Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak


Dosen Pengampu : Ns. Nuniek Wahyuni, M. Kep

Disusun Oleh :
Debby Indriyani Z 742003.S.19003
Faizin 742003.S.19012
Mila Karnelia 742003.S.19017
Rossanti 742003.S.19028
Runingsih 742003.S.19029
Sri Intan 742003.S.19030

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA
CIREBON
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini yang tentunya
jauh dari kesempurnaan. Karena itu, kami selalu membuka diri untuk setiap saran
dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan karya kami selanjutnya.

Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagi pihak.


Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu,baik secara langsung ataupun tidak langsung. Dan semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan kami khususnya dan masyarakat pecinta ilmu
pengetahuan pada umumnya.

Cirebon, 12 Mei 2021

                                                                                                      Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Pengertian Penyakit Jantung Bawaan...........................................................3
B. Klasifikasi Penyakit Jantung Bawaan..................................................3
C. Etiologi..........................................................................................................6
D. Patofisiologi..................................................................................................7
E. Pathway.........................................................................................................8
F. Manifestasi Klinis.........................................................................................9
G. Pemeriksaan Diagnostik................................................................................9
H. Penatalaksanaan..........................................................................................10
I. Komplikasi..................................................................................................11
J. Konsep Asuhan Keperawatan.....................................................................12
BAB III..................................................................................................................17
ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................17
A. Pengkajian...................................................................................................17
B. Analisa data.................................................................................................21
C. Diagnosa......................................................................................................22
D. Intervensi keperawatan...............................................................................23
E. Implementasi dan Evaluasi.........................................................................27
BAB IV..................................................................................................................33

ii
PENUTUP..............................................................................................................33
A. Kesimpulan.................................................................................................33
B. Saran............................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................34

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan penyakit dengan kelainan pada


struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang
terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur
jantung pada fase awal perkembangan janin. Ada 2 golongan besar PJB, yaitu
non sianotik (tidak biru) dan sianotik (biru) yang masing-masing memberikan
gejala dan memerlukan penatalaksanaan yang berbeda.

Angka kejadian PJB dilaporkan sekitar 8–10 bayi dari 1000 kelahiran
hidup dan 30 % diantaranya telah memberikan gejala pada minggu-minggu
pertama kehidupan. Bila tidak terdeteksi secara dini dan tidak ditangani
dengan baik, 50% kematiannya akan terjadi pada bulan pertama kehidupan.
Menurut American Heart Association, sekitar 35.000 bayi lahir tiap tahunnya
dengan beberapa jenis defek jantung bawaan. PJB bertanggung jawab
terhadap lebih banyak kematian pada kehidupan tahun pertama bayi dari pada
defek congenital lain. Sedangkan di Amerika Utara dan Eropa, PJB terjadi
pada 0,8% populasi, membuat PJB menjadi kateri yang paling banyak dalam
malformasi strukturkongenital.

Di negara maju hampir semua jenis PJB telah dideteksi dalam masa bayi
bahkan pada usia kurang dari 1 bulan, sedangkan di negara berkembang
banyak yang baru terdeteksi setelah anak lebih besar, sehingga pada beberapa
jenis PJB yang berat mungkin telah meninggal sebelum terdeteksi. Pada
beberapa jenis PJB tertentu sangat diperlukan pengenalan dan diagnosis dini
agar segera dapat diberikan pengobatan serta tindakan bedah yang diperlukan.
Untuk memperbaiki pelayanan di Indonesia, selain pengadaan dana dan pusat
pelayanan kardiologi anak yang adekuat, diperlukan juga kemampuan deteksi
dini PJB dan pengetahuan saat rujukan yang optimal oleh para dokter umum
yang pertama kali berhadapan denganpasien.

Mengurangi insiden terjadinya PJB dapat dilakukan oleh semua pihak,


keluarga, terutama ibu dan tenaga kesehatan. Peran perawat akan sangat

1
2

dinantikan dalam upaya pencegahan, health education tentang pentingnya


kesehatan pada ibu hamil menjadi faktor utama untuk menghindari terjadinya
penyakit ini

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan
sistem kardiovaskuler : Penyakit Jantung Bawaan (PJB).

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang asuhan keperawatan


pada anak dengan penyakit jantung bawaan.
2. Tujuan Khusus

a. Menjelaskan tentang konsep medis penyakit jantung bawaan

b. Menjelaskan tentang konsep keperawatan pada penyakitjantung


bawaan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penyakit Jantung Bawaan

Penyakit jantung bawaan (PJB) atau dikenal dengan nama Penyakit


Jantung Kongenital adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung
atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya
gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal
perkembangan janin (Mulyadi, 2006).

Penyakit Jantung Kongenital (Congenital Heart Disease, CHD) adalah


kelainan pada struktur jantung yang terdapat sejak lahir. Penyakit ini
disebabkan oleh gangguan pada perkembangan jantung yang terjadi saat usia
gestasi 3-8 minggu (Roebiono,2008).

