DOSEN PEMBIMBING
Disusun Oleh
1
MAKALAH KEPERAWATAN ANAK
DOSEN PEMBIMBING
Disusun Oleh
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian
kegiatan sejak awal hingga tersusunnya makalah dengan judul Konsep dan
Asuhan Keperawatan Tetralogi Fallot, VSD Dan ASD untuk memenuhi penugasan
yang diberikan oleh dosen pengajar dalam mata kuliah Keperawatan Anak.
Akhir kata, penulis menerima secara terbuka saran dan kritik atas segala
kekurangan dalam makalah ini, dan penulis berharap makalah ini dapat
meningkatkan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan dan masyarakat luas.
Penulis,
DAFTAR ISI
3
Halaman Judul.......................................................................................................1
Kata Pengantar.......................................................................................................3
Daftar Isi.................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................6
B. Rumusan Masalah.......................................................................................7
C. Tujuan Penulisan........................................................................................7
D. Sistematika Penulisan.................................................................................8
1. Definisi/Pengertian...............................................................................10
2. Etiologi.................................................................................................13
3. Patofisiologi.........................................................................................14
4. Manifestasi Klinis................................................................................19
5. Penatalaksanaan Medis........................................................................19
6. Upaya Pencegahan...............................................................................23
7. Asuhan Keperawatan...........................................................................24
1. Definisi/Pengertian...............................................................................42
2. Etiologi.................................................................................................43
4
3. Patofisiologi.........................................................................................44
4. Manifestasi Klinis................................................................................46
5. Penatalaksanaan Medis........................................................................47
6. Upaya Pencegahan...............................................................................48
7. Pendidikan Kesehatan..........................................................................50
8. Asuhan Keperawatan...........................................................................51
A. KESIMPULAN..........................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
5
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
cukup tinggi sehingga dibutuhkan tata laksana PJB yang cepat, tepat dan
pada bayi dan anak tertinggi di negara maju sedangkan kematian akibat
pada laki-laki dan 12% pada perempuan. Meskipun saat ini telah
namun belum ada upaya yang jitu untuk mencegah Penyakit Jantung
ditemukan pada bayi dan anak dengan angka kejadian PJB tetap berkisaran
pada 8-10 dari 1000 bayi kelahiran hidup. Menurut Rilantono (2013)
yang angka kelahiran 2,3%, maka diperkirakan akan lahir 50.000 bayi
kehidupan janin.
6
B. RUMUSAN MASALAH
10. Apa saja etiologi dari Tetralogi of Fallot, VSD dan ASD ?
12. Apa saja tanda dan gejala dari Tetralogi of Fallot, VSD dan ASD ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
7
Tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah antara lain :
D. SISTEMATIKA PENULISAN
8
Pada pembahasan makalah di bab I terdiri atas latar belakang yang
membahas mengenai Tetralogi of Fallot, VSD dan ASD secara garis besar
dan memaparkan permasalahan yang disusun lebih spesifik dan
dipaparkan pada Rumusan Masalah, dilanjutkan dengan tujuan
pembahasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
1. KONSEP DASAR VSD DAN ASD
10
terdapat hubungan antara antar rongga ventrikel (Ramaswamy,et al.
2009).
11
a) Defek ostium sekundum
Merupakan tipe yang tersering (80%). Pada defek septum
atrium sekundum terdapat lubang patologis di tempat fossa
ovalis. Defek dapat berukuran kecil sampai sangat besar
sehingga mencakup sampai sebagian besar septum. Akibatnya
terjadi pirau dari atrium kiri ke atrium kanan, dengan beban
volume di atrium dan ventrikel kanan.
b) Defek ostium primum
Merupakan jenis kedua terbanyak dari defek septum atrium.
Pada defek septum primum terdapat celah pada bagian bawah
septum atrium, yakni pada septum atrium primum. Disamping
itu, sering pula terdapat celah pada daun katup mitral.
c) Defek sinus venosus
Terletak didekat muara vena kava superior atau vena kava
inferior dan seringkali disertai dengan anomali parsial drainase
vena pulmonalis, yakni sebagian vena pulmonalis bermuara ke
dalam atrium kanan.
