Dosen Pembimbing :
Anggota Kelompok :
JURUSAN KEPERAWATAN
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
PenelitianWindarini (2011),mendapatkan dari 131 orang pasien PJB
yang diperiksapadatahun 2007-2009 di RSUP H. Adam Malik Medan, 75
orang pasienberjeniskelaminperempuan (57,3%), dan 56 orang
pasienberjeniskelaminlaki-laki(42,7%). Sebagianbesaradalahdarijenis PJB
asianotik (93 orang atau 71%). Berdasarkan penelitian ini pasien pada
kelompok usia 0-24 bulan merupakan kelompok penderita
dengandistribusiusiatertinggi (Ain Nur, 2015).
Disertai dengan penelitian Sjarifet al tentang profil antropometrik dan
prevalensi kekurangan gizip ada anak dengan PJB, didapatkan penderita
berjumlah 95 orang, 73 orang denganasianotik. Prevalensi kekurangan gizi
sebesar 51,1% dengan 22,3% diantaranya adalah giziburuk. Failure to
thrive (FTT) terdapatpada 64,9%, perawakan pendek pada 49,5% dan
mikrosefal ipada 37% pasien. FTT ditemukan lebih banyak pada pasien
dengan lesi asianotik (72,2%) (Ain Nur, 2015).
Sejak lebih dari setengah abad yang lalu, terjadi peningkatan jumlah
pasien PJB yang dapat bertahan hidup setelah operasi reparatif untuk PJB
ditemukan. Pada tahun 1970, dianggarkan 85% pasien PJB dapat bertahan
sampai periode kehidupan dewasa. Laporan Bethesda Conference yang ke-
32 pada tahun 2000, menyebutkan bahwa terdapat 800 000 orang pasien
dengan PJB di Amerika Serikat masih bertahan hidup sampai usia dewasa
(Ain Nur, 2015).
Sebelum era operasi jantung, hanya 20% dari PJB yang dapat hidup
sampai dewasa. Terdapat variasi yang jelas mengenai karakteristik
penderita PJB di dunia bahkan di Indonesia sendiri. Penelitian Hariyanto
kepada penderita PJB anak yang dirawat inap di RSUP Dr. M. Djamil
Padang dariJanuari 2008 – Februari 2011, didapatkan jenis PJB yang
paling banyakditemukanadalah DSV dan DSA (Ain Nur, 2015).
2
3. Bagaimana patofisiologi Atrium Septal Defect dan Ventrikel Septal
Defect ?
4. Apa manifestasi klinik Atrium Septal Defect dan Ventrikel Septal
Defect ?
5. Bagaimana diagnosis Atrium Septal Defect dan Ventrikel Septal Defect
?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis Atrium Septal Defect dan Ventrikel
Septal Defect ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Atrium Septal Defect dan Ventrikel Septal
Defect.
2. Untuk mengetahui klasifikasi Atrium Septal Defect dan Ventrikel
Septal Defect.
3. Untuk mengetahui patofisiologi Atrium Septal Defect dan Ventrikel
Septal Defect.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik Atrium Septal Defect dan
Ventrikel Septal Defect.
5. Untuk mengetahui diagnosis Atrium Septal Defect dan Ventrikel Septal
Defect.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis Atrium Septal Defect dan
Ventrikel Septal Defect.
1.4 Manfaat
Hasil dari penulisan makalah ini diharapkan memberikan manfaat
kepada semua pihakkhususnya kepada Mahasiswa Ilmu Keperwatan untuk
menambah pengetahuan dan wawasan tentang masalah Atrium Septal
Defect (ASD) dan Ventrikel Septal Defect (VSD) pada anak.
3
BAB 2
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ASD &VSD
2.1 Definisi
ASD adalah lubang abnormal pada sekat yang memisahkan kedua belah
atrium sehingga terjadi pengaliran darah dari atrium kiri yang bertekanan
tinggi ke atrium kanan bertekanan rendah. ASD merupakan kelainan jantung
bawaan tersering setelah VSD . dalam keaadaan normal pada peredaran darah
janin terdapat lubang diantara antrium kiri dan kanan sehingga darah tidak
perlu melewati paru –paru. Pada saat bayi lubang ini biasanya menutup. jika
lubang ini terbuka, darah terus mengalir dai antrium kiri ke antrium kanan
(shunt) maka darah bersih dan darah kotor akan bercampur.
