Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

DI

OLEH :

FIRDA AMELIA 22235101004


NAZALA GUSTI ARIANI 22235101015
DIAN MAHDIANA 22235101003
RITA ZAHRA 22235101023

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. ISNI HIJRIANA, M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


JABAL GHAFUR SIGLI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II. TINJAUAN TEORI ........................................................................... 4


2.1 Pengertian ............................................................................................ 3
2.2 Jenis Penyakit Jantung Kongenital ...................................................... 4
2.3 Etiologi ................................................................................................. 5
2.4 Manifestasis Klinis ............................................................................... 6
2.5 Patofisiologi ......................................................................................... 9
2.6 Pemeriksaan Penunjang ....................................................................... 10
2.7 Komplikasi ........................................................................................... 11
2.8 Penatalaksanaan ................................................................................... 12
2.9 Pathway ................................................................................................ 14

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN .......................................................... 16


3.1 Pengkajian ............................................................................................ 16
3.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 17
3.3 Intervensi .............................................................................................. 17

BAB IV. PENUTUP ......................................................................................... 27


4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 27
4.2 Saran .................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 29

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit jantung bawaan ( PJB ) adalah penyakit dengan kelainan pada


struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir. PJB
merupakan kelainan kongenital paling banyak yang terjadi, hampir 1/3 dari
kasus kelainan kongenital yang ada merupakan kasus dengan penyakit jantung
bawaan. Prevalensi PJB di seluruh dunia berkisar antara 6 - 10 per 1000
kelahiran. Persebarannya tergantung demografinya. Saat ini dari 220 juta
penduduk Indonesia, diperhitungkan bayi yang lahir mencapai 6.600.000 dan
48.800 diantaranya adalah penyandang PJB.

PJB dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit jantung


bawaan asianotik dan sianotik. PJB sianotik bersifat lebih komplek dan
ditandai dengan adanya sianosis akibat adanya pirau kanan ke kiri sehingga
darah dari vena sistemik yang mengandung rendah oksigen akan kembali lagi
ke sirkulasi sistemik. PJB asianotik ini tidak ditemukan gejala atau tanda
sianosis, tetapi ditemukan pirau kiri ke kanan atau obstruksi jalan keluar
ventrikel. Jumlah pasien PJB asianotik jauh lebih besar daripada yang sianotik
yaitu 3-4 kali, tetapi PJB sianotik menyebabkan morbiditas dan mortalitas
yang lebih tinggi daripada asianotik.

Insiden retardasi pertumbuhan pada anak PJB telah banyak dilaporkan di


seluruh dunia. Penelitian yang dilakukan oleh Varan7 pada tahun 1996 di
Turki dengan kriteria NCHS dari 89 pasien penderita PJB, 37 pasien berada di
bawah persentil 5 untuk berat badan dan panjang badan, dan 58 pasien berada
di bawah persentil 5 untuk berat badan. Penelitian tahun 2005 di Semarang
yang dilakukan oleh Wishnuwardhana , 22 pasien penderita PJB asianotik
sebelum diberi perlakuan, didapatkan rerata WAZ -1,57±0,9SB , rerata HAZ -
0,75±1,97SB dan rerata WHZ -0,89±1,7SB. Dan penelitian pada tahun 2009
oleh Damayanti R. Sjarif dkk di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

1
hasilnya menunjukkan bahwa prevalensi gagal tumbuh lebih tinggi pada anak
dengan PJB lesi asianotik.

Pertumbuhan berkaitan masalah perubahan dalam ukuran, besar, jumlah


atau dimensi sel, organ atau individu yang dapat diukur berdasar ukuran berat
(gram,pound), panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan
metabolik. Gangguan pertumbuhan pada suatu fase tumbuh kembang akan
dihubungkan dengan defisit perkembangan kognitif, kemampuan intelektual
dan pertumbuhan saraf, efek ke maturasi dan performa sekolah.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, didapati beberapa masalah antara lain :

a. Apa itu penyakit jantung bawaan (kongenital) ?

b. Apa penyebab PJB ?

c. Bagaimana manifestasi klinis dari PJB ?

d. Bagaimana patofisiologi terjadinya PJB?

e. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari PJB ?

f. Apa saja pengobatan yang diperlukan untuk klien dengan PJB ?

g. Bagaimana asuhan keperawatan dengan PJB ?