ASD merupakan adanya hubungan (lubang) abnormal pada
sekat yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek
sekat atrium. Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara
serambi jantung kanan dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan
pembekuan sekat. Defek ini dapat berupa defek sinus venosus di
dekat muara vena kava superior, foramen ovale terbuka pada
umumnya menutup spontan setelah kelahiran, defek septum
sekunder yaitu kegagalan pembentukan septum sekunder dan efek
septum primum adalah kegagalan penutupan septum primum yang
letaknya dekat sekat antara bilik atau pada bantalan endokard.
Macam-macam defek sekat ini harus ditutupi dengan
tindakan bedah sebelum terjadinya pembalikan aliran darah melalui
pintasan ini dari kanan ke kiri sebagai tindakan timbulnya
syndrome Eisemenger. Bila sudah terjadi pembalikan aliran darah,
maka pembedahan dikontraidikasikan. Tindakan bedah berupa
12
penutupan dengan menjahit langsung dengan jahitan jelujur atau
dengan menambah defek dengan sepotong dakron.
Pada kasus Atrial Septal Defect (ASD) yang tidak ada
komplikasi, darah yang mengandung oksigen dari Atrium Kiri
mengalir ke Atrium Kanan tetapi tidak sebaliknya. Aliran yang
melalui defek tersebut merupakan suatu proses akibat ukuran dan
complain dari atrium tersebut. Normalnya setelah bayi lahir
complain ventrikel kanan menjadi lebih besar daripada ventrikel
kiri yang menyebabkan ketebalan dinding ventrikel kanan
berkurang. Hal ini juga berakibat volume serta ukuran atrium
kanan dan ventrikel kanan meningkat. Jika complain ventrikel
kanan terus menurun akibat beban yang terus meningkat shunt dari
kiri kekanan bisa berkurang. Pada suatu saat sindroma
Eisenmenger bisa terjadi akibat penyakit vaskuler paru yang terus
bertambah berat. Arah shunt pun bisa berubah menjadi dari kanan
kekiri sehingga sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah
yang rendah oksigen akibatnya terjadi hipoksemi dan sianosis.
b) Ibu alkoholisme
13
d) Ibu menderita penyakit DM yang memerlukan insulin
14
yang kecil ini tidak terjadi kebocoran, dengan demikian ventrikel
kanan tidak mengalami beban volume dan tidak menjadi dilatasi.
Jumlah darah yang mengalir melalui arteri pulmonalis akan bertambah,
demikian pula vena-vena pulmonalis isinya akan bertambah dan
mengalirkan darah ke atrium kiri. Kelebihan darah ini menyebabkan
dilatasi dari atrium kiri. Ventrikel kiri, disamping volume darahnya
yang bertambah, juga harus bekerja keras sehingga terjadi hipertrofi.
Dengan kata lain arteri pulmonalis, atrium kiri, dan ventrikel kiri yang
mengalami kelainan pada saat ini, sehingga jantung kiri yang
membesar. Bila defek itu makin besar, maka volume darah yang
mengalir ke ventrikel kanan juga bertambah. Dengan bertambahnya
volume darah ini, maka ventrikel kanan manjadi dilatasi, dan arteri
pulmonalis juga bertambah lebar. Selama sirkulasi ini berjalan lancar,
tidak ada peningkatan tekanan di dalam arteri pulmonalis.
15
Arah kebocoran pada keadaan ini tergantung pada keadaan dari arteri
pulmonalis dan aorta. Bila tekanan di dalam arteri pulmonalis tinggi
karena adanya kelainan pada pembuluh darah paru maka darah dari
ventrikel kanan akan mengalir ke dalam ventrikel kiri. Bila di dalam
aorta terdapat tekanan yang tinggi, kebocoran berlangsung dari
ventrikel kiri ke ventrikel kanan (L to R Shunt).
Darah arterial dari atrium kiri masuk ke atrium kanan. Aliran tidak
deras karena perbedaan tekanan atrium kiri dan kanan tidak besar
(tekanan atrium kiri lebih besar dari tekanan atrium kanan. Beban pada
atrium kanan, atrium pulmonalis kapiler paru, dan atrium kiri
meningkat, sehingga tekanannya meningkat. Tahanan katup pulmonal
naik, timbul bising sistolik karena stenosis relatif katup pulmonal. Juga
terjadi stenosis relatif katup trikuspidal, sehingga terdengar bising
diastolik. Penambahan beban atrium pulmonal bertambah, sehingga
tahanan katup pulmonal meningkat dan terjadi kenaikan tekanan
ventrikel kanan yang permanen. Kejadian ini berjalan lambat.
