DI
OLEH :
DOSEN PEMBIMBING:
Ns. ISNI HIJRIANA, M.Kep
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
hasilnya menunjukkan bahwa prevalensi gagal tumbuh lebih tinggi pada anak
dengan PJB lesi asianotik.
1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Reproduksi
2
- Mengetahui dan memahami patofisiologi dari PJB
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
4
jantung, misalnya, aortic stenosis (AS), coarctatio aorta (CoA) dan
pulmonary stenosis (PS).
2.3 Etiologi
Penyebab PJB belum pasti, meskipun beberapa faktor dianggap berpotensi
sebagai penyebab. Faktor-faktor yang berpotensi antara lain infeksi virus pada
ibu hamil (misalnya campak Jerman atau rubella), obat-obatan atau jamu-
jamuan, alkohol. Faktor keturunan atau kelainan genetik dapat juga menjadi
penyebab meskipun jarang, dan belum banyak diketahui. Misalnya Sindroma
Down (Mongolism) yang sering disertai dengan berbagai macam kelainan,
dimana salah satunya PJB.
Menurut (Rilantono, 2013). Etiologi penyakit jantung bawaan bisa
ditimbulkan oleh beberapa faktor. Salah satunya disebabkan oleh faktor
genetik dan maternal dimana saat ini sebagai faktor-faktor yang paling
berperan. Selain itu infeksi virus, paparan radisasi, alkohol dan obat-obatan
yang diminum pada ibu hamil juga di duga sebagai penyebab penyakit jantung
bawaan.
5
2.4 Manifestasi Klinis
DAP terjadi bila duktus tidak menutup bila bayi lahir. Penyebab
DAP bermacam-macam, bisa karena infeksi rubela pada ibu dan
prematuritas
6
jantung akibat aliran darah turbulen dari aorta melewati duktus
menetap. Tekanan darah sistolik mungkin tinggikarena pembesaran
ventrikel kiri.
Pada kelainan ini striktura terjadi diatas atau dibawah katup aorta.
Katupnya sendiri mungkin terkena atau retriksi atau tersumbat secara
total aliran darah. Manifestasi Klinis : Anak menjadi kelelahan dan
pusing sewaktu cardiac output menurun, tanda-tanda ini lebih nampak
apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi, hal ini
menjadi serius dapat rnenyebabkan kematian, ini juga ditandai dengan
adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum,
diagnosa ditegakan berdasarkan gambaran ECG yang menunjukan
adanya hipertropi ventrikel kiri, dan dari kateterisasi jantung yang
menunjukan striktura.
- Koarktasio Aorta
7
kontriksi berat. Untuk itu penting melakukan skrening anak saat
memeriksa kesehatannya, khususnya bila anak mengikuti kegiatan-
kegiatan olah raga.
1. Stenosis pulmonal,
8
d. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah
- Transposisi arteri besar (TAB)/ Transpotition Great artery (TGA)
Apabila pembuluh pembuluh darah besar mengalami transposisi
aorta, arteri aorta dan pulmonal secara anatomis akan terpengaruh.
Anak tidak akan hidup kecuali ada suatu duktus ariosus menetap atau
kelainan septum ventrikuler atau atrium, yang menyebabkan
bercampurnya darah arteri-vena. Pada TGA terjadi perubahan tempat
kelurnya posisi aorta dan a.pulmonalis yakni aorta keluar dari ventrikel
kanan dan terletak di sebelah anterior a.pulmonalis, sedangkan
a.pulmonalis keluar dari ventrikel kiri terletak posterior terhadap aorta.
Akibatnya aorta menerima darah v. Sistemik dari vena kava,
atriumkanan, ventrikel kanan dan darah diteruskan ke sirkulasi
sistemik. Sedang darah dari vena pulmonalis dialirkan ke atrium kiri,
ventrikel kiri dan diteruskan ke a. Pulmonalis dan seterusnya ke paru.