1.3 Tujuan

1.1 Tujuan Umum

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Reproduksi

2.1 Tujuan Khusus

- Mengetahui tentang definisi penyakit jantung bawaan (PJB)

- Mengetahui penyebab PJB

- Mengetahui manifestasi klinis dari PJB

2
- Mengetahui dan memahami patofisiologi dari PJB

- Mengetahui pemeriksaan yang dilakukan untuk klien dengan PJB

- Mengetahui tentang penatalaksanaan/pengobatan untuk klien dengan


PJB

- Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan PJB

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung yang dibawa


sejak lahir, dan terjadi ketika bayi masih berada dalam kandungan. Kelainan
pembentukan jantung terjadi pada awal kehamilan karena saat usia kandungan
7 minggu, pembentukan jantung sudah lengkap.
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah
sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang
telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama
ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan
meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada
orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui
seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda.
2.2 Jenis Penyakit Jantung Kongenital

a. Penyakit Jantung Bawaan Non Sianotik

Penyakit jantung bawaan (PJB) non sianotik adalah kelainan


struktur dan fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan
sianosis; misalnya lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kiri
ke kanan, kelainan salah satu katup jantung dan penyempitan alur keluar
ventrikel atau pembuluh darah besar tanpa adanya lubang di sekat jantung.
Masing-masing mempunyai spektrum presentasi klinis yang bervariasi
dari ringan sampai berat tergantung pada jenis dan beratnya kelainan serta
tahanan vaskuler paru. Yang akan dibicarakan disini hanya 2 kelompok
besar PJB non sianotik; yaitu (1) PJB non sianotik dengar, lesi atau lubang
di jantung sehingga terdapat aliran pirau dari kiri ke kanan,misalnya
ventricular septal defect (VSD), atrial septal defect (ASD) dan patent
ductus arteriosus (PDA), dan (2) PJB non sianotik dengan lesi obstruktif
di jantung bagian kiri atau kanan tanpa aliran pirau melalui sekat di

4
jantung, misalnya, aortic stenosis (AS), coarctatio aorta (CoA) dan
pulmonary stenosis (PS).

b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik

Pada PJB sianotik didapatkan kelainan struktur dan fungsi jantung


sedemikian rupa sehingga sebagian atau seluruh darah balik vena sistemik
yang mengandung darah rendah oksigen kembali beredar ke sirkulasi
sistemik. Terdapat aliran pirau dari kanan ke kiri atau terdapat
percampuran darah balik vena sistemik dan vena pulmonalis. Sianosis
pada mukosa bibir dan mulut serta kuku jari tangan dan kaki dalah
penampilan utama pada golongan PJB ini dan akan terlihat bila reduce
haemoglobin yang beredar dalam darah lebih dari 5 gram %. Bila dilihat
dari penampilan klinisnya, secara garis besar terdapat 2 golongan PJB
sianotik, yaitu (1) dengan gejala aliran darah ke paru yang berkurang,
misalnya Tetralogi of Fallot (TF) dan Pulmonal Atresia (PA) dengan VSD,
dan (2) dengan gejala aliran darah ke paru yang bertambah. Misalnya
Transposition of the Great Arteries (TGA) dan Common Mixing.

2.3 Etiologi
Penyebab PJB belum pasti, meskipun beberapa faktor dianggap berpotensi
sebagai penyebab. Faktor-faktor yang berpotensi antara lain infeksi virus pada
ibu hamil (misalnya campak Jerman atau rubella), obat-obatan atau jamu-
jamuan, alkohol. Faktor keturunan atau kelainan genetik dapat juga menjadi
penyebab meskipun jarang, dan belum banyak diketahui. Misalnya Sindroma
Down (Mongolism) yang sering disertai dengan berbagai macam kelainan,
dimana salah satunya PJB.
Menurut (Rilantono, 2013). Etiologi penyakit jantung bawaan bisa
ditimbulkan oleh beberapa faktor. Salah satunya disebabkan oleh faktor
genetik dan maternal dimana saat ini sebagai faktor-faktor yang paling
berperan. Selain itu infeksi virus, paparan radisasi, alkohol dan obat-obatan
yang diminum pada ibu hamil juga di duga sebagai penyebab penyakit jantung
bawaan.

5
2.4 Manifestasi Klinis

a. Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru

- Ventricular Septal Defect (VSD)

VSD terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna.


Akibatnya darah dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada systole.
Manifestasi klinis : Pada pemeriksaan selain didapat pertumbuhan
terhambat, anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-
ujung jari hiperemik, diameter dada bertambah, sering terlihat
pembenjolan dada kiri. Tanda yang menonjol adalah nafas pendek dan
retraksi pada jugulum, sela intrakostal dan region epigastrium. Pada
anak yang kurus terlihat implus jantung yang hiperdinamik.

