Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEBIJAKAN KESEHATAN NASIONAL

KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN HAJI

DOSEN PENGAJAR

H. Edi Sukamto, S.Kp., M.Kep

Disusun Oleh:

Achmad Rosyid Al-Adha (NIM. P07220217001)

Mega Selviana (NIM. P07220217019)

Zindya Dwi Indah Mekarsari (NIM. P07220217040)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2017/2018

1
MAKALAH KEBIJAKAN KESEHATAN NASIONAL

KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN HAJI

DOSEN PENGAJAR

H. Edi Sukamto, S.Kp., M.Kep

Disusun Oleh:

Kelompok 13

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian
kegiatan sejak awal hingga tersusunnya makalah dengan judul Kebijakan
Pelayanan Kesehatan Haji untuk memenuhi penugasan yang diberikan oleh dosen
pengajar dalam mata kuliah Kebijakan Kesehatan Nasional.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini dapat
diselesaikan karena adanya bantuan baik moral maupun material serta kerja sama
terutama dari teman-teman, dosen pembimbing, dan berbagai pihak. Untuk itulah,
penulis dengan segala kerendahan hati menyampaikan penghargaan dan terima
kasih kepada pembimbing dalam bimbingan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, penulis menerima secara terbuka saran dan kritik atas
segala kekurangan dalam makalah ini, dan penulis berharap makalah ini dapat
meningkatkan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan dan masyarakat luas.

Samarinda, 17 februari 2018

Penulis,

3
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................i

Daftar Isi..................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan..................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
D. Sistematika Penulisan...................................................................................2

BAB II Tinjauan Teori.............................................................................................3

A. Konsep Dasar Kebijakan Pelayanan Kesehatan Haji....................................


B. Tujuan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Haji................................................
C. Ruang Lingkup Kegiatan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Haji...................
D. Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan...............................................................

BAB III Penutup......................................................................................................8

A. Kesimpulan..................................................................................................8
B. Saran.............................................................................................................8

Daftar Pustaka..........................................................................................................9

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibadah Haji adalah rukun Islam kelima setelah syahadat, salat,
zakat dan puasa yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang Islam yang
memenuhi syarat istitaah, baik secara finansial, fisik, maupun mental dan
merupakan ibadah yang hanya wajib di lakukan sekali seumur hidup.
Ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum muslim
sedunia dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di
beberapa tempat di Arab Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai
musim haji (bulan Dzulhijjah). Hal ini berbeda dengan ibadah umroh yang
bisa dilaksanakan sewaktu-waktu.
Dalam Penyelenggaraannya, ibadah haji tidak saja hanya
merupakan kewajiban agama yang merupakan tanggung jawab individu
ataupun masyarakat muslim, melainkan merupakan tugas nasional dan
menyangkut martabat serta nama baik bangsa oleh karena itu kegiatan
penyelenggaraan ibadah haji menjadi tanggung jawab Pemerintah. Namun
partisipasi masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem dan menejemen penyelenggaraan ibadah haji.
Untuk menunjang pelaksanaan pemberangkatan dari tanah air dan
pelaksanaan ibadah haji di Arab Saudi, pemerintah bahkan telah membuat
berbagai macam kebijakan dan aturan petunjuk operasional pelaksanaan
pengurusan jamaah di daerah-daerah. Undang-Undang No.13/2008 bahkan
mengatur secara tegas manajemen pelayanan dan administrasi pelaksanaan
ibadah haji di tanah air.
Namun demikian profesionalisme pelaksanaan manajemen haji
masih banyak menuai kritik pedas dari publik. Serangkaian masalah selalu
muncul setiap tahunnya. Sementara pengelolaan manajemen haji ini
dilakukan berulang-ulang dan terus-menerus. Banyak pihak
mempertanyakan prosedur operasional, petunjuk teknis, standar