16
PATOFISIOLOGI ASD
Pada ASD, darah memintas dari atrium kiri ke atrium kanan karena
tekanan atrium kiri secara normal sedikit lebih tinggi dari pada tekanan
atrium kanan. Perbedaan tekanan ini memaksa sejumlah besar darah
mengalir melalui lubang atau defek tersebut. Pintasan ini
mengakibatkan beban muatan yang berlebihan dalam jantung kanan
sehingga mempengaruhi atrium kanan, ventrikel kanan, dan arteri
pulmonalis.
17
D. MANIFESTASI KLINIS VSD DAN ASD
18
1) Sianosis umum, khususnya membran mukosa, bibir dan lidah,
kunjungtiva, area vaskularisasi tinggi.
8) Palpitasi.
2) Pada VSD sedang : jika tidak ada gejala-gejala gagal jantung dapat
ditunggu sampai umur 4-5 tahun karena kadang-kadang kelainan
ini dapat mengecil. Bila terjadi gagal jantung diobati dengan
digitalis. Bila pertumbuhan normal operasi dapat dilakukan pada
umur 4-6 tahun atau sampai berat badannya 12 kg.
19
Operasi dapat ditunda sambil menunggu penutup spontan atau bila
ada gangguan dapat dilakukan setelah berumur 6 bulan.
1) Pembedahan
20
menunjukkan prognosis buruk. ASD kecil (diameter < 5 mm)
karena tidak menyebabkan gangguan hemodinamik dan bahaya
endokarditis infeksi, tidak perlu dilakukan operasi. ASD besar
(diameter > 5 mm s/d beberapa centimeter), perlu tindaklan
pembedahan. ASD I disertai celah katup mitral dan trikuspidal
operasi paling baik dilakukan umur antara 3-4 tahun. Apabila
ditemukan tanda-tanda hipertensi pulmonal, operasi dapat
dilakukan pada masa pemantauan elektrolit berkala masih
merupakan terapi standar gagal jantung pada bayi dan anak.
21
netral. Lokasi yang tepat dikonfirmasikan dan payung dilepaskan.
Penderita dimonitor semalam, besoknya pulang dan dirumat
dengan profilaksi antibiotik selama 6-9 bulan. Seluruh penderita
dengan ASD harus menjalani tindakan penutupan pada defek
tersebut, karena ASD tidak dapat menutup secara spontan, dan bila
tidak ditutup akan menimbulkan berbagai penyulit di masa dewasa.
Namun kapan terapi dan tindakan perlu dilakukan sangat
tergantung pada besar kecilnya aliran darah (pirau) dan ada
tidaknya gagal jantung kongestif, peningkatan tekanan pembuluh
darah paru (hipertensi pulmonal) serta penyulit lain. Sampai 5
tahun yang lalu, semua ASD hanya dapat ditangani dengan operasi
bedah jantung terbuka.
3) Terapi intervensi non bedah
Aso adalah alat khusus yang dibuat untuk menutup ASD tipe
sekundum secara non bedah yang dipasang melalui kateter secara
perkutaneus lewat pembuluh darah di lipat paha (arteri femoralis).
Alat ini terdiri dari 2 buah cakram yang dihubungkan dengan
pinggang pendek dan terbuat dari anyaman kawat nitinol yang
dapat teregang menyesuaikan diri dengan ukuran ASD. Di
dalamnya ada patch dan benang polyester yang dapat merangsang
trombosis sehingga lubang/komunikasi antara atrium kiri dan
kanan akan tertutup sempurna.
F. UPAYA PENCEGAHAN
22
seorang konselor genetik untuk menilai risiko apa yang mungkin sebelum
hamil.
1) Persiapan kehamilan
Ibu hamil tidak merokok baik secara aktif maupun terkena asap
rokok dari suami atau anggota keluarga disekitarnya.
