Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KEPERAWATAN ANAK

“ PENYAKIT JANTUNG BAWAAN”


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Keperawatan Anak
Dosen Pengampu : Ns. Ari Setyowati, M.Kep

Oleh :
Afika Erlinawati ( 2018200074)
Anjas milenia Ramadhan (2018200070)

PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS SAINS AL’QURAN JAWA TENGAH
DI WONOSOBO
TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan penyebab kematian tersering dari
seluruh kelainan bawaan. Umumnya, neonatus dengan penyakit jantung bawaan yang
kompleks pada beberapa jam atau hari setelah lahir sering tanpa disertai gejala klinis
yang jelas. Tapi ada pula pada sebagian neonatus dengan kelainan serupa sudah
memberikan gejala-gejala kritis. Kondisi tersebut disebabkan karena perubahan
sirkulasi fetal ke neonatal berlangsung dalam satu bulan pertama kehidupan, sehingga
selama proses tersebut perlu dilakukan evaluasi yang cermat.
Dalam diagnosa PJB, perhatian utama ditujukan terhadap gejala klinis
gangguan sistem kardiovaskuler pada masa neonatus.  Indikasinya seperti sianosis
sentral (kebiruan pada lidah, gusi, dan mucosa buccal bukan pada ekstremitas dan
perioral, terutama terjadi saat minum atau menangis), penurunan perfusi perifer(tidak
mau minum, pucat, dingin, dan berkeringat disertai distres nafas), dan takipneu >
60x / menit(terjadi setelah beberapa hari atau minggu, karena takipneu yang terjadi
segera setelah lahir menunjukkan kelainan paru, bukan PJB).
Berdasarkan riwayat prenatal, natal, dan postnatal yang cermat serta
pemeriksaan fisis yang sistematis dan teliti maka gejala sianosis sentral, penurunan
perfusi perifer, dan takipneu akibat PJB kritis dapat ditegakkan. Penatalaksanaan awal
pada setiap neonatus dengan PJB kritis sangat berperan dalam mencegah
memburuknya kondisi klinis bahkan kematian dini sebelum dilakukan terapi bedah.
Penanganan awal itu berupa; penempatan pada lingkungan yang nyaman dan
fisiologis (suhu 36,5-37ºC dan kelembaban 50%); jangan diberi oksigen kecuali pada
neonatus yang mengalami distres nafas karena pemberian oksigen pada neonatus
mengakibatkan vasokonstriksi arteri sistemik dan vasodilatasi arteri pulmonalis, hal
ini akan memperburuk PJB.
B. Tujuan
a. Tujuan umum
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perkembangan
pada anak dengan penyakit jantung bawaan sianostik dan non sianostik.

b. Tujuan khusus
1. Mengetahui perbedaan perkembangan personal sosial pada anak dengan
penyakit jantung bawaan sianostik dan non-sianostik.
2. Mengetahui perbedaan perkembangan motorik kasar pada anak dengan
penyakit jantung bawaan sianostik dan non-sianostik.
BAB II

KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Anatomi Fisiologi

Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran sebesar kepalan
tangan. Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke pembuluh darah dengan
kontraksi ritmik dan berulang.
Jantung terdiri dari 4 ruangan. Atrium kiri dan kanan dibagian atas. Ventrikel
kiri dan kanan terletak dibagian bawah. Ventrikel kiri merupakan rauang yang
terbesar. Katup jantung dapat membuka dan menutup sedemikian rupa sehingga darah
hanya dapat mengalir dalam satu arah. 4 katup tersebut, yaitu:
1. Katup mitral, berada di antara serambi kiri dan bilik kiri. Katup ini normalnya
memiliki dua daun katup, karenanya disebut juga katup bikuspid.
2. Katup aorta, berada di antara bilik kiri dan aorta atau batang nadi.
3. Katup trikuspid, berada di antara serambi kanan dan bilik kanan, dan memiliki
tiga daun katup.
4. Katup pulmonalis, berada di antara bilik kanan dan arteri pulmonalis.
Aliran darah dalam jantung dimana darah dari tubuh masuk keatrium kanan.
Darah dalam tubuh mengandung kadar Oksigen rendah dan harus menambah oksigen
sebelum kembali ke dalam tubuh. Darah dari atrium kanan masuk ke ventrikel kanan
melalui katup tricuspid. Darah kemudian dipompa oleh ventrikel kanan ke paru-paru
melewati katup pulmonal kemudian diteruskan oleh arteri pulmonal ke paru-paru
untuk mengambil oksigen.Darah yang sudah bersih yang kaya oksigen mengalir ke
atrium kiri melalui vena pulmonalis. Dari atrium kiri darah mengalir ke ventrikel kiri
melewati katup mitral. Ventrikel kiri kemudian memompa darah keseluruh tubuh
melalui katup aorta dan diteruskan oleh pembuluh aorta keseluruh tubuh. Dari tubuh
kemudian darah yang dari tubuh dengan kadar oksigen yang rendah karena telah
diambil oleh sel-sel tubuh kembali ke atrium kanan dan begitu seterusnya.
B. Definisi
Penyakit jantung bawaan adalah penyakit struktural jantung dan pembuluh
darah besar yang sudah terdapat sejak lahir. Perlu diingatkan bahwa tidak semua
penyakit jantung bawaan tersebut dapat dideteksi segera setelah lahir, tidak jarang
penyakit jantung bawaaan baru bermanifestasi secara klinis setelah pasien
berusia beberapa minggu, beberapa bulan, bahkan beberapa tahun.
Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan
anak-anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal pada waktu bayi.
Oleh karena itu, penyakit jantung bawaan yang ditemukan pada orang dewasa
menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah
mengalami tindakan operasi dini pada usia muda. Hal ini pulalah yang menyebabkan
perbedaan pola penyakit jantung bawaan pada anak dan pada orang dewasa.
Kelainan kongenital merupakan wujud semasa atau sebelum kelahiran atau
semasa dalam kandungan dan termasuk di dalamnya ialah kelainan jantung. Penyakit
jantung bawaan (PJB) atau penyakit jantung kongenital merupakan abnormalitas dari
struktur dan fungsi sirkulasi jantung pada semasa kelahiran.
Penyakit jantung bawaan atau congenital heart disease adalah suatu kelainan
formasi dari jantung atau pembuluh besar dekat jantung. kelainan jantung ini bisa
mengubah struktur, susunan arteri, pembuluh darah, dinding jantung, katup jantung, dan
hal-hal lainnya terkait fungsi jantung. Penyakit jantung bawaan dapat membuat aliran darah
yang mengalir masuk dan keluar dari jantung jadi tidak teratur. Penyakit tersebut bisa
berkembang tanpa gejala, tapi juga dapat mengakibatkan komplikasi serius yang
mengancam nyawa.

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung yang dibawa sejak
lahir, karena sudah terjadi ketika bayi masih dan dalam kandungan. Pada akhir
kehamilan 7 minggu, pembentukan jantung sudah lengkap.
Penyakit jantung bawaan terdiri dari 2 klasifikasi yaitu penyakit jantung
bawaan asianotik dan penyakit jantung bawaan sianotik. Penyakit jantung bawaan
asianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak
ditandai dengan sianosis. Sedangkan penyakit jantung bawaan sianotik adalah
kelainan struktur dan fungsi jantung sedemikian rupa sehingga sebagian atau seluruh
darah balik vena sistemik yang mengandung darah rendah oksigen kembali beredar ke
sirkulasi sistemik.
C. Etiologi

