FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
SKRIPSI
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
i
PENGARUH INTERVENSI SLEEP HYGIENE TERHADAP KUALITAS
TIDUR DAN SLEEP HYGIENE INDEX REMAJA : SEBUAH
LITERATUR REVIEW
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan ( S.Kep )
pada Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas
oleh
ASTI WIDYA UTAMI
BP.1611312011
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
iii
iv
v
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat-
Nya yang selalu dicurahkan kepada seluruh makhluk-Nya. Dengan berkat
rahmat dan karunia-Nya, penulis telah dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul Pengaruh Intervensi Sleep Hygiene Terhadap Kualitas Tidur dan Sleep
Hygiene Index Remaja : Sebuah Literatur Review.
vi
4. Seluruh Dosen dan Civitas Akademika Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan
kepada peneliti selama perkuliahan.
5. Orang tua dan keluarga tercinta yang selama ini selalu memberikan
dukungan maksimal dan do’a tulus kepada peneliti dalam seluruh
tahapan proses penyusunan skripsi ini.
6. Sahabat-sahabat terbaik dan rekan-rekan seperjuangan A 2016 Fakultas
Keperawatan Universitas Andalas yang tak pernah berhenti untuk saling
memberikan semangat, motivasi, serta masukan dalam penyelesaian
skripsi ini.
Penulis
vii
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
JULI 2020
ABSTRAK
Kualitas tidur yang buruk pada remaja, tidak hanya berbahaya untuk
kesehatan fisik dan mental saja tapi juga dapat mempengaruhi prestasi belajar di
sekolah. Salah satu faktor yang menyebabkan kualitas tidur buruk pada remaja adalah
perilaku sleep hygiene yang juga buruk. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah
literatur, artikel dan dokumen hasil penelitian yang mengidentifikasi pengaruh
intervensi sleep hygiene untuk meningkatkan kualitas tidur dan perilaku sleep
hygiene pada remaja. Penelusuran artikel penelitian dilakukan dibeberapa database
menggunakan kata kunci yang telah ditetapkan dalam periode tahun 2010- 2020.
Hasil penelusuran didapatkan ada 21 jurnal yang memenuhi kriteria inklusi dan
ekslusi, namun hanya 10 jurnal yang memberikan intervensi dan bisa dianalisis lebih
jauh. Analisis kritis terhadap 10 jurnal dilakukan berdasarkan desain penelitian,
populasi dan sampel, perlakuan, parameter, temuan dan kesimpulan. Meta-analisis
tidak mungkin dilakukan karena studi yang terbatas oleh karena itu, hasil disajikan
dalam bentuk narasi. Studi literature yang dilakukan menunjukan bahwa ada banyak
program intervensi sleep hygiene yang bisa diberikan, namun yang paling umum
diberikan adalah dengan cara memberikan informasi tentang tidur. Pemberian
Intervensi sleep hygiene bisa menjadi salah satu alternative untuk mengatasi masalah
kualitas tidur dan perilaku hygiene yang buruk pada remaja
Kata kunci : Kualitas tidur, sleep hygiene index/ Perilaku sleep hygiene, Intervensi
sleep hygiene, dan remaja.
viii
FACULTY OF
NURSING ANDALAS
UNIVERSITY JULY
2020
ABSTRACT
Poor sleep quality in adolescents is not only dangerous for physical and
mental health but can also affect learning achievement in school. One of the factors
that cause poor sleep quality in adolescents is poor sleep hygiene behavior. This
research aims to examine the literature, articles and research documents that
identifying the influence of sleep hygiene interventions to improve sleep quality and
sleep hygiene behaviour in adolescents. Search of research articles conducted in
several databases using keywords that have been defined in the period 2010-2020.
The search results found 21 journals that met the inclusion and exclusion criteria,
but only 10 journals that provided interventions and could be analyzed further.
Critical analysis of 10 journals was carried out based on the research design,
population and sample, treatment, parameters, findings and conclusions. Meta-
analysis was not possible due to therefore, results were presented in narrative form.
The literature study conducted there are many sleep hygiene intervention programs
that can be given, but the most common is by providing information about sleep.