Menurut Prof. Dr. Ganesja M Harimurti, Sp.JP (K), FASCC,


dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di Rumah Sakit
Jantung Harapan Kita, mengatakan bahwa PJB adalah penyakit
yang dibawa oleh anak sejak iadilahirkan akibat proses
pembentukan jantung yang kurang sempurna. Proses pembentukan
jantung ini terjadi pada awal pembuahan (konsepsi). Pada waktu
jantung mengalami proses pertumbuhan di dalam kandungan, ada
kemungkinan mengalami gangguan. Gangguan pertumbuhan
jantung pada janin ini terjadi pada usia tiga bulan pertama
kehamilan, karena jantung terbentuk sempurna pada saat janin
berusia empat bulan (Dhania, 2009).

B. Klasifikasi Penyakit Jantung Bawaan

Penyakit jantung bawaan dapat dibagi atas dua golongan besar yaitu :
1. Penyakit Jantung Bawaan Non Sianotik
Penyakit Jantung Bawaan Asianotik adalah kelainan struktur dan fungsi
jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya
lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan
salah satu katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel atau

3
4

pembuluh darah besar tanpa adanya lubang di sekat jantung. Masing-


masing mempunyai spektrum presentasi klinis yang bervariasi dari
ringan sampai berat tergantung pada jenis dan beratnya kelainan serta
tahanan vaskuler paru(Roebiono,2003).
a. Defek Septum Atrium (Atrial SeptalDefect-ASD)
Adalah Defek pada sekat yang memisahkan atrium kiri dan kanan.
Pada DSA, presentasi klinisnya agak berbeda karena defek berada di
septum atrium dan aliran dari kiri ke kanan yang terjadi selain
menyebabkan aliran ke paru yang berlebihan juga menyebabkan
beban volume pada jantung kanan
b. Defek Septum Ventrikuler (Ventricular SeptalDefect-VSD)
Adalah Kelainan jantung berupa lubang pada sekat antar bilik
jantung, menyebabkan kebocoran aliran darah pada bilik kiri dan
kanan jantung. Hal ini mengakibatkan sebagian darah kaya oksigen
kembali ke paru-paru, sehingga menghalangi darah rendah oksigen
memasuki paru-paru . DSV merupakan malformasi jantung yang
paling sering, meliputi 25% PJB. Gejala utama dari kelainan ini
adalah gangguan pertumbuhan, sulit ketika menyusu, nafas pendek
dan mudahlelah.
c. Duktus Arteriosus Paten (Patent DuctusArteriosus-PDA)
Patent Ductus Arteriousus (PDA) atau duktus arteriosus persisten
adalah duktus arteriosus yang tetap membuka setelah bayi lahir.
Kelainan ini banyak terjadi pada bayi-bayi yang lahir premature .
Duktus Arteriosus Persisten (DAP) disebabkan oleh duktus
arteriosus yang tetap terbuka setelah bayi lahir. Jika duktus tetap
terbuka setelah penurunan resistensi vaskular paru, maka darah aorta
dapat bercampur ke darah arteri pulmonalis.
d. Stenosis Pulmoner (Pulmonary Stenosis-SP)
Adalah Pada stenosis pulmonalis (SP) terjadi obstruksi aliran keluar
ventrikel kanan atau arteri pulmonalis dan cabang-cabangnya. Status
gizi penderita dengan stenosis pulmonal umumnya baik dengan
pertambahan berat badan yang memuaskan. Bayi dan anak dengan
5

stenosis ringan umumnya asimptomatik dan tidak sianosis sedangkan


neonatus dengan stenosis berat atau kritis akan terlihat takipneu dan
sianosis.
e. Koarktasio Aorta (Coarctatio Aorta-CA)
Koarktasio Aorta (KA) adalah penyempitan terlokalisasi pada aorta
yang umumnya terjadi pada daerah duktus arteriosus. Tanda yang
klasik pada kelainan ini adalah tidak terabanya nadi femoralis serta
dorsalis pedis sedangkan nadi brakialis teraba normal.1,2 Koarktasio
aorta pada anak besar seringkali asimtomatik. Sebagian besar dari
pasien mengeluh sakit kepala, nyeri di tungkai dan kaki, atau terjadi
epistaksis.
2. Penyakit Jantung BawaanSianotik
Pada PJB sianotik didapatkan kelainan struktur dan fungsi jantung
sedemikian rupa sehingga sebagian atau seluruh darah balik vena
sistemik yang mengandung darah rendah oksigen kembali beredar ke
sirkulasi sistemik. Sesuai dengan namanya manifestasi klinis yang
selalu terdapat pada pasien dengan PJB sianotik adalah
sianosis. Sianosis adalah warna kebiruan pada mukosa yang
disebabkan oleh terdapatnya >5mg/dl hemoglobin tereduksi
dalam sirkulasi. Deteksi terdapatnya sianosis antara lain
tergantung kepada kadar hemoglobin (Prasodo, 1994).
Adapun Macam- Macam Penyakit Jantung Bawaan Sianotik Yaitu :
a. TetralogiFallot
Merupakan PJB sianotik yang paling banyak ditemukan, kurang
lebih 10% dari seluruh PJB. Salah satu manifestasi yang penting
pada Tetralogi Fallot adalah terjadinya serangan sianotik (cyanotic
spells) yang ditandai oleh timbulnya sesak napas mendadak, nafas
cepat dan dalam, sianosis bertambah, lemas, bahkan dapat disertai
dengan kejang.
b. Transposisi Pembuluh Darah Besar (Transposition Of The Great
Arteries- TGAs)
Merupakan Suatu penyakit atau kelainan jantung bawaan yang
6

dimana Atresia dapat mengenai katup pulmonal, a.pulmonalis, atau


infundibulum, sehingga seluruh curah ventrikel kanan dialirkan ke
dalam aorta.

C. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab dari PJB ini tidak diketahui
(Sastroasmoro, 1994). Beberapa faktor yang diyakini dapat menyebabkan
PJB ini secara garis besar dapat kita klasifikasikan menjadi dua golongan
besar, yaitu genetik dan lingkungan. Selain itu, penyakit jantung bawaan juga
dapat disebabkan oleh faktor prenatal. Berikut ini beberapa penyebab
terjadinya penyakit jantung bawaan karena faktor prenatal, genetic dan
lingkungan.
1. Faktor Prenatal
a. Ibu menderita penyakit infeksi
b. Ibu alkoholisme
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun
d. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan
insulin.
2. Faktor Genetic
Hal yang penting kita perhatikan adalah adanya riwayat keluarga yang
menderita penyakit jantung, seperti :
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
b. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
c. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.

Hal lain yang juga berhubungan adalah adanya kenyataan bahwa


sekitar 10% penderita PJB mempunyai penyimpangan pada kromosom,
misalnya pada Sindroma Down (Mulyadi, 2006).

3. Faktor Lingkungan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
a. Paparan lingkungan yang tidak baik, misalnya menghirup asap
rokok.
7

b. Rubella, infeksi virus ini pada kehamilan trimester pertama, akan


menyebabkan penyakit jantung bawaan.
c. Diabetes, bayi yang dilahirkan dari seorang ibu yang menderita
diabetes tidak terkontrol mempunyai risiko sekitar 3-5% untuk
mengalami penyakit jantung bawaan
d. Alkohol, seorang ibu yang alkoholik mempunyai insiden sekitar 25-
30% untuk mendapatkan bayi dengan penyakit jantung bawaan.
e. Ekstasi dan obat-obat lain, seperti diazepam, corticosteroid,
phenothiazin, dan kokain akan meningkatkan insiden penyakit
jantung bawaan (Dyah Primasari, 2012).

D. Patofisiologi
Dalam keadaan normal darah akan mengalir dari daerah yang bertekanan
tinggi ke daerah yang bertekanan rendah.Daerah yang bertekanan tinggi ialah
jantung kiri sedangkan daerah yang bertekanan rendah adalah jantung kanan.
Sistem sirkulasi paru mempunyai tahanan yang rendah sedangkan sirkulasi
sistemik memiliki tahanan yangtinggi.
Apabila terjadi hubungan antara rongga-rongga jantung yang bertekanan
tinggi dengan rongga-rongga jantung yang bertekanan rendah akan terjadi
aliran darah dari rongga jantung yang bertekanan tinggi ke jantung yang
bertekanan rendah. Sebagai contoh adanya Defek pada sekat ventrikel, maka
akan terjadi aliran darah dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan. Kejadian ini
disebut Pirau (Shunt) kiri ke kanan. Sebaliknya pada obstruksi arteri
pulmonalis dan defek septum ventrikel tekanan rongga jantung kanan akan
lebih tinggi dari tekanan rongga jantung kiri sehingga darah dari ventrikel
kanan yang miskin akan okigen mengalir dari defek tersebut ke ventrikel kiri
yang kaya akan oksigen, keadaan ini disebut dengan Pirau (Shunt) kanan ke
kiri yang dapat berakibat kurangnya kadar oksigen pada sirkulasi sistemik.
Kadar oksigen yang terlalu rendah akan menyebabkanSianosis.
Kelainan Jantung Bawaan pada umumya dapat menyebabkan hal-hal sebagai
berikut :

1. Peningkatan kerja jantung, dengan gejala :kardio megali,


8

hipertropi,takhikardia.
2. Curah jantung yang rendah, dengan gejala : gangguan pertumbuhan,
intoleransi terhadapaktivitas.
3. Hipertensi pulmonal, dengan gejala : Dispnea,takhipnea.
4. Penurunan saturasi oksigen arteri, dengan gejala : polisitemia,
asidosis,sianosis.

E. Pathway
9

F. Manifestasi Klinis

1. Bayi lahir dalam keadaan sianosis, pucat kebiru – biruan yang disebut
Picasso Blue. Sianosis merata keseluruh tubuh kecuali jika resistensi
vascular paru sangat tinggi, dibagian tubuh sebelah atas akan lebih
sianotik dibanding bagianbawah.
2. Pada foto merah terlihat jelas gambaran pembuluh darahabnormal
3. Pada umur tiga bulan, terjadi kelambatan penambahan berat badan dan
panjang badan serta perkembangan otak terganggu.
4. Disertai pulmonal stenosis sering timbul serangan anoksia, yang
menandakan bahayakematian.
5. Bila terdapat gejala takipnea, maka tanda adanya gejala gagaljantung.
6. Pada aliran darah paru yang meningkat menunjukkan penampangan
anterior – posterior dadabertambah.
7. Pada anak besar, tampak jelas voussure cardiac kekiri.

G. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat
saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan
16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan
peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan
parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht
normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.
2. Radiologi
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal,
tidak ada pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak apeks
jantung terangkat sehingga seperti sepatu
3. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula
hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal.
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
10

kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke


paru-paru
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek
septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan
mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan
saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan
pulmonalis normal ataurendah

H. Penatalaksanaan

1. Farmakologis

Secara Garis besar penatalaksanaan Pada Pasien yang menderita Penyakit


Jantung Bawaan dapat dilakukan dengan 2 Cara Yakni Dengan Cara

a. Pembedahan
Metode Operatif : Setelah pembiusan umum dilakukan, dokter akan
membuat sayatan pada dada, menembus tulang dada atau rusuk
sampai jantung dapat terlihat. Kemudian fungsi jantung digantikan
oleh sebuah alat yang berfungsi untuk memompa darah keseluruh
tubuh yang dinamakan Heart lungbypass yang juga menggantikan
fungsi paru-paru untuk pertukaran oksigen setelah itu jantung dapat
dihentikan detaknya dan dibuka untuk memperbaiki kelainan yang
ada, seperti apabila ada lubangpada septum jantung yang normalnya
tertutup, maka lubang akan ditutup dengan alat khusus yang
dilekatkan pada septum jantung.

b. Kateterisasi jantung

prosedur kateterisasi umumnya dilakukan dengan memasukkan


keteter atau selang kecil yang fleksibel didalamnya dilengkapi seperti
payung yang dapat dikembangkan untuk menutup defek jantung,
ketetr dimasukkan melalui pembuluh darah balik atau vena
dipanggal paha atau lengan.
2. Non-Farmakologis
11

a. Sedangkan Secara Non-Farmakologis dapat Diberikan Tambahan


Susu Formula dengan kalori yang tinggi dan suplemen untuk air
Susu Ibu dibutuhkan pada bayi yang menderita PJB. Terutama pada
bayi yang lahir premature dan bayi-bayi yang cepat lelah
saatmenyusui.
b. Pada Pasien/Anak Yang Menghadapi atau dicurigai menderita PJB
dapat dilakukan tindakan , Seperti:
1) Menempatkan pasien khususnya neonatus pada lingkungan
yang hangat dapat dilakukan dengan membedong atau
menempatkannya pada inkhubator.
2) MemberikanOksigen
3) Memberikan cairan yang cukup dan mengatasi gangguan
elektrolit serta asambasa.

I. Komplikasi

Ada beberapa Komplikasi yang di timbulkan oleh penyakit Jantung Bawaan ,


antara Lain :

1. Sindrom Eisenmenger merupakan komplikasi yang terjadi pada PJB non


sianotik yang meyebabkan alairan darah ke paru yang meningkat.
Akibatnya lamakelaman pembuluh kapiler diparu akan bereksi dengan
meningkatkan resistensinya sehingga tekanan di arteri pulmonal dan
diventrikel kanan meningkat

2. Serangan sianotik, pada serangan ini anak atau pasien menjadi lebih biru
dari kondisi sebelumnya tampak sesak bahkan dapat
menimbulkankejang.

3. Abses otak, biasanya terjadi pada PJB sianotik biasanya abses otak
terjadi pada anak yang berusia diatas 2 tahun yang diakibatkan adanya
hipoksia da melambtkanya aliran darahdiotak.

4. Endokarditis

5. Obstruksi pembuluh darahpulmonal


12

6. CHF

7. Hepatomegali (jarang terjadi pada bayiprematur)

8. Enterokolitisnekrosis

9. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas


atau displasia bronkkopulmoner)

10. Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlahtrombosit

11. Hiperkalemia (penurunan keluaranurin.

12. Aritmia

13. Gagal tumbuh

J. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas klien
1) Usia
Perlu dikaji pada usia berapa gejala mulai muncul.
2) Jenis kelamin
Laki – laki dan perempuan mempunyai peluang yang sama
dalam hal terjadinya penyakit jantung bawaan.
3) Pekerjaan
Pada umumnya anak akan merasa sesak pada saat beraktivitas.

b. Keluhan Utama

Keluhan orang tua pada waktu membawa anaknya ke dokter


tergantung dari jenis dan derajat defek yang terjadi baik pada
ventrikel maupun atrium, tapi biasanya terjadi sesak,
pembengkakan pada tungkai dan berkeringat banyak.

