Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

PADA ANAK

DISUSUN OLEH :

LUTFIANA RAHMATUL AWALLIYAH

(1914471008)

DHEA MAYA PUTRI

(1914471009)

POLTEKKES TANJUNG KARANG

PRODI KEPERAWATAN KOTABUMI

TAHUN AJARAN 2020/2021

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga tugas yang
berjudul “Makalah Penyakit Jantung Bawaan Pada Anak” ’ini dapat diselesaikan dengan
baik. Kami berharap semoga tugas ini bisa menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembacanya. Kami sadar masih banyak kekurangan dan kelengkapan didalam
penyelesaian tugas ini, karena keterbatasan pengetahuan. Untuk itu kami begitu
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kelengkapan isi tugas
ini.

Kotabumi, 8 Agustus 2020

Penulis

2
Daftar Isi

Cover……………………………………………………………………………………………..1
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………2
Daftar Isi………………………………………………………………………………………….3
BAB I………………………………………………………………………………………………4
a.Latar Belakang…………………………………………………………………………………….4

b.Tujuan Penulisan………………………………………………………………………………....4

BAB II………………………………………………………………………………………….….5
a.Pengertian…………………………………………………………………………………….…5

b.Tanda dan Gejala……………………………………………………………………………..….5

c.Patofisiologi……………………………………………………………………………………..6

d.Komplikasi……………………………………………………………………………………….9

e.Penatalaksanaan……………………………………………………………………………….…9

BAB III…………………………………………………………………………………………13
a.Pengkajian……………………………………………………………………………………...13

b.Diagnosa Masalah…………………………………………………………………………….15

c.Rencana Keperawatan…………………………………………………………………….…….15

BAB IV…………………………………………………………………………………………..17
a.Simpulan……………………………………………………………………………………..….17

b.Saran…………………………………………………………………………………………..…17

c.Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………17

3
BAB I

1.Latar Belakang Penyakit Jantung Bawaan


( PJB ) Penyakit Jantung Bawaan atau congenital heart disease ( CHD) adalah
penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa
dari lahir. PJB merupakan kelainan kongenital paling banyak yang terjadi, hampir 1/3 dari
kasus kelainan kongenital yang ada merupakan kasus dengan penyakit jantung bawaan.
Prevalensi PJB di seluruh dunia berkisar antara 6 -10 per 1000 kelahiran. Persebarannya
tergantung demografinya. Saat ini dari 220 juta penduduk Indonesia, diperhitungkan bayi
yang lahir mencapai 6.600.000 dan 48.800 diantaranya adalah penyandang PJB. PJB dapat
diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit jantung bawaan asianotik dan sianotik.
PJB sianotik bersifat lebih komplek dan ditandai dengan adanya sianosis akibat adanya
pirau kanan ke kiri sehingga darah dari vena sistemik yang mengandung rendah oksigen
akan kembali lagi ke sirkulasi sistemik. PJB asianotik ini tidak ditemukan gejala atau tanda
sianosis, tetapi ditemukan pirau kiri ke kanan atau obstruksi jalan keluar ventrikel. Jumlah
pasien PJB asianotik jauh lebih besar daripada yang sianotik yaitu 3-4 kali, tetapi PJB
sianotik menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi daripada asianotik. Jenis
dan tingkat keparahan penyakit ini sangat beragam. Sebagian kondisi hanya memerlukan
pemantauan rutin dan sebagian lagi memerlukan operasi hingga transplantasi jantung.

2.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain:
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit jantung bawaan.
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit jantung bawaan.
3. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit jantung bawwan.
4. Untuk mengetahui komplikasi penyakit jantung bawaan.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit jantung bawaan.

4
BAB II

A. Pengertian

Penyakit jantung bawaaan atau congenital heart disease (CHD) adalah penyakit
struktural jantung dan pembuluh darah besar yang sudah terdapat sejak lahir. Gangguan
ini dapat terjadi pada dinding jantung, katup jantung, dan pembuluh darah pada jantung.
Menurut American Heart Association penyakit ini ialah penyakit dengan kelainan pada
struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang di bawa dari lahir yang terjadi akibat
adanya gangguan / kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal
perkembangan. Kelainan jantung Kongetial merupakan kelainan yang disebabkan
gangguan perkembangan system kardiovaskuler pada embrio yang di duga karena
adanya faktor endogen dan eksogen (Ngastiyah,2005)

Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa congetial heart diseases (CHD)
merupakan penyakit kelainan anatomi jantung yang didapat sejak lahir yang dapat
menimbulkan gangguan kardiovaskuler pada anak.