Sleep hygiene intervention can be an alternative to solve the problem of sleep quality
and poor hygiene behavior in adolescent
Keywords: sleep quality, sleep hygiene index / sleep hygiene behavior, sleep hygiene
interventions, and adolescents.
ix
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN SKRIPSI...........................................................................................iii
UCAPA TERIMAKASIH.............................................................................................v
ABSTRAK..................................................................................................................vii
ABSTRACT.................................................................................................................viii
DAFTAR ISI.................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL......................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................8
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................9
D. Manfaat Penelitian................................................................................................10
A. Remaja...................................................................................................................11
1. Defenisi Remaja........................................................................................11
2. Tahap Tumbuh Kembang Remaja.............................................................12
A. Jenis Review........................................................................................................43
x
i
B. Strategi Pencarian Literatur.................................................................................44
C. Krinteria Inklusi dan Ekslusi...............................................................................46
D. Ekstrasi Data........................................................................................................47
A. Ekstrasi Data..................................................................................................49
B. Hasil Ekstrasi Data.........................................................................................63
BAB V PEMBAHASAN...........................................................................................73
BAB VI PENUTUP...................................................................................................84
1. Kesimpulan........................................................................................................84
2. Saran..................................................................................................................86
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................87
LAMPIRAN...............................................................................................................94
x
ii
DAFTAR BAGAN
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang harus dipenuhi manusia, ternyata tidur juga memiliki segudang manfaat
2016). Namun, untuk bisa merasakan manfaat dari tidur tidaklah mudah, ada
tidur, yaitu kualitas tidur itu sendiri. Untuk mendapatkan tidur yang berkualitas
yang paling utama adalah durasi waktu tidur dan yang kedua yaitu perasaan yang
didapatkan saat bangun berupa rasa segar, siang tidak mengantuk tanpa stimulan
( Kemenkes, 2016 ).
perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman
disekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian
terpecah- pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat,
2006). Kualitas tidur juga meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif seperti waktu
yang diperlukan
1
2
untuk bisa tertidur, lamanya tidur, frekuensi terbangun, dan aspek subjektif
Kemenkes RI menyebutkan bayi berusia 0-1 bulan membutuhkan waktu tidur 14-
18 jam perhari, bayi usia 1- 18 bulan 12-14 jam perhari, 18 bulan – 3 tahun 11-
12 jam perhari,
anak usia 3- 6 tahun 11- jam perhari, anak usia 6- 12 tahun 10 jam perhari, remaja
usia 12- 18 tahun 8,5 jam perhari, dewasa muda usia 18-40 tahun 7- 8 jam
perhari, dewasa akhir usia 40-60 tahun 7 jam perhari, dan lansia usia 60 tahun
keatas kebutuhan tidurnya cukup 6 jam perhari. Waktu tidur yang ideal sangat
produktivitas belajar. Waktu tidur yang tidak sesuai pada remaja akan
mental dan meningkatkan resiko obesitas (Huda, 2016). Kualitas tidur yang
buruk pada remaja, tidak hanya berbahaya untuk kesehatan fisik dan mental saja
oleh Lomantow, Rompas & Onibala, tahun 2016 didapatkan hasil bahwa kualitas
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Fenny & Supriatmo tahun 2016
menurunnya prestasi akademik. Dari penelitian ini juga diperoleh data bahwa
72% sampel dengan kualitas tidur buruk mempunyai prestasi belajar yang buruk
juga. Begitu besarnya dampak kualiatas tidur yang buruk terhadap individu
mengambil sampel sebanyak 50.000 remaja usia 14- 18 tahun dari seluruh dunia.
Dari penelitian ini didapatkan data bahwa remaja dari Belanda memiliki waktu
tidur terlama yaitu 7 jam 54 menit, sedangkan remaja dari Jepang memiliki
waktu tidur paling sebentar yaitu 5 jam 43 menit. Menurut data penelitian dari
Sleep Cycle ini juga terungkap bahwa lama waktu tidur remaja di Indonesia
dalam kurun waktu Maret- Juni 2015 berkisar 6 jam 46 menit hingga 7 jam 25
menit.
dunia umumnya mengalami gangguan tidur kronis, 1/4 dari laporan menyatakan
yang buruk sementara di Indonesia 10% dari jumlah penduduk (sekitar 28 juta
orang) mengalami gangguan tidur kronis yang didominasi oleh remaja dan
lansia.