Dengan demikian maka kedua sirkulasi sistemik dan paru tersebut
terpisah dan kehidupan hanya dapat berlangsung apabila ada
komunikasi antara 2 sirkulasi ini. Pada neonatus percampuran darah
terjadi melalui duktus arteriosus dan foramen ovale keatrium kanan.
Pada umumnya percampuran melalui duktus dan foramen ovale ini
tidak adekuat, dan bila duktus arteriosus menutup maka tidak terdapat
percampuran lagi di tempat tersebut, keadaan ini sangat mengancam
jiwa penderita.
Manifesfasi klinis : Transposisi pembuluh-pembuluh darah ini
tergantung pada adanya kelainan atau stenosis. Stenosis kurang tampak
apabila kelainan merupakan PDA atau ASD atau VSD, tetapi
kegagalan jantung akan terjadi.
2.5 Patofisiologi
Penyakit Jantung Bawaan dipengaruhi oleh faktor yaitu faktor genetik dan
maternal. Pada kelainan struktur jantung digolongkan menjadi penyakit
jantung bawaan asianotik dan penyakit jantung bawaan sianotik. Penyakit
jantung bawaan asianotik; kondisi ini disebabkan oleh lesi yang
9
memungkinkan darah shunt dari kiri ke sisi kanan sirkulasi atau yang
menghalangi aliran darah dengan penyempitan katup serta pencampuran darah
dari arteri (Padila, 2013).
Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan tekanan atrium
kiri lebih besar ketimbang atrium kanan, sehingga darah akan mengalir dari
atrium kiri ke kanan. Darah yang mengalir dari atrium kiri ke kanan
menimbulkan volume atrium kanan meningkat menyebabkan hipertropi
atrium kanan dan selain itu meningkatnya volume dan tekanan atrium kanan
maka darah akan mengalir ke ventrikel kanan dan paru-paru juga meningkat.
Hal ini menyebabkan penumpukan darah dan oksigen di paru sehingga alveoli
membesar dan terjadi pola nafasnya tidak efektif.
Volume di ventrikel kiri menurun disebabkan darah mengalir dari atrium
kanan ke atrium kiri. Hal ini akan menyebabkan kontraktilitas ventrikel kiri
menurun sehingga terjadi penurunan curah jantung. Penurunan curah jantung
menjadikan tubuh akan kurang oksigen dan kurang nafsu makan. Kurangnya
suplai oksigen ke tubuh membuat tubuh akan terasa lemas dan pusing.
Kurangnya nafsu makan menjadikan nutrisi tidak adekuat sehingga
pertumbuhan akan terhambat dan menyebabkan gangguan pertumbuhan
perkembangan (Irnizarifka, 2011).
- Foto thoraks : Melihat atau evaluasi adanya atrium dan ventrikel kiri
membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru
meningkat.
- Echokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1
pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan
oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke
kanan).
10
Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida
(PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.
2.7 Komplikasi
3. Aritmia
4. Endokarditis bakterialistis
5. Hipertensi
6. Hipertensi pulmonal
11
2.8 Penatalaksanaan
- Koarktasio Aorta
12
Kelainan dapat dikoreksi dengan Balloon Angioplasty,
pengangkatan bagian aorta yang berkontriksi atau anastomi bagian
akhir, atau dengan cara memasukkan suatu graf.
13
2.9 Pathway
14
Pathway Penyakit Jantung Bawaan Sianotik : ToF
Aliran darah
Menurun O2 Hipertrofi vent kanan
aorta meningkat
dalam darah
Percampuran darah
kaya O2 dengan
CO2
Hipoksemia
Kelemahan tubuh
Hipoksia dan laktat
Penurunan
Asidosis metabolik O2 di otak
Kejang
Resiko cedera
15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Biodata Klien
b. Riwayat Kesehatan
c. Pemeriksaan Fisik
- Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang. Anak terlihat
pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.
16
- Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum,
sela intrakostal dan region epigastrium.