Penyebab penyakit jantung bawaan berkaitan dengan kelainan perkembangan


embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu, jantung dan pembuluh darah besar
dibentuk. Penyebab utama terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada
peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan:

a. Faktor genetik.
1. Adanya gen – gen mutan tunggal (dominan autosomal, resesif autosomal, atau
terkait – X) yang biasanya menyebabkan penyakit jantung bawaan sebagai
bagian dari suatu kompleks kelainan.
2. Kelainan kromosom juga menyebabkan penyakit jantung kongenital sebagai
bagian suatu kompleks lesi.
3. Factor gen multifaktorial, dipercaya merupakan dasar terjadinya duktus
anterious paten dan dasar penyakit congenital lainnya.
b. Faktor lingkungan.
1. Lingkungan janin, ibu yang diabetic atau ibu yang meminum progesterone saat
hamil mungkin akan mengalami peningkatan resiko untuk mempunyai anak
dengan penyakit jantung congenital.
2. Lesi viral. Emriopati rubella sering menyebabkan stenosis pulmonal perifer,
duktus arteosus paten dan kadang – kadang stenosis katup pulmonal.
D. Patofisiologi
Kelainan jantung congenital dua perubahan hemodinamik utama. Percampuran
darah arteri dan vena serta perubahan aliran darah pulmonal dan tekanan darah.
Normalnya, tekanan pada jantung kanan lebih besar daripada sirkulasi pulmonal.
Percampuran terjadi apabila darah mengalir melalui lubang abnormal  pada
jantung sehat dari daerah yang bertekanan lebih tinggi kedaerah yang bertekanan
rendah, menyebabkan darah yang teroksigenasi mengalir ke dalam sirkulasi sistemik.
Aliran darah pulmonal dan tekanan darah meningkat bila ada keterlambatan
penipisan normal serabut otot lunak pada arteriola pulmonal sewaktu lahir. Penebalan
vascular meningkat resistensi sirkulasi pulmonal, aliran darah pulmonal dapat
melampaui sirkulasi sis dan aliran darah bergerak dari kanan ke kiri.
Perubahan pada aliran darah, percampuran darah vena dan arteri, serta
kenaikan tekanan pulmonal akan meningkatkan kerja jantung. Menifestasi dari
penyakit jantung congenital yaitu adanya gagal jantung, perfusi tidak adekuat dan
kongesti pulmonal.
E. Pathways
Nutrisi ibu hamil tidak
adekuat/factor keturunan(penyakit
jantung atau infeksi trimester I/ibu
diabetes mellitus/Radiasi/Obat-
obatan /Alkohol