1
manajemen professional, hingga penjaminan mutu administrasi
penyelenggaraan haji kepada pemerintah. Beberapa permasalahan yang
muncul berulangkali mulai dari penetapan kuota haji yang sangat
tergantung kepada pemerintah Arab dan kurang kuatnya lobi negara,
akuntabilitas dan transparansi penetapan dan penggunaan dana jamaah
haji, panjangnya antrian pemberangkatan jamaah haji, hingga terjadinya
pembatalan keberangkatan jamaah haji yang telah menyelesaikan
kewajiban pembayaran biaya haji. Tidak hanya itu masalah pelayanana
berupa akomodasi, transportasi, dan katering pun menjadi pekerjaan
rumah yang harus dibenehai oleh pemerintah.
Meningkatnya jamaah haji Indonesia yang meninggal di
tahun 2012 dari tahun 2011, menunjukan bahwa lemahnya dan lengahnya
perhatian terhadap jamaah haji, terutama dalam pelayanan kesehatan.
Kasus bus yang terbakar akibat kelayakan bus kurang memadai menjadi
masalah bersama anatara pemerintah haji Indonesia dan Arab saudi
sebagai tuan rumah pelaksana ritual keaagamaan yang memang sudah
menjadi masalah ekonomi-sosial dan politik. Penyelenggaraan ibadah haji
tidak akan sukses tanpa adanya peran dari pemerintah dan Negara yang
bersangkutan..

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep dasar kebijakan pelayanan kesehatan haji?
2. Apa saja tujuan dari kebijakan pelayanan kesehatan haji?
3. Apa saja ruang lingkup kegiatan dalam kebijakan pelayanan kesehatan
haji?
4. Bagaimana pelayanan pemeriksaan kesehatan?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui, menguasai, dan mampu memaparkan mengenai
kebijakan pelayanan kesehatan haji.

6
2. Tujuan Khusus
a. Apa saja konsep dasar kebijakan pelayanan kesehatan haji?
b. Apa saja tujuan dari kebijakan pelayanan kesehatan haji?
c. Apa saja ruang lingkup kegiatan dalam kebijakan pelayanan
kesehatan haji?
d. Bagaimana pelayanan pemeriksaan kesehatan?

D. Sistematika Penulisan
Makalah dengan bahasan utama mengenai kebijakan pelayanan
kesehatan haji terdiri dari tiga sub-bab secara garis besar yang terdiri atas
bab pertama yang membahas mengenai pendahuluan, bab kedua
membahas mengenai tinjauan teori, dan bab terakhir sebagai penutup.
Pada pembahasan makalah di bab I terdiri atas latar belakang yang
membahas mengenai kebijakan pelayanan kesehatan haji secara garis besar
dan memaparkan permasalahan yang secara perlahan bahasan dipersempit
dan dipaparkan pada Rumusan Masalah dengan memberikan pertanyaan
seputar rumusan permasalahan sesuai dengan RPS. Dilanjutkan dengan
tujuan pembahasan yang memaparkan pembahasan yang lebih spesifik.
Pada bab II memaparkan pembahasan mengenai Tinjauan Teori
yang berisi bahasan secara mendetail mengenai kebijakan pelayanan
kesehatan haji dengan sub pembahasan di awal mengenai konsep dasar
kebijakan kesehatan pelayanan haji, hingga pelayanan pemeriksaan
kesehatan.
Pada bab III memaparkan mengenai penutup makalah yang
membahas mengenai kesimpulan dari keseluruhan bahasan mengenai
kebijakan pelayanan kesehatan haji, dan dilanjutkan dengan saran sebagai
pembangun dalam pembuatan makalah di kemudian hari.