4
Penelitian lain yang dilakukan oleh Hafidh Awwal, dkk (2015) di SMPN 5
81,1%. Di Sumatera Barat sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ganda Harrisa
Ahmar (2016) di SMAN 9 Padang di dapatkan data dari 235 orang siswa kelas X
dan XI 74,5% diantaranya memiliki kualitas tidur yang buruk. Dari penelitian
tersebut didapatkan pula data bahwa sebanyak 78 orang atau 33,2% siswa SMAN
9 Padang memiliki durasi tidur hanya 5-6 jam sehari, dan 63 orang atau 26,8%
memiliki durasi tidur 6-7 jam. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa
kebutuhan tidur responden tidak terpenuhi jika berpatokan pada kebutuhan tidur
stimulan dan alkohol, diet, merokok, dan motivasi (Kasiati dan Rosmalawati,
2016). Sleep hygiene juga merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh
tidur dikarenakan pada remaja terjadi perubahan dramatis dalam pola tidur-
bangun yang meliputi durasi tidur berkurang, waktu tidur tertunda, perbedaan
yang signifikan dalam pola tidur di hari sekolah dengan hari libur dimana pada
dukung oleh Berman (2016) yang mengatakan bahwa pada anak yang memasuki
Namun saat ini masalah kualitas tidur yang buruk pada remaja semakin
buruk akibat dari gaya hidup dan sleep hygiene yang buruk pada remaja tersebut
merokok serta konsumsi kafein terutama pada remaja laki- laki (Yolanda, et al
dengan menunda sekresi melatonin yang menyebabkan waktu jatuh tidur menjadi
lebih panjang (Demirci, 2015). Data yang didapatkan dari penelitiann Ganda
sleep hygiene remaja merupakan yang paling rendah dalam indikator kognitif ,
artinya remaja sering melakukan hal- hal yang membuat terjaga satu jam sebelum
Bali dilaporkan bahwa perilaku sleep hygiene dari aspek kognitif mayoritas
remaja Bali adalah melakukan hal- hal di tempat tidur yang membuat remaja
terjaga. Perilaku sleep hygiene yang buruk pada remaja salah satunya disebabkan
karena tidak adanya edukasi yang diberikan kepada anak mengenai pentingnya
menerapkan sleep hygiene yang kemudian perilaku sleep hygiene yang buruk ini
serta Sleep Hygiene (Petit, 2003). Terapi non farmakologi gangguan tidur antara
lain adalah melalui aktivitas sleep hygiene, terapi pengontrolan stimulus, sleep
untuk memberikan lingkungan dan kondisi yang kondusif untuk tidur dan
dalam mengatasi masalah tidur pada remaja. Sleep hygiene Intervention bisa
7
kesehatan tidur yang terdiri dari rangkaian rekomendasi lingkungan dan perilaku
tidur untuk menciptakan kualitas tidur yang optimal (Mardalifa, Tiara., dkk,
2018). Program pendidikan kesehatan tentang sleep hygiene yang efektif perlu
dilakukan untuk meningkatkan kualitas tidur anak- anak usia 10- 18 tahun
metodologi dan program terkait mengatasi kualitas tidur dan perilaku sleep
hygiene pada remaja (Dietrich et al., 2016) mengatakan bahwa dua penelitian
hasil positif kepada perilaku sleep hygiene dan kualitas tidur namun, masih
belum ada bukti yang cukup untuk menarik kesimpulan untuk itu masih perlu
kalangan
8
meninjau secara kritis pengetahuan, gagasan, atau temuan yang didapat dalam
B. Rumusan Masalah
dari tidur, perlu diperhatikan durasi tidur dan kualitas tidur. Waktu tidur yang
ideal berbeda pada setiap tahap perkembangan, sementara itu kualitas tidur
gaya hidup, stress emosional, stimulan dan alkohol, diet, merokok, motivasi
serta sleep hygiene. Durasi tidur yang tidak cukup dan kualitas tidur yang
buruk akan berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental. Pada remaja,
Kualitas tidur yang buruk tidak hanya berpengaruh buruk bagi kesehatan fisik
dan mental saja tapi juga mempengaruhi prestasi belajar di sekolah karena
terapi relaksasi otot progrosif, terapi musik, dan Pendidikan kesehatan sleep
hygiene.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
hygiene remaja.