B. Tanda dan Gejala

Gejala penyakit jantung bawaan bisa dikenali ketika dokter mendengarkan suara tidak
normal dari jantung yang disebut dengan bising jantung. Orangtua harus lebih sigap dan
waspada jika menemukan beberapa gejala seperti:

 Anak sulit bernapas atau justru bernapas dengan cepat.


 Bibir, lidah, dan kuku berwarna kebiruan (sianosis).
 Berkeringat secara berlebihan, terutama ketika makan.
 Susah makan atau nafsu makan berkurang.

5
 Penurunan berat badan, atau berat badan sulit bertambah.
 Denyut nadi melemah.
 Terjadi pembengkakan pada tungkai, perut, atau area sekitar mata
 Mengalami infeksi paru paru yang berulang.

C. Patofisiologi

Patofisiologi penyakit jantung bawaan dimulai dari masa embrio. Jantung adalah salah satu organ
yang paling awal terbentuk.

1.Embriologi Jantung

Perkembangan jantung dimulai sejak awal perkembangan embrio. Embrio berkembang


membentuk tiga lapisan, yaitu ektoderm, endoderm, dan mesoderm. Dari lapisan mesoderm
terbentuk otot, jaringan ikat di kepala, badan, dan tulang, serta sistem kardiovaskular.
Pembentukan jantung primitif berlangsung pada sekitar hari ke-20 sejak terjadi konsepsi.
[4]Jantung terbentuk dari dua tabung endokardium yang menyatu dan kemudian masuk ke
regio toraks seiring dengan terjadinya lipatan embrio. Bagian tabung yang menyatu
membentuk jantung sementara bagian yang tidak menyatu pada bagian atas dan bawahnya 
membentuk pembuluh darah besar.

Bagian tabung yang menyatu kemudian melipat dari kanan ke kiri sehingga bentuk jantung
semakin jelas dan posisi jantung menjadi di sebelah kiri pada rongga toraks. Setelah
penyatuan selesai, pada kira-kira hari ke-28 sejak konsepsi, jantung membentuk ruang-
ruang ventrikel dan atrium. Kemudian irama sinus dapat terlihat setelah 16 minggu. [4]

2.Sirkulasi Fetal dan Adaptasi Ekstrauterin

Di dalam uterus, bayi mendapat nutrisi dari sirkulasi plasenta. Darah dari plasenta mengalir
ke vena kava inferior menuju atrium kanan. Dari atrium kanan darah sebagian dialirkan ke
atrium kiri melalui foramen ovale. Sebagian lainnya mengalir ke ventrikel kanan, kemudian
dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis. Resistensi arteri pulmonalis masih tinggi akibat

6
foramen ovale yang terbuka. Darah dialirkan ke aorta melalui suatu pirau yakni duktus
arteriosus. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke aorta bergabung dengan darah dari
ventrikel kanan sehingga saturasi oksigen fetal hanya mencapai 65%. Saturasi oksigen yang
rendah merangsang terbentuknya prostaglandin. Prostaglandin akan mempertahankan
duktus arteriosus tetap terbuka.

Setelah kelahiran, sirkulasi dari umbilikal ditutup dan menyebabkan penurunan tekanan di
jantung kanan sehingga foramen ovale menutup. Darah dari ventrikel kanan mengalir ke
arteri pulmonalis menuju paru-paru. Saturasi akan meningkat hingga 95% dan merangsang
berhentinya pembentukan prostaglandin. Kadar prostaglandin akan menurun sehingga
terjadi penutupan duktus arteriosus pada hari ke 7-10 setelah kelahiran.[4]