- Atrial Septal Defect (ASD)

Kelainan septum atrium disebabkan dari suatu lubang pada


foramen ovale atau pada septum atrium. Tekanan pada foramen oval
atau septum atrium, tekanan pada sisi kanan jantung meningkat.
Manifestasi klinis: Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan
infeksi saluran pernafasan atas. Mungkin ditemukan adanya murmur
jantung. Pada foto rontgen ditemukan adanya pembesaran jantung dan
diagnosa dipastikan dengan katerisasi jantung.

- Patent Ductus Arteriosus (PDA)

DAP terjadi bila duktus tidak menutup bila bayi lahir. Penyebab
DAP bermacam-macam, bisa karena infeksi rubela pada ibu dan
prematuritas

Manifestasi klinis : Neonatus menunjukkan tanda-tanda respiratori


distres seperti mendengkur tacipnea dan retraksi. Sejalan dengan
pertumbuhan anak maka anak akan mengalami dyspnea, kardio
megali, hipertrofi ventrikuler kiri akibat penyesuaian jantung terhadap
peningkatan volume darah, adanya tanda ‘machinery type’. Murmur

6
jantung akibat aliran darah turbulen dari aorta melewati duktus
menetap. Tekanan darah sistolik mungkin tinggikarena pembesaran
ventrikel kiri.

b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal

- Stenosis Aorta (SA)

Pada kelainan ini striktura terjadi diatas atau dibawah katup aorta.
Katupnya sendiri mungkin terkena atau retriksi atau tersumbat secara
total aliran darah. Manifestasi Klinis : Anak menjadi kelelahan dan
pusing sewaktu cardiac output menurun, tanda-tanda ini lebih nampak
apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi, hal ini
menjadi serius dapat rnenyebabkan kematian, ini juga ditandai dengan
adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum,
diagnosa ditegakan berdasarkan gambaran ECG yang menunjukan
adanya hipertropi ventrikel kiri, dan dari kateterisasi jantung yang
menunjukan striktura.

- Stenosis Pulmonal (SP)

Kelainan pada stenosis pulmonik, dijumpai adanya striktura pada


katup, normal tetapi puncaknya menyatu. Manifestasi klinis :
Tergantung pada kondisis stenosis. Anak dapat mengalami dyspne dan
kelelahan, karena aliran darah ke paru-paru tidak adekuat untuk
mencukupi kebutuhan O2 dari cardiac output yang meingkat. Dalam
keadaan stenosis yang berat, darah kembali ke atrium kanan yang
dapat rnenyebabkan kegagalan jantung kongesti. Stenosis ini
didiagnosis berdasarkan murmur jantung sistolik, ECG dan kateterisai
jantung.

- Koarktasio Aorta

Kelaianan pada koartasi aorta, aorta berkontriksi dengan beberapa


cara. Kontriksi mungkin proksimal atau distal terhadap duktus
arteiosus. Kelaianan ini biasanya tidak segera diketahui, kecuali pada

7
kontriksi berat. Untuk itu penting melakukan skrening anak saat
memeriksa kesehatannya, khususnya bila anak mengikuti kegiatan-
kegiatan olah raga.

Manifestasi klinis : Ditandai dengan adanya kenaikan tekanan


darah, searah proksimal pada kelainan dan penurunan secara distal.
Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki. Denyut nadi
pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan femoral.
Kadang-kadang dijumpai adanya murmur jantung lemah dengan
frekuensi tinggi. Diagnosa ditegakkan dengan cartography.

c. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang

- Tetralogi Of Fallot (TOF)

Tetralogi of fallot merupakan penyakit jantung yang umum, dan terdiri


dari 4 kelainan yaitu:

1. Stenosis pulmonal,

2. Hipertropi ventrikel kanan,

3. Kelainan septum ventrikuler, dan

4. Kelainan aorta yang menerima darajh dari ventrikel dan aliran


darah kanan ke kiri melalui kelainan septum ventrikel.

Manifestasi klinis : Bayi baru lahir dengan TF menampakan gejala


yang nayata yaitu adanya cianosis, letargi dan lemah. Setain itu juga
tampak tanda-tanda dyspnea yang kemudian disertai jari-jari clubbing,
bayi berukuran kecil dan berat badan kurang. Bersamaan dengan
pertambahan usia, bayi diobservasi secara teratur, serta diusahakan
untuk mencegah terjadinya dyspne. Bayi mudah mengalami infeksi
saluran pernafasan atas. Diagnosa berdasarkan pada gejala-gejala
klinis, mur-murjaniung, EKG foto rongent dan kateterisai jantung.

