya satu jam sebelum
makan.
R/: menunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini.
7) kolaborasi
konsul dengan ahli gisi untuk memberikan diet sesuai dengan
kebutuhan pasien.
R/: metode makanan dan kebutuhan kalori di dasarkan pada situasi
atau kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal.

3. Diagnosa III :Nyeri akut b/d inflamasi pada membran mukosa faring dan
tonsil.
Tujuan : nyeri berkurang / terkontrol
Kriteria hasil : pasien tampak rileks
Intervensi:
1) Teliti keluhan nyeri, catat intensitas (dengan skala 0-10) faktor
memperburuk atau meledakan lokasinya, lamanya dan
karakteristiknya.
R/: identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan
merupakan suatu hal yang erat penting untuk memilih intervensi-

12
intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi
yang diberikan.
2) Pantau TTV.
R/: perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukan bahwa pasien
mengalami nyeri.
3) Kaji pernyataan verbal dan non verbal nyeri pasien.
R/: ketidaksesuaian antara petunjuk verbal/non verbal dapat
memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/keefektifan interfensi.
4) Dorong pasien menyatakan perasaan tentang nyeri.
R/: takut/masalah dapat meningkan tegangan otot dan menurunkan
ambang persepsi nyeri.
5) Anjurkan klien untuk menghindari alergen / iritan terhadap debu,
bahan kimia asap rokok dan mengistirahatkan / meminimalkan
berbicra bila secara serak.
R/: mengurangi bertambah beratnya penyakit.
6) Anjurkan klien untuk melakukan kumur air garam hangat.
R/: peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi
nyeri tenggorokan.
7) Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi:
 steroid oral, IV dan inhalasi
 analgesik
R/: analgetik untuk mengurangi nyeri.

4. Diagnosa IV :Risiko penularan infeksi b/d tidak kuatnya pertahanan


sekunder (adanya infeksi penekanan imun)
Tujuan : tidak terjadi penularan dan komplikasi
Kriteria hasil : tidak terjadi komplikasi berlanjut terhadap pasien
Intervensi:
1) Batasi pengunjung.
R/: menurunkan potensial terpajan pada penyakit infeksius.
2) Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktivitas

13
R/: menurunkan komsumsi atau kebutuhan keseimbangan o₂ dan
memperbaiki pertahanan klien terhadap infeksi meningkatkan
penyembuhan.
3) Tutup mulut dan hidung jika bersin, jika di tutup dengan tisu buang
segera di tempat sampah.
R/: mencegaah penyebaran patogen melalui cairan.
4) Observasi warna, karakter, bau sputum.
R/: skeret berbau, kuning atau kehijauan menunjukan adanya infeksi paru.
5) Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.
R/: malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan
tahanan terhadap infeksi.
6) Tingkatkn daya tahan tubuh terutama pada anak usia di bawah 2 tahun,
lansia dan penderita penyakit kronis. Komsumsi vitamin C, A dan mineral
,seng atau anti oksidan jika kondisi tubuh menurun dan asupan berkurang.
R/: untuk menjaga daya tahan tubuh klien.
7) Kolaborasi
Pemberian obat sesuai dengan hasil kultur.
R/: dapat di berikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan
kultur dan sensitifitas / di berikan secara profilaktik karena resti.

5. Diagnosa V :Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan


produksi sekret
Tujuan : jalan napas bersih dan normal.
Kriteria hasil : klien dapat bernapas dengan normal.
Intervensi:
1) kaji frekuensi pernapasan dengan gerak dada.
R/: Penurunan bunyi dapat menunjukan atelektasis, ronchi, mengi dan
pula menunjukan akumulasi sekret atau ketidak mampuan untuk
membersihkan jalan napas.
2) Lakukan auskultasi area paru dan bunyi paru
R/: mendengar bunyi ronchi

14
3) Obsevasi penurunan ekspansi dinding dada dan adanya /peningkatan
fremitus.
R/: ekspansi dada terbatas atau tak sama sehubungan dengan cairan,
edema dan sekret.
4) Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan napas
sesuai kebutuhan.
R/: memudahkan memilihara jalan napas.
5) Lakukan cluping dan fibrasi
R/: membantu pengembangan paru sehingga memudahkan pengeluaran
sekret.
6) Anjurkan kepada keluarga klien untuk memperhatikan kebersihan klien
dan hindarkan klien dari debu.
R/: agar terhindar dari kuman-kuman yang menyebabkan timbulnya
penyakit tersebut.
7) Kolaborasi.
Pemberian terapi antibiotik.
R/: untuk mempercepat proses penyembuhan.