Klasifikasi dan Patofisiologi Penyakit Jantung Bawaan

Secara umum penyakit jantung bawaan dibagi dua menjadi penyakit jantung asianotik dan
sianotik. Penyakit jantung sianotik terjadi bila terdapat hubungan pirau sehingga darah
mengalir dari sirkulasi jantung kanan ke kiri. Sebaliknya pada penyakit jantung asianotik,
hubungan pirau terjadi dari kiri ke kanan.[2] Karena perbedaan pirau ini, penyakit jantung
bawaan diklasifikasikan menjadi penyakit jantung bawaan dengan pirau kiri ke kanan
(asianotik), pirau kanan ke kiri (sianotik), lesi obstruktif murni, dan anomali arteri koroner.
[1]

Pirau Kiri ke Kanan (Asianotik)

Pada penyakit jantung bawaan dengan pirau dari bilik kiri ke kanan, tidak terjadi gangguan
pada saturasi oksigen yang dialirkan ke sirkulasi sehingga pada pasien tidak didapatkan
sianosis. Contoh penyakit jantung bawaan dengan pirau kiri ke kanan adalah :

 Atrial Septal Defect (ASD) dimana terdapat defek pada septum atrium sehingga
terjadi pirau dari kiri ke kanan
 Ventricular Septal Defect (VSD), dimana septum ventrikel mengalami defek.

7
 Atrioventricular Septal Defect (AVSD) parsial atau komplit
 Patent Ductus Arteriosus (PDA), duktus arteriosus tidak menutup sehingga
sebagian darah dari ventrikel kanan dan dari aorta bercampur.

Pirau Kanan ke Kiri (Sianotik)

Pada penyakit jantung bawaan dengan pirau dari bilik kanan ke kiri, terjadi gangguan pada
saturasi oksigen yang dialirkan ke sirkulasi sehingga pada pasien akan didapatkan sianosis.
Contoh penyakit jantung bawaan dengan pirau kanan ke kiri adalah :

 Tetralogy of Fallot (TOF), yang meliputi gabungan antara VSD yang lebar,
obstruksi keluaran ventrikel kanan yang biasanya disebabkan oleh stenosis
pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan
 Transposition of great arteries (TGA), aorta muncul dari ventrikel kanan dan arteri
pulmonal muncul dari venrikel kiri. Biasanya disertai dengan PDA
 Persistent Trunchus Arteriosus

 Hypoplastic Left Heart, biasanya dengan atresia mitral dan aliran darah ke aorta
adalah dari arteri pulmonal melalui duktus arteriosus
 Hypoplastic Right Heart

Lesi Obstruktif Murni

Lesi obstruktif murni pada penyakit jantung bawaan diantaranya adalah stenosis katup
pulmonal, stenosis katup aortal, dan koarktasio aorta dimana terdapat penyempitan pada
bagian aorta.

Anomali Arteri Koroner

Penyakit jantung bawaan juga dapat berupa anomali arteri koroner, walaupun kelainan ini
lebih jarang terjadi. Anomale arteri koroner dapat terjadi pada left main coronary artery

8
(LMCA) dari arteri pulmonal, left main coronary artery (LMCA) dari sinus Valsalva
kanan, dan  right main coronary artery dari sinus Valsalva kiri [1]

D. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat penyakit jantung bawaan antara lain :
 Aritmia atau detak jantung tidak teratur
 Gagal jantung
 Infeksi pada jantung (endokarditis)
 Hipertensi pulmonal
 Infeksi saluran pernafasan seperti : pneumonia
 Penggumpalan darah dan stroke
 Mengalami gangguan belajar

E. Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan penyakit jantung bawaan adalah korektif. Koreksi dapat dilakukan
dengan tindakan bedah. Namun pada sebagian kasus minor dapat terjadi koreksi seiring
perkembangan usia. Tatalaksana dengan medikamentosa bertujuan untuk mengurangi
beban jantung dan menurunkan resistensi paru. Pada kasus sianotik seperti Transposition of
Great Arteries (TGA) atau Tetralogy of Fallot (TOF) dibutuhkan agar duktus arteriosus
dipertahankan tetap terbuka sebelum dilakukan upaya korektif.[1,2]

1.Berobat Jalan

Pasien dengan penyakit jantung bawaan yang memiliki tanda vital stabil, defek minimal,
dan tanpa komplikasi, bisa berobat jalan. Namun demikian, harus diingat bahwa
penatalaksanaan utama dari penyakit jantung bawaan adalah tatalaksana korektif. [2]