23
Segera lakukan pencegahan sebelum masa kehamilan seperti
imunisasi MMR untuk mencegah penyakit morbili (campak) dan
rubella selama hamil. Pola hidup sehat dan cukup olahraga yang sesuai
dengan kondisi ibu hamil agar meningkatkan daya tahan tubuh dan
istirahat yang cukup agar tidak mudah terserang penyakit infeksi sejak
hamil muda. Ibu hamil dengan faktor resiko antara lain kehamilan
dengan usia ibu di atas 40 tahun, ada riwayat penyakit dalam keluarga
seperti diabetes, kelainan genetik down sindrom , penyakit jantung
dalam keluarga perlu waspada dengan faktor resiko meskipun kecil
kemungkinannya.
1) Pengkajian Umum
a) Keluhan Utama
b) Riwayat Kesehatan
24
Riwayat kesehatan lalu
a. Prenatal History
b. Intra natal
Riwayat Neonatus
25
1) Pola Aktivitas dan latihan
2) Keletihan/kelelahan
3) Dispnea
6) Takipnea
1) Riwayat hipertensi
2) Endokarditis
1) Anoreksia
1) Kelemahan
2) Pening
26
h) Pola peran dan hubungan dengan sesama
2) Pengkajian Fisik
a) Anamnesa
1) Riwayat perkawinan
2) Riwayat kehamilan
3) Riwayat keperawatan
27
4) Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung: nafas cepat, sesak
nafas, retraksi, bunyi jantung tambahan ( mur-mur ), edema
tungkai dan hepatomegali
5) Kaji adanya tanda-tanda hipoxia kronis : clubbing finger
11) Obat-obat apa saja yang pernah dimakan ibu selama hamil
b) Inspeksi
28
4) Gambarkan respon pupil pada bayi yang usia kehamilannya
lebih dari 32 minggu.
c) Palpasi
4) Diagnosa keperawatan
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan pembesaran atrium.
2. Ketidakefektifan Pola nafas berhubungan dengan peningkatan kerja jantung, hipertensi
pulmonal
3. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplay O2 ke jar. perifer
4. Intoleransi aktifitas berhubungan gengan kelemahan otot dan kelelahan
5) Intervensi keperawatan
29
atrium kriteria hasil: curah jantung normal. Nadi : 80 - 100 3. Mengetahui
adekuat yang x/menit, dapat
indikator penilaian
dibuktikan oleh TD/nadi dilakukan collapsing
terhadap adanya gagal
dalam rentang normal dan pluss untuk mengetahui
jantung dan untuk
nadi teraba sama. kekuatan otot jantung,
menentukan intervensi
dan didapati warna
selanjutnya.
telapak tangan yang
normalnya kemerahan 4. Mencegah
dan hangat ( suhu 36,5 terjadinya hipoksia.
– 37,5 C ).
2. Tegakkan derajad
sianosis ( sirkumoral,
membran mukosa,
clubbing finger).
Mukosa bibir sering
berwarna biru atau
belang karena
peningkatan kongesti
vena.
3. Monitor tanda-tanda
CHF ( gelisah,
takikardi, tacipnea,
sesak, periorbotal
30
edema, oliguri dan
hepatomegali )
4. Berikan oksigen
tambahan dengan
kanula nasal/masker
dan obat sesuai insikasi
(kolaborasi)
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola dan 1. Memonitor keadaan
Pola nafas keperawatan selama 3 x 24 irama pernafasan. pola pernapasan dan
berhubungan jam pasien menunjukkan nafas : brdypnea, keadekuatan
dengan keefektifan pola nafas, tachypnea, pernapasan pasien.
peningkatan kerja dengan kriteria hasil : hiperventilasi, respirasi
jantung, hipertensi kussmaul, respirasi
1. frekuensi, irama,
pulmonal cheynestokes dll. 2. Untuk
kedalaman pernapasan
Dengan rentang normal
dalam batas normal. memaksimalkan
( RR : 18 – 24/menit )
potensial ventilasi.
2. Tidak menggunakan dan ritme pernafasan
otot-otot pernapasan. teratur. Irama :
takikardi, bradikardi,
3. Melihat apakah ada
disritmia atrial,
obstruksi di salah satu
disritmia ventrikel,blok
bronkus atau adanya
jantung
gangguan pada
2. Memposisikan pasien ventilasi.
semi fowler.
3. Catat pergerakan
dada, simetris atau
tidak, menggunakan
otot bantu pernafasan.
Dengan batasan normal
( bentuk dada : simetris,
31
tidak menggunakan
otot-otot pernapasan).
32
2. Nadi saat aktivitas dalam 3. Mencegah
batas normal (60- timbulnya sesak akibat
3.Anjurkan pasien
100x/menit) aktivitas fisik yang
untuk membatasi
terlalu berat.
3. RR saat aktivitas dalam aktivitas yang cukup
batas normal (12-24/menit) berat seperti berjalan 4. Mengetahui sumber
jauh, berlari dan asupan energi pasien.
4. Tekanan darah systole
mengangkat beban
saat aktivitas dalam batas
berat.
normal(60-80mmHg)
5. Tidak nampak
.
kelelahan,pucat,lesu dan 4. Monitor intake
tidak ada penurunan nafsu nutrisi yang adekuat
makan. sebagai sumber energi
1. Pengkajian
33
2) Lakukan pengukuran tanda-tanda vital.
Warna :
Deformitas dada :
Ekskursi pernapasan :
Jari tabuh :
Perilaku :
Abdomen :
34
Nadi perifer :
Auskultasi Jantung :
Paru-paru :
Tekanan darah :
2. Diagnosa Keperawatan
35
3. Rencana Asuhan Keperawatan
DIAGNOSA
NO TUJUAN PERENCANAAN
KEPERAWATAN
Klien akan menunjukkan
perbaikan curah jantung.
Dengan Kriteria Hasil :
1. Beri digoksin sesuai program,
Frekwensi jantung, dengan menggunakan
tekanan darah, dan kewaspadaan yang dibuat
Risiko tinggi
perfusi perifer berada untuk mencegah toxisitas.
penurunan curah
1 pada batas normal
jantung berhubungan 2. Beri obat penurun afterload
sesuai usia.
dengan defek struktur. sesuai program
Keluaran urine
adekuat (antara 0,5 – 3. Beri diuretik sesuai program
2 ml/kgbb,
bergantung pada
usia )
1. Berikan periode istirahat yang
sering dan periode tidur tanpa
gangguan.
36
1. Beri diet tinggi nutrisi yang
seimbang untuk mencapai
pertumbuhan yang adekuat.
Pasien mengikuti kurva
pertumbuhan berat badan dan 2. Pantau tinggi dan berat badan;
tinggi badan. gambarkan pada grafik
pertumbuhan untuk
Anak mempunyai
menentukan kecenderungan
kesempatan untuk
pertumbuhan.
Perubahan berpartisipasi dalam aktivitas
pertumbuhan dan yang sesuai dengan usia 3. Dapat memberikan suplemen
perkembangan besi untuk mengatasi anemia,
Kriteria Hasil :
berhubungan dengan bila dianjurkan.
3
ketidakadekuatan Anak mencapai
oksigen dan nutrien 4. Dorong aktivitas yang sesuai
pertumbuhan yang
pada jaringan; isolasi usia.
adekuat.
sosial. Anak melakukan 5. Tekankan bahwa anak
aktivitas sesuai usia mempunyai kebutuhan yang
sama terhadap sosialisasi
Anak tidak seperti anak yang lain.
mengalami isolasi
social 6. Izinkan anak untuk menata
ruangnya sendiri dan batasan
aktivitas karena anak akan
beristirahat bila lelah.
1. Hindari kontak dengan
Klien tidak menunjukkan individu yang terinfeksi
Risiko tinggi infeksi tanda-tanda infeksi
berhubungan dengan 2. Beri istirahat yang adekuat
4
status fisik yang Kriteria hasil :
lemah. 3. Beri nutrisi optimal untuk
Anak bebas dari infeksi. mendukung pertahanan tubuh
alami.
5 Risiko tinggi cedera Klien/keluarga mengenali 1. Ajari keluarga untuk
(komplikasi) tanda-tanda komplikasi mengenali tanda-tanda
berhubungan dengan secara dini. komplikasi,Gagal jantung
kondisi jantung dan kongestif :
terapi Kriteria hasil :
Takikardi, khususnya
Keluarga mengenali selama istirahat dan
tanda-tanda aktivitas ringan.
komplikasi dan
37
melakukan tindakan Takipnea
yang tepat.
Keringat banyak di
Klien/keluarga kulit kepala,
menunjukkan khususnya pada bayi.
pemahaman tentang
Keletihan
tes diagnostik dan
pembedahan. Penambahan berat
badan yang tiba-tiba
Distress pernapasan
Toksisitas digoksin
Mual
Anoreksia
Bradikardi.
Disritmia
Peningkatan upaya
pernapasan – retraksi,
mengorok, batuk,
sianosis.
Hipoksemia – sianosis,
gelisah.
Kolaps kardiovaskular
– pucat, sianosis,
hipotonia.
38
dada ditinggikan.
Tetap tenang.
Hubungi praktisi
39
mencegah kelelahan pada diri
mereka sendiri.
5. Implementasi
3) Bantu anak memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi, dan
kemampuan.
40
1) Beri diet tinggi nutrisi yang seimbang untuk mencapai
pertumbuhan yang adekuat.
41
2) Dorong keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan anak
selama hospitalisasi untuk memudahkan koping yang lebih baik di
rumah.
6. Evaluasi
a. Tanda-tanda vital anak berada dalam batas normal sesuai dengan usia.
42
Menurut Maryono (2008), penyakit jantung bawaan adalah
penyakit jantung yang diderita janin sejak usia 3 bulan didalam
kandungan. Gangguan pertumbuhan jantung ini terjadi ssebelum
memasuki usia empat bulan, karena pada saat janin berusia empat
bulan,jantung sudah terbentuk sempurna (Dhania, 2009). Di sini terjadi
abnormalitas pertumbuhan jantung akibat suatu faktor tertentu.
Abnormalitas yang dimaksud dapat pula berupa penyakit yang dibawa
oleh anak sejak ia dilahirkan akibat proses pembentukan jantung yang
kurang sempurna (Harimuti, 1996). Sebelum anomaly menampakkan
gambaran yang khas, mungkin diperlukan waktu beberapa minggu,
beberapa bulan, atau bahkan beberapa tahun (Wahab, 2009). Selama
kehidupan janin, bebrapa kondisi memungkinkan terjadinya
anomalicongenital atau bawaan paa jantung atau/dan pembuluh darah.
43
Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan
sianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi
defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi
ventrikel kanan. Komponen yang paling penting dalam menentukan
derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan
sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin
berat.
1. Faktor Endogen
2. Faktor Eksogen
44
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen
tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan.
Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adaah multifaktor. Apapun
sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir
bulan kedua kehamilan, oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan
pembentukan jantung janin sudah selesai.
3. Derajat III : sianosis waktu istirahat. kuku gelas arloji, waktu kerja
sianosis bertambah, ada dispneu.
45
PATHWAY (WOC) TETRALOGI OF FALLOT
46
D. MANIFESTASI KLINIS
9. Susah untuk diberi makan karena klien cepat lelah ketika diberi makan
47
gejala kebiruan. Anak akanmencoba mengurangi keluhan yang mereka
alami dengan berjongkok yang justrudapat meningkatkan resistensi
pembuluh darah sistemik karena arteri femoralisyang terlipat. Hal ini akan
meningkatkan right to left shunt dan membawa lebih banyak darah dari
ventrikel kanan ke dalam paru-paru. Semakin berat stenosis pulmonal yang
terjadi maka akan semakin berat gejala yang terjadi (Yayan A.I,2010).
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Posisi lutut ke dada (knee chest) agar aliran darah ke paru bertambah
2. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau Iv untuk menekan pusat
pernafasan dan mengatasi takipneu.
48
b. Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini
bekerja meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga
sedative.
3. Hindari dehidrasi.
Tindakan Bedah
Pengobatan Konservatif
49
oksigen. Dengan tindakan ini serangan anoksia sering hilang dengan
cepat. Pada waktu ini diberikan pula obat-obat pemblok beta
(propanolol) untuk mengurangi kontraktilitas miokard. Pencegahan
terhadap anoksia dilaksanakan pila dengan mencegah/mengobati
anemia defisiensi besi relative, karena hal ini sering menambah
frekuensi serangan. Asidosis metabolic harus diatasi secara adekuat.
F. UPAYA PENCEGAHAN
50
4. Menghindarkan ibu dari risiko terkena infeksi virus TORCH
(Toksoplasma, Rubela, Sitomegalovirus, dan Herpes). Skrining
sebelum merencanakan kehamilan. Skrining ini yang juga dikenal
dengan skrining TORCH adalah hal yang rutin dilakukan pada ibu-ibu
haml di Negara maju, namun di Indonesia skrining ini jarang
dilakukan oleh karena pertimbangan finansial. Lakukan imunisasi
MMR untuk mencegah penyakit Morbili (campak) dan rubella selama
hamil.
7. Menghindari paparan asap rokok baik aktif maupun pasif dari suami
atau anggota keluarga disekitarnya.
51
perlu pertimbangan etik dan dasar hukum apabila akan dilakukan
terminasi pada janin yang akan didapati memiliki kelainan pada gen.
Perawat bisa mengadakan suatu konseling dengan orang tua yang anaknya
mengalami tetralogy of fallot. Ajarkan bahwa sangatlah penting bagi anak
untuk mendapatkan perawatan yang meliputi :
3. Beberapa anak dan orang dewasa dengan tetralogy of fallot perlu untuk
dibatasi beberapa jenis kegiatan mereka. Hal ini dapat didiskusikan
dengan dokter tentang :
52
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
e. Digital clubbing.
f. Sakit kepala
g. Epistaksis.
2. Diagnosa Keperawatan
53
3. Intervensi
Kriteria Hasil : tanda vital dalam batas yang dapat diterima, bebas
gejala gagal jantung, melaporkan penurunan episode dispnea, ikut
serta dalam aktifitas yang mengurangi beban kerja jantung, urine
output adekuat: 0,5 – 2 ml/kgBB.
Intervensi Rasional
Kaji frekuensi nadi, RR, TD secara Memonitor adanya perubahan
teratur setiap 4 jam. sirkulasi jantung sedini mungkin.
54
b. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
oksigenasi tidak adekuat, kebutuhan nutrisi jaringan tubuh.
Intervensi Rasional
Sediakan kebutuhan nutrisi Menunjang kebutuhan nutrisi
adekuat pada masa pertumbuhan dan
perkembangan serta
Monitor BB/TB buat catatan
meningkatkan daya tahan tubuh
khusus sebagai monitor
Sebagai monitor terhadap
Kolaborasi intake Fe dalam
pertumbuhan dan keadaan gizi
nutrisi
pasien selama dirawat
Intervensi Rasional
Ikuti pola istirahat pasien, hindari Menghindari gangguan pada istirahat tidur
pemberian intervensi pada saat pasien sehingga kebutuhan energi dan
55
istirahat dibatasi yang lebjh pentung
BAB III
56
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
57
Anonym. 2017. Penyakit Atrial Septal Defect Kebocoran Bilik Jantung. Diakses
dari https://hellosehat.com/penyakit/atrial-septal-defect-kebocoran-bilik-
jantung/ pada tanggal 29 Oktober 2018.
Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika.
Cecily & Linda. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Herdman, T. Heather. 2012. Buku NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan.
Jakarta: EGC
Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Cetakan
Ketiga. Jakarta: Salemba Medika.
Israr, A.Y., (2010). Tetralogi fallot (TOF). Diunduh pada tanggal 1 Oktober 2018.
Diunduh dari http://www.Files-of-DrsMed.tk.
Nurafif, Huda Amin. 2013. Aplikasi Keperawatan Berdasarkan diagnosa Medis
dan NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Mediaction.
Prihatini, Rika Yenny. 2013. Penyakit Jantung Bawaan Pada Anak. Web RSUA
Sudarta, I Wayan. 2013. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Supit, Alice I., Kaunang. Erling D. (2012). Tetralogi fallot dan atresia pulmonal.
Diunduh pada tanggal 1 Oktober 2018. Diunduh dari
https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:_uQxZEY1waEJ:https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik
/article/download/1205/975+&cd=8&hl=en&ct=clnk&gl=id
Wahab, A. Samik. 2003. Penyakit Jantung Anak. Jakarta: EGC.
58