2. Tujuan Khusus
remaja
tidur remaja
10
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
kepada remaja dan memberikan intervensi bagimana sleep hygiene yang baik
dan benar untuk mengatasi masalah kualitas tidur yang buruk pada remaja.
dan kualitas tidur remaja. Serta dapat memberikan informasi untuk peneliti
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
1. Defenisi
Menurut WHO (2014), remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-
masa peralihan antara masa kanak- kanak dan masa dewasa yang ditandai dengan
terjadinya kematangan seksual yang dimulai antara usia 11- 12 tahun sampai
dengan masa dewasa muda yaitu usia. Selama masa peralihan ini, remaja akan
mengalami banyak perubahan baik secara fisik, psikologis, ataupun sosial (Pieter
mencari identittas sehingga pada masa remaja banyak terjadi perubahan pada
11
12
remaja awal (11- 14 tahun) karakteristik seks sekunder mulai tampak seperti,
laki- laki, pertumbuhan rambut ketiak, atau rambut pubis. Karakteristik seks
sekunder ini tercapai dengan baik pada tahap remaja pertengahan (14- 17 tahun)
dan pada tahap remaja akhir (17- 20 tahun) struktur dan pertumbuhan reproduktif
umur terjadinya menarche adalah 12 tahun, tergantung dari ras dan massa
tubuh.
b. Pada laki- laki, masa pubertas berlangsung dari usia 9 sampai 14 tahun.
Seiring dengan masa pubertas tersebut, anak laki-laki menjadi lebih berotot,
suara menjadi lebih berat, dan rambut pada wajah mulai tumbuh serta menjadi
lebih kasar. Untuk berkembang mencapai ukuran dewasa organ genital pada
Pada tahap remaja awal, remaja akan mencari- cari nilai dan energi baru
sama. Sedangkan pada remaja tahap akhir, mereka telah mampu memandang
( Wulandari, 2014).
3) Perkembangan Psikososial
(Wulandari, Ade., 2014). Pencarian jati diri merupakan tugas utama remaja
emosional terjadi pada masa remaja yaitu, yang pada awalnya terikat erat kepada
orang tua kemudian berganti menjadi ikatan kuat antara teman sebaya
(Wilkinson, 2016).
identittas vs kekacauan identitas yang mana tahap ini merupakan tahap yang
paling penting diantara tahap perkembangan lainnya karena pada fase ini remaja
dituntut mencapai tingkat identitas ego yang cukup baik. Erik Erikson
yang dialami pada fase ini. Tantangan terbesar pada fase remaja yaitu ketika
individu harus menentukan siapa mereka, apa yang akan mereka lakukan dan
apakah harapan
14
mereka dalam hidup. Dalam proses mencari identitas remaja sering mencoba
berbagai macam hal- hal baru dan peran yang ada dilingkungannya, biasanya
figur orang tua mulai luntur dan remaja mencoba mencari figur lain sebagai
bebas bertindak, dan menghadapi konsekuensi dari setiap yang mereka lakukan
(Potter, 2013). Remaja pada tahap awal memiliki keinginan yang kuat untuk
tetap bergantung pada orang tua, dalam tahap ini tidak terjadi konflik utama
terhadap kontrol orang tua. Sedangkan pada remaja tahap pertengahan akan
mengalami konflik utama pada tahap kemandirian dan kontrol karena pada tahap
ini terjadi dorongan besar untuk emansipasi dan pelepasan diri (Wulandari, Ade.,
2014).
kelompok olahraga, klub atau geng pertemanan merupakan salah satu kebutuhan
utama remaja, hal tersebut juga dapat meningkatkan kepercayaan diri remaja
(Wilkinson, 2016). Remaja tahap awal dan pertengahan akan berusaha mencari
afliasi dengan teman sebaya, pertemanan akan lebih dekat dengan teman yang
memiliki jenis kelamin yang sama, namun mereka juga mulai mengeksplorasi
15
kemampuan untuk menarik lawan jenis. Sedangkan pada tahap akhir, kelompok
individu. Mereka sudah mulai menguji hubungan antara pria dan wanita terhadap
remaja akhir, teman sebaya biasnya digantikan oleh hubungan interpersonal yang
lebih intim, seperti berpacaran, yang menandakan bahwa remaja telah mulai
yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu yang
tugas berikutnya.
10. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk atau
Selanjutnya, Zan Pieter dan Namora tahun 2010 menyataka semua tugas
1. Mencapai relasi yang lebih matang dengan teman sebaya dari jenis kelamin
yang berbeda
social dan mencapai kemandirian secara emosional dari orang tua ataupun
social.
B. Tidur
1. Defenisi
individu terhadap lingkungan menurun. Tidur identik dengan aktivitas fisik yang
2016). Tidur dapat juga diartikan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang
relatif, yaitu suatu keadaan yang penuh dengan ketenangan serta merupakan
suatu urutan siklus yang terjadi berulang ( Tarwoto dan Wartonah, 2010). Tidur
konsenterasi saat hendak melakukan aktivitas sehari- hari ( Potter dan Perry,
2005).
2. Fisiologi Tidur
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang otak
(BSR). RAS berada dibagian atas batang otak dan memiliki sel-sel khusus yang
dapat
18
pendengaran, nyeri, dan sensori raba serta emosi dan proses berfikir. Pada saat
sadar, RAS akan melepaskan katekolamin, sedangkan pada saat tidur terjadi
a. Ritme Sirkadian
Bioritme pada manusia dikontrol oleh tubuh kemudian disesuikan dengan factor
sirkadian adalah bentuk bioritme yang paling umum yang melengkapi siklus
selama 24 jam. Fluktuasi denyut jantung, tekanan darah, suhu, sekresi hormon,
sirkadian.
Sinkronasi sirkadian terjadi apabila individu memiliki pola tidur- bangun yang
mengikuti jam biologisnya. Individu akan bangun pada saat ritme fisiologis
paling tinggi dan akan tidur pada saat ritme paling rendah.
3. Tahapan Tidur
(EMG) diketahui bahwa ada dua tahapan tidur yaitu non- rapid eye movement
19
(NREM) dan rapid eye movemen (REM). Selama tidur, individu akan melewati
tahap NREM dan REM. Siklus tersebut dimulai dengan tahap NREM yang
1. Tidur NREM
Tidur NREM disebut juga dengan tidur gelombang pendek. Pada tidur
NREM terjadi sejumlah penurunan fungsi fisiologis tubuh. Selain itu, semua
proses metabolik termasuk tanda- tanda vital , dan kerja otot juga akan melambat.
Tidur NREM ini terbagi atas 4 tahap (I- IV). Tahap I- II disebut sebagai tidur
ringan (light sleep) dan tahan III- IV disebut sebagai tidur dalam (deep sleep).
2. Tidur REM
Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan sebagian besar mimpi
terjadi pada tahap tidur ini. Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan
berlansung selama 5- 30 menit. Selama tahap REM, otak cenderung aktif dan
metabolism meningkat hingga 20%. Pada tahap ini individu menjadi sulit
dibangunkan atau justru dapat bangun secara tiba- tiba, tonus otot tersdepresi,
sekresi lambung meningkat, dan frekuensi jantung serta ferkuensi nafas seringkali
4. Siklus Tidur
Sepanjang siklus tidur, tahap NREM dan REM akan terjadi berselingan
sebanyak 4- 6 kali. Siklus tidur diawali dengan melewati tahap 1 dan 2 dari tidur
20
NREM dengan total waktu 20-30 menit, kemudian lanjut ke tahap 3 dan 4
NREM yang berlangsung selama kira- kira 50-60 menit. Setelah tahap 4 dari
tidur NREM, balik lagi ke tahap 2 kira-kira selama 20 menit. Lalu, lanjut ke
tahap tidur REM dimulai kira-kira selama 10 menit, artinya siklus tidur tahap
pertama sudah lengkap. Jika seseorang terbangun, siklus tidur kembali diulang
mulai dari tahap 1 tidur NREM. Durasi dari tahapan tidur NREM dan tidur REM
Tidur REM
5. Mekanisme Tidur
( SAR). SAR terletak di batang otak paling atas dan terdiri dari sel khusus yang
21
kondisi sadar, maka aktivasi SAR akan meningkat sedangkan saat seseorang
dalam kondisi tidur maka aktivasi SAR akan menurun. RAS dapat memberikan
dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir (Hidayat, 2008).