2.Persiapan Rujukan

9
Pasien dengan penyakit jantung bawaan harus dirujuk ke ahli kardiologi atau ahli bedah
jantung untuk dilakukan tindakan korektif maupun paliatif. Prinsip penanganan penyakit
jantung bawaan adalah sedini mungkin. [2]

3.Medikamentosa

Penatalaksanaan medikamentosa pada penyakit jantung bawaan umumnya bersifat


sekunder sebagai akibat komplikasi dari penyakit jantungnya sendiri atau akibat kelainan
lain yang menyertai. Dalam hal ini, medikamentosa diberikan untuk meringankan gejala
dan mempersiapkan operasi. Lama dan cara pemberian obat, bergantung pada penyakit
yangdihadapi. Medikamentosa yang dapat diberikan antara lain adalah oksigen,
prostaglandin E1, digoksin, isopretenol, dobutamin, dopamin, dan kaptopril.

Oksigen, diberikan sesuai dengan keperluan dan untuk mempertahankan saturasi. Biasanya
diberikan bila terjadi komplikasi berupa hipoksemia atau syok kardiogenik.

Prostaglandin E1, diberikan untuk mempertahankan agar duktus arteriosus tetap terbuka.
Diberikan dengan dosis 0,1 mcg/kg/menit, kemudian bila sudah terjadi perbaikan dapat
diturunkan menjadi 0,05 mcg/kg/menit. Obat ini bekerja 10-30 menit setelah pemberian,
dan perbaikan klinis ditandai dengan kenaikan PaO2 15-20 mmHg dan perbaikan pH.

Diuretik, digunakan untuk menurunkan kongesti pada keadaan seperti gagal jantung, dapat
diberikan dengan dosis 1-2 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis per oral maupun intravena.

Digoksin diberikan bila terdapat tanda gagal jantung dengan dosis 30 mcg/kg. Dosis
pertama diberikan setengah dari dosis digitalisasi, kemudian dosis kedua diberikan 8 jam
setelahnya sebanyak seperempat dari dosis digitalisasi, dan dosis ketiga diberikan 8 jam
setelah itu sebanyak seperempat dosis digitalisasi. Dosis rumatan dapat diberikan 8 – 12
jam setelah dosis terakhir, sebanyak seperempat dosis dogitalisasi. Digoksin tidak boleh

10
diberikan pada pasien dengan tanda perfusi sistemik yang buruk atau pasien dengan
gangguan ginjal.

Obat inotropik isopreterenol dapat diberikan bila terjadi bradikardia pada komplikasi gagal
jantung dengan dosis 0,05 – 1 mcg/kg/menit. Apabila terdapat takikardia, dapat diberikan
dobutamin dengan dosis 5 – 10 mcg/kg/menit, atau dopamin dengan dosis 2 – 5
mcg/kg/menit.

Vasodilator yang biasa digunakan adalah ACE-inhibitor kaptopril untuk menurunkan


resistensi vaskular sistemik dan pulmonal. Dosis kaptopril yang digunakan pada penyakit
jantung bawaan adalah 0,1 – 0,5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 – 3 dosis per oral. [2,9]

4.Tindakan Bedah

Prinsip tata laksana bedah adalah korektif sedini mungkin. Namun tak semua pasien bisa
dilakukan operasi korektif sesegera mungkin. Pada beberapa kasus harus dilakukan operasi
paliatif sembari menunggu operasi definitif dilakukan. Walau demikian, hal ini berisiko
meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Pilihan lain adalah intervensi kardiologi melalui
kateterisasi.

5.Bedah Jantung

Operasi bedah jantung yang dapat dilakukan pada penyakit jantung bawaan antara lain
adalah banding arteri pulmonalis, shunt sirkulasi sistemik dan pulmonal, serta septosomi
atrium.

Banding arteri pulmonalis dilakukan  untuk memperkecil diameter arteri pulmonalis pada
kasus dengan aliran pulmonal berlebihan akibat pirau dari kiri ke kanan. Sedangkan shunt
sirkulasi sistemik-pulmonal dilakukan untuk mengatasi kurangnya aliran darah ke paru,
misalnya pada prosedur Blalock-Taussig klasik yang membebaskan arteri subklavia dan
menyambungkannya ke arteri pulmonalis kiri atau kanan. Selain itu, operasi paliatif lain

11
adalah septostomi atrium dengan cara memasukkan kateter balon melalui arteri femoralis.
[2]

6.Kardiologi Intervensi

Kardiologi intervensi bersifat lebih kurang invasif dibandingkan dengan operasi terbuka.
Beberapa prosedur intervensi yang dapat dilakukan antara lain Ballon atrial septostomy,
ballon pulmonal valvuloplasty, dan penutupan ASD dengan Amplatzer Ductal Occluder
(ADO).

Ballon atrial septostomy adalah prosedur rutin yang dilakukan pada pasien yang
memerlukan percampuran darah lebih baik, misalnya pada seperti Transposition of Great
Arteries (TGA) dengan septum ventrikel yang utuh. Prosedur ini dilakukan dengan
membuat lubang di septum interatrium, dan biasanya dilakukan di ruang rawat intensif
dengan bimbingan ekokardiografi.

Ballon Pulmonal Valvuloplasty (BPV) kini merupakan prosedur standar untuk melebarkan
katup pulmonal yang menyempit, dengan keluaran yang cukup baik dan biaya yang lebih
murah dibandingkan operasi bedah terbuka. Selain itu, ada juga Balloon Mitral Valvotomy
(BMV) yang umumnya dikerjakan pada kasus stenosis katup mitral akibat demam
reumatik, dan Balloon Aortic Valvuloplasty (BAV) yang belum dilakukan rutin dan
kasusnya juga jarang dijumpai. Penyumbatan duktus arteriosus menggunakan coil
Gianturco juga terkadang dilakukan namun belum dianggap rutin karena harga coil dan
peralatan untuk memasukkan coil tersebut cukup mahal.

Penutupan duktus arteriosus persisten bisa dilakukan dengan menggunakan umbrella, coil
dan Amplatzer Ductal Occluder (ADO), sedangkan untuk defek septum atrium ditutup
dengan menggunakan Amplatzer Septal Occluder (ASO). [2]

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN


PENYAKIT JANTUNG BAWAAN PADA ANAK

Kasus Kelainan penyakit jantung bawaan pada anak:

Seorang pasien An N berumur 10 bulan di antar kedua orangtuanya datang ke rumah sakit. Ibu
pasien mengatakan anaknya batuk,demam dan sesak nafas. Sesak memberat saat pasien menangis.
Ibu juga mengatakan beberapa hari ini anaknya tidak mau minum ASI dan urine yang keluar
sedikit. Pasien tampak gelisah, tampak kebiruan di bibir dan ujung jari. Ibu pasien terlihat sangat
cemas karena anaknya sulit bernafas.

A.Pengkajian danAnalisis Data:

1. Identifikasi.

Tanggal pengkajian : 5 Agustus 2020

Nama : An. N

Umur : 10 Bulan

Alamat : Tanjung Raja

Jenis kelamin : Laki laki

Status pernikahan :-

Agama :Islam

Pendidikan :-

Pekerjaan :-

13
2.Riwayat Kesehatan sekarang : Pasien datang pada hari Rabu, 5Agustus 2020 dengan keluhan
batuk, demam ,sesak nafas dan tampak kebiruan di ujung jari.

3.Keluhan utama saat pengkajian: Sesak nafas (dispnea)

1.Penampilan umum : Sianosis,gelisah, terlihat kurus,

TD:90/70, N:55x/menit, RR:55x/menit, S: 39 `c

2.Pengkajian respirasi :Dispnea, tidak mampu batuk,suara nafas


(wheezing,ronchi), gelisah, takikardia,penggunaan otot bantu pernapasan,takipnea

3.Pengkajian sirkulasi : Takikardia, palpitasi, distensi vena jugularis

4.Pengkajian Nutrisi dan Cairan : Nafsu makan menurun

5.Pengkajian eliminasi : Oliguria

6.Pengkajian istirahat dan tidur : Tampak lesu

7.Pengkajian psikologis : Tampak gelisah, menangis

8.Pengkajian Tumbuh Kembang : Kelainan genetic/ kongenetal

Analisis Data

Tanggal DS/DO Masalah Keperawatan


5 Agustus DS : Ibu pasien mengatakan anaknya Penurunan curah jantung
2020 mengeluh dispnea dan batuk

DO: Pasien tampak lemas, gelisah,adanya


perubahan irama jantung (takikardia), warna
kulit pucat dan adanya sianosis.
5 Agustus DS: Ibu pasien mengatakan anaknya mengeluh Hipertermia

14
2020 badan anaknya terasa hangat (demam)
DO: Suhu pasien 39`c, kulit teraba hangat.
5 Agustus DS: Ibu pasien mengatakan anaknya mengeluh Gangguan Pertukaran Gas
2020 sesak nafas ( dispnea)
DO: Tampak warna kulit kebiruan di ujung
jari/sianosis, adanya takikardia, gelisah.

B.Diagnosa Keperawatan:

-Penurunan curah jantung b.d perubahan afterload d.d tekanan darah menurun, oliguria, dan adanya
sianosis

-Hipertermia b.d dehidrasi d.d suhu tubuh di atas nilai normal(demam), takikardia

-Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolus-kapiler d.d dispnea,takikardia,


sianosis,gelisah, pola nafas abnormal.

C.Rencana Keperawatan

Diagnosa Rencana Keperawatan


Keperawatan Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
Penurunan curah Setelah dilakukan asuhan Perawatan jantung :
jantung b.d perubahan keperawatan selama -Mengidentifikasi tanda dan gejala
afterload d.d Tekanan 3x24jam dengan kriteria primer penurunan curah jantung
darah menurun, batuk, hasil: ( dispnea)
oliguria, adanya a.Palpitasi menurun -Mengidentifikasi tanda dan gejala
sianosis b.Takikardi menurun sekunder penurunan curah jantung
c.Distensi vena jugularis ( distensi vena
menurun jugularis,palpitasi,oliguria, batuk, dan
d.Dispnea menurun kulit pucat)
e.Sianosis menurun -Memonitor tekanan darah

15
-Berikan posisi nyaman
-Kolaborasi pemberian antiaritmia , jika
perlu.
Hipertermia b.d Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipertermia :
dehidrasi d.d suhu tubuh keperawatan selama -Mengidentifikasi penyebab hipertermia
di atas nilai normal 3x24jam dengan kriteria -Memonitor suhu tubuh
( demam), takikardia hasil: -Sediakan lingkungan yang dingin
a.Menggigil menurun -Berikan cairan oral
b.Akrosianosis menurun -Berikan oksigen jika perlu
c.Takikardia menurun
d.Suhu tubuh normal
(36`c-37`c)
Gangguan Pertukaran Setelah dilakukan asuhan Pemantauan respirasi :
Gas b.d perubahan keperawatan selama -Memonitor frekuensi irama, kedaleman
membran alveolus – 3x24jam dengan kriteria dan upaya nafas.
kapiler d.d dispnea, hasil: -Memonitor pola nafas
takikardia, a.Dispnea menurun - Memonitor kemampuan batuk efektif
sianosis ,gelisah,pola b.Takikardia menurun -Atur interval pemantauan respirasi
nafas abnormal. c.Gelisah menurun sesuai kondisi pasien.
d. Sianosis menurun
e. Pola nafas membaik

BAB IV

16
A.Simpulan

Penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantug / pembuluh darah besar
yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi
dan anak. Apabila tidak di operasi kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Penyebab terjadinya
penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti , tetapi ada beberapa faktor yang
mempengaruhi antara lain : faktor prenatal dan faktor genetik.Penyakit jantung bawaan dibagi
menjadi 2 yaitu, penyakit jantung bawaan non-sianotik dan penyakit jantung bawaan sianotik.

B. Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor risiko penyakit jantung bawaan pada anak
untuk mengetahui faktor yang berperan terhadap kejadian penyakit jantung bawaan. Perlu adanya
respon dari orang tua apabila ada anak yang mengalami gejala penyakit jantung bawaan.

C. Daftar Pustaka

A.H Markum,1991,Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, jilid 1,Jakarta,Fakultas Kedokteran UI

Sariadai , S.kp & RinaYuliani, S.kpAsuhan Keperawatan Pada Anak PT.Fajar Interpratama, Jakarta

Carpenito J.Lynda,2001, Diagnosa keperawatan ,edisi8,Jakarta,EGC

https://www.academia.edu/10502209/
makalah_keperawatan_anak_penyakit_jantung_kongetial_anak

17

Anda mungkin juga menyukai