Hasil pemeriksaan fisik yang khas pada tipe ostium sekundum dantipe
sinus venosus adalah bising sistolik tipe ejeksi pada garis sternal kiri bagian
atas, disertai fixed spliting bunyi jantung II. Hal ini menggambarkan
penambahan aliran darah melalui katup pulmoner. Kadang-kadang terdapat
juga bising awal diastolik pada garis sternal bagian bawah, bising
menggambarkan penambahan aliran di katup trikuspidalis.
2.2 Klasifikasi
4
c. Defektitium primum
Defek ini angat jarang pada orang dewasa dan meskipun dapat terjadi secara
terpisah, lebih umum dilihat sebagai komponen atrium dalam satu spektrum
defek septum atrioventrikel (defek saluran AV).
2.3 Patofisiologi
Karena terkanan atrium kiri agak melebihi tekanan atrium kanan, maka
darah mengalir dari atrium kiri ke kanan sehingga terjadi peningkatan aliran
darah yang kaya oksigen ke dalam sisi kanan jantung kendati perbedaaan
tekanan rendah, kecepatan aliran yang tinggi tetap dapat terjadi karena
rendahnya tekanan vaskular paru dan semkain besarnya daya kembang atrium
kanan yang selanjutnya akan mengurangi resistensi aliran meskipun terjadi
pembesaran atrium dan ventrikel kanan gagal jantung jarang terjadi pada asd
yang tidak mengalami komplikasi biasanya perubahan pada pembuluh darah
paru hanya terjadi sesudah beberapa puluh tahun kemudian jika defeknya
tidak diperbaiki.
2.5 Diagnosis
5
angiokardiografi mungkin diperlukan untuk memperkuat diagnosis.
Pemerikasaan ini memperagakan gerakan shunt dari kiri ke kanan, keparahan
hipertensi pulmonal, tingkat kenaikan tahanan vaskuler pulmonal, dan
keparahan insufiensi katup AV komunis. Ventrikulografi kiri selektif sangat
membantu dalam mendiagnosis defek sekat AV perubahan bentuk
(deformitas)katup mitral atau katup atrioventrikuler yang umam dan memutar
balikan saluran alirn keluar ventrikel kiri yang menyebabkan deformitas yang
menampakan tanda “leher angsa” saluran aliran keluar ventrikel kiri.
6
Defek Septum Ventrikel(Ventrikel Septal Defect)
2.7 Definisi
VSD adalah suatu keadaan abnormal yaitu adanya pembukaan antara
ventrikel kiri dan ventrikel kanan.(Rita &Suriadi, 2001).
VSD adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang
memisahkan ventrikel kanan dan ventrikel kiri. (Heni dkk, 2001).
2.8 Patofisiologi
Karena tekanan yang lebih tinggi dalam ventrike kiri dan karena sikulasi
sitemik darah arteri meberikan tahanan yang lebih tinggi daripada sirkulasi
pulmonal, maka darah mengalir melewati lubang defek kedalam arteri
pulmonalis. Peningkatan volume darah akan dipompa ke dalam paru dan
keadaan ini akhirnya dapat mengakibatkan peningkatan tahanan vaskuler
pulmonalis. Peningkatan tekanan dalam ventrikel kanan akabibat pemintasan
aliran darah dari kiri ke kanan dan peningkatan tahanan pulmonalis akan
menyebabkan hipertrofi otot jantung. Jika ventrikel kanan tidak sanggup lagi
menanpng penambahan beban kerja maka antrium kanan dapt juga membesar
karena berupaya mengatasi tahanan yang terjadi akibat pengosongan ventrikel
kanan yang tidak lengkap. Pada defek ybag berat dapat terjadi sindrom
Eisenmenger.