Saat keadaan sadar, neuron- neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin
untuk tetap siaga. Saat seseorang mencoba untuk tidur dan menutup mata,
memposisikan tubuh dalam kondisi rileks dengan rungan yang gelap dan
tenang maka selanjutnya aktivasi RAS akan menurun dan pada saat itu bulbar
6. Manfaat Tidur
pertumbuhan guna memperbaiki sel epitel terutama sel- sel otak, untuk tidur
NREM sangat penting terutama untuk anak- anak. Selain itu, tidur juga
membuang
22
Perry, 2005).
Tidur REM juga sangat berguna untuk memulihkan jaringan otak dang
perubahan suasana hati, penurunan performa motorik serta penurunan daya ingat
2016).
7. Kebutuhan Tidur
yang berbeda- beda. Pala tidur masa remaja dan dewasa muda relatif lebih stabil.
Secara keseluruhan siklus tidur mereka terdiri dari 75- 80% tidur NREM dan 20-
waktu 8,5 Jam/ hari sedangkan National Sleep Foundation menganjurkan pada
usia remaja untuk tidur dalam rentang waktu 7- 9 jam setiap malam untuk
mencapai tahapan tidur yang optimal sehingga keesokan harinya merasa segar dan
C. Kualitas Tidur
1. Defenisi
tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu
dan apatis, kehitaman disekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah,
mata perih, perhatian terpecah- pecah, sakit kepala dan sering menguap atau
kualitatif seperti waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur, lamanya tidur,
frekuensi terbangun, dan aspek subjektif seperti kepulasan dan kedalaman tidur.
mempersiapkan pola tidurnya pada malam hari ( Lanywati, 2001). Kualitas tidur
berhubungan dengan total lama waktur tidur, sebaik mana tidur dirasakan dan
apakah telah mendapatkan tidur NREM dan REM yang cukup (Wilkinson, 2016).
kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya (Hidayat, 2006).
melainkan juga pola tidur. Pola tidur akan berubah seiring dengan pertambahan
usia dan semakin bergamnya aktivitas. Semakin tua, maka dorongan homeostatik
untuk tidurpun akan berkurang sehingga efisiensi tidurnya akan semakin menurun
Nashori dan Diana tahun 2005 mengatakan bahwa kualitas tidur memiliki
gangguan internal dan ekseternal. Gangguan internal itu seperti suhu tubuh yang
berupa suara gaduh, suara ketukan pintu dan suara pukulan tembok.
menjaga kondisi homeostatis tidur tetap stabil. Kualitas tidur yang baik adalah
Tidur lebih awal dan bangun lebih awal merupakan keteraturan dari tidur
Saat bangun tidur, harusnya seseorang merasakan rasa segar atau bugas
namun, tidak semua orang bisa merasakan hal yang sama. Maka kualitas tidur
seseorang dikatakan baik apabila saat mereka terbangun maka akan merasakan
Kualitas tidur yang baik adalah ditandai denga tidak mengalami mimpi
buruk saat tidur. Ketika mengalami mimpi buruk saat tidur, seseorang akan
kesulitan kembali untuk memulai tidur (Tama, 2005). Penelitian yang dilakukan
oleh Levin et al, 2009 didapatkan data bahwa subjek yang mengatakan mengalami
diantaranya:
a. Penyakit
Penyakit dapat menimbulkan rasa nyeri atau distress fisik yang kemudian
dapat menyebabkan gangguan tidur. Individu yang sakit akan membutuhkan lebih
banyak waktu untuk tidur namun, disamping itu siklus bangun- tidur individu
selama sakit sangat rentan mengalami gangguan (Kasiati dan Rosmalawati, 2016).
Kondisi Individu yang mengalami penyakit kronis akan mengakibatkan rasa nyeri
dan sakit, hal ini kemudian akan menganggu tidur individu tersebut sehingga
kebutuhan tidur dan istirahat tidak terpenuhi dengan baik (Wahyuningsih, 2015).
b. Lingkungan
tidur. Contohnya, suhu kamar yang tidak nyaman dan ventilasi yang buruk dapat
27
mempengaruhi tidur seseorang namun, kondisi lingkungan yang aman dan nyaman
Semakin lelah, maka akan semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya
d. Gaya Hidup
Pola tidur seseorang juag dipengaruhi oleh aktivitas rutin harian yang
smartphone telah menjadi gaya hidup bagi remaja. Penggunaan media elektronik
sebelum tidur menyebabkan mereka terpapar sinar spektrum biru, sehingga otak
alkohol, merokok, dan diet. Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman
dapat merangsan susuna syaraf pusat sehingga dapat menganggu pola tidur.