6. Diagnosa VI :Pola napas inefektif b/d penurunan fungsi paru.


Tujuan : pola napas kembali normal
Kriteria hasil : klien bisa secara optimal.
Intervensi:
1) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi. Catat pernapasan
termasuk pelebaran nasal.
R/: kecepatan biasanya meningkat, terjadi peningkatan kerja napas.
2) Tegakan kepala dan bantu untuk merubah posisi.
R/: Duduk tinggi kemungkinan ekspirasi paru dan memudahkan
pernapasan.
3) Observasi pada batuk dan karakteristik sputum.
R/: kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering atau iritasi sputum
berdarah dapat di akibatkan oleh kerusakan jaringan.

15
4) Angkat kepala tempat tidur sesuai aturannya, posisi miring sesuai
indikasi.
R/: untuk memudahkan ekspansi paru atau ventilasi paru dan menurunkan
adanya kemungkinan lidah jatuh yang menyumbat jalan napas.
5) Pantau penggunaan obat-obat depresan pernapasan, seperti sedatif.
R/: dapat meningkatkan gangguan atau komplikasi pernapasan.
6) Dorong pasien untuk napas dalam dan batuk efektif.
R/:meningkatkan atau banyaknya sputum, dimana gangguan ventilasi
menambah ketidak nyamanan upaya napas.
7) Kolaborasi
Berikan oksigen
R/: memaksimalkan oksigen pada darah arteri dan membantu dalam
pencegahan hipoksia.

7. Diagnosa VII :Gangguan pertukaran gas b/d efek inflamasi.


Tujuan : pertukaran gas normal di paru
Kriteria hasil : kebutuhan o₂ bisa terpenuhi.
Intervensi:
1) Kaji frekuensi kedalaman dan kemudahan bernapas
R/: manifestasi distress pernapasan tergantung pada induksi derajat
keterlibtan paru dan status kesehatan umum.
2) Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat adanya sianosis
sentral.
R/: gelisah mudah tersinggung dan bingung pada menunjukan hiposemia /
penurunan o₂ serebral.
3) Awasi frekuensi jantung dan irama.
R/: takikardia ada biasanya sebagai akibat dari demam atau dehidrasi
tinggi tetapi dapat sebagai respon hipoksemia.
4) Kaji status mental
R/: gelisah, mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukan
hipoksemia atau gangguan oksigenasi serebral.

16
5) Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, napas dalam dan
batuk efektif.
R/: tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkaatkan
pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi.
6) Siapkan untuk/pemindahan ke unit perawatan kritis. Bila di indikasikan.
R/: intubasi dan ventilasi mekanik mungkin di perlukan pada kejadian
kegagalan pernapasan.
7) Kolaborasi
Pemberian terapi o₂
R/: tujuan terapi o₂ adalah mempertahankan Pao₂

8. Diagnosa VIII :Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik.


Tujuan : peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
Kriteria hasil : pasien dapat kembali beraktivitas secara mandiri.
Intervensi:
1) Evaluasi respon klien terhadap aktivitas. Cacat adanya laporan dispnea.
Peningkatan kelemahan / kelelahan dan perubahan TTV selama dan
setelah aktivitas.
R/:Menetapkan kemampuan / kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan
intervensi.
2) Berikan lingkungan tanang dan batasi pengunjung selama fase akut.
Dorong penggunaan manajemen stres dan pengalihan yang tepat.
R/: lingkungan yang tenang akan membrikan dampak positif terhadap
proses penyembuhan.
3) Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
R/: tirah baring di pertahankan selama fase akut untuk menurunkan
kebutuhan metabolisme, penghematan energi untuk penyembuhan.
Pembatasan aktivitas di tentukan dengan respon individual pasien
terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernapasan.
4) Bantu pasien untuk memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur.