7
f. Radiology: ukuran jantung normal, vaskularisasi paru normal atau
sedikit meningkat
g. Menutup secara spontan pada umur 3 tahun Tidak diperlukan
kateterisasi
2. VSD sedang
a. Sering terjadi symptom pada bayi
b. Sesak napas pada waktu aktivitas terutama waktu minum,
memerlukan waktu lebih lama untuk makan dan minum, sering
tidak mampu menghabiskan makanan dan minumannya
c. Defek 5- 10 mm
d. BB sukar naik sehingga tumbuh kembang terganggu
e. Mudah menderita infeksi biasanya memerlukan waktu lama untuk
sembuh tetapi umumnya responsive terhadap pengobatan
f. Takipneu
g. Retraksi bentuk dada normal
h. EKG: terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kiri maupun kanan,
tetapi kiri lebih meningkat. Radiology: terdapat pembesaran
jantung derajat sedang, conus pulmonalis menonjol, peningkatan
vaskularisasi paru dan pemebsaran pembuluh darah di hilus.
3. VSD besar
a. Sering timbul gejala pada masa neonatus
b. Dispneu meningkat setelah terjadi peningkatan pirau kiri ke kanan
dalam minggu pertama setelah lahir
c. Pada minggu ke2 atau 3 simptom mulai timbul akan tetapi gagal
jantung biasanya baru timbul setelah minggu ke 6 dan sering
didahului infeksi saluran nafas bagian bawah
d. Bayi tampak sesak nafas pada saat istirahat, kadang tampak
sianosis karena kekurangan oksigen akibat gangguan pernafasan
e. Gangguan tumbuh kembang
f. EKG terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kanan dan kiri
8
g. Radiology: pembesaran jantung nyata dengan conus pulmonalis
yang tampak menonjol pembuluh darah hilus membesar dan
peningkatan vaskularisasi paru perifer
Pada penderita dengan defek kecil, orang tua harus diyakinkan lagi
mengenai sifat lesi yang relatif jinak, dan anak harus didorong untuk hidup
secara normal tanpa pembatasan aktifitas fisik. Perbaikan secara bedah tidak
dianjurkan sebagai perlindungan terhadap endokarditis. Penderita ini dapat
dipantau dengan kombinasi pemeriksaan klinis dan kadang-kadang uji
laboratorium non infasif sampai defek telah menutup secara spontan. Pada
bayi dengan vsd besar, manajemen medik mempunyai 2 tujuan:
mengendalikan gagal jantung kongesif dan mencegah terjadinya penyakit
vaskular pulmonal. Cara cara pengobatan ditunjukkan pada pengendalian
gejala gagal jantung dan mempertahankan pertumbuhan normal. Penutupan
dengan pembedahan dapat dilakukan resiko kecil pada kebanyakan bayi,
manajemen medik harus tidak diteruskan pada bayi bergejala sesudah
percobaan yang tidak berhasil. Penyakit vaskuler pulmonal dicegah bila
pembelahan dilakukan pad aumur tahun pertama dengan demikian defek besar
yang disertai dengan hipertensi pulmonal harus ditutup secara efektif pada
umur antara 6 dan 12 bulan. Sesudah penutupan (obliterasi shunt) dari kiri ke
kanan jantung yang hiperdinamik menjadi tenang, ukuran jantung berkurang
kearah normal.
9
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
DEFEK SEPTUM ANTRIUM DAN DEFEK SEPTUM VENTRIKEL
10
2. Lakukan pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan yang mendetail
terhadap jantung.
a. Denyut arteri pulmonalis dapat diraba di dada
b. Pemeriksaan dengan stetoskop menunjukkan bunyi jantung yang
Abnormal.
c. Bisa terdengar murmur akibat peningkatan aliran darah yang
melalui katup pulmonalis
d. Tanda-tanda gagal jantung
e. Jika shuntnya besar, murmur juga bisa terdengar akibat
peningkatan aliran darah yang mengalir melalui katup
trikuspidalis
3. Lakukan pengukuran tanda-tanda vital.
4. Kaji tampilan umum, perilaku, dan fungsi:
a. Inspeksi
1) Status nutrisi–Gagal tumbuh atau penambahan berat badan
yang buruk berhubungan dengan penyakit jantung.