8
d. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah
- Transposisi arteri besar (TAB)/ Transpotition Great artery (TGA)
Apabila pembuluh pembuluh darah besar mengalami transposisi
aorta, arteri aorta dan pulmonal secara anatomis akan terpengaruh.
Anak tidak akan hidup kecuali ada suatu duktus ariosus menetap atau
kelainan septum ventrikuler atau atrium, yang menyebabkan
bercampurnya darah arteri-vena. Pada TGA terjadi perubahan tempat
kelurnya posisi aorta dan a.pulmonalis yakni aorta keluar dari ventrikel
kanan dan terletak di sebelah anterior a.pulmonalis, sedangkan
a.pulmonalis keluar dari ventrikel kiri terletak posterior terhadap aorta.
Akibatnya aorta menerima darah v. Sistemik dari vena kava,
atriumkanan, ventrikel kanan dan darah diteruskan ke sirkulasi
sistemik. Sedang darah dari vena pulmonalis dialirkan ke atrium kiri,
ventrikel kiri dan diteruskan ke a. Pulmonalis dan seterusnya ke paru.
Dengan demikian maka kedua sirkulasi sistemik dan paru tersebut
terpisah dan kehidupan hanya dapat berlangsung apabila ada
komunikasi antara 2 sirkulasi ini. Pada neonatus percampuran darah
terjadi melalui duktus arteriosus dan foramen ovale keatrium kanan.
Pada umumnya percampuran melalui duktus dan foramen ovale ini
tidak adekuat, dan bila duktus arteriosus menutup maka tidak terdapat
percampuran lagi di tempat tersebut, keadaan ini sangat mengancam
jiwa penderita.
Manifesfasi klinis : Transposisi pembuluh-pembuluh darah ini
tergantung pada adanya kelainan atau stenosis. Stenosis kurang tampak
apabila kelainan merupakan PDA atau ASD atau VSD, tetapi
kegagalan jantung akan terjadi.

2.5 Patofisiologi
Penyakit Jantung Bawaan dipengaruhi oleh faktor yaitu faktor genetik dan
maternal. Pada kelainan struktur jantung digolongkan menjadi penyakit
jantung bawaan asianotik dan penyakit jantung bawaan sianotik. Penyakit
jantung bawaan asianotik; kondisi ini disebabkan oleh lesi yang

9
memungkinkan darah shunt dari kiri ke sisi kanan sirkulasi atau yang
menghalangi aliran darah dengan penyempitan katup serta pencampuran darah
dari arteri (Padila, 2013).
Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan tekanan atrium
kiri lebih besar ketimbang atrium kanan, sehingga darah akan mengalir dari
atrium kiri ke kanan. Darah yang mengalir dari atrium kiri ke kanan
menimbulkan volume atrium kanan meningkat menyebabkan hipertropi
atrium kanan dan selain itu meningkatnya volume dan tekanan atrium kanan
maka darah akan mengalir ke ventrikel kanan dan paru-paru juga meningkat.
Hal ini menyebabkan penumpukan darah dan oksigen di paru sehingga alveoli
membesar dan terjadi pola nafasnya tidak efektif.
Volume di ventrikel kiri menurun disebabkan darah mengalir dari atrium
kanan ke atrium kiri. Hal ini akan menyebabkan kontraktilitas ventrikel kiri
menurun sehingga terjadi penurunan curah jantung. Penurunan curah jantung
menjadikan tubuh akan kurang oksigen dan kurang nafsu makan. Kurangnya
suplai oksigen ke tubuh membuat tubuh akan terasa lemas dan pusing.
Kurangnya nafsu makan menjadikan nutrisi tidak adekuat sehingga
pertumbuhan akan terhambat dan menyebabkan gangguan pertumbuhan
perkembangan (Irnizarifka, 2011).

2.6 Pemeriksaan Penunjang

- Foto thoraks : Melihat atau evaluasi adanya atrium dan ventrikel kiri
membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru
meningkat.

- Echokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1
pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan
oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke
kanan).

- Pemeriksaan laboratorium : Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin


dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya
hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %.

10
Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida
(PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.

- Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi


aliran darah dan arahnya.

- Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, adanya


hipertropi ventrikel kiri, kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.

- Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil


ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek
tambahan lainnya.

- Diagnosa ditegakkan dengan cartography & Cardiac iso enzim


(CK,CKMB) meningkat.