17
R/: pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi tidur di kursi atau
menundukdi depan meja / bantal.
5) Intruksikan pasien teknik penghematan energi, misalnya menggunakan
kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi.
R/: teknik menghemat energi mengurangi penggunaan energi.
6) Bantu aktivitas perawatan diri yang di perlukan, berikan kemajuan
peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
R/: meminimalkan kelemahan atau kelelahan dan membantu
keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen (o₂),
7) Anjurkan untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi. Nyeri dada, napas
pendek, kelemahan atau pusing terjadi.
R/: renggangan/stres kardiopulmonal berlebihan/stres dapat menimbulkan
dekompensasi atau kegagalan.

2.5 CARA MENGOBATI ISPA


Untuk mendiagnosis pasien dengan klasifikasi ISPA yang tepat
memerlukan pemeriksaan penunjang, maka dari itu hubungi tim medis yang ahli
untuk melakukannya. Hal ini sangat penting berkaitan dengan pengobatan ISPA,
karena berbeda diagnosis akan berbeda pula pengobatannya. Pengobatan ISPA
yang masih sangat ringan biasanya tanpa dilakukan perhatian khusus akan sembuh
sendiri, namun kita tetap perlu waspada terhadap penyakit ini.
Kewaspadaan terhadap pengobatan ISPA ini dilakukan karena dapat
berakibat fatal terutama bagi anak. Jika penyakit ISPA berlangsung tanpa upaya
preventif maka dapat menyebabkan penyakit yang semakin memberat kita ambil
contoh pneumonia (sebagai penyakit yang cukup banyak kasusnya).
Pada pneumonia perlu diberi obat antibiotik seperti kotrimoksasol, jika
terjadi alergi / tidak cocok dapat diberikan Amoksilin, Penisilin, Ampisilin.
Sedangkan pada pneumonia berat diperlukan rawat inap di rumah sakit. Jika
seorang anak telah diketahui terserang, pengobatan ISPA sesegara mungkin perlu
dilakukan. Selain itu juga perlu diperhatikan untuk mencegah penyakit semakin
memberat seperti memberi makanan yang gurih, dll.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Seperti yang sudah diuraikan diatas, ISPA merupakan terjadinya infeksi
yang parah pada bagian sinus, tenggorokan, saluran udara atau paru-paru. Gejala
yang muncul akibat ISPA adalah hidung tersumbat atau berair, paru-paru terasa
terhambat, batuk-batuk dan tenggorokan terasa sakit, kerap merasa kelelahan dan
tubuh terasa sakit. Seseorang dapat tertular ISPA ketika orang tersebut menghirup
udara yang mengandung virus atau bakteri.Virus atau bakteri ini dikeluarkan oleh
penderita infeksi saluran pernapasan melalui bersin atau ketika batuk.

Sejauh ini belum ada obat yang efektif untuk membunuh kebanyakan virus
yang menyerang manusia. Pengobatan yang dilakukan biasanya hanya untuk
meredakan gejala yang muncul akibat infeksi virus.

3.2 SARAN
Buat pembaca sekalin, dari pembaca menghimbau agar tidak terkena ISPA
jagalah kebersihan diri dan lingkungan

19
DAFTAR PUSTAKA

Rahmawati, H.D. 2002. ISPA Gangguan Pernafasan pada Anak.Bandung. Nuha


Medika.

http://rikardbaek.blogspot.com/2016/10/asuhan-keperawatan-ispa.html

https://samoke2012.wordpress.com/2018/09/01/asuhan-keperawatan-pasien-
dengan-ispa/
http://jurnal.unpad.ac.id/dharmakarya/article/view/19766

20

Anda mungkin juga menyukai