Anda di halaman 1dari 21

PROMOSI KESEHATAN

KELOMPOK 3

A KHOLIQ
SISKA NIA
DESI MASTIKA SITUMORANG
DWI RUKMANA
FRISILLIA BERTHALIA SIAHAAN
LILIS RAHMAWATI
MAICE ZAFIRA
MUHAMMAD ALBI TAHMI
NOOR AZIRA
PUTRI WAHYUNI
RONA BELLA OCTAVIANI
SASMITA FREDERIKA BR SIANTURI
TRISNA LESTARI
PENGERTIAN DAN TUJUAN POKOK PROMOSI KESEHATAN

Green dan Kreuter (2005) menyatakan bahwa “Promosi kesehatan adalah kombinasi upaya-upaya pendidikan,
kebijakan (politik), peraturan, dan organisasi untuk mendukung kegiatan-kegiatan dan kondisi-kondisi hidup
yang menguntungkan kesehatan individu, kelompok, atau komunitas”.

Sedangkan Kementerian/Departemen Kesehatan Republik Indonesia merumuskan pengertian promosi kesehatan


sebagai berikut: “Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor
kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya
sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan
didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.” Hal tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri
Kesehatan No. 1114/Menkes/SK/VIII/2005.
Tujuan promosi kesehatan dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu:
1. Tujuan Promosi Kesehatan menurut WHO
a. Tujuan Umum
Mengubah perilaku individu/masyarakat di bidang Kesehatan
b. Tujuan Khusus
1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai bagi masyarakat.
2) Menolong individu agar mampu secara mandiri/berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai
tujuan hidup sehat.
3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada.

2. Tujuan Operasional:
a. Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi dan
perubahan-perubahan sistem dalam pelayanan kesehatan serta cara
memanfaatkannya secara efisien & efektif.
b. Agar klien/masyarakat memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada kesehatan
(dirinya), keselamatan lingkungan dan masyarakatnya.
c. Agar orang melakukan langkah2 positip dlm mencegah terjadinya sakit,
mencegah berkembangnya sakit menjadi lebih parah dan mencegah keadaan
ketergantungan melalui rehabilitasi cacat karena penyakit.
d. Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan bagaimana
caranya, tanpa selalu meminta pertolongan kepada sistem pelayanan kesehatan y ang normal.
Sedangkan menurut Green, tujuan promosi kesehatan terdiri dari 4 tingkatan tujuan, yaitu:
1. Tujuan Program
Merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode waktu tertentu yang
berhubungan dengan status kesehatan.
2. Tujuan Pendidikan
Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dapat mengatasi masalah kesehatan yang
ada.
3. Tujuan Perilaku
Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus tercapai (perilaku yang diinginkan). Oleh
sebab itu, tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan dan sikap.
4. Tujuan Intervensi Perilaku dalam promosi kesehatan
a. Mengurangi perilaku negatif bagi kesehatan.
Misal : mengurangi kebiasaan merokok
b. Mencegah meningkatnya perilaku negatif bagi kesehatan
Misal : mencegah meningkatnya perilaku ‘seks bebas'
c. Meningkatkan perilaku positif bagi kesehatan
Misal : mendorong kebiasaan olah raga
d. Mencegah menurunnya perilaku positif bagi kesehatan
Misal : mencegah menurunnya perilaku makan kaya serat.
KONSEP DAN PRINSIP PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT

Prinsip-Prinsip Pendidikan Kesehatan Menurut Mubarak & Chayatin (2009) prinsip-prinsip pendidikan
kesehatan adalah:
1) Belajar mengajar berfokus pada klien, pendidikan klien adalah hubungan klien yang berfokus pada
kebutuhan klien yang spesifik.
2) Belajar mengajar bersifat menyeluruh, artinya dalam memberikan pendidikan kesehatan harus
dipertimbangkan klien secara kesehatan tidak hanya berfokus pada muatan spesifik saja.
3) Belajar mengajar negoisasi. Dimana petugas kesehatan dan klien bersama-sama menentukan apa yang telah
diketahui dan apa yang penting untuk diketahui.
4) Belajar mengajar yang interaktif, dimana proses belajar-mengajar adalah suatu proses yang dinamis dan
interaktif, yang melibatkan partisipasi dari petugas kesehatan dan klien
5) Pertimbangan usia dalam pendidikan kesehatan, untuk menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan
perilaku manusia melalui pengajaran, sehingga perlu dipertimbangkan usia klien dan hubungan dengan proses
belajar mengajar.
TEKNIK DAN MEDIA DALAM PROMOSI KESEHATAN DAN PENDIDIKAN
KESEHATAN MASYARAKAT
Metode dan teknik promosi kesehatan dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Metode Promosi Kesehatan Individual Metode ini digunakan jika antara promotor kesehatan dan sasaran atau kliennya dapat
berkomunikasi langsung, baik bertatap muka face to face maupun melalui sarana komunikasi lainnya, misalnya konseling.
2. Metode Promosi Kesehatan Kelompok Metode promosi kesehatan kelompok digunakan untuk sasaran kelompok. Metode ini
dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Metode dan teknik promosi kesehatan untuk kelompok kecil, misalnya diskusi kelompok, bermain peran role play, dan
sebagainya. Untuk mengaktifkan metode ini perlu dibantu dengan alat bantu atau media, misalnya lembar balik flip chart, alat
peraga, slide, dan sebagainya.
b. Metode dan teknik promosi kesehatan untuk kelompok besar, misalnya metode ceramah yang diikuti atau tanpa diikuti
dengan tanya jawab seminar, loka karya, dan sebagainya. Untuk memperkuat metode Ini perlu dibantu dengan alat bantu
misalnya, overhead projector, slide projector, film, sound system, dan sebagainya.
3. Metode Promosi Kesehatan Massal Metode dan teknik promosi kesehatan yang sering digunakan untuk massa adalah :
a. Ceramah umum public speaking, misalnya di lapangan terbuka dan tempat-tempat umum public place.
b. Penggunaan media massa elektronik, seperti radio dan televisi dengan bentuk talkshow, dialog interaktif, dan simulasi.
c. Penggunaan media cetak, seperti koran, majalah, buku, leaflet, poster, dan sebagainya. Bentuk sajian dalam media cetak
juga bermacam-macam, antara lain artikel, tanya jawab, komik, dan sebagainya.
d. Penggunaan media luar ruang, misalnya billboard, spanduk, umbul-umbul dan sebagainya .
KONSEP PERILAKU KESEHATAN MASYARAKAT DAN PROSES BELAJAR DI
MASYARAKAT

Perilaku merupakan perbuatan, tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati dan dicacat oleh orang lain.
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar, ( Notoatmodjo, 2003).

Menurut WHO, yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), perubahan perilaku dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :
Perubahan alamiah (natural change), ialah perubahan yang dikarenakan perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya
ataupun ekonomi dimana dia hidup dan beraktifitas.
Perubahan terencana (planned change), ialah perubahan ini terjadi, karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.
Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change), ialah perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu
inovasi atau program-program baru,maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan
sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.
Menurut Susilo (2011) belajar adalah perubahan tingkah laku. Perubahan itu didapat dari mengalami,
observasi, membaca, meniru, Memecahkan masalah, mendengarkan, mengikuti secara langsung, dan
Membatasi belajar dalam 3 macam rumusan yakni : rumusan kuantitatif, Institusional, dan kualitatif.
A. Secara kuantitatif
Secara kuantitatif belajar berarti penambahan kemampuan dengan Fakta- fakta.
B. Secara institusional
Secara institusional belajar dipandang sebagai proses penguasaan Peserta didik atas materi
yang telah dipelajari.
C. Secara kualitatif
Belajar secara kualitatif adalah proses memperoleh pemahaman, Yang berorientasikan pada
tercapainya daya pikir dan tindakan yang Berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang
sedang atau akan dihadapi peserta didik.
STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