Perubahan status Kelainan kongiental Malformasi


kesehatan

Septral antar ventrikel


Ansietas Defek
gagal menutup

Aliran balik dari Kontraktilitas


ventrikel kiri ke kanan

Penurunan
Tekanan ventrikel cardiac output
kanan meningkat

Resiko shock Aliran


Pulmonal Hypertension Cardiogenic darah

Peningkatan tekanan
lumen vaskuler Suplai O2 Perifer Kompe-
Beban jantung kanan pulmonal jaringan/tubuh nsasi
jantung
Pucat/akral :HR
Hipertrofimiokard Cairan berpindah ke Metabolisme dingin Kompe-
interstisial meningkat nsasi
paru
:RR
Cardiomegali Media berkembangnya
Difusi
bakteri Penggunaaan
energy dari
nutrisi Pola
Infeksi
Gangguan nafas
pertukaran tidak
Kompensasi pulmonal Gas efektif
Ketidakseimbanga
n intake nutrisi
PMN dan penggunaan
energi
F. Manifestasi Klinis
Gangguan hemodinamik akibat kelainan jantung dapat memberikan gejala yang
menggambarkan derajat kelainan. Adanya gangguan pertumbuhan, sianosis,
berkurangnya toleransi latihan, kekerapan infeksi saluran napas berulang, dan
terdengarnya bising jantung, dapat merupakan petunjuk awal terdapatnya kelainan
jantung pada seorang bayi atau anak.
a. Gangguan pertumbuhan. Pada PJB nonsianotik dengan pirau kiri ke kanan,
gangguan pertumbuhan timbul akibat berkurangnya curah jantung. Pada PJB
sianotik, gangguan pertumbuhan timbul akibat hipoksemia kronis. Gangguan
pertumbuhan ini juga dapat timbul akibat gagal jantung kronis pada pasien PJB.
b. Sianosis. Sianosis timbul akibat saturasi darah yang menuju sistemik rendah.
Sianosis mudah dilihat pada selaput lendir mulut, bukan di sekitar mulut. Sianosis
akibat kelainan jantung ini (sianosis sentral) perlu dibedakan pada sianosis perifer
yang sering didapatkan pada anak yang kedinginan. Sianosis perifer lebih jelas
terlihat pada ujung - ujung jari.
c. Toleransi latihan. Toleransi latihan merupakan petunjuk klinis yang baik untuk
menggambarkan status kompensasi jantung ataupun derajat kelainan jantung.
Pasien gagal jantung selalu menunjukkan toleransi latihan berkurang. Gangguan
toleransi latihan dapat ditanyakan pada orangtua dengan membandingkan pasien
dengan anak sebaya, apakah pasien cepat lelah, napas menjadi cepat setelah
melakukan aktivitas yang biasa, atau sesak napas dalam keadaan istirahat. Pada
bayi dapat ditanyakan saat bayi menetek. Apakah ia hanya mampu minum dalam
jumlah sedikit, sering beristirahat, sesak waktu mengisap, dan berkeringat
banyak. Pada anak yang lebih besar ditanyakan kemampuannya berjalan, berlari
atau naik tangga. Pada pasien tertentu seperti pada tetralogi Fallot anak sering
jongkok setelah lelah berjalan.
d. Infeksi saluran napas berulang. Gejala ini timbul akibat meningkatnya aliran
darah ke paru sehingga mengganggu sistem pertahanan paru. Sering pasien
dirujuk ke ahli jantung anak karena anak sering menderita demam, batuk dan
pilek. Sebaliknya tidak sedikit pasien PJB yang sebelumnya sudah diobati sebagai
tuberkulosis sebelum dirujuk ke ahli jantung anak.
e. Bising jantung. Terdengarnya bising jantung merupakan tanda penting dalam
menentukan, penyakit jantung bawaan. Bahkan kadang-kadang tanda ini yang
merupakan alasan anak dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Lokasi
bising, derajat serta penjalarannya dapat menentukan jenis kelainan jantung.
Namun tidak terdengarnya bising jantung pada pemeriksaan fisik, tidak
menyingkirkan adanya kelainan jantung bawaan. Jika pasien diduga menderita
kelainan jantung, sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan
diagnosis.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis penyakit jantung bawaan ditegakkaan berdasarkan pada anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dasar serta lanjutan. Pemeriksaan
penunjang dasar yang penting untuk penyakit jantung bawaan adalah foto rontgen
dada, elektrokardiografi, dan pemeriksaan laboratorium rutin. Pemeriksaan lanjutan
(untuk penyakit jantung bawaan) mencakup ekokardiografi dan kateterisasi antung.
Kombinasi ke dua pemeriksaan lanjutan tersebut untuk visualisasi dan konfirmasi
morfologi dan pato-anatomi masing-masing jenis penyakit jantung bawaan
memungkinkan ketepatan diagnosis mendekati seratus persen. Kemajuan teknologi di
bidang diagnostik kardiovaskular dalam dekade terakhir menyebabkan pergeseran
persentase angka kejadian beberapa jenis penyakit jantung bawaan tertentu. Hal ini
tampak jelas pada defek septum atrium dan transposisi arteri besar yang makin sering
dideteksi lebih awal.
Makin canggihnya alat ekokardiografi yang dilengkapi dengan Doppler
berwarna, pemeriksaan tersebut dapat mengambil alih sebagian peran pemeriksaan
kateterisasi dan angiokardiografi. Hal ini sangat dirasakan manfaatnya untuk bayi
dengan PJB kompleks, yang sukar ditegakkan diagnosisnya hanya berdasarkan
pemeriksaan dasar rutin dan sulitnya pemeriksaan kateterisasi jantung pada bayi.
Ekokardiografi dapat pula dipakai sebagai pemandu pada tindakan septostomi balon
transeptal pada transposisi arteri besar. Di samping lebih murah, ekokardiografi
mempunyai keunggulan lainnya yaitu mudah dikerjakan, tidak menyakitkan, akurat
dan pasien terhindar dari pajanan sinar X. Bahkan di rumah sakit yang mempunyai
fasilitas pemeriksaan ekokardiografi, foto toraks sebagai pemeriksaan rutinpun mulai
ditinggalkan.
H. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medik
Dengan operasi, memungkinkan pasien dapat bertahan hidup setelah klien
berumur 2 tahun. Jika sering mengalami spell, segera operasi paliatif (BT shunt –
membuat saluran dari arteri subklavia ke arteri pulmonal.).
Pembedahan paliatif dilakukan agar terjadi pencampuran darah. Pada saat
prosedur suatu kateter balon dimasukan ketika katerisasi jantung untuk membesar
kelainan septum intraarterial. Pada cara Blalock Halen dibuat suatu kelainan
septum atrium. Pada Edward vena pulmonale kanan. Cara Mustard digunakan
untuk koreksi yang permanent. Septum dihilangkan, dibuatkan sambungan
sehingga darah yang teroksigenasi dari vena pulmonal kembali ke ventrikel kanan
untu sirkulasi tubuh dan darah tidak teroksigenasi kembali dari vena pulmonal
kembali ke ventrikel kanan untuk sirkulasi tubuh dan darah tidak teroksigenasi
kembali dari vena cava ke arteri pulmonal untuk keperluan sirkulasi paru-paru.
Kemudian akibat kelainan ini telah berkurang secara nyata dengan adanya
koreksi dan paliatif.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Sama dengan pasien TF dan penyakit jantung lainnya. Bedanya tidak
perlu tindakan memberikan sikap knee-chest karena sianosis selalu terdapat,
maka O2 harus diberikan terus menerus secara  rumat. Selain itu juga mengetahui
bagaimana persiapan pasien untuk suatu tindakan seperti:
1. Membuat rekaman EKG
2. Mengukur tekanan darah secara benar
3. Mempersiapkan pasien untuk kateterisasi jantung atau operasi
4. Mengambil darah untuk pemeriksaan gas darah arteri.