2.7 Komplikasi

Pasien dengan penyakit jantung congenital teramcam mengalami berbagai


komplikasi antara lain:
1. Gagal jantung kongestif

2. Renjatan kardiogenik, Henti Jantung

3. Aritmia

4. Endokarditis bakterialistis

5. Hipertensi

6. Hipertensi pulmonal

7. Tromboemboli dan abses otak

11
2.8 Penatalaksanaan

a. Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru

- Ventricular Septal Defect (VSD)

Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk


mengatasi gagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretic,
misalnya lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat
dengan membaiknya pernafasan dan bertambahnya berat badan, rnaka
operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun. Tindakan bedah sangat
menolong karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup berkurang.

- Atrial Septal Defect (ASD)

Kelainan tersebut dapat ditutup dengan dijahit atau dipasang suatu


graft pembedahan jantung terbuka, dengan prognosis baik.

- Patent Ductus Arteriosus (PDA)

Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan


biasanya diobati dengan aspirin atau idomethacin yang menyebabkan
kontraksi otot lunak pada duktus arteriosus. Ketika anak berusia 1-5
tahun, cukup kuat untuk dilakukan operasi.

b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal

- Stenosis Aorta (SA)

Stenosis dihilangkan dengan insisi pada katup yang dilakukan pada


saat anak mampu dilakukan pembedahan toraks.

- Stenosis Pulmonal (SP)

Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukan


pada saat anak berusia 2-3 tahun.

- Koarktasio Aorta

12
Kelainan dapat dikoreksi dengan Balloon Angioplasty,
pengangkatan bagian aorta yang berkontriksi atau anastomi bagian
akhir, atau dengan cara memasukkan suatu graf.

c. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang

- Tetralogi Of Fallot (TOF)

Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk


mernenuhi peningkatan kebutuhan oksigen dalam masa pertumbuhan.
Pembedahan berikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan untuk
koreksi secara permanent. Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara
Blalock-Tausing, dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi sub
ciavikula kanan atau arteri karotis menuju arteri pulmonalis kanan.
Secara Waterson dikerjakan pada sisi ke sisi anastonosis dari aorta
assenden, menuju arteri pulmonalis kanan, tindakan ini meningkatakan
darah yang teroksigenasi dan membebaskan gejala-gejala penyakit
jantung sianosis.

d. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah

- Transposisi arteri besar (TAB) / Transpotition Great artery (TGA)

Pembedahan paliatif dilakukan agar terjadi percampuran darah.


Pada saat prosedur, suatu kateter balon dimasukan ketika kateterisasi
jantung, untuk memperbesar kelainanseptum intra arterial. Pada cara
Blalock Halen dibuat suatu kelainan septum atrium. Pada Edward vena
pulmonale kanan. Cara Mustard digunakan untuk koreksi yang
permanent. Septum dihilangkan dibuatkan sambungan sehingga darah
yang teroksigenisasi dari vena pulmonale kembali ke ventrikel kanan
untuk sirkulasi tubuh dan darah tidak teroksigenisasi kembali dari vena
cava ke arteri pulmonale untuk keperluan sirkulasi paru-paru.
Kemudian akibat kelaianan ini telah berkurang secara nyata dengan
adanya koreksi dan paliatif.

13
2.9 Pathway

Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik

14
Pathway Penyakit Jantung Bawaan Sianotik : ToF

Terpapar faktor endogen dan eksogen


selama kehamilan trimester I-II

Kelainana jantung kongenital


sianotik: tetralogy of fallot

Stenosis pulmonal Defek septum ventrikel Overiding aorta

Obstruksi >>> berat Tek. Sistolik punjak


ventrikel kanan = kiri

Pirau kanan – kiri


Menurun aliran
darah paru
Obstruksi aliran darah
keluar ventrikel kanan

Aliran darah
Menurun O2 Hipertrofi vent kanan
aorta meningkat
dalam darah

Percampuran darah
kaya O2 dengan
CO2

Hipoksemia

sesak Sianosis (blue spells)

Kelemahan tubuh
Hipoksia dan laktat

Penurunan
Asidosis metabolik O2 di otak

Gangguan pertukaran gas Kesadaran menurun

Kejang

Resiko cedera

15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

a. Biodata Klien

b. Riwayat Kesehatan

- Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen


penyebab lain adalah rubella, influenza atau chicken pox.

- Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan


ketergantungan pada insulin.

- Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga


gizi ibu, dan tidak kecanduan obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.

- Proses kelahiran atau secara alami ataua adanya factor-faktor


memperlama proses persalinan, penggunaan alat seperti vakum untuk
membantu kelahiran atau ibu harus dilakukan SC.

- Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluarga


lain yang juga mengalami kelainan jantung, untuk mengkaji adanya
factor genetic yang menunjang.

c. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik


yang dilakukan terhadap pasien yang menderita penyakit jantung pada
umumnya. Secara spesifik data yang dapat ditemukan dari hasil
pengkajian fisik pada penyakit jantung congenital ini adalah:

- Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang. Anak terlihat
pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.

- Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri.

16
- Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum,
sela intrakostal dan region epigastrium.

- Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.

- Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran


pernafasan atas.

- Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti


mendengkur, tacipnea dan retraksi.

- Anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan


kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanya
murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum.

- Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada


lengan daripada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi
lemah pada popliteal dan temoral.

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi

2. Penurunan curah jantung b.d perubahan preload

3. Defisit nutrisi tubuh b.d ketidakmampuan menyusu dan makan

4. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan

5. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik

6. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif

7. Resiko cidera dibuktikan dengan hipoksia jaringan ; kejang

3.3 Intervensi

1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam


diharapkan gangguan pertukaran gas tidak terjadi dengan

17
Kriteria hasil :

- Pertukaran gas tidak terganggu

- Pasien tidak sesak

Intervensi Rasional

Berikan respirasi support Untuk meminimalkan resiko


kekurangan oksigen.
2
Analisa gas darah Untuk mengetahui adanya
hipoksemia dan hiperkapnia.
Berikan posisi semifowler Memfasilitasi fungsi pernapasan
klien

Batasi cairan Untuk meringankan kerja jantung

2. Penurunan curah jantung b.d perubahan preload

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien


dapat mentoleransi gejala-gejala yang ditimbulkan akibat penurunan curah
jantung.

Kriteria Hasil :

- Tanda vital dalam rentang normal (TD 120/80 mmHg, Nadi 60-
100x/menit, Respirasi 18-20x/menit, SB 36,5OC-37,5OC)

- dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan

- Tidak ada edema paru, perifer dan tidak ada asites

- Tidak ada penurunan kesadaran

- AGD dalam batas normal

- Tidak ada distensi vena leher

- Warna kulit normal

18
Intervensi Rasional
Bina hubungan saling percaya Menciptakan suasana yang kondusif
(BHSP) dengan pasien dan dan bersahabat.
keluarga pasien.
Observasi keadaan kulit terhadap Pucat menunjukan adanya
pucat dan sianosis. penurunan perfusi sekunderterhadap
ketidakadekuatan curah jantung,
vasokonstriksi dan anemi.
Observasi tanda-tanda vital tiap 4 Permulaan terjadinya gangguan pada
jam jantung akan ada perubahan pada
tanda-tanda vital seperti pernafasan
menjadi cepat, peningkatan suhu,
nadimeningkat, peningkatan tekanan
darah, semuanya dapat cepat
dideteksi untukpenangan lebih
lanjut.
Monitor tanda-tanda PJB seperti Untuk mengetahui sejauh mana
gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, tingkat kegawatan dari anak serta
mudah lelah, periorbital edema, diperlukan dalam mendeteksi untuk
oliguria, dan hepatomegali. penanganan lebih lanjut.
Berikan oksigen tambahan dengan Meningkatkan sediaan oksigen
kanula nasal/masker sesuai untuk kebutuhan miokard dan
indikasi. untukmelawan efek
hipoksia/iskemia.
Informasikan dan anjurkan tentang Istirahat yang adekuat dapat
pentingnya istirahat yang adekuat. meminimalkan kerja dari jantung
dandapat mempertahankan energi
yang ada.
Observasi perubahan pada sensori, Dapat menunjukan tidak adekuatnya
contoh letargi, bingung disorientasi perfusi serebral sekunder terhadap
cemas. penurunan curah jantung.
Berikan health education pada Lebih meningkatkan pengetahuan

19
pasien dan keluarga pasien tentang dan informasi bagi pasien dan
cardiac output keluarga pasien serta lebih
kooperatif dalam tindakan
pelaksanaan yang dilakukan perawat
Kolaborasi dengan team medis Mempengaruhi reabsorbsi natrium
dalam pemberian tindakan dan air, dan digoksinmeningkatkan
farmakologis berupa digitalis dan kekuatan kontraksi miokard dan
digoxin. memperlambat frekuensi jantung
dengan menurunkan konduksi dan
memperlambat periode refraktori
padahubungan AV untuk
meningkatkan efisiensi curah
jantung.

3. Defisit nutrisi tubuh b.d ketidakmampuan menyusu dan makan

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam,


diharapkan anak dapat makan dan menyusu dan tidak terjadi penurunan
berat badan selama terjadi perubahan status nutrisi.