7
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Kebijakan Pelayanan Kesehatan Haji


Jamaah haji adalah Warga Negara Indonesia beraga islam yang
telah mendaftarkan diri untuk menunaikan ibadah haji sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan dan telah melunasi Biaya Penyelenggaraan
Ibadah Haji (BPIH). Penyelenggaraan kesehatan haji, merupakan
rangkaian kegiatan pelayanan kesehatan haji meliputi pemeriksaan
kesehatan, bimbingan dan penyuluhan kesehatan haji, pelayanan
kesehatan, imunisasi, surveilans, sistem kewaspadaan dini dan respon
KLB, penanngulangan KLB musibah massal, kesling dan manajemen
penyelenggaran kesehatan Haji.
Ada beberapa tipe jamaah haji yang perlu diperhatikan :
1. Jamaah haji risiko tinggi adalah jamaah haji dengan kondisi
kesehatan yang secara epidemiologi berisiko mengalami
peningkatan kesakitan dan kematian selama perjalanan ibadah haji,
yaitu :
a. Jamaah haji lanjut usia.
b. Jamaah haji penderita sakit menular yang tidak boleh terbawa
keluar dari Indonesia berdasarkan peraturan kesehatan yang
berlaku.
c. Jamaah haji wanita hamil.
d. Jamaah haji dengan risiko kesehatan penyakit kronis dan
penyakit tertentu lainnya.
2. Jamaah haji mandiri adalah jamaah haji yang memiliki kemampuan
mengikuti perjalanan ibadah haji tanpa tergantung kepada bantuan
alat/obat dan orang lain.
3. Jamaah haji observasi adalah jamaah haji yang memiliki
kemampuan mengikuti perjalanan ibadah dengan bantuan alat dan
obat.

8
4. Jamaah haji pengawasan adalah jamaah haji yang memiliki
kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan
alat/obat dan orang lain.
5. Jamaah haji tunda adalah jamaah haji yang kondisi kesehatannya
tidak memenuhi syarat untuk mengikuti perjalanan ibadah haji.

Kesehatan adalah modal dalam perjalanan ibadah haji. Tanpa


kondisi kesehatan yang memadai, niscaya pencapaian ritual peribadatan
menjadi tidak maksimal. Oleh karena itu perlu menyiapkan diri agar
memiliki status kesehatan optimal dan mempertahankannya. Salah satu
upaya yang dilakukan adalah dengan pemeriksaan kesehatan jemaah haji
sebelum keberangkatannya ke Arab Saudi. Agar mencapai tujuan, maka
pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada jamaah haji sebelum
keberangkatan harus dapat memprediksi risiko kesakitan dan kematian
saat melakukan perjalanan ibadah haji. Risiko kesakitan dan kematian ini
selanjutnya dikelola dengan tujuan menurunkan angka kesakitan dan
kematian jamaah haji selama perjalanan ibadah haji.
Data penyelenggaraan kesehatan haji menunjukkan bahwa
karakteristik jamaah haji Indonesia tidak banyak mengalami perubahan
dalam beberapa tahun terakhir, terdapat kecenderungan semakin tinggi
pendidikan dan semakin tua usia menunaikan ibadah haji. Proporsi jamaah
haji risiko tinggi berkisar 10-30%, sebagian besar karena usia lanjut.
Hipertensi merupakan risiko tinggi terbanyak 25-37%, sementara penyakit
saluran pernapasan dan saluran pencernaan semakin meningkat. Risiko
wafat pada usia lanjut sangat tinggi. Jamaah pada kelompok usia 60 tahun
ke atas berkisar antara 20-25% dari keseluruhan jamaah, tetapi 70%
jamaah wafat terjadi pada kelompok usia ini.
Mengingat dan memperhatikan hal-hal tersebut, penetapan baku
mutu pemeriksaan kesehatan jamaah haji berbasis risiko penyakit dan
kematian sebelum keberangkatan ke Arab Saudi menjadi strategis dan
penting. Pemeriksaan kesehatan jamaah haji sebelum keberangkatan