2) Warna – Sianosis adalah gambaran umum dari penyakit
jantung kongenital, sedangkan pucat berhubungan dengan
anemia, yang sering menyertai penyakit jantung.
3) Deformitas dada – Pembesaran jantung terkadang mengubah
konfigurasi dada.
4) Pulsasi tidak umum – Terkadang terjadi pulsasi yang dapat
dilihat.
5) Ekskursi pernapasan – Pernapasan mudah atau sulit (mis;
takipnea, dispnea, adanya dengkur ekspirasi).
6) Jari tabuh – Berhubungan dengan beberapa type penyakit
jantung kongenital.
7) Perilaku – Memilih posisi lutut dada atau berjongkok
merupakan ciri khas dari beberapa jenis penyakit jantung.
b. Palpasi dan perkusi
11
1) Dada – Membantu melihat perbedaan antara ukuran jantung
dan karakteristik lain (seperti thrill-vibrilasi yang dirasakan
pemeriksa saat mampalpasi)
2) Abdomen – Hepatomegali dan/atau splenomegali mungkin
terlihat.
3) Nadi perifer – Frekwensi, keteraturan, dan amplitudo
(kekuatan) dapat menunjukkan ketidaksesuaian.
c. Auskultasi
1) Jantung – Mendeteksi adanya murmur jantung.
2) Frekwensi dan irama jantung – Menunjukkan deviasi bunyi
dan intensitas jantung yang membantu melokalisasi defek
jantung.
3) Paru-paru – Menunjukkan ronki kering kasar, mengi.
4) Tekanan darah – Penyimpangan terjadi dibeberapa kondisi
jantung (mis; ketidaksesuaian antara ekstremitas atas dan
bawah) Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian –
mis; ekg, radiografi, ekokardiografi, fluoroskopi,
ultrasonografi, angiografi, analisis darah (jumlah darah,
haemoglobin, volume sel darah, gas darah), kateterisasi
jantung.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d perubahan dalam rate, irama dan konduksi
jantung
2. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
3. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus-kapiler
12
n memperlihatkan apical, kaji tachycardia untuk
curah peningkatan curah frekuensi, irama mengkopensasi
jantun jantung jantung penurunan
g b.d KH: Denyut jantung - Catat bunyi kontraktilitas
peruba kuat, teratur dan jantung jantung
han dalam batas normal - Palpasi nadi - S1 dan S2 lemah,
dalam perifer. Untuk karena menurunya
rate, mengetahui kerja pompa S3
irama fungsi pompa sebagai aliran ke
dan jantung yang dalam serambi
kondu sangat yaitu distensi. S4
ksi dipengaruhi oleh menunjukan
jantun CO dan inkopentensi atau
g pengisiaan stenosis katup
jantung - Untuk mengetahui
- Pantau tekanan fungsi pompa
darah jantung yang
- Pantau keluaran sangat dipengaruhi
urine, catat oleh CO dan
penurunana pengisiian jantung
keluaran dan - Dengan
kepekaan atau menurunya CO
konsentrasi mempengaruhi
urine suplay darah ke
- Kolaborasi ginjal yang juga
dengan dokter mempengaruhi
untuk terapi pengeluaran
oksigen, obat hormone
jantung obat aldosteron yang
diuretic dan berfungsi pada
cairan proses pengeluaran
urine
13
- Mambantu dalam
proses kimia dalam
tubuh
14
- Menggunakan mual , muntah
peralatan oksigen
dengan tepat
ketiak
dibutuhkan
- Menunjukan gas
– gas darah arteri
yang normal
15
Defek Septum Ventrikel
A. Pengkajian
2) Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung : nafas cepat, sesak nafas, retraksi,
bunyi jantung tambahan (mur-mur), edema tungkai, hepatomegali.
B. Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan curah jantung b.d perubahan dalam rate, irama dan konduksi
jantung
2) Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus –kapiler
3) Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
4) Gangguan tumbuh kembang b.d defisiensi stimulus
5) Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (keengganan untuk makan)
6) Resiko infeksi
C. Intervensi Keperawatan
1) Penurunan curah jantung b.d perubahan dalam rate, irama dan konduksi
jantung
Tujuan : Curah jantung membaik
Kriteia hasil : adanya tanda-tanda membaiknya curah jantung
Intervensi :
a. Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna
dan kehangatan kulit.
b. Tegakkan derajat sianosis (membrane mukosa, clubbing)Monitor
tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, tachipnea, sesak, lelah saat
minum susu, periorbital edema, oliguria dan hepatomegali.
16
c. Kolaborasi untuk pemberian obat (diuretic, untuk menurunkan
afterload) sesuai indikasi
2) Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus –kapiler
Tujuan : Pertukaran gas membaik
Kriteria hasil : tidak adanya tanda-tanda resistensi pembuluh paru
Intervensi :
a. Monitor kualitas dan irama pernafasan
b. Atur posisi anak dengan posisi fowler
c. Hindari anak dari orang yang terinfeksi
d. Berikan istirahat yang cukup
e. Berikan oksigen sesuai indikasi
3) Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
Tujuan : Aktifitas klien terpenuhi
Kriteria hasil : Anak berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuanya
Intervensi :
a. Ijinkan anak sering istirahat dan hindarkan gangguan saat tidur
b. Anjurkan untuk melakukan permainan dan aktifitas ringan
c. Bantu anak untuk memilih aktifitas yang sesuai dengan usia, kondisi
dan kemampuan anak
d. Berikan periode istirahat setelah melakukan aktifitas
e. Hindarkan suhu lingkungan terlalu panas atau dingin
f. Hindarkan hal-hal yang menyebabkan ketakutan /kecemasan anak
4) Gangguan tumbuh kembang b.d defisiensi stimulus
Tujuan : Tidak terjadi perubahan pertumbuhan dan perkembangan
Kriteria hasil : Pertumbuhan anak sesuai kurva pertumbuhan BB dan TB.
Intervensi :
Sediakan didit yang seimbang, tinggi zat nutrisi untuk mencapai
pertumbuhan yang adekuat.
a. Monitor TB dan BB
b. Libatkan keluarga dalam pemberian nutrisi kepada anak
5) Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (keengganan untuk makan)
17
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : Anak mempertahankan intake makanan dan minuman
Intervensi :
a. Timbang BB setiap hari dengan timbangan yang sama
b. Catat intake dan out put secara benar
c. Berikan makanan dengan porsi kecil sering
d. Berikan minum yang banyaK
6) Resiko infeksi
Tujuan : tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi :
a. Monitor tanda –tanda vital
b. Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi
c. Berikan istirahat yang adekuat
d. Berikan kebutuhan nutrisi yang optimal
18
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Di antara berbagai kelainan bawaan (congenital anomaly) yang ada,
penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan yang sering
ditemukan. Adapun contoh penyakit jantung bawaan adaah Atrium Septal
Defect (ASD) dan Ventrikel septal defect (VSD).
4.2 SARAN
Bagi pembaca di sarankan untuk memahami hal-hal yang berkaitan
dengan jantung ASD/ VSD Sehingga dapat di lakukan upaya-upaya yang
bermanfaat untuk menanganinya secara efektif dan efisien .
19
a. Mahasiswa kesehatan sebaiknya memahami dan mnegetahui
konsep. Atrium septum defek/ ventrikel septum defek dan askep
nya guna unttuk mengaplikasikan dalam memberikan pelayanan
kepada pasien
b. Perawat memiliki pengetahuan tentang ASD/ VSD untuk dapat
mengantisipasi orang tua dalam menjalani pengobatan untuk
sehingga penyakit lebih berat dapat dihindari .
c. Pelayanan keperawatan dapat memberikan anjuran kepada orang
tua untuk melalukan terapi agar ASD/ VSD dapat teratasi.
20
DAFTAR PUSTAKA
Cecily L. Bets, Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi
3, Jakarta : EGC.
Junadi dkk, Kapita SElekta kedokteran, Ed2, Media Aesculapius, FKUI, 1982
http://www.layurveda.com/index.php?option=com_content&view=article&i
d=21%3Aadmin&catid=7%3Aadmin&Itemid=20&lang=en
L. Wong, Donna. Dkk. 2012. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta. EGC
Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
21