Mubarak dan Chayatin (2008) menyebutkan bahwa strategi yang diperlukan untuk mewujudkan promosi kesehatan adalah sebagai berikut.
1. Advokasi
Advokasi merupakan kegiatan yang memberikan bantuan kesehatan kepada masyarakat melalui pihak pembuat keputusan dan penentu
kebijakan dalam bidang kesehatan. Advokasi merupakan upaya atau sebuah proses yang strategis dan terencana dengan tujuan mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Tujuan advokasi kesehatan ini adalah untuk meningkatkan jumlah
kebijakan publik berwawasan kesehatan, untuk meningkatkan opini masyarakat dalam mendukung kesehatan, dan terpecahkannya masalah
kesehatan secara bersama dan terintegrasi dengan pembangunan kesehatan didaerah melalui kemitraan dan adanya dukungan serta
kepedulian dari pimpinan daerah (Solang, Losu dan Tando, 2016: 72).

Bentuk kegiatan advokasi dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain sebagai berikut.
Lobi Politik (Political Lobbying) Lobi adalah berbincang-bincang secara informal dengan para petinggi atau pejabat untuk menginformasikan
serta membahas masalah dan juga program kesehatan yang akan
dilaksanakan. Pada saat melaksanakan lobi, harus disertai dengan data yang akurat dan sesuai dengan fakta yang ada mengenai masalah
kesehatan tersebut.
Seminar dan atau Presentasi Seminar ataupun presentasi menampilkan masalah kesehatan di depan para pembuat keputusan baik lintas
program maupun lintas sektoral.
Media Advokasi Media advokasi merupakan kegiatan advokasi yang dilakukan dengan menggunakan media, khususnya penggunaan media
massa (media cetak dan media elektronik).
Perkumpulan (Asosiasi) Peminat Asosiasi atau perkumpulan orangorang yang memiliki minat atau yang berhubungan dengan masalah
tertentu, termasuk juga perkumpulan profesi.
2. Dukungan Sosial (Social Support)
Promosi kesehatan akan mudah dilakukan apabila mendapatkan dukungan sosial. Dukungan sosial
adalah sebuah kegiatan dengan tujuan untuk mencari dukungan dari berbagai elemen (tokohtokoh
masyarakat) untuk menjembatani antara pelaksana program kesehatan dengan masyarakat sebagai penerima
program kesehatan tersebut.

Adapun bentuk-bentuk dukungan sosial yang dilaksanakan di masyarakat diantaranya sebagai berikut.
• Bina Suasana Individu
• Bina Suasana Kelompok
• Bina Suasana Publik

3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment Community)


Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya promosi kesehatan. Pemberdayaan ialah sebuah proses
pemberian informasi kepada keluarga atau kelompok dan individu secara terus menerus dan
berkesinambungan dengan mengikuti perkembangan masyarakat, serta proses membantu masyarakat supaya
masyarakat berubah dari yang awalnya tidak tahu menjadi tahu atau sadar serta dari tahu menjadi mau dan
dari mau menjadi mampu untuk melaksanakan program kesehatan yang diperkenalkan (Solang, Losu dan
Tando, 2016: 59-64).
RUANG LINGKUP PROGRAM PROMOSI KESEHATAN

Sesungguhnya, ruang lingkup sasaran promosi kesehatan adalah keempat determinan kesehatan dan kesejahteran seperti
terlihat dalam model klasik dari Bloom (Forcefield Paradigm of Health and Wellbeing), yaitu:
1. Lingkungan
2. Perilaku
3. Pelayanan kesehatan dan
4. Faktor genetik (atau diperluas menjadi faktor kependudukan).

Ruang lingkup dalam promosi kesehatan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, sehingga dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang, yaitu:
1. Ruang Lingkup Berdasarkan Area Masalah
2. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pencegahan
3. Ruang Lingkup Pelayanan Kesehatan Dasar
4. Ruang lingkup aktivitas
5. Ruang Lingkup Perilaku Kesehatan
PROGRAM-PROGRAM DALAM PROMOSI KESEHATAN

Terdapat 11 item program yang diusulkan oleh seksi promosi kesehatan, maka terdapat KPI A, KPI B, s/d KPI K.
Tabel 3 menunjukkan pada tahun 2007 terdapat 11 program yang disusulkan oleh seksi promosi kesehatan.
Program-program tersebut semuanya bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dari empat faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan.
ANALISIS DAN RANCANGAN INTERVENSI PROMOSI KESEHATAN