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menganggu siklus tidur REM dan saat
pengaruh alkohol telah hilang individu sering mengalami mimpi buruk. Nikotin
yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh sehingga
perokok sering kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun dimalam hari. (Kasiati
e. Stress Emosional
ini dapat membuat meningkatnya kadar norepinfrin dalam darah melalu sistem
NREM tahap 4 dan tidur REM serta meyebabkan seseorang jadi sering terjaga
f. Medikasi
Hipnotik dapat menganggu tahap III dan IV tidur NREM, metabloker dapat
meperidin hidrokolrida dan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan
g. Motivasi
seseorang. Sebaliknya, rasa bosan dan tida ada motivasi untuk terjaga seringkali
antara lain waktu yang dibutuhkan untuk dapat tidur, total waktu tidur, frekuensi
terbangun, dan beberapa aspek subyektif seperti perasaan segar saat bangun pagi
29
hari, kedalaman tidur, kepuasan tidur, perasaan mengantuk dan lelah di siang
Waktu yang dibutuhkan untuk tidur adalah waktu yang dihabiskan sejak
timbulnya keinginan untuk tidur sampai masuk pada tidur tahap REM.
Sedangkan total waktu tidur adalah jumlah waktu dalam kehidupan yang
digunakan individu untuk tidur yaitu lamanya waktu tidur dikurangi lama waktu
tidurnya yang bisa dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau karena keingnan
untuk buang air kecil. Pada masa dewasa muda, normalnya akan terbangun sekitar
satu sampai dua kali, yang akan berpengaruh pada pengurangan total waktu tidur
(Wilkinson, 2016).
pengukuran kualitas tidur yang efektif dan telah banyak digunakan untuk
mengukur kualitas tidur pada orang dewasa maupun pada remaja. PSQI
mengukur tujuh dimensi atau indikator terhadap kualitas tidur yaitu kualitas tidur
subyektif, latensi tidur, durasi tidur, efesiensi kebiasaan tidur, gangguan tidur,
Nilai atau skor PSQI berada dalam rentang 0- 21, Apabila skor yang
diperoleh kecil dari lima artinya ada indikasi kualitas tidur yang baik. Sedangkan
apabila skor yang diperoleh besar dari atau sama dengan lima, artinya terdaoat
nilai yang sensitif dan spesifik dari kualitas tidur yang buruk pada individu.
Semakin tinggi skor yang didapatkan maka semakin buruk pula kualitas tidur
individu tersebut. Kuisioner PSQI telah dilakukan uji reliabilitas oleh University
of Pittsburgh pada tahun 1988 dengan nilai Alpha Cronbach 0,83 (Dermici,
2015). Kuisioner PSQI terdiri dari 9 pertannyaan serta 7 komponen yang mana
masing- masing pertanyaan memiliki skor 0-3. 7 komponen penilaian PSQI yaitu
(Smyth, 2012) :
tidur seseorang apakah tidurnya sangat bail, baik, kurang dan sangat kurang.
b. Latensi tidur
Latensi tidur adalah durasi yang dibutuhkan individu dari berangkat tidur
hingga tertidur. Seseorang dengan kualitas tidur sangat baik menghabiskan waktu
kurang dari 15 menit untuk memasuki tahap tidur. Kemudian kriteria selanjutnya
adalah 16- 30 menit, 31- 60 menit dan lebih lama dari 60 menit.
c. Durasi Tidur
Durasi tidur dihitung dari waktu seseorang tidur sampai dengan terbangun
di pagi hari tanpa memperhitungkan waktu terbangun pada tengah malam. Durasi
31
usia 12- 18 tahun membutuhkan durasi tidur setidaknya 8,5 jam/ hari.
waktu tidur dibagi dengan waktu yang dihabiskan di tempat tidur. Kriterianya
e. Gangguan tidur
tidur pada malam hari atau terbangun terlalu pagi, terbangun untuk ke kamar
mandi, sulit bernafas secara nyaman, batuk atau mendengkur, merasa kedinginan
atau kepanasan, mengalami mimpi buruk, merasa sakit dan kondisi lainnya yang
mengkonsumsi obat- obatan untuk membantu tidur selama satu bulan terakhir.
dinilai dengan melihat apakah sebulan terakhir ada masalah yang menganggu
untuk tetap terjaga saat mengendarai kendaraan, makan, beraktivitas sosial serta
berapa banyak
32
6. Gangguan Tidur
a. Insomnia
Penyebabnya bisa karena gangguang fisik dan faktor mental seperti perasaan
b. Parasomnia
perilaku yang muncul saat seseorang sedang tidur. parasomnia umumnya dialami
oleh anak- anak. Beberapa turunan parasomnia seperti berjalan saat tidur,
mengngigau dan mimpi buruk. Jika dialami oleh orang dewas, parasomnia bisa
c. Hipersomnia
Gejalanya yaitu individu masih merasa ngantuk padahal jumlah waktu tidurnya
sudah cukup atau normal. Gangguan ini dapat disebabkan karena kondisi tertentu
seperti kerusakan sistem saraf, gangguan pada hati atau ginjal, gangguan
metabolisme, dll.
d. Narkolepsi
secara tiba- tiba pada siang hari. Penyebab pastinya belum diketahui namun
Apnea saat tidur adalah kondisi terhentinya nafas secara periodik pada
saat tidur. Kondisi ini sering terjadi pada orang yang mengorok dengan keras,
dan mulut pada waktu tidur biasanya disebabkan oleh adenoid, amandel atau
f. Enuresa
Enuresa merupakan buang air kecil yang tidak sengaja pada waktu tidur
hubungan antara pasien dengan tenaga medis, psikoterapi serta Sleep Hygiene.
farmakologis yang mudah untuk dilaksanakan dan ditaati ( Halal dan Nunes,
2014).
menganggu aktivitas sehari- hari. Untuk itu, sebelum menggunakan obat hipnotik
Terapi non farmakologi gangguan tidur antara lain adalah melalui aktivitas
dan kondisi yang kondusif untuk tidur dan merupakan aspek yang mutlak
D. Sleep Hygiene
1. Defenisi
yang baik, yang mencakup hal- hal yang dapat dilakukan untuk memberikan
sleep hygiene adalah latihan atau kebiasaan yang berguna untuk mengoptimalkan
kebiasaan sebelum tidur yang baik sehingga tercapai kualitas tidur yang optimal
sehingga dapat melakukan aktivitas maksimal di siang hari. ( Australia SD. Sleep
Hygiene, 2006 )
meningkatkan periode tidur tahap REM serta mempertahankan durasi tidur tahap
REM (Nolan dan Price, 2009). Pendidika kesehatan sleep hygiene guna
memperbaiki sleep hygiene index merupakan cara yang sederhana namun efektif
Secara umum sleep hygiene dibagi menjadi 4 bagian yang terdiri dari
jadwal tidur- bangun, lingkungan, diet dan kebiasaan tidur yang dapat
Jadwal bangun tidur terbagi atas kebiasaan tidur siang, kebiasaan jam
tidur, dan aktivitas latihan sebelum tidur. Tidur siang dapat menyebabkan kualitas
tidur malam lebih baik. Kebiasaan tidur siang dimulai dari pukul 14.00 sampai
16.00 WIB dengan durasi tidur siang yang berbeda yaitu antara 11,5 menit sampai
2. Lingkungan
Lingkungan terdiri dari tempat tidur yang tidak nyaman ( misalnya matras
dan guling yang tidak nyaman, selimut terlalu tebal atau terlalu tipis), kamar tidur
yang tidak nyaman ( terlalu terang, suhu ruangan yang panas, suara berisik),
perasaan yang buruk sebelum tidur ( marah, stress, khawatir). Studi menunjukkan
bahwa sinar cahaya dalam ruangan akan berpengaruh pada hormon melatonin.
Kamar yang tetap terang saat tidur akan mengurangi kadar melatonin sampai
dengan 50%. sedangkan lampu yang dimatikan saat tidur akan membuat kinerja
hormon melatonin maksimal hingga membuat tubuh dan otak beristirahat secara
3. Diet
kafein, merokok dan konsumsi alkohol dan yang dinilai 4 jam sebelum tidur
dapat menyebabkan
37
perburukan jumlah jam tidur, onset tidur, frekuensi terbangun dimalam hari,
kedalaman dan ketidakpuasan tidur serta disfungsi di pagi hari (Binti dan
aktivitas