9
diproritaskan pada pada jamaah haji yang secara epidemiologi memiliki
karakteristik berisiko tinggi mendapatkan kematian sepanjang perjalanan
ibadah haji dengan tidak melupakan tujuan penyelenggaraan kesehatan
haji. Pemeriksaan kesehatan jamaah haji sebelum keberangkatan adalah
pemeriksaan kesehatan pada jamaah haji yang telah mendapat nomor porsi
dan telah melunasi Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) pada tahun
berjalan, dilaksanakan di daerah sebelum dimulai operasional embarkasi
haji tahun berjalan. Pemeriksaan bersifat kontinum dan komprehensif
dengan melaksanakan proses pemeriksaan kesehatan, pengobatan, dan
pemeliharaan kesehatan jamaah haji sesuai standar agar jamaah haji dapat
melaksanakan ibadah haji dengan sebaik-baiknya.
Pemeriksaan tahap pertama, merupakan pemeriksaan bagi seluruh
jamaah haji di Puskesmas untuk mendapatkan data kesehatan bagi upaya-
upaya perawatan dan pemeliharaan, serta pembinaan dan perlindungan.
Pemeriksaan tahap kedua, merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk
memperoleh data status kesehatan terkini bagi pemantauan dan evaluasi
upaya perawatan, pemeliharaan, pembinaan dan perlindungan, serta
rekomendasi penetapan status kenaikan pemberangkatan haji. Bagi jamaah
haji Non-RISTI, data kesehatan dapat diperoleh dari pemeriksaan dalam
rangka perawatan dan pemeliharaan kesehatan yang dilakukan oleh
Dokter. Bagi jamaah RISTI data kesehatan diperoleh dari pemeriksaan
rujukan ke Rumah Sakit.
Bagi jamaah dengan diagnosis penyakit menular, pada akhir masa
pemeriksaan kesehatan kedua diharuskan telah dinyatakan sembuh atau
tidak menular, dengan menunjukkan Surat Keterangan dari Dokter
pemeriksa kesehatan kedua. Sedangkan, bagi jamaah haji dengan
diagnosis tidak menular diharapkan telah mendapatkan pengobatan dan
pemeliharaan kesehatan yang adekuat pada akhir masa pemeriksaan
kesehatan kedua, dan dinyatakan layak untuk melaksanakan perjalanan
ibadah haji.

10
Selain itu ada beberapa penyakit dimana Peraturan Kesehatan
Internasional menyebutkan jenis-jenis penyakit menular tertentu sebagai
alasan pelanggaran kepada seseorang untuk masuk antar Negara, antara
lain :
1. Penyakit karantina : Pes, kolera, demam kuning, cacar, tifus bercak
wabahi, demam balik-balik.
2. Penyakit menular : seperti Tuberkulosis paru dengan BTA positif ,
kusta tipe multi basiler, SARS, Avian influenza, influenza baru
H1N1
Sementara terkait dengan jamaah haji wanita hamil, ketentuan yang
ada mensyaratkan bahwa calon haji yang hamil yang diijinkan untuk
menunaikan ibadah haji harus memenuhi persyaratan :
1. Telah mendapat suntikan vaksinasi meningitis paling lama 2 tahun
sebelum keberangkatan haji dengan bukti international certivicate
of vaccination (ICV) yang sah.
2. Pada saat berangkat dari embarkasu usia kehamilan mencapai
sekurang-kurangnya 14 minggu dan sebanyak-banyaknya 26
minggu.
3. Tidak tergolong dalam kehamilan risiko tinggi, baik untuk ibu serta
janinya, yang dinyatakan dengan keterangan dari dokter spesialis
kebidanan dan penyakit kandungan yang memiliki surat ijin
praktik.
4. Menyerahkan surat pernyataan tertulis di atas kertas bermeterai
yang di tanda tangani oleh yang bersangkutan dan diketahui oleh
suaminya atau pihak keluarganya yang lain sebagaimana contoh
formulir terlampir.

11
B. Tujuan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Haji

Secara umum, tujuan pemeriksaan kesehatan jamaah haji sebelum


keberangkatan ke Arab Saudi adalah terselenggaranya pemeriksaan,
pengobatan, dan pemeliharaan kesehatan jamaah haji sebelum
keberangkatan melalui pendekatan etika, moral, keilmuan, dan
professionalism dengan menghasilkan kualifikasi data yang tepat dan
lengkap sebagai dasar pembinaan kesehatan jamaah haji di Indonesia dan
pengelolaan kesehatan jamaah haji di Arab Saudi. Sedangkan, tujuan
khususnya adalah :

1. Meningkatkan kondisi kesehatan jemaah haji sebelum berangkat


2. Menjaga agar jamah haji dalam kondisi sehat selama menunaikan
ibadah sampai ke tanah air
3. Mencegah tejadinya transmisi penyakit menular yang mungkin
terbawa keluar / masuk oleh jemaah haji
4. Tercapainya pengobatan, pemeliharaan kesehatan serta bimbingan
dan penyuluhan kesehatan kepada jamaah haji.
5. Terwujudnya pencatatan data status kesehatan dari faktor risiko
jamaah haji secara benar dan lengkap dalam Buku Kesehatan
Jamaah Haji (BKJH) Indonesia.
6. Terwujudnya fungsi BKJH sebagai media informasi kondisi
kesehatan jamaah haji untuk kepentingan pelayanan kesehatan di
Indonesia dan Arab Saudi.
7. Terwujudnya persyaratan kesehatan (istitho’ah) jamaah haji yang
diberangkatkan.
8. Tercapainya peningkatan kewaspadaan terhadap transmisi penyakit
menular berpotensi Kejadian Luar Biasa (KLB) pada masyarakat
internasional/Indonesia.

12
C. Ruang Lingkup Kegiatan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Haji
Memiliki kesamaan dengan manajemen perusahaan, dibidang
kesehatan juga ada bagian-bagian yang mengurus personalia (manajemen
personalia), keuangan, logistik-obat, dan peralatan (majamen logistik),
pelayanan kesehatan (amanajemen pelayanan kesehatan dan sistem
informasi manajemen) dan sebagainya. Pembiaan dan pelayanan kesehatan
bagi jemaah haji dilaksanakan secara menyeluruh yang meliputi upaya
promotif, preventif, dan kuratif.
Pedoman yang mengatur, disusun, dan ditetapkan dengan
keputusan menteri kesehatan nomor 1394/Menkes/SK/2002 tentang
penyelenggaraan kesehatan haji, yang dengan terbitnya undang-undang
No. 13 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan Ibadah haji, perlu dilakukan
penyempurnaan dan penyesuaian. Pemeriksaan kesehatan jemaah haji
adalah penilaian status kesehatan bagi jemaah haji yang telah memiliki
nomor porsi sebagai upaya penyiapan kesanggupan ber-haji melalui
mekanisme baku pada sarana pelayanan kesehatan terstandar yang
diselenggarakan secara kontinum (berkesinambungan) dan komprehensif
(menyeluruh).
Yang dimaksud kontinum dan komprehensif yaitu prosesdan hasil
pemeriksaan selaras dan bermanfaat bagi pelayanan kesehatan dalam
rangka perawatan dan pemeliharaan, serta upaya-upaya pembinaan dan
perlindungan jemaah haji. Ruang Lingkup pemeriksaan kesehatan jemaah
haji adalah penilaian status kesehatan bagi jemaah haji yang telah
memiliki nomor porsi sebagai upaya penyiapan kesanggupan ber-haji
melalui mekanisme baku pada sarana pelayanan kesehatan terstandar yang
diselenggarakan secara kontinum (berkesinambungan) dan komprehensif
(menyeluruh) Sedangkan sasaran pemeriksaan kesehatan jemaah haji
meliputi:
1. Petugas pemeriksa kesehatan jemaah haji, yaitu para petugas
tenaga kesehatan yang memiliki tanggung jawab dan mandat dalam

13
melakukan tindakan pemeriksaan kesehatan setiap jemaah haji
untuk mengetahui derajat kesehatan jamaah.
2. Pengelola program kesehatan haji. Para penyusun, pengelola, dan
pengatur jadwal tindakan pemeriksaan yang telah diberikan
amanah dan tanggung jawab di bidang penjadwalan klien/jamaah.
3. Instansi pemerintah di semua jenjang administrasi yang
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kesehatan haji.
4. Organisasi profesi terkait penyelenggaraan haji.
5. Lembaga Swadaya Masyarakat terkait penyelenggaraan haji.

Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama adalah upaya penilaian


status kesehatan pada seluruh jemaah haji, menggunakan metode
pemeriksaan medis yang dibakukan untuk mendapatkan data kesehatan
bagi upaya-upaya perawatan dan pemeliharaan, serta pembinaan dan
perlindungan. Pelaksanaan pemeriksaan dilakukan oleh oleh Tim
Pemeriksa Kesehatan di Puskesmas yang ditunjuk oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Fungsi Pemeriksaan Kesehatan Tahap
Pertama antara lain:
1. Identifikasi, karakterisasi dan prediksi, serta penentuan metode
eliminasi faktor risiko kesehatan jemaah haji.
2. Dasar upaya perawatan dan pemeliharaan kesehatan, serta upaya-
upaya pembinaan dan perlindungan kesehatan jemaah haji.
Pemeriksaan kesehatan dilakukan sesuai protokol standar profesi
kedokteran meliputi pemeriksaan medis dasar sebagai berikut :
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
4. Penilaian kemandirian
5. Tes kebugaran

14
Sementara Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua adalah upaya
penilaian status kesehatan terhadap jemaah haji tahun berjalan untuk
memperoleh data status kesehatan terkini bagi evaluasi upaya perawatan,
pemeliharaan, pembinaan dan perlindungan, serta rekomendasi penetapan
status kelaikan pemberangkatan haji.

D. Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan


Pelayanan Medis dalam Penyelenggaraan Haji memiliki tujuan
dalam setiap tindakan pemeriksaan kesehatan dengan jamaah haji sebagai
objek yang dijadikan penentu keberhasilan pemeriksaan pelayanan
kesehatan. Pelayanan medis dalam penyelenggaraan kesehatan memiliki
tujuan pemeriksaan, diantaranya sebagai berikut:
1. Teridentifikasinya kondisi kesehatan dan faktor risiko calon jemaah
haji. Dengan dilakukannya pemeriksaan yang dilaksanakan secara
rutin, terjadwal, dan teratur akan memberikan gambaran kesehatan
bagi setiap individu jemaah, sehingga dapat dipantau taraf
kesehatan yang dimiliki dari setiap individu untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal.
2. Tercatatnya data kondisi kesehatan dan faktor risiko calon jemaah
haji secara benar dan lengkap dalam Buku Kesehatan Jemaah Haji
(BKJH) Indonesia.
3. Berfungsinya BKJH sebagai catatan medis calon jemaah haji untuk
memudahkan tindak lanjut dalam pengobatan dan perawatan di
perjalanan,embarkasi haji, selama di Arab Saudi dan 14
harisekembalinya dari Arab Saudi.
4. Terpenuhinya persyaratan kesehatan calon jemaah haji (istihito’ah)
yang diberangkatkan.

Pelayanan pemeriksaan kesehatan para jamaah di tanah air sendiri


dilaksanakan di puskesmas, rumah sakit kabupaten/kota,
embarkasi/debarkasi haji.

15
1. Puskesmas
Memberikan pelayanan pengobatan rawat jalan, rawat inap
bila tersedia dan rujukan ke rumah sakit kabupaten/ kota bila
diperlukan.
2. Rumah Sakit Kabupaten/Kota
a. Memberikan pelayanan pengobatan rawat jalan, rawat inap,
pemeriksaan penunjang medis (laboratorium, EKG, foto
thoraks dan lain-lain), konsultasi dan rujukan spesialisasi.
b. Memberikan jawaban konsultasi kepada dokter puskesmas
yang merujuk calon jemaah haji.
c. Dokter spesialis menentukan obat-obatan yang harus
dibawa oleh calon jemaah haji risti.
3. Embarkasi/ Debarkasi Haji
a. Memberikan pelayanan pengobatan, rawat jalan, rawat
sementara, pemeriksaan penunjang medis dan rujukan ke
rumah sakit yang telah ditetapkan selama calon jemaah haji
berada di asrama haji pada saat keberangkatan.
b. Melegalisir obat-obatan yangdibawa oleh calon jemaah haji.
c. Menerbitkan surat keterangan layak terbang bagi calon
jemaah haji risiko tinggi yang sakit dan hamil.
d. Memantau kesehatan dan memberikan pelayanan
pengobatan, rawat jalan, rawat sementara,rujukan bagi
jemaah haji pada saat sekembalinya dari Arab Saudi.

Pelayanan pemeriksaan kesehatan para jamaah di pesawat sendiri


dilaksanakan oleh dokter dan tenaga keperawatan Kloter.
1. Memeriksa kelengkapan obat yang disediakan di pesawat.
2. Melakukan visite secara berkala kepada calon jemaah haji risti.
3. Memberikan pengobatan kepada jemaah haji sakit.
4. Memberikan penyuluhan kesehatan untuk mengurangi dampak
peningkatan tekanan udara dan mabuk dalam perjalanan.

16
5. Membuat Certificate of Death (COD) bagi calon/ jemaah haji yang
wafat.

Pelayanan pemeriksaan kesehatan para jamaah selain di tanah air


ketika sebelum keberangkatan, dan saat keberangkatan khususnya di
pesawat, adapula pelayanan pemeriksaan kesehatan para jamaah haji saat
berada di tanah suci. Pelayanan medis di Arab Saudi dilaksanakan oleh
dokter dan tenaga keperawatan di kloter serta PPIH di Arab Saudi bidang
kesehatan sesuai daerah kerja.
Program yang dimiliki oleh Dinkes Provinsi dalam
penyelenggaraan ibadah haji dan umrah ialah melakukan pembinaan
penyelenggaraan kesehatan haji dan melakukan rekrutmen TKHI. Dinkes
Kabupaten/Kota memiliki program yang terdiri dari:
1. Menyiapan tim pemeriksa kesehatan haji baik di puskesmas
maupun di rumah sakit melalui pelatihan
2. Menyiapkan sarana prasarana di fasilitas kesehatan
3. Intensifikasi surveillans epidemiologi, SKD dan respon KLB
4. Sosialiasi pemeriksaan dan pembinaan kesehatan calon jemahaan
haji sehingga petugas dan masyarakat mengetahui manfaat dari
pemeriksaan dan pembinaan kesehatan haji.

Bentuk pembinaan dan pelayanan kesehatan ibadah haji dilakukan


secara komprehensif mulai dari pemeriksaan awal, saat di pesawat, saat
melaksanakan ibadah haji di Arab Saudi, hingga kembali lagi ke tanah air.
Pelayanan kesehatan di Indonesia dilakukan secara terpadu di puskesmas,
rumah sakit kabupaten/kota, embarkasi/debarkasi haji.
Pelayanan kesehatan di Arab Saudi terdiri dari: pelayanan medis
petugas TKHI kloter; pelayanan obat di sektor; pelayanan medis di Balai
Pengobatan Haji Indonesia oleh PPIH bidang kesehatan.
Peran Dinkes dalam pemberian pelayanan kesehatan untuk jamaah
haji terdiri dari:

17
1. Melakukan perencanaan semua kebutuhan dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan haji (obat, vaksid, alat kesehatan, dll)
2. Pengorganisasian dengan menyiapkan tim pemeriksa kesehatan
3. Pelatihan tenaga kesehatan
4. Pembinaan teknis
5. System informasi/pencatatan dan pelaporan
6. Monitoring dan evaluasi

Evaluasi yang dapat dilakukan setelah tindakan pelayanan


kesehatan haji yang dilaksanakan oleh Dinkes Provinsi, sebagai contoh
dinas kesehatan provinsi NTB pada tahun 2014 M/ 1435 H menemukan
beberapa permasalahan kesehatan haji yaitu:
1. Program kesehatan haji belum mendapatkan dukungan anggaran
baik dari APBN maupun APBD Provinsi.
2. Pembinaan dan pemeriksaan jamaah calon haji belum maksimal
dikarenakan data calon jamaah haji masih estimasi dan adanya
perubahan kuota sampai beberapa hari sebelum keberangkatan.
3. Jumlah jamaah calon haji risiko tinggi (59%) kebih besar
dibandingkan dengan non risiko tinggi (41%).
4. Penyakit tidak menular pada jamaah calon haji masih dominan.
5. Masih ditemukan kasus jamaah haji hamil.
6. Masih banyaknya kesalahan pada pengisian Buku Kesehatan Haji.

Usulan upaya peningkatan kesehatan haji berdasarkan hasil


evaluasi penyelenggaraan pada tahun 2014 M/1435 H:
1. Dialokasikannya anggaran bagi program kesehatan haji baik dari
APBN maupun APBD Provinsi
2. Sosialisasi dan pembinaan program kesehatan haji perlu
ditingkatkan
3. Pembinaan dan pemeriksaan kesehatan jamaah calon haji
diharapkan dilakukan lebih awal sehingga kondisi kesehatan

18
jamaah calon haji dapat diketahui secara dini agar pemeriksaan,
perawatan, dan pemeliharaan kesehatan jamaah calon haji lebih
terarah untuk mengendalikan penyakit yang diderita.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Jamaah haji adalah Warga Negara Indonesia beraga islam yang telah
mendaftarkan diri untuk menunaikan ibadah haji sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan dan telah melunasi Biaya Penyelenggaraan
Ibadah Haji (BPIH).
Secara umum, tujuan pemeriksaan kesehatan jamaah haji sebelum
keberangkatan ke Arab Saudi adalah terselenggaranya pemeriksaan,
pengobatan, dan pemeliharaan kesehatan jamaah haji sebelum
keberangkatan melalui pendekatan etika, moral, keilmuan, dan
professionalism dengan menghasilkan kualifikasi data yang tepat dan
lengkap sebagai dasar pembinaan kesehatan jamaah haji di Indonesia dan
pengelolaan kesehatan jamaah haji di Arab Saudi.
Ruang lingkup kebijakan pelayanan kesehatan jamaah haji memiliki
kesamaan dengan manajemen perusahaan, dibidang kesehatan juga ada
bagian-bagian yang mengurus personalia (manajemen personalia),
keuangan, logistik-obat, dan peralatan (majamen logistik), pelayanan
kesehatan (amanajemen pelayanan kesehatan dan sistem informasi
manajemen) dan sebagainya.
Pelayanan Medis dalam Penyelenggaraan Haji memiliki tujuan
dalam setiap tindakan pemeriksaan kesehatan dengan jamaah haji sebagai
objek yang dijadikan penentu keberhasilan pemeriksaan pelayanan
kesehatan.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/54187995/KMK-No-442-Ttg-Pedoman-
Penyelenggaraan-Kesehatan-Haji-Indonesia diakses pada 23 februari pukul
16:10 WITA
https://bmybrainfiles.files.wordpress.com/2014/04/kesehatan-haji.pdf diakses
pada 23 februari 2018 pukul 15:59 WITA
http://digilib.uinsby.ac.id/11847/57/Bab%203.pdf diakses pada tanggal 23
februari 2018 pukul 16:30 WITA

21

Anda mungkin juga menyukai