Menanyakan adanya keluhan-keluhan utama yang dirasakan : nadi


kecil dan tidak teratur , berdebar-debar, sesak nafas, nyeri dada,
kelelahan, kejang-kejang, keringat berlebihan

c. Riwayat kesehatan
13

1) Riwayat kesehatan masa lalu


Menanyakan tentang penyakit-penyakit yang berhubungan
lansung dengan system kardio vascular. Tanyakan kepada
pasien adanya riwayat nyeri dada , nafas pendek, alkoholik,
anemia, demam rematik, sakit tenggorokan yang di sebabkan
streptococcus, penyakit jantung bawaan, stroke, pingsan
hipertensi, thromboplebitis, nyeri yang hilang timbul, varises
dan oedema

2) Riwayat kehamilan

Menanyakan tentang penyakit yang pernah diderita selama


periode antenatal. Infeksi rubella dapat menyebabkan cacat pada
jantung bayi, terkenal sebagai sindrom rubella yaitu PDA, tuli
dan katarak. SLE (Sistemic Lupus Eritematosus) dapat
menimbulkan blokade jantung total pada bayi. Diabetes Mellitus
juga dapat menyebabkan terjadinya kardiomiopati pada bayi
yang dikandung.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Menanyakan adanya PJB pada keluarga, baik dengan


abnormalitas kromosom, misalnya Down Syndrom.
4) Riwayat Pengobatan
Tanyakan kepada pasien tentang pengobatan yang pernah pasien
jalani seperti pemakaian aspirin. Pengkajian pengobatan harus di
tuliskan nama dari obatnya dan pasien mengerti tentang
kegunaan dan efek sampingnya. Adapun obat-obat yang dapat
mempengaruhi system kardiovaskuler seperti : anticonvulsants,
antidepressant, antipsychotics, cerebral stimulants,
cholinergics, estrogens, nonnarcotic analgesics dan
antipyretics, oral contraceptives, sedatives and hypnotics,
spasmolytics. Kebiasaan mengkonsumsi jamu tradisional,
merokok dan alkohol juga perlu dikaji.
5) Riwayat pembedahan
14

Pasien juga harus ditanyakan secara spesifik tentang


pembedahan yang pernah di jalani, perawatan rumah sakit yang
berhubungan dengan kardiovaskuler. Hasil-hasil data diagnostic
yang pernah di lakukan selama perwatan harus lebih di kaji.
Harus di catat dimana ECG dan foto rontgen dapat dijadikan
data dasar.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Pasien tampak lemah / cukup baik / tampak sakit berat / tampak
sesak
2) Kesadaran penderita
komposmentis, apatis, somnalens, sopor,soporokoma atau
koma
3) Tanda-tanda vital, meliputi:
a) Tekanan darah
b) Denyut nadi : takikardia
c) Suhu tubuh : normal, apabila tidak ada infeksi
d) Respirasi rate : takipneu, dispneu
e. Pemeriksaan Head to toe
1) Kepala
Tidak ada penambahan lingkar kepala (LILA) karena gangguan
tumbuh kembang. Oedem wajah, anemis, mukosa bibir kering
2) Leher
Terdapat pembesaran vena jugularis
3) Dada / thorax
a) Inspeksi
Terdapat otot bantu nafas retraksi interkostae, deformitas
dada, ekskursi pernapasan (takipnea, dispnea, adanya
dengkur ekspirasi).
b) Palpasi
Septal Defect/Defek Septum Atrium (ASD) aktivitas
ventrikel kanan jelas teraba di parasternal kanan dan thrill di
15

sela iga II atau III kiri


c) Auskultasi
Pada auskultasi jantung terdeteksi adanya murmur jantung.
Frekuensi dan irama jantung menunjukkan deviasi bunyi
dan intensitas jantung yang membantu melokalisasi defek
jantung.
Pada auskultasi paru-paru menunjukkan ronki kering kasar.
pada auskultasi tekanan darah terjadi penyimpangan
dibeberapa kondisi jantung (mis; ketidaksesuaian antara
ekstremitas atas dan bawah)
4) Abdomen
Teraba adanya pembesaran hepar (hepatomegali) / splenomegali
5) Genetalia
Terjadi oliguri
6) Ektremitas dan kulit
Terjadi sianosis perifer hingga sianosis central, diaphoresis,
oedem tungkai, kelemahan, ujung – ujung jari hiperemik. Pada
pasien tertentu seperti pada Tetralogi Fallot anak sering jongkok
setelah lelah berjalan
f. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht)
akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya
hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-
65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen
(PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau
rendah mungkin menderita defisiensi besi.
2) Radiologi
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah
pulmonal, tidak ada pembesaran jantung . gambaran khas
jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu
16

3) Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan.
Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar
dijumpai P pulmonal.
4) Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi
ventrikel kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis &
penurunan aliran darah ke paru-paru
5) Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui
defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri
koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi
adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan
ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.
2. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan NANDA 2015-2017)

a. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan


komponen seluler yang diperlukan untuk suplai oksigen
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan menurunnya
ekspansi paru

c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan


kontraktilitas jantung

d. Nyeri akut berhubungan dengan agen biologis (iskemia)

e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan intake nutrisi tidak adekuat
f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik

g. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme


regulasi

h. Ansietas berhubungan dengan defisit pengetahuan mengenai


kondisi dan pencegahan
i. Defisit pengetahuan mengenai kondisi dan pencegahan
17

berhubungan dengan kurangnya informasi


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : An. T.
Umur : 10 tahun
Agama : islam
Pekerjaan : belum bekerja
Alamat : Cirebon
Nomor registrasi : 385314
Diagnosa medik : PJB
Tanggal MRS : 12 mei 2021 Jam : 08.00
Tanggal pengkajian : 12 Juli 2021 Jam : 09.00

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. Y. T
Umur : 56 tahun
Alamat : Cirebon
Hubungan dengan klien : Bapak Kandung

3. RiwayatKesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan sesak napas.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan pada tanggal 11 mei 2021 tiba-tiba sesak napas
hebat disertai batuk berlendir sehingga keluarga pasien membawa ke
IGD RSUD. Gunung jati Cirebon dan selanjutnya dirawat di ruang
ICCU. Saat dikaji pasien mengatakan masih sesak napas disertai batuk
dan sudah bisa mengeluarkan dahak. Pasien trampak lemas dan terlihat
adanya clubbing finger dan sedikit kebiruan pada bibir. Pasien bed rest
, ADL (makan, minum, personal higyene dan toileting) dibantu
perawat dan keluarga.

18
19

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan menderita PJB sejak lahir, minum obat terakhir
bulan april 2021. Pasien terakhir MRS pada bulan desember 20120 dan
tidak minum obat lagi karena pasien tidak ada keluhan sakit lagi.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan ada keluarga yang memiliki riwayat
yang sama ( ayah )

4. Pengkajian Primer
a. Airways (jalan nafas)
Sumbatan
(-) benda asing (-) bronscospasme

(-) darah (-) sputum (-) lendir

() lain-lain sebutkan:

b. Breathing (pernafasan)
Sesak dengan :

( ) aktifitas (√) tanpa aktifitas

( ) menggunakan otot tambahan

Frekuensi: 23x/menit

Irama : ( ) teratur (√) tidak teratur

Kedalaman : () dalam (√) dangkal

Reflek batuk : (√) ada ( ) tidak ada

Batuk:(√) produktif ( ) non produktif

Sputum : (√) ada ( ) tidak

Warna: Putih

Konsistensi: Encer
20

Bunyi napas:

(√) ronchi → halus ( ) creakles

() BGA: tidak dilakukan pemeriksaan.

c. Circulation
1) Sirkulasi perifer
Nadi : 102x/menit
Irama: ( ) teratur (√) tidak
Denyut: ( ) lemah (√) kuat ( ) tidak kuat
TD: 110/80 mmHg
Ekstremitas :
(√) Hangat () Dingin
Warna Kulit :
( ) cyanosis (√) Pucat () Kemerahan
Nyeri Dada : ( ) Ada (√) Ttidak
Karakteristik nyeri dada :
(-) Menetap (-) Menyebar keleher (-) Seperti ditusuk-tusuk
(-) Seperti ditimpah benda berat
Capillary refill
( ) < 3 detik (√) > 3 detik
Edema :
( ) Ya (√) Tidak
Lokasi edema :
(-) Muka (-) Tangan (-) Tungkai (-) Anasarka
2) Fluid (cairan dan elektolit)
a) Cairan
Turgor Kulit
(√) < 3 detik ( ) > 3 detik (√) Baik ( ) Sedang ( ) Jelek
b) Mukosa Mulut
( ) Lembab(√) Kering
c) Kebutuhan nutrisi :
Oral : Air putih 350 cc/hari
21

Parenteral : RL 500 cc/24jam


Eliminasi : belum BAB 1 hari
BAK : 800cc/7jam
Jumlah : Saat dikaji 800 cc/7 jam
Warna :
(√) Kuning jernih ( ) Kuning kental ( ) Merah ( ) Putih Rasa
sakit saat BAK :
( ) Ya (√) Tidak
Keluhan sakit pinggang :
( ) Ya (√) Tidak
BAB : 1 kali/hari
Diare : ( ) Ya (√) Tidak ( ) Berdarah ( ) Berlendir ( ) Cair
Bising Usus : 10 x/menit
Pemeriksaan Abdomen :
Keluhan :
( )I : Abdomen tampak simetris
( )A : Bising usus 10 x/menit
( )Pal : Saat dipalpasi teraba massa dikuadran kiri bawah
( )Per : Saat diperkusi abdomen pekak
d) Intoksikasi
(-) Makanan

(-) Gigitan Binatang

(-) Alkohol

(-) Zat kimia

(-) Obat-obatan

(-) Lain – lain : Tidak ada intoksikasi

d. Disability

Tingkat kesadaran :
22

(√) CM ( ) Apatis ( ) Somnolent ( ) Sopor ( ) Soporocoma (Coma)


Pupil : (√) Isokor ( ) Miosis ( ) Anisokor ( ) Midriasis ( ) Pin poin
Reaksi terhadap cahaya :

Kanan (√) Positif ( ) Negatif Kiri (√) Positif ( ) Negatif GCS : E : 4


M:5V:6

Jumlah : 15

5. Pengkajian Sekunder
a. Musculoskeletal / Neurosensoril
(-) Spasme otot
(-) Vulnus
(-) Krepitasi
(-) Fraktur
(-) Dislokasi
(-) Kekuatan Otot
b. Integumen
(-) Vulnus
(-) Luka Bakar
c. Psikologis
1) Pasien tampak gelisah
2) Kurang pengetahuan

B. Analisa data
Data Fokus Etiologi Masalah
keperawatan
DS : Ketidakefektifan Penurunan curah
 Pasien mengatakan pompa jantung jantung
sesak nafas
 Batuk susah
mengeluarkan dahak
DO :
 Keadaan tampak
lemah
23

 Batuk
 Terdapat clubbing
finger
 Nafas tidak teratur
dan lemah
 Terapi O2 masker 6
lpm, saat
diauskultasi
terdengar bunyi
ronchi : basah halus
Nadi : 102x/menit
RR : 23x/menit

DS : Ketidakseimbangan Intoleransi aktivitas


Pasien mengatakan suplai dan kebutuhan
merasakan lemah oksigen
DO :
 Aktivitas dibantu
oleh keluarga dan
perawat, seperti
makan / minum
Nadi : 102x/menit
RR : 23x/menit

C. Diagnosa
1. Penurunan curah jantung
2. Intoleransi aktivitas

D. Intervensi keperawatan
Diagnosa keperawatan Kriteria hasil dan Intervensi keperawatan
24

tujuan
Penurunan curah jantung Setelah dilakukan Observasi
tindakan  Identifikasi
keperawatan selama tanda/gejala
3x24 jam primer penurunan
diharapkan masalah jantung
Curah jantung  Identifikasi
Membaik dengan tanda/gejala
kriteria hasil : sekunder
 Sesak nafas penurunan curah
membaik jantung
 Batuk  Monitor tekanan
menurun darah
 Lemah  Monitor intake
menurun dan output cairan
 Monitor berat
badan setiap hari
pada waktu yang
sama
 Monitor saturasi
oksigen
 Monitor keluhan
nyeri dada
 Periksa tekanan
darah dan
frekuensi nadi
sebelum dan
sesudah aktivitas
 Periksa tekanan
darah dan
frekuensi nadi
sebelum
25

pemberian obat
Terapeutik
 Posisikan pasien
semi Fowler atau
Fowler dengan
kaki kebawah
atau posisi
nyaman
 Berikan diet
jantung yang
sesuai
 Fasilitasi pasien
dan keluarga
untuk modifikasi
gaya hidup sehat
 Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stres,
jika perlu
 Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
>94%
Edukasi
 Anjurkan
beraktifitas fisik
sesuai toleransi
 Anjurkan
beraktifitas fisik
secara bertahap
 Ajarkan pasien
26

dan keluarga
mengukur intake
dan output cairan
harian
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
antiaritmia, jika
perlu
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Observasi
tindakan  Identifikasi
keperawatan selama gangguan fungsi
2x24 jam tubuh yang
diharapkan masalah mengakibatkan
Toleransi aktivitas kelelahan
meningkat dengan  Monitor
kriteria hasil : kelelahan fisik
 Keluhan dan emosional
lemah  Monitor pola dan
menurun jam tidur
 Kemudahan  Monitor lokasi
dalam dan
melakukan ketidaknyamanan
aktivitas selama
sehari – hari melakukan
Meningkat aktivitas
Terapeutik
 Sediakan
lingkungan
nyaman dan
rendah stimulus
 Berikan Aktivitas
27

distraksi yang
menyenangkan
 Fasilitasi duduk
di sisi tempat
tidur, jika tidak
dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi
 Anjurkan titah
baring
 Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
 Ajarkan strategi
koping Untuk
mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
 Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan makanan

E. Implementasi dan Evaluasi

No Hari / tanggal Implementasi Evaluasi Ttd


28

Dx Perawat
1 Rabu 12 Mei Mengidentifikasi S: Perawat
2021 tanda dan gejala Ibu klien
10.00 WIB penurunan curah mengatakan
jantung anaknya masih
terasa sesak dan
Memonitor tekanan nyeri dada
darah
Ibu klien
Memonitor keluhan mengatakan
nyeri dada anaknya merasa
lebih nyaman
Memeriksa tekanan dengan posisi
10.30 WIB darah dan frekuensi semi fowler
nadi sebelum dan
sesudah aktivitas O:
dan minum obat Tekanan Darah :
110/80 MmHg
Memposisikan klien Nadi : 102
semi flower x/menit
RR : 23 x/menit
Memberikan terapi
relaksasi Klien tampak
meringis
Menganjurkan kesakitan
12.00 WIB beraktivitas sesuai
toleransi Keluarga dan
klien tampak
Menganjurkan menerapkan apa
beraktivitas secara yang dianjurkan
bertahap
A:
Berkolaborasi Masalah teratasi
29

14.00 WIB dengan dokter untuk sebagian


pemberian obat
P:
Intervensi
dilanjutkan
2 Rabu 12 Mei Mengidentifikasi S: Perawat
2021
gangguan fungsi Ibu klien
10.00 WIB
tubuh yang mengatakan
mengakibatkan anaknya sering
masalah mengeluh sesak
saat beraktivitas
Memonitor pola dan
jam tidur O:
Klien tampak
Menyediakan murung dan
11.00 WIB lingkungan yang tidak ingin
nyaman beraktivitas

Menganjutkan tirah Klien tampak


baring hanya berbaring
di tempat tidur
Menganjurkan
melakukan aktivitas A :
secara bertahap Masalah teratasi
sebagian
Berkolaborasi
13.00 WIB
dengan ahli gizi P :
untuk meningkatkan Intervensi
energy dilanjutkan
1 Kamis 13 Mei Memonitor tekanan S : Perawat
2021
darah Ibu klien
08.00 WIB
mengatakan
Memonitor keluhan anaknya masih
30

nyeri dada terasa sesak dan


nyeri dada saat
Memeriksa tekanan beraktivitas
09.00 WIB
darah dan frekuensi
nadi sebelum dan Ibu klien
sesudah aktivitas mengatakan
dan minum obat anaknya merasa
lebih nyaman
Memposisikan klien dengan posisi
semi flower semi fowler

Memberikan terapi O:
relaksasi Tekanan Darah :
110/80 MmHg
Berkolaborasi Nadi :
14.00 WIB
dengan dokter untuk 100x/menit
pemberian obat RR : 22x/menit

Klien tampak
meringis
kesakitan saat
melakukan
aktivitas

Keluarga dan
klien tampak
menerapkan apa
yang dianjurkan

A:
Masalah teratasi
sebagian
31

P:
Intervensi
dilanjutkan
2 Kamis 13 Mei Memonitor pola dan S : Perawat
2021
jam tidur Ibu klien
08.00 WIB
mengatakan
Menganjurkan anaknya sering
melakukan aktivitas mengeluh sesak
secara bertahap saat beraktivitas

Berkolaborasi O:
13.00 WIB
dengan ahli gizi Klien tampak
untuk meningkatkan ceria dan minat
energy untuk
beraktivitas

Klien tampak
mulai bisa
beraktivitas

A:
Masalah teratasi
sebagian

P:
Intervensi
dilanjutkan
1 Jumat 14 Mei Memonitor tekanan S : Perawat
2021
darah Ibu klien
10.00 WIB
mengatakan
Memonitor keluhan anaknya sudah
nyeri dada tidak mengeluh
32

sesak dan nyeri


Memeriksa tekanan dada
darah dan frekuensi
nadi sebelum dan Ibu klien
sesudah aktivitas mengatakan
dan minum obat anaknya merasa
nyaman dengan
Memposisikan klien posisi semi
semi flower fowler

13.00 WIB Berkolaborasi O:


dengan dokter untuk Tekanan Darah :
pemberian obat 114/82MmHg
Nadi : 80
x/menit
RR : 20x/menit

Klien tidak
tampak meringis
kesakitan

Keluarga dan
klien tampak
menerapkan apa
yang dianjurkan

A:
Masalah teratasi

P:
Intervensi
dihentikan
2 Memonitor pola dan S : Perawat
33

jam tidur Ibu klien


mengatakan
Menganjurkan anaknya sering
melakukan aktivitas mengeluh sesak
secara bertahap saat beraktivitas

Berkolaborasi O:
dengan ahli gizi Klien tampak
untuk meningkatkan ceria dan minat
energy untuk
beraktivitas

Klien tampak
beraktivitas dan
bercerita dengan
orang tuanya

A:
Masalah teratasi

P:
Intervensi
dihetikan
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit jantung bawaan (PJB) atau dikenal dengan nama Penyakit


Jantung Kongenital adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung
atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya
gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal
perkembangan janin (Mulyadi, 2006). Penyakit Jantung Kongenital
(Congenital Heart Disease, CHD) adalah kelainan pada struktur jantung yang
terdapat sejak lahir. Penyakit ini disebabkan oleh gangguan pada
perkembangan jantung yang terjadi saat usia gestasi 3-8 minggu (Roebiono,
2008).
Defek jantung terjadi pada sekitar 1% bayi lahir hidup. Jantung yang
abnormal dapat ditemukan pada sekitar 10% janin yang mengalami aborsi
spontan. Dokter bertugas untuk mengenali kemunkinan adanya penyakit
jantung, membedakannya dari keadaan normal dan menilai urgensi
pemeriksaan kardiologi . Pada umumnya kelainan Jantung bawaan dapat
dideteksi sejak lahir, namun tak jarang gejalanya baru muncul setelah bayi
berumur beberapa minggu atau beberapa bulan.Gejala umum dari penyakit
jantung bawaan adalah sesak nafas dan bibir terlihat kebiru-biruan.

B. Saran

Dalam memberikan asuhan keperawatan perlu adanya kerja sama tim baik
dokter, perawat sebagai pelaksana, klien maupun keluarga klien untuk
mendapatkan kemudahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan demi
terwujudnya mutu yang lebih baik.

34
DAFTAR PUSTAKA

Dyah Primasari . 2012 . Perbedaan Perkembangan pada anak dengan penyakit


jantung bawaan sianotik dan non-sianotik. Medika : Yogyakarta

Morton, P. G., Fontaine, D., Hudak, C. M., & Gallo, B. M. 2011. Keperawatan
Kritis. Jakarta : EGC.

Mulyadi, Madiyono Bambang. 2006. Tatalaksana penyakit jantung bawaan.


Jakarta : Salemba Medika

Muttaqin Arief . 2009 . Pengantar Asuhan keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.

NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan


Klasifikasi.Jakarta : EGC

Price & Wilson. 2009. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi
6. Jakarta : EGC

Roebiono & Poppy S. 2008. Bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FKUI
Pusat Jantung Nasional Harapan Kita. Jakarta :EGC.

35

Anda mungkin juga menyukai