I. Komplikasi
Pasien dengan penyakit jantung congenital terancam mengalami berbagai
komplikasi antara lain:
1. Gagal jantung kongestif.
2. Renjatan kardiogenik henti jantung.
3. Aritmia atau detak jantung tidak teratur.
4. Endokarditis bakterialiastis (infeksi pada jantung).
5. Ineksi saluran pernafasan seperti pneumonia.
6. Penggumpalan darah (stroke).
7. Hipertensi.
8. Hipertensi pulmonal.
9. Tromboemboli.
10. Abses otak.
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien: nama, umur, jenis kelamin, berat dan panjang badan lahir, berat
dan tinggi badan sekarang.
2. Riwayat Kesehatan:
a. Riwayat penyakit sekarang, dan faktor pencetus.
b. Riwayat kehamilan ibu.
c. Riwayat penyakit dulu: Data fokus, kaji:
1. Riwayat batuk panas sering (infeksi saluran nafas), cepat lelah/ sering
berhenti saat menghisap ASI/ susu/ makan (FD), banyak keringat, BB sulit
naik, dan perkembangan motorik terlamba (FTT).
2. Bila pasien biru (sianosis): kaji riwayat bertambahnya sianosis saat
beraktifitas; saat menghisap ASI/ susu/ menangis/ mandi pagi atau BAB,
dengan suara nafas yang memburu. Kemudian lemas/ pingsan/ kejang, serta
riwayat squatting.
3. Bila edema: kaji daerah edema, skala edema, intake cairan dan output 24
jam.
3. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala: ukuran diameter kepala bayi/ anak, bentuk kepala bayi/ anak.
2. Mata: konjungtiva, sklera, palpebra, pupil.
3. Hidung: terdapat masa/ tidak, sekret, kembang kempis cuping, epistaksis
(mimisan).
4. Telinga: serumen, simetris.
5. Mulut: bibir ( sianosis, kering), tonsil, gusi, gigi (pada anak ukup usia),
somatitis.
6. Leher: JVP.
7. Dada:
a. Inspeksi: kemerahan, kebiruan, bentuk dada, simetris, retraksi dada.
b. Palpasi: nyeri tekan (diindikasi dengan menangis pada bayi), ekspansi dada.
c. Perkusi: kaji suara perkusi dari setiap ICS
d. Auskultasi: kaji suara jantung dan paru.
8. Abdomen: asites, bising usus, lingkar perut, pemeriksaan kuadran 1 (hepar,
limpa, ginjal), kuadran 2 (lambung, ginjal), kuadran 3 (kolon), kuadran 4
(kolon, appendiks).
9. Ekstremitas: kehangatan (suhu), kelembaban, edema, kekuatan pulsasi,
pengisian kapiler, warna kuku.