Promosi kesehatan dapat dilakukan dengan metode dan media, sebagai berikut:
a. Metode Promosi Kesehatan
Secara garis besar, metode promosi kesehatan dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Metode Didaktif
Metode didaktif ini didasarkan atau dilakukan dengan cara satu arah. Misalnya: ceramah, film, leaflet, booklet,
poster, dan siaran radio.
2. Metode Sokratif
Metode sokratif ini dilakukan dengan cara dua arah. Misalnya: diskusi kelompok, debat, panel, forum, seminar,
bermain peran, curah pendapat, demonstrasi, studi kasus, lokakarya, dan penugasan perorangan.
Selain itu, metode promosi kesehatan berdasarkan teknik komunikasi, yaitu dibagi sebagai berikut:
1. Metode Penyuluhan Langsung
Dalam metode penyuluhan langsung para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan sasaran.
Termasuk disini antara lain adalah kunjungan rumah.
2. Metode Penyuluhan Tidak Langsung
Dalam metode penyuluhan tidak langsung, para penyuluh atau komunikator kesehatan tidak berhadapan atau
bertatap muka secara langsung dengan komunikan. Tetapi komunikator menggunakan media sebagai perantara dalam
penyampaian pesan. Misalnya, publikasi dalam bentuk media cetak (Wardani, Muyassaroh dan Ani, 2016: 9-10).
Mubarak dan Chayatin (2008) menyebutkan bahwa, strategi yang diperlukan untuk mewujudkan promosi
kesehatan adalah:
1. Advokasi
2. Dukungan Sosial (Social Support)
3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment Community)

Analisis Metode Promosi Kesehatan


Promosi kesehatan termasuk kedalam komunikasi kesehatan dimana dalam komunikasi antar manusia memiliki fokus
mengenai bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok/masyarakat dalam menghadapi isu-isu yang berkaitan dengan
kesehatan dan berupaya dalam menjaga kesehatannya (Northouse dalam Notoatmodjo, 2005). Komunikasi kesehatan
memiliki sistem komunikasi yang dapat mendukung dalam penyampaian akan informasi mengenai promosi kesehatan.
Sistem komunikasi yang dilakukan oleh pihak RSJD Dr. RM. Soedjarwadi baik untuk perorangan maupun keseluruhan
(atasan dengan bawahan). Salah satu bentuk informasi yang termasuk didalam komunikasi kesehatan adalah promosi
kesehatan.
Sebagai rumah sakit jiwa daerah yang telah terakreditasi A, RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah telah
melakukan kegiatan-kegiatan promosi kesehatan baik untuk pasien jiwa maupun pasien non jiwa, dengan menggunakan
beberapa metode dari promosi kesehatan. Definisi dari promosi kesehatan adalah upaya dalam meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui proses pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat. Supaya masyarakat dapat menolong
dirinya sendiri dan mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya
setempat dan didukung dengan kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Pamsimas, 2009).
ANALISA BERBAGAI JURNAL TERKAIT (EVIDANCE BASED PRACTICE)
TENTANG PROMOSI KESEHATAN

Judul Artikel: Penerapan Promosi Kesehatan (Pkrs) Di Rumah Sakit Islam Fatimah Banyuwangi

Peneliti: Chintya Devi, Reynaldy Bimatara, Ayu Fitri Lestari, dan Jayanti Dian Eka Sari
tahun penelitian: 2018

Metode penelitian: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif – kualitatif yang dilakukan untuk
mendeskripsikan pelaksanaan promosi kesehatan rumah sakit di Rumah Sakit Islam (RSI) Fatimah
Banyuwangi.

Jumlah Populasi/Sampel/Responden: rumah sakiy islam Fatimah banyuwangi


Pembahasan hasil penelitian: Hasil observasi pelaksanaan PKRS di Rumah Sakit Islam Fatimah Banyuwangi, antara lain:
A. Kebijakan Manajemen Rumah Sakit Islam Fatimah
Rumah Sakit Islam Fatimah memiliki unit PKRS yang merupakan gabungan dari humas dan marketing. Kebijakan manajemen
meliputi PKRS tersebut dapat dijalankan. Pelaksanaan kebijakan PKRS di RSI Fatimah didasarkan pada beberapa Undang-
Undang, antara lain Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 004 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis PKRS. Berdasarkan
wawancara yang dilakukan, RSI Fatimah telah memilki kebijakan manajemen dalam menjalankan PKRS. Struktur organisasi
PKRS juga diatur dalam SK Rumah Sakit. Petugas PKRS terdiri dari beberapa profesi seperti dokter, perawat, bidan, farmasi,
gizi. Rumah sakit juga mampu memberikan sosialisasi kepada seluruh pengurus rumah sakit mengenai pelaksanaan PKRS.

B. Kajian Kebutuhan Masyarakat Rumah Sakit Islam Fatimah


Rumah Sakit Islam Fatimah memberikan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat rumah sakit, baik untuk pasien,
keluarga pasien, maupun pengunjung rumah sakit. Berdasarkan rujukan yang peneliti gunakan, terdapat tiga indikator yang
diambil dengan menggunakan metode observasi dan wawancara, antara lain : rumah sakit memiliki instrumen kajian kebutuhan
informasi pasien, keluarga pasien, pengunjung rumah sakit, masyarakat sekitar serta memberikan media komunikasi yang
sesuai; rumah sakit melakukan kajian kebutuhan informasi pasien, keluarga pasien, pengunjung rumah sakit, masyarakat
sekitar serta media komunikasi yang sesuai; rumah sakit memiliki rumusan informasi yang dibutuhkan pasien, keluarga pasien,
pengunjung rumah sakit, masyarakat sekitar rumah sakit serta media komunikasi yang sesuai. Rumah sakit mengadakan survey
kepuasan yang instrumennya diletakkan di ruang tunggu dan ruang pelayanan untuk mendapatkan kebutuhan pasien, keluarga
pasien dan pengunjung rumah sakit. Survey tersebut juga digunakan sebagai bahan evaluasi RSI Fatimah dalam melakukan
perbaikan, terutama untuk pelaksanaan PKRS.
C. Pemberdayaan Masyarakat Rumah Sakit Islam Fatimah
Secara keseluruhan Rumah Sakit Islam Fatimah sangat memperhatikan upaya penyuluhan kepada pasien maupun
masyarakat yang berada di lingkungan rumah sakit. RSI Fatimah telah memberikan informasi yang dibutuhkan pasien
terkait dengan kondisi, pengobatan, perawatan serta faktor lain yang dapat mempengaruhi kondisi pasien baik melalui
komunikasi secara langsung setelah pasien diperiksa maupun melalui media seperti poster, leaflet, dan lain sebagainya.

D. Rumah Sakit Melakukan Bina Suasana


Rumah Sakit Islam Fatimah memanfaatkan ruangan dan halaman rumah sakit untuk memasang media dalam rangka upaya
promosi kesehatan yang terdiri atas media visual maupun audio visual. Media visual, misalnya posterposter yang
menjelaskan tentang pola hidup bersih dan sehat (PHBS) serta masalah penyakit. Selain dalam bentuk poster, media
promosi kesehatan juga berupa brosur, leaflet, baliho, dan himbauan-himbauan. Sedangkan media audio visual yang
ditayangkan yakni mengenai rumah sakit serta pelayanan yang dilaksanakan di rumah sakit. Tidak hanya itu, media audio
visual juga menayangkan iklan kesehatan yang dapat bermanfaat bagi pengunjung rumah sakit.

E. Kemitraan
Upaya yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan promosi kesehatan di rumah sakit, pihak rumah sakit menjalin kemitraan
dengan sektor lain, misalnya Kementerian Agama (KEMENAG). Salah satu program kerja dari Rumah Sakit Islam Fatimah
yaitu bimbingan rohani kepada pasien, mengingat kesehatan tidak hanya sehat secara fisik, mental dan sosial melainkan
juga sehat spiritual.
F. Rumah Sakit Mewujudkan Tempat Kerja Sehat
Promosi kesehatan yang dilaksanakan di Rumah Sakit Islam Fatimah tidak terlepas dari upaya pihak rumah
sakit untuk mewujudkan tempat kerja sehat. Rumah sakit menjamin terjaganya keamanan ditandai dengan
adanya petugas keamanan yaitu satpam yang selalu menjaga di pos satpam dan di pintu masuk lorong rumah
sakit. Upaya dalam hal terjaminnya kebersihan lingkungan rumah sakit, pihak rumah sakit juga memiliki
petugas kebersihan yang setiap hari membersihkan lingkungan rumah sakit, mulai dari ruang pendaftaran,
taman yang ada di rumah sakit, ruang rawat inap, kantor pegawai maupun kamar mandi di rumah sakit
sehingga lantai tidak kotor dan tidak licin. Kamar mandi yang terdapat di rumah sakit memiliki rincian
antara lain lantai bersih, dan tidak licin, kloset tidak kotor dan tidak berbau, wangi, air bersih dan mengalir
serta tersedia sabun.

G. Promosi Kesehatan Dalam Gedung


Rumah Sakit Islam (RSI) Fatimah Banyuwangi melaksanakan beberapa kegiatan dalam upaya promosi
kesehatan, yang dibuat dalam bentuk visual maupun audiovisual. Rumah sakit menyambut pasien dengan
ramah saat pasien pertama kali masuk ke ruang pendaftaran. Pelaksanaan PKRS di dalam gedung antara lain
ruang pendaftaran, pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan penunjang medik, pelayanan
rontgen, pelayanan obat/apotik, tempat pemulasaran jenazah, pelayanan bagi klien (orang sehat), dan di
ruang pembayaran rawat inap.
Kesimpulan hasil penelitian:
Promosi kesehatan yang dilakukan di Rumah Sakit Islam Fatimah secara keseluruhan telah memenuhi persyaratan
undang-undang. Hal ini juga didukung sertifikasi rumah sakit terhadap pelayanan PKRS. Mulai dari manajemen kebijakan
hingga pelaksanaan disusun dengan baik dan terarah. Pembagian petugas PKRS terdiri dari berbagai bidang, seperti dokter,
perawat, petugas gizi dan pelayanan kesehatan lain untuk mempermudah dalam radikalisasi informasi promosi kesehatan.
Pelayanan di setiap bidang hampir terdapat pemberian informasi secara visual leaflet, poster maupun papan informasi.
Rumah sakit Fatimah ini juga aktif dalam memberikan penyuluhan kepada pasien, keluarga pasien dan petugas kesehatan
lain dalam upaya peningkatan pengetahuan terhadap masalah kesehatan tertentu setiap minggu sekali, serta bimbingan
rohani kepada pasien rawat inap. Poin lebih dari Rumah Sakit Islam Fatimah Banyuwangi ini yaitu pemberian informasi
kepada masyarakat melalui media sosial (facebook, instagram). Selain itu, pihak rumah sakit juga bekerja sama dan
menjalin kemitraan dengan media massa berupa surat kabar harian (koran) dan stasiun radio. Pemenuhan kebutuhan
promosi kesehatan secara umum telah dilaksanakan dengan baik, akan tetapi pada poin pemberian informasi kepada
masyarakat sekitar terlihat tidak intens dan belum membentuk kelompok kesehatan tertentu guna pemberdayaan
masyarakat. Pihak rumah sakit menyediakan kotak saran yang dapat dijadikan sebagai dasar instrumen kepuasan
pengunjung rumah sakit. Instrumen kepuasan tersebut terdiri dari pilihan “puas” atau “tidak puas” serta kolom komentar
atau saran Tim PKRS Rumah Sakit Islam Fatimah perlu menyediakan media-media khusus terkait metode penanganan
pasien kepada petugas medis, karena promosi kesehatan di rumah sakit juga ditujukan kepada petugas kesehatan, misalnya
seperti cara penggunaan alat di bagian radiologi, walaupun petugas telah memahami tugas dan fungsinya, hal tersebut
dilakukan sebagai upaya promosi kesehatan kepada petugas untuk pengurangan risiko terhadap terjadinya kesalahan dan
kecelakaan.
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai