Anda di halaman 1dari 18

ASKEP ANAK PENYAKIT KRONIS : PENYAKIT ACUTE

LEUKEMIA LIMFOSITIK

Disusun oleh:

Ayu Murnila Sari


Bayu Setyawan
Firda Rismawati
Muhammad Albi Tahmi
Putri Wahyuni
Rahmi Rahmadani
Winda Novriola

Program Studi S1 Keperawatan


Stikes Payung Negeri Pekanbaru
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya penyusunan makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah “Keperawatan Anak II”. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, makalah ini masih banyak kekurangan
dalam pembuatan. Oleh karena itu, penulis harapkan kritik dan saran dari pembaca.

Pekanbaru, 23 November 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................2
1. Tujuan Umum................................................................................................2
2. Tujuan Khusus...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3

A. Definisi Penyakit Leukima....................................................................................3


B. Etiologi PenyakitL Leukemia................................................................................5
C. Patofisiologi dan WOC Penyakit Leukemia..........................................................6
D. Manifestasi Klinik Penyakit Leukemia.................................................................8
E. Penatalaksanaan Penyakit Leukemia...................................................................10
F. Pemeriksaan Penunjang........................................................................................
G. Asuhan Keperawatan............................................................................................
H. Diagnosa Keperawatan Penyakit Leukemia........................................................11

BAB III PENUTUP.......................................................................................................18

A. Kesimpulan..........................................................................................................18
B. Saran....................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia Limfositik/Limfoblastik Akut (LLA) adalah penyakit yang berkaitan
dengan sel jaringan tubuh yang tumbuhnya berlebihan dan berubah menjadi tidak normal
serta bersifat ganas, yaitu sel-sel sangat muda yang seharusnya membentuk limfosit
berubah menjadi ganas. LLA merupakan kanker yang paling banyak dijumpai pada anak,
yaitu 25-30 % dari seluruh jenis kanker pada anak. Angka kejadian tertinggi dilaporkan
antara usia 3-6 tahun, dan anak lelaki lebih banyak daripada anak perempuan. Gejala yang
perlu diwaspadai antara lain, tubuh lemah dan sesak nafas akibat anemia, infeksi dan
demam akibat kekurangan sel darah putih yang normal, serta pendarahan akibat kurangnya
trombosit. Pendarahan yang terjadi biasanya berupa pendarahan hidung, pendarahan gusi,
serta mudah memar dan bercak-bercak kebiruan di kulit. Sel-sel leukemia dalam otak bisa
menyebabkan sakit kepala, muntah dan gelisah, sedangkan sel-sel kanker dalam sumsum
tulang menyebabkan nyeri tulang dan sendi (Rulina, 2003).
ALL merupakan penyakit yang paling umum pada anak (25 % dari seluruh kanker
yang terjadi). Di Amerika Serikat, kira-kira 2400 anak dan remaja menderita ALL setiap
tahun. Insiden ALL terjadi jauh lebih tinggi pada anak-anak kulit putih daripada kulit
hitam. Perbedaan juga tampak pada jenis kelamin, dimana kejadian ALL lebih tinggi pada
anak laki-laki kurang dari 15 tahun. Insiden kejadian 3,5 per 100.000 anak berusia kurang
dari 15 tahun. Puncak insiden pada umur 2-5 tahun dan menurun pada dewasa (Moh.
Supriatna, 2002).
Peran perawat dalam menangani kasus Leukemia Limfositik Akut sangatlah
penting. Hal ini berkaitan dengan penyakit Leukemia Limfositik Akut yang masih asing
bagi masyarakat awam. Sehingga peran perawat dapat menjadi pendidik yang memberikan
informasi tentang pengertian, tujuan, efek samping, dan perawatan pada anak yang
menjalani kemoterapi. Di samping itu Leukemia Limfositik Akut termasuk dalam
penyakit terminal yang membutuhkan prinsip perawatan paliatif dalam mengelola anak.
Banyaknya insiden Leukemia Limfositik Akut diperlukan pengetahuan dan penguasaan

1
materi untuk melakukan asuhan keperawatan yang adekuat pada pasien anak Leukemia
Limfositik Akut.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada anak dengan
penyakit Acute Leukemia Limfositik

2. Tujuan Khusus

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Penyakit Acute Leukemia Limfositik


Leukemia adalah suatu penyakit proliferasi neoplastik yang sangat cepat dan progresif,
yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel-sel hematopoitik yang menyebabkan
infiltrasi yang progresif pada sumsum tulang (Mediarty, 2003). Leukemia Limfositik Akut
adalah penyakit yang berkaitan dengan sel jaringan tubuh yang tumbuhnya berlebihan dan
berubah menjadi tidak normal serta bersifat ganas, yaitu sel-sel sangat muda yang
seharusnya membentuk limfosit berubah menjadi ganas (Rulina, 2003). Leukemia
Limfositik Akut (ALL) dianggap sebagai suatu proliferasi ganas limfoblas. Paling sering
terjadi pada anak-anak dengan laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, dengan
puncak insidensi pada usia 4 tahun, setelah usia 15 tahun Leukemia Limfositik Akut
jarang terjadi (Smeltzer, 2001 : 955). Leukemia Limfositik Akut adalah leukemia yang
berkembang cepat dan progresif ditandai dengan penggantian sumsum tulang normal oleh
sel-sel blas yang dihasilkan dari pembelahan sel-sel induk (stem sel) yang bertransformasi
maligna. Leukemia pada anak sebagian besar (95 %) merupakan bentuk akut dan 5 %
bentuk kronik (Moh. Supriatna, 2002).

B. Etiologi Penyakit Jantung Acute Leukemia Limfositik

2
Penyebab yang pasti untuk LLA ini belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu : (Sibuea,2009)

1) Faktor genetik : virus tertntu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen


(Tcell Leukimia-Lhympoma virus/HLTV)

2) Radiasi

3) Obat–obat imunosupresi, obat-obat kardiogenik seperti diet hylstilbestrol

4) Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot

5) Kelainan kromoson missal nya pada down sindrom leukemia biasanya


mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak
diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran radiasi dan bahan kimia tertentu
(misalnya benzena) dan pemakain obat anti kanker, meningalkan resoko terjadinya
leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetic tertentu (misalnya down sindrom
dan sindrom fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.

C. Patofisiologi Penyakit Acute Leukemia Limfositik


Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah yang berlebihan.
Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum tulang dan
menggantikan unsur-unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum
tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini
menyebabkan haemopoesis normal terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah
leucosit, sel darah merah dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ
menyebabkan pembersaran hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan nyeri
tulang serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan
jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis, perdarahan gusi,
epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang
dapat menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami
infeksi. Adanya sel kaker juga mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan

3
makanan. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Betz
& Sowden, 2002).

D. Manifestasi Klinik Penyakit Acute Leukemia Limfositik

4
Pucat (mendadak), panas, perdarahan (ekimosis, petekie, epistaksis, perdarahan gusi),
hepatomegali, limfadenopati, sakit sendi, sakit tulang, splenomegali, lesi purpura, efusi pleura,
kejang pada leukemia serebral (Mansjoer, 2000 : 495).

Tanda dan gejala inisial, dalam urutan frekuensi yang semakin berkurang, meliputi demam, pucat,
petekie, dan purpura, limfadenopati, hepatospleno megali, anoreksia, kelelahan, nyeri tulang dan
sendi, nyeri abdomen, dan penurunan berat badan (Merenstein, 2002 : 804). Pada leukemia akut
didapatkan gejala klinis yang disebabkan kegagalan sumsum tulang antara lain : pucat, letargi,
demam, gambaran infeksi mulut, tenggorokan, kulit pernafasan, memar, pendarahan gusi spontan
dan pendarahan dari tempat fungsi vena yang disebabkan oleh trombositopenia. Infiltrasi organ
lain yaitu nyeri tulang, hipertrofi dan infiltrasi gusi, sakit kepala, muntah-muntah, penglihatan
kabur dan terkadang terjadi pembengkakan testis pada Leukemia Limfositik Akut (Mediarty,
2003).

E. Penatalaksanaan Penyakit Acute Leukemia Limfositik


Pengobatan pada anak dengan LLA tergantung pada gejala, umur, kromosom dan tipe
penyakit, pengobatan LLA yang utama adalah kemotrapi terdiri dari 6 fase yaitu:
1. Fase induksi
Terjadinya pengurangan secara lengkap dan pengurangan lebih 50% sel leukemia
pada sumsung tulang yang disebut dengan remisi.
2. Terapi profilatik
Berfungsi untuk mencegah sel leukemia masuk kedalam sistem saraf pusat.
3. Terapi konsolidasi
Membasmi sisa sel leukemia di ikuti dengan terapi intensifikasi lanjutan untuk
mencegah resistensi sel leukemia.
4. Kemoterapi
Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua fase di
gunakan.
5. Radioterapi
Radiotrapi menggunakan sinar berenerfi tinggi untuk membunuh se-sel leukemia
6. Transplantasi sum-sum tulang
Transplantasi sum-sum tulang dilakukan untuk mengganti sum-sum tulang yang

5
rusak karena dosis tinggi kemoterapi atau radiasi (penyinaran). Selain itu
transplantasi sum-sum tulang berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak
karena kanker (NANDA, 2015).

F. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah tepi
Adanya pensitopenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan gambaran darah tepi
monoton terdapat sel blast, yang merupakan gejala patogenamik untuk leukemia.
2) Sum-sum tulang
Dari pemeriksaan sum-sum tulang akan ditemukan gambaran yang monoton yaitu hanya
terdiri dari sel lomfopoetik patologis sedangkan sistem yang lain terdesak (apanila
skunder).
3) Pemeriksaan lain : Biopsi Limpa.
Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000-200.000 / µl) tetapi dalam bentuk sel blast / sel
primitive (NANDA, 2015).

G. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari sel : depresi sumsum tulang, hepar,
limpha, pembesaran organ/nodus limfe (Wong, 2004).
Tujuan :
Nyeri berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil
wajah rileks, mampu istirahat tenang, melaporkan nyeri terkontrol.
Intervensi :
Monitor skala nyeri.
Ajarkan pasien teknik relaksasi dan distraksi dengan nafas dalam.
Berikan posisi yang nyaman, sokong sendi dan ekstremitas dengan bantal.
Ubah posisi secara periodik dan berikan atau bantu latihan rentang gerak lembut.
Berikan obat analgesik sesuai indikasi.

6
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, sekunder penurunan
oksigen ke jaringan (Wong, 2004 : 536).
Tujuan :
Anak dapat beraktifitas sesuai kemampuan setelah dilakukan tindakan keperawatan
dengan kriteria hasil, peningkatan toleransi aktivitas, beraktivitas dalam kehidupan sehari-
hari sesuai kemampuan.
Intervensi :
Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung.
Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
Berikan posisi semi fowler tinggi untuk pertukaran udara yang optimal.
Ajak bermain untuk mengatasi kebosanan dan menstimulasi tumbuh kembang anak.
Anjurkan keluarga untuk membantu aktivitas anak.

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh


sekunder : gangguan dalam kematangan sel darah putih, prosedur infasif (Wong, 2004 :
414).
Tujuan :
Tidak menunjukkan gejala-gejala infeksi setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan
kriteria hasil, tidak ada tanda-tanda infeksi, leukosit dalam batas normal ( 4000-
10.000/mmk), suhu tubuh normal (35,5-37º C).
Intervensi :
Gunakan teknik aseptik untuk seluruh prosedur infasif.
Ajarkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah membantu aktivitas anak.
Ciptakan lingkungan yang bersih.
Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi.
Berikan antibiotik sesuai program.
Monitor penurunan jumlah leukosit yang menunjukkan anak memiliki resiko besar untuk
terkena infeksi.

7
4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan kalori dan kesulitan mencerna kalori yang mencakupi sekunder
akibat kanker (Carpenito, 2001 : 260).
Tujuan :
Nutrisi sesuai kebutuhan setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil,
klien dapat menghabiskan satu porsi makanannya, albumin dalam batas normal, tidak
mual dan muntah.
Intervensi :
Observasi dan catat masukan makanan.
Observasi dan catat mual dan muntah.
Timbang berat badan setiap hari.
Berikan makanan porsi kecil tapi sering.
Anjurkan keluarga untuk memodifikasi lingkungan atau variasi makanan.
Berikan antiemetik sesuai advis

Asuhan keperawatan terkait kasus

Seorang anak perempuan berusia 5 tahun 9 bulan dirawat di ruang perawatan anak
untuk menjalani kemoterapi rutin ke-11. Pasien didiagnosa ALL. Keluarga
mengatakan pada saat hendak di kemoterapi, anak mengalami demam, pucat dan
disertai bintik-bintik merah di seluruh ekstremitas atas dan ekstrremitas bawah,
keluarga juga mengatakan anak mudah lebam dan membiru. Saat dilakukan
wawancara dengan keluarga pasien tidak memiliki riwayat alergi ataupun riwayat
penyakit dalam keluarga. Perawat melakukan pemeriksaan fisik dan didapatkan
terdapat eritema dan lebam di ekstremitas bawah kaki kanan dan kiri. Tanda vital:
nadi 100 x/menit, RR 24 x/menit, suhu 36.9 0C, BB 12.5 Kg, TB 88 cm, IMT
16.07, pola makan 3 kali sehari, dan tidak terdapat masalah pada eliminasi
urin/fekal. Pemeriksaan diagnostik didapatkan hasil radiologi thoraks tidak terdapat
infiltrasi dan corakan bronko normal. Pemeriksaan darah tepi didapatkan leukosit
8
meningkat dan ditemukan sel blast abnormal, trombosit menurun). Analisis urin
didapat nilai ureum 19 mg/dL, creatinin 0.35 mg/dL, albumin 4.0%. pemeriksaan
LCS (sel abnormal blast (-) dengan diagnosis ALL). Nilai WBC 0.63 x10.3 (N: 4.8-
10.8), RBC 22.4 x10.6 (4.2-5.4), Hb 6.1 mg/dL, HCT 18.3%, PLT 6x10.6 U/L.

Diagnosa Kriteria hasil Intervensi


hipertermia berhubungan Setelah dilakukan Manajemen hipertermia
dengan proses infeksi tindakan keperawatan
Tindakan
diharapkan tingkat
Ds: Keluarga mengatakan
hipertermi pada anak Observasi
pada saat hendak di
menurun dengan kriteria _identifikasi penyebab
kemoterapi, anak
hasil hipertermia ( misi,
mengalami demam, pucat
dan disertai bintik-bintik 1. Demam dan pucat dehidrasi, terpapar

merah di seluruh menurun lingkungan panas,

ekstremitas atas dan penggunaan inkubator )


2. Bintik-bintik merah
ekstrremitas bawah, _monitor suhu tubuh
menurun
Do:
3. Leukosit, trombosit dan _monitor kadar elektroid
-Pemeriksaan darah tepi sel blast dalam jumlah _monitor haluaran urine
didapatkan leukosit normal
_monitor komplikasi
meningkat dan ditemukan
akibat hipertermia
sel blast abnormal,
trombosit menurun). Terapeutik

-Analisis urin didapat nilai Sediakan lingkungan yg


ureum 19 mg/dL, creatinin dingin
0.35 mg/dL, albumin
Longgarkan atau lepaskan

9
4.0%. pakaian

-pemeriksaan LCS (sel Basahi dan kipasi bagian


abnormal blast (-) dengan tubuh
diagnosis ALL).
Berikan cairan oral

Ganti linen setiap hari


atau lebih sering jika
mengalami hiperhirdosis (
keringat berlebihan )

Lakukan pedinginan
eksternal ( mis, selimt
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada ,abdomen, aksila)

Hindari pemberian
antipirotik atau aspirin

Berikan oksigen jika perlu

Edukasi

Anjurkan tirah baring


kolaborasi

Pemberian cairan dan


elektroid intravena, jika
perlu
gangguan perfusi jaringan Setelah dilakukan Perawatan sirkulasi

10
perifer berhubungan tindakan keperawatan
dengan penurunan diharapkan Perfusi Observasi
kompnen penting darah jaringan Perifer membaik
-periksa sirkulasi perifer
(hemoglobin) dengan kriteria hasil
(mis.nadi perifer, edema,
Ds:keluarga mengatakan 1. Eritema dan lebam pengisian kapiler, warna,
anak mudah lebam dan menurun suhu, ankle brachial
membiru.
2. Jumlah Hb,HCT, dan index)
Do: PLT dalam jumlah normal -identifikasi faktor resiko

-Perawat melakukan gangguan

pemeriksaan fisik dan sirkulasi(mis.diabetes,

didapatkan terdapat perokok, orang tua,

eritema dan lebam di hipertensi, dan kadar

ekstremitas bawah kaki kolestrol tinggi)

kanan dan kir -monitor panas,

-Hb 6.1 mg/dL, HCT kemerahan, nyeri atau

18.3%, PLT 6x10.6 U/L. bengkak pada ekstremitas

Tepeutik

-hindari pemasangan infus


dan pengambilan darah
diarea keterbatasan perfusi

-hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan

11
keterbatasan perfusi

-hindari penekanan dan


pemasangan tourniquet
pada area yang cedera

-lakukan pencegahan
infeksi

Edukasi

-anjurkan berhenti
merokok

-anjurkan berolahraga
rutin

-anjurkan meminum obat


pengontrol tekanan darah
secara teratur

-anjurkan menghindari
penggunaan obat penyekat
beta

-ajarkan program diet


untuk memperbaiki
sirkulasi(mis.rendah
lemak jenuh, minyak ikan

12
omega 3)

-informasikan tanda dan


gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis. Rasa
sakit yang tidak hilang
saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

13
B. Saran

14
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik.Edisi 2. Jakarta, EGC.

Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Cetakan I.Jakarta, EGC.

Suriadi, Yuliani R. (2001). Asuhan Keperawatan padaAnak. Edisi I. Jakarta, CV Sagung Seto.

Reeeves, Lockart. (2002). Keperawatan Medikal Bedah.Cetakan I. Jakarta, Salemba Raya.

FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta,FKUI.

Sacharin Rosa M. (1993).Prinsip Perawatan Pediatri. Edisi 2.Jakarta : EGC

15

Anda mungkin juga menyukai