Kriteria Hasil :

- Anak dapat menyusu

- Porsi makan dihabiskan

Intervensi Rasional

Observasi selama pemberian makan Selama makan atau menyusui


atau menyusui. mungkin dapat terjadi anak sesak
atau tersedak.

Timbang berat badan setiap hari Mengawasi penurunan berat badan


dengan timbangan yang sama dan atau efektivitas intervensi nutrisi.

20
waktu yang sama.

Observasi dan catat masukan Mengawasi masukkan kalori dan


makanan anak/ intake dan output kualitas kekurangan konsumsi
secara benar makanan.

Jika anak menunjukkan kelemahan Infus akan menambah kebutuhan


akibat ketidak adekuatannya nutrisi nutrisi yang tidak dapat
yang masuk maka pasang infus dipenuhimelalui oral.

Anjurkan ibu untuk terus Air susu akan mempertahankan


memberikan anak susu, walaupun kebutuhan nutrisi anak.
sedikit tetapi sering

Pada anak yang sudah tidak Meningkatan intake atau masukan


menyusui lagi maka berikan dan mencegah kelemahan
makanan dengan porsi sedikit tapi
sering dengan diet sesuai instruksi
(TKTP).

Berikan health education pada Lebih meningkatkan pengetahuan


pasien dan keluarga pasien tentang dan informasi bagi pasien dan
manfaat dari nutrisi sendiri. keluarga pasien serta lebih
kooperatif dalam tindakan
pelaksanaan yang dilakukan
perawat.

Berikan dan bantu hygiene mulut meningkatkan nafsu makan dan


yang baik sebelum dan sesudah pemasukan oral, menurunkan
makan, gunakan sikat gigi halus pertumbuhan bakteri,
untuk penyikatan yang lembut, meminimalkan kemungkinan
berikan pencuci mulut yang di infeksi.

21
encerkan bila mukosa oral luka.

4. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam,


diharapkan anak dapat melakukan aktivitas yang sesuai tanpa adanya
kelemahan.

Kriteria Hasil :

 Tidak nampak kelelahan

 Tidak nampak lesu

 Saturasi O2 saat aktivitas dalam batas normal (95-100%)

 TTV Normal

Intervensi Rasional

Kaji perkembangan tanda-tanda Menunjukan gangguan pada jantung


peningkatan tanda-tanda vital, yang kemudian akanmenggunakan
seperti adanya sesak. energi lebih sebagai kompensasi
sehingga akhirnya anak menjadi
kelelahan.

Batasi aktifitas anak yang Meminimalkan kerja dari jantung


berlebihan. dan dapat mempertahankan energi
yang ada.

Bantu pasien dalam aktivitas yang Teknik penghematan energi. .


tidak dapat dilakukannya.

Support dalam pemberian nutrisi Nutrisi dapat membantu


anak. meningkatkan metabolisme juga
akanmeningkatkan produksi energi

22
Berikan health education pada Lebih meningkatkan pengetahuan
pasien dan keluarga pasien tentang dan informasi bagi pasien dan
aktifitas. keluarga pasien serta lebih
kooperatif dalam tindakan
pelaksanaan yang dilakukan
perawat.

5. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri


berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil :

 Klien tidak tampak mengeluh dan menangis

 Ekspresi wajah klien tidak menunjukkan nyeri

 Klien tidak gelisah

Intervensi Rasional

Observasi adanya keluhan nyeri, Perbedaan gejala perlu untuk


pada anak bisa ditunjukan dengan mengidentifikasi penyebab nyeri.
rewel atau sering menangis.

Observasi perilaku dan tanda-tanda Perilaku dan tanda vital membantu


vital anak tiap 4 jam. menentukan derajat atau adanya
ketidaknyamanan

Berikan lingkungan istirahat yang Aktivitas berlebih dapat


nyaman dan batasi aktivitas anak meningkatkan kebutuhan oksigen
sesuai kebutuhan. miokard. (contoh kerja tiba-tiba,
stress, makan banyak, terpajan
dingin) dapat mencetuskan nyeri

23
dada.

Ajarkan teknik distraksi relaksasi Dengan adanya distraksi nyeri anak


pada anak dan ibu. dapat dialihkan/pengalihan dan
dapat menurunkan respon nyeri.

Anjurkan ibu untuk selalu Ketenangan anak akan mengurangi


memberikan ketenangan pada anak. stress yang dapat memperberat nyeri
yang dirasakan.

Berikan health education pada lebih meningkatkan pengetahuan


pasien dan keluarga pasien tentang dan informasi bagi pasien dan
nyeri dan penanganannya. keluarga pasien serta lebih
kooperatif dalam tindakan
pelaksanaan yang dilakukan
perawat.

Kolaborasi dengan team medis Analgesik bekerja dengan


dalam pemberian analgesic. menghambat nosiseptor nyeri
menempati reseptornya, sehingga
nyeri tidak dirasakan lagi.

Evaluasi respon terhadap penggunaan terapi obat dan dosis,


obat/terapi yang diberikan catat nyeri yang tidak hilang atau
berkurang

6. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan infeksi tidak


terjadi

Kriteria Hasil :

- TTV Normal (TD 120/80 mmHg, Nadi 60-100x/menit, Respirasi 18-


20x/menit, SB 36,5OC-37,5OC)

24
Intervensi Rasional

Dorong teknik mencuci tangan Mencegah infeksi nosokomial saat


dengan baik perawatan.

Kaji tanda-tanda infeksi Mengetahui tanda-tanda infeksi


secara dini dapat membantu dalam
kecepatan menentukan intervensi

Ukur temperatur tiap 4 jam Peningkatan suhu badan merupakan


salah satu tanda adanya infeksi

Berikan antibiotik sesuai dengan Pemberian antibiotik dapat mecegah


indikas
terjadinya infeksi

7. Resiko cidera dibuktikan dengan hipoksia jaringan ; kejang

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x24 jam


diharapkan risiko cidera dapat diminimalisir.

Kriteria Hasil :

- Klien dan keluarga mengenal tanda dan gejala yang mengindikasikan


faktor resiko cidera

- Pasien dapat menunjukan sikap melindungi diri sendiri dari risiko


cidera

Intervensi Rasional
Ciptakan lingkungan yang aman Mencegah terjadinya risiko cidera
untuk pasien

Identifikasi kebutuhan keamanan Menentukan kebutuhan pasien


pasien, berdasarkan tingkat fisik, terhadapm keamanan dan
fungsi kognitif dan sejarah tingkah menentukan intervensi yang tepat
laku

25
Jauhkan objek berbahaya dari Mencegah risiko cidera
lingkungan

Hilangkan bahaya lingkungan Mencegah risiko cidera

Sediakan tempat tidur yang rendah Membantu pasien memudahkan


jika diperlukan menjangkau tempat tidur dan
mengurangi risiko cidera

Tempatkan furniture diruangan Memudahkan pasien menjangkau


dengan susunan terbaik untuk peralatan yang dibutuhkan
akomodasi ketidakmampuan pasien
dan keluarga

26
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penyakit jantung bawaan ( PJB ) adalah penyakit dengan kelainan pada
struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir.
Klasifikasi :
a. Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru

- Ventricular Septal Defect (VSD)

- Atrial Septal Defect (ASD)

- Patent Ductus Arteriosus (PDA)

b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal

- Stenosis Aorta (SA)

- Stenosis Pulmonal (SP)

- Koarktasio Aorta

c. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang

- Tetralogi Of Fallot (TOF)

d. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah

- Transposisi arteri besar (TAB) / Transpotition Great artery (TGA)

4.2 Saran
Untuk menjadikan makalah ini menjadi makalah yang sempurna
maka harus disertai saran-saran yang bersifat mendorong dan
membangun, saran - saran itu antara lain :

27
Kita hendaknya lebih memahami tentang congenital heart diseases
atau penyakit jantung bawaan (CHD) dalam meningkatkan pelayanan
pada penderita/ anak khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan.
Demikian saran dari kami semoga apa yang kami suguhkan dapat
bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

28
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Penyakit Jantung Bawaan di unduh di


http://ZUMROTUS_SAADAH_G2A009149_BAB_1_KTI.pdf pada
tanggal 08/11/2017 pukul 19:01 WITA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta: PPNI

Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS


KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC
Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti,
S,Kep. EGC. Jakarta.

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi


2012-2014/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Sumarwati,
Dan Nike Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Bariid,
Monica Ester, Dan Wuri Praptiani. Jakarta; EGC.

Alfyana Nadya Rahwamati. 2015. Jurnal Hubungan Penyakit Jantung Bawaan


dengan Perkembangan Anak usia 0-5 tahun di Unit Perawatan Jantung
RS Dr.Kariadi Semarang diunduh di
http://jurnal.stikeskusumahusada.ac.id/index.php/JK/article/view/12 pada
tanggal 08/11/2017 pukul 20:10 WITA

29

Anda mungkin juga menyukai