4. Pemeriksaan Penunjang

1. Ultra sono grafi (USG) untuk menentukan besar jantung, sis bentuk
vaskularisasi paru, sera untuk mengetahui keadaan thymus, trachea, dan
esophagus.
2. Electro Cardiografi ( ECG ), untuk menetahui adanya aritmia atau hipertropi.
3. Echo Cardiografi, untuk mengetahui hemodinamik dan anatomi jantung.
4. Kateterisasi dan Angigrafi, untuk mengetahui gangguan anatomi jantung yang
dilakukan dengan tindakan pembedahan.
5. Pemeriksaan laboratorium, berupa pemeriksaan darah untuk serum elektrolit,
Hb, packet cell volume ( PCV ) dan kadar gula.
6. Photo thorax untuk melihat atau evaluasi adanya cardiomegali dan infiltrate
paru.
B. Diagnosa yang mungkin muncul (Nanda, 2018)
a. Ansietas b.d ancaman kematian d.d gangguan pola nafas, mulut kering,
eksitasi kardiovaskuler, wajah memerah. (Nanda, 00146)
b. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan otot pernafasan d.d pola nafas
abnormal, perubahan ekskrusi dada, penurunan tekanan ekspirasi, dipsnea.
(Nanda, 00032)
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi yang tertahan d.d suara
nafas tambahan, perubahan poa nafas, perubahan frekuensi nafas, sianosis,
dispne, gelisah. (Nanda, 00031)
d. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan diet
kurang d.d nyeri abdomen, kram abdomen, enggan makan, kurang minat
makan, membran mukosa pucat, tonus otot menurun. (Nanda, 00002)

C. Intervensi (NIC dan NOC)


a. Ansietas
1. NOC: Tingkat Kecemasan (1211)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
tingkat kecemasan pasien berkurang dengan kriteria hasil:
a. Tidak dapat beristirahat :4
b. Distress :4
c. Pusing :4
d. Gangguan tidur :4
e. Perubahan pada pola makan :4
2. NIC: Pengurangan Kecemasan (5820)
a. Identifikasi pada saat terjadi perubahan tingkat kecemasan.
b. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
c. Lakukan usapan pada punggung atau leher dengan cara yang tepat.
d. Dengarkan klien.
e. Kaji untuk tanda verbal dan non verbal.
f. Atur penggunaan obat untuk mengurangi kecemsan secara tepar.
b. Ketidakefektifan pola nafas
1. NOC: Status Pernafasan (0415)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien


menunjukkan keefektifan jalan nafas dengan kriteria hasil:

a. Frekuensi pernafasan :4
b. Irama pernafasan :4
c. Batuk :5
d. Demam :5
e. Mendesah :5
2. NIC: Manajemen Jalan Nafas (3140)
a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilas
b. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
c. Lakukan fisioterapi dada jika perl
d. Keluarkan sekret dengan batuk atau suctio
e. Auskultasi suara nafas, cocatat adanya suara tambahan
f. Monitor respirasi dan status oksigen.
g. Posisikan pasien untuk mengurangi dispneu.
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
1. NOC: Status Pernafasan: Kepatenan Jalan Nafas (0410)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
status pernafasan pasien membaik dengan kriteria hasil:
a. Frekuensi pernafasan :4
b. Irama pernafasan :4
c. Kedalaman inspirasi :4
d. Kemampuan untuk mengeuarkan sekret :4
e. Ansietas :4
2. NIC: Monitor Pernafasan (3350)
a. Monitor kecepatan irama, kedalama, kecepatan, dan esulitan bernafas.
b. Monitor suara nafas tambahan.
c. Beri bantuan resusitasi jika perlu.
d. Beri bantuan terai nafas.
e. Catat perubahan saturasi.
d. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
1. NOC: Status Nutrisi (1004)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
status nutrisi pasien membaik dengan kriteria hasil:
a. Asupan gizi :4
b. Asupan makanan :4
c. Asupan cairan :4
d. Energi :4
e. Berat badan / tinggi badan :4
f. Hidrasi :4
2. NIC: Manajemen Nutrisi (1100)
a. Monitor kalori dan asupan makanan.
b. Monitor kecenderungan terjadi penurunan atau oeingkatan berat badan.
c. Atur diet yang diperluakan.
d. Bantu pasien untuk menentukan piramida makanan yang cocok.
e. Lakukan atau bantu pasien untuk melakukan perawatan mulut.
f. Dorong keluarga untuk mementau asupan makanan.
g. Kolaborasikan dengan ahli gizi jika diperlukan.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan
anak-anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meniinggal pada waktu bayi.
Oleh karena itu, penyakit jantung bawaan yang ditemukan pada orang dewasa
menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah
mengalami tindakan operasi dini pada usia muda. Hal ini pulalah yang menyebabkan
perbedaan pola penyakit jantung bawaan pada anak dan pada orang dewasa
Kelainan jantung bawaan TGA (Transposition Of The Great Arteries)
merupakan kelainan pada jantung berupa adanya pemindahan asal dari aorta dan arteri
pulmonalis; aorta keluar dari ventrikel kanan dan arteri pulmonalis dari ventrikel
kiri. Selain kelainan asal aorta dan arteri pulmonalis pada TGA terdapat kelainan pada
jantung yang menyertai TGA seperti letak katup aorta, katup pulmonal, dan
sebagainya. Pada PJB yang disebut TGA komplek ialah adanya letak katup aorta di
kanan pada lengkung aorta ke kanan. 
B. Saran
Mengingat dewasa kini semakin banyak bayi/ anak yang menderita PJK,
hendaknya orang tua yang memiliki peran besar terhadap anaknya bisa mencegah dan
meminimalisir resiko terjadinya PJK. Jantung merupakan organ paling penting dalam
tubuh. Jika terjadi sedikit kesalahan kecil pada jantung akibatnya sangatlah besar.
Sang ibu hendaknya memenuhi kebutuhan dasarnya pada saat kehamilan dan
tidak mengonsumsi alkohol serta tidak merokok ataupun terkena paparan asap rokok.
Sang ayah pun harus bisa mengontrol dan memantau keadaan keadaan ibu
yang dalam masa kehamilan. Serta tidak merokok di sekitar ibu hamil. Untuk
meminimalisir paparan asap rokok terhadap janin.

DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda, Hardhi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis. Yogyakarta: Mediaction

Syaifudin. 2014. Antomi Fisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Gloria M, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Singapore: Elsevier Inc

Sue Moorheard, dkk. 2013. Nurising Outcomes Classification (NOC). Singapore: Elsevier
Inc

T. Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. 2018. NANDA Diagnosa Keperawatan Definis


Dan Klasifikasi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai