Disusun oleh:
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya penyusunan makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah “Keperawatan Anak II”. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, makalah ini masih banyak kekurangan
dalam pembuatan. Oleh karena itu, penulis harapkan kritik dan saran dari pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................2
1. Tujuan Umum................................................................................................2
2. Tujuan Khusus...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
A. Kesimpulan..........................................................................................................18
B. Saran....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau
fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau
kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin. Ada 2 golongan
besar PJB, yaitu non sianotik (tidak biru) dan sianotik (biru) yang masing-masing memberikan
gejala dan memerlukan penatalaksanaan yang berbeda.
Angka kejadian PJB dilaporkan sekitar 8–10 bayi dari 1000 kelahiran hidup dan 30 % diantaranya
telah memberikan gejala pada minggu-minggu pertama kehidupan. Bila tidak terdeteksi secara
dini dan tidak ditangani dengan baik, 50% kematiannya akan terjadi pada bulan pertama
kehidupan. Menurut American Heart Association, sekitar 35.000 bayi lahir tiap tahunnya dengan
beberapa jenis defek jantung bawaan. PJB bertanggung jawab terhadap lebih banyak kematian
pada kehidupan tahun pertama bayi dari pada defek congenital lain. Sedangkan di Amerika Utara
dan Eropa, PJB terjadi pada 0,8% populasi, membuat PJB menjadi kateri yang paling banyak
dalam malformasi struktur kongenital.
Di negara maju hampir semua jenis PJB telah dideteksi dalam masa bayi bahkan pada usia kurang
dari 1 bulan, sedangkan di negara berkembang banyak yang baru terdeteksi setelah anak lebih
besar, sehingga pada beberapa jenis PJB yang berat mungkin telah meninggal sebelum terdeteksi.
Pada beberapa jenis PJB tertentu sangat diperlukan pengenalan dan diagnosis dini agar segera
dapat diberikan pengobatan serta tindakan bedah yang diperlukan. Untuk memperbaiki pelayanan
di Indonesia, selain pengadaan dana dan pusat pelayanan kardiologi anak yang adekuat,
diperlukan juga kemampuan deteksi dini PJB dan pengetahuan saat rujukan yang optimal oleh
para dokter umum yang pertama kali berhadapan dengan pasien.
Mengurangi insiden terjadinya PJB dapat dilakukan oleh semua pihak, keluarga, terutama ibu dan
tenaga kesehatan. Peran perawat akan sangat dinantikan dalam upaya pencegahan, health
education tentang pentingnya kesehatan pada ibu hamil menjadi faktor utama untuk menghindari
1
terjadinya penyakit ini. Makalah ini akan mengulas tentang asuhan keperawatan pada anak
dengan penyakit jantung bawaan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada anak dengan
penyakit jantung bawaan.
2. Tujuan Khusus
2
BAB II
PEMBAHASAN
Penyakit jantung bawaan (PJB) atau dikenal dengan nama Penyakit Jantung Kongenital
adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa
dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung
pada fase awal perkembangan janin (Mulyadi, 2006).
Penyakit Jantung Kongenital (Congenital Heart Disease, CHD) adalah kelainan pada
struktur jantung yang terdapat sejak lahir. Penyakit ini disebabkan oleh gangguan pada
perkembangan jantung yang terjadi saat usia gestasi 3-8 minggu (Roebiono, 2008).
Penyakit jantung bawaan dapat dibagi atas dua golongan besar yaitu :
3
Adalah Kelainan jantung berupa lubang pada sekat antar bilik jantung,
menyebabkan kebocoran aliran darah pada bilik kiri dan kanan jantung. Hal ini
mengakibatkan sebagian darah kaya oksigen kembali ke paru-paru sehingga
menghalangi darah rendah oksigen memasuki paru-paru . DSV merupakan malformasi
jantung yang paling sering, meliputi 25% PJB. Gejala utama dari kelainan ini adalah
gangguan pertumbuhan, sulit ketika menyusu, nafas pendek dan mudah lelah.
c. Duktus Arteriosus Paten (Patent Ductus Arteriosus-PDA)
Patent Ductus Arteriousus (PDA) atau duktus arteriosus persisten adalah duktus
arteriosus yang tetap membuka setelah bayi lahir. Kelainan ini banyak terjadi pada
bayi-bayi yang lahir premature . Duktus Arteriosus Persisten (DAP) disebabkan oleh
duktus arteriosus yang tetap terbuka setelah bayi lahir. Jika duktus tetap terbuka
setelah penurunan resistensi vaskular paru, maka darah aorta dapat bercampur ke darah
arteri pulmonalis.
d. Stenosis Pulmoner (Pulmonary Stenosis- SP)
Adalah Pada stenosis pulmonalis (SP) terjadi obstruksi aliran keluar ventrikel
kanan atau arteri pulmonalis dan cabang-cabangnya. Status gizi penderita dengan
stenosis pulmonal umumnya baik dengan pertambahan berat badan yang memuaskan.
Bayi dan anak dengan stenosis ringan umumnya asimptomatik dan tidak sianosis
sedangkan neonatus dengan stenosis berat atau kritis akan terlihat takipneu dan
sianosis.
e. Koarktasio Aorta (Coarctatio Aorta- CA)
Koarktasio Aorta (KA) adalah penyempitan terlokalisasi pada aorta yang
umumnya terjadi pada daerah duktus arteriosus. Tanda yang klasik pada kelainan ini
adalah tidak terabanya nadi femoralis serta dorsalis pedis sedangkan nadi brakialis
teraba normal.1,2 Koarktasio aorta pada anak besar seringkali asimtomatik. Sebagian
besar dari pasien mengeluh sakit kepala,nyeri di tungkai dan kaki, atau terjadi
epistaksis.
2. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik
Pada PJB sianotik didapatkan kelainan struktur dan fungsi jantung sedemikian rupa
sehingga sebagian atau seluruh darah balik vena sistemik yang mengandung darah rendah
4
oksigen kembali beredar ke sirkulasi sistemik. Adapun MacamMacam Penyakit Jantung
Bawaan Sianotik Yaitu :
a. Tetralogi Fallot
Merupakan PJB sianotik yang paling banyak ditemukan, kurang lebih 10% dari
seluruh PJB. Salah satu manifestasi yang penting pada Tetralogi Fallot adalah
terjadinya serangan sianotik (cyanotic spells) yang ditandai oleh timbulnya sesak
napas mendadak, nafas cepat dan dalam, sianosis bertambah, lemas, bahkan dapat
disertai dengan kejang.
b. Transposisi Pembuluh Darah Besar (Transposition Of The Great ArteriesTGAs)
Merupakan Suatu penyakit atau kelainan jantung bawaan yang dimana Atresia
dapat mengenai katup pulmonal, a.pulmonalis, atau infundibulum, sehingga
seluruh curah ventrikel kanan dialirkan ke dalam aorta.
5
Hal lain yang juga berhubungan adalah adanya kenyataan bahwa sekitar 10%
penderita PJB mempunyai penyimpangan pada kromosom, misalnya pada Sindroma
Down (Mulyadi, 2006).
3. Faktor Lingkungan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
a. paparan lingkungan yang tidak baik, misalnya menghirup asap rokok.
b. Rubella, infeksi virus ini pada kehamilan trimester pertama, akan
menyebabkan penyakit jantung bawaan.
c. Diabetes, bayi yang dilahirkan dari seorang ibu yang menderita diabetes tidak
terkontrol mempunyai risiko sekitar 3-5% untuk mengalami penyakit jantung
bawaan
d. Alkohol, seorang ibu yang alkoholik mempunyai insiden sekitar 25-30% untuk
mendapatkan bayi dengan penyakit jantung bawaan
e. Ekstasi dan obat-obat lain, seperti diazepam, corticosteroid, phenothiazin, dan
kokain akan meningkatkan insiden penyakit jantung bawaan (Dyah
Primasari,2012)
6
kurangnya kadar oksigen pada sirkulasi sistemik. Kadar oksigen yang terlalu rendah akan
menyebabkan Sianosis. Kelainan Jantung Bawaan pada umumya dapat menyebabkan hal-
hal sebagai berikut :
1. Peningkatan kerja jantung, dengan gejala :kardio megali, hipertropi,
takhikardia.
2. Curah jantung yang rendah, dengan gejala : gangguan pertumbuhan,
intoleransi terhadap aktif.
3. Hipertensi pulmonal, dengan gejala : Dispnea, takhipnea.
4. Penurunan saturasi oksigen arteri, dengan gejala : polisitemia, asidosis,
sianosis.
WOC
7
E. Manifestasi Klinik Penyakit Jantung Bawaan (PJB)
Tanda dan gejala Penyakit Jantung Bawaan sangat bervariasi tergantung dari jenis
dan berat kelainan. Penyakit Jantung B yang berat bisa dikenali saat kehamilan atau
segera setelah kelahiran. Sedangkan PJB yang ringan sering tidak menampakkan gejala,
dan diagnosisnya didasarkan pada pemeriksaan fisik dan tes khusus untuk alasan yang
lain. Gejala dan tanda PJB yang mungkin terlihat pada bayi atau anakanak antara lain:
a. Bernafas cepat
b. Sianosis (suatu warna kebiru-biruan pada kulit, bibir, dan kuku jari tangan)
c. Cepat lelah
d. Peredaran darah yang buruk dan
e. Nafsu makan berkurang.
Pertumbuhan dan perkembangan yang normal tergantung dari beban kerja jantung
dan aliran darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh. Bayi dengan PJB sejak lahir
mungkin punya sianosis atau mudah lelah saat pemberian makan. Sebagai hasilnya,
pertumbuhan mereka tidak sesuai dengan seharusnya. Manifestasi klinis PDA pada bayi
prematur sering disamarkan oleh masalahmasalah lain yang berhubungan dengan
prematur (misalnya sindrom gawat nafas).Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak
8
terlihat selama 4-6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik,
bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif
(CHF)
1. Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung
2. Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata
terdengar di tepi sternum kiri atas)
3. Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-
loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg)
4. Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik
5. Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.
6. Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
9
displasia bronkkopulmoner)
10. Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit
11. Hiperkalemia (penurunan keluaran urin.
12. Aritmia
13. Gagal tumbuh
10
dengan metode ini. Pada kasus defek septum jantung yang terlalu besar dan
kelainan struktur jantung tertentu seperti jantung yang berada diluar rongga dada
(jantung ektopik) dan tetralogi fallot yang parah tetap membutuhkan operatif
terbuka.
2. Non- Farmakologis
a. Sedangkan Secara Non-Farmakologis dapat Diberikan Tambahan Susu Formula
dengan kalori yang tinggi dan suplemen untuk air Susu Ibu dibutuhkan pada bayi
yang menderita PJB. Terutama pada bayi yang lahir premature dan bayi-bayi yang
cepat lelah saat menyusui.
b. Pada Pasien/Anak Yang Menghadapi atau dicurigai menderita PJB dapat
dilakukan tindakan , Seperti :
c. Menempatkan pasien khususnya neonatus pada lingkungan yang hangat dapat
dilakukan dengan membedong atau menempatkannya pada inkhubator.
d. Memberikan Oksigen
e. Memberikan cairan yang cukup dan mengatasi gangguan elektrolit serta asam
basa.
H. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk suplai oksigen
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas kolaborasi
pemberian continuous Renal Replacement therapy (CCRT) jika perlu jantung
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen biologis (iskemia)
Kasus: Seorang anak perempuan, usia 3 tahun datang ke IGD karena nyeri hebat pada lutut kanan
yang timbul secara tiba-tiba dan bengkak pada pergelangan tangan kanan. 12 hari sebelumnya
pasien mengalami nyeri tenggorok, batuk ringan, tanpa demam. Tidak ada riwayat trauma dan
dari gambaran radiologis tidak dijumpai tanda-tanda fraktur. Dari pemeriksaan didapatkan suhu
11
37.4 C, nadi 80 kali/menit, teratur. Pemeriksaan THT didapatkan tonsil membengkak dan merah,
limfadenopati servikal posterior. Pemeriksaan jantung didapatkan murmur sistolik dengan ejeksi
pada bagian basal grade 2/6. Ekstremitas didapatkan pergelangan dan lutut kanan teraba hangat,
merah, membengkak, dengan nyeri tekan. Tidak ada ruam ataupun nodul subkutan. Pemeriksaan
antistreptolysin O test = 800 Todd units, serologi virus (-), ANA (-).
12
--Monitor aritmia (kelainan
Irama dan frekuensi)
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian
antiaritmia Jika perlu
- rujuk ke program
rehabilitasi jantung
13
dengan gangguan metabolik nyeri menurun dengan kriteria Tindakan
hasil
Ds: pasien mengatakan nyeri Observasi
hebat pada lutut kanan 1. Keluhan nyeri menurun
- identifikasi lokasi,
Do: ekstremitas pergelangan 2. Sianosis menurun karakteristik, durasi,
dan lutut kanan teraba hangat, frekuensi, kualitas,
3. Edema menurun
merah dan membengkak intensitas nyeri
4. Perasaan tertekan menurun
- identifikasi skala nyeri
- identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang nyeri
- monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan
Terapeutik
- berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
14
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
15
membengkak hemodinamik (Mis.
frekuensi jantung, tekanan
3. Terdapat limfedenopati
darah, MAP, CVP, PAP,
servikal posterior
PCWP, CO, CI) jika
4. Pemeriksaan tersedia
antistreptolysin O test =800
- monitor intake dan output
todd units
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian
diuretik
- kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat
diuretik
16
MCPDxkasus
1: Penurunan curah
Dx 2: Nyeri kronis
jantung berhubungan
berhubungan dengan
dengan perubahan
gangguan metabolik
kontraktilitas jantung
ditandai dengan Murmur Ds: pasien mengatakan nyeri
sistolik hebat pada lutut kanan
Do:
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit jantung bawaan (PJB) atau dikenal dengan nama Penyakit Jantung
Kongenital adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi
jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan
perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin (Mulyadi, 2006).
Terbagi menjadi dua jenis yaitu penyakit jantung bawaan non sionik dan penyakit jantung
bawaan sionik
B. Saran
Dengan telah membacanya makalah ini, mahasiswa/I diharapkan dapat mengerti, mengetahui
tentang Asuhan Keperawatan Penyakit Kronis: penyakit jantung bawaan serta tindakan tindakan
yang akan diambil dalam membuat Asuhan Keperawatan yang bermutu dan bermanfaat bagi
pasien. Serta dituntut untuk bisa membandingkan antara teori dan kasus yang terjadi di lapangan
atau lahan praktek yang terkadang ketidaksinkronan dan kesinkronan yang wajar. Semoga
bermanfaat bagi semua mahasiswa dan membantu dalam pembuatan Asuhan Keperawatan kelak.
18
DAFTAR PUSTAKA
Dyah Primasari . 2012 . Perbedaan Perkembangan pada anak dengan penyakit jantung bawaan
sianotik dan non-sianotik. Medika : Yogyakarta
Mulyadi, Madiyono Bambang. 2006. Tatalaksana penyakit jantung bawaan. Jakarta : Salemba
Medika.
Morton, P. G., Fontaine, D., Hudak, C. M., & Gallo, B. M. (2011). KEPERAWATAN KRITIS.
Jakarta : EGC.
19