3.3 Intervensi
17
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
Kriteria Hasil :
- Tanda vital dalam rentang normal (TD 120/80 mmHg, Nadi 60-
100x/menit, Respirasi 18-20x/menit, SB 36,5OC-37,5OC)
18
Intervensi Rasional
Bina hubungan saling percaya Menciptakan suasana yang kondusif
(BHSP) dengan pasien dan dan bersahabat.
keluarga pasien.
Observasi keadaan kulit terhadap Pucat menunjukan adanya
pucat dan sianosis. penurunan perfusi sekunderterhadap
ketidakadekuatan curah jantung,
vasokonstriksi dan anemi.
Observasi tanda-tanda vital tiap 4 Permulaan terjadinya gangguan pada
jam jantung akan ada perubahan pada
tanda-tanda vital seperti pernafasan
menjadi cepat, peningkatan suhu,
nadimeningkat, peningkatan tekanan
darah, semuanya dapat cepat
dideteksi untukpenangan lebih
lanjut.
Monitor tanda-tanda PJB seperti Untuk mengetahui sejauh mana
gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, tingkat kegawatan dari anak serta
mudah lelah, periorbital edema, diperlukan dalam mendeteksi untuk
oliguria, dan hepatomegali. penanganan lebih lanjut.
Berikan oksigen tambahan dengan Meningkatkan sediaan oksigen
kanula nasal/masker sesuai untuk kebutuhan miokard dan
indikasi. untukmelawan efek
hipoksia/iskemia.
Informasikan dan anjurkan tentang Istirahat yang adekuat dapat
pentingnya istirahat yang adekuat. meminimalkan kerja dari jantung
dandapat mempertahankan energi
yang ada.
Observasi perubahan pada sensori, Dapat menunjukan tidak adekuatnya
contoh letargi, bingung disorientasi perfusi serebral sekunder terhadap
cemas. penurunan curah jantung.
Berikan health education pada Lebih meningkatkan pengetahuan
19
pasien dan keluarga pasien tentang dan informasi bagi pasien dan
cardiac output keluarga pasien serta lebih
kooperatif dalam tindakan
pelaksanaan yang dilakukan perawat
Kolaborasi dengan team medis Mempengaruhi reabsorbsi natrium
dalam pemberian tindakan dan air, dan digoksinmeningkatkan
farmakologis berupa digitalis dan kekuatan kontraksi miokard dan
digoxin. memperlambat frekuensi jantung
dengan menurunkan konduksi dan
memperlambat periode refraktori
padahubungan AV untuk
meningkatkan efisiensi curah
jantung.
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
20
waktu yang sama.
21
encerkan bila mukosa oral luka.
Kriteria Hasil :
TTV Normal
Intervensi Rasional
22
Berikan health education pada Lebih meningkatkan pengetahuan
pasien dan keluarga pasien tentang dan informasi bagi pasien dan
aktifitas. keluarga pasien serta lebih
kooperatif dalam tindakan
pelaksanaan yang dilakukan
perawat.
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
23
dada.
Kriteria Hasil :
24
Intervensi Rasional
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
Ciptakan lingkungan yang aman Mencegah terjadinya risiko cidera
untuk pasien
25
Jauhkan objek berbahaya dari Mencegah risiko cidera
lingkungan
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penyakit jantung bawaan ( PJB ) adalah penyakit dengan kelainan pada
struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir.
Klasifikasi :
a. Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru
- Koarktasio Aorta
4.2 Saran
Untuk menjadikan makalah ini menjadi makalah yang sempurna
maka harus disertai saran-saran yang bersifat mendorong dan
membangun, saran - saran itu antara lain :
27
Kita hendaknya lebih memahami tentang congenital heart diseases
atau penyakit jantung bawaan (CHD) dalam meningkatkan pelayanan
pada penderita/ anak khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan.
Demikian saran dari kami semoga apa yang kami suguhkan dapat
bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
28
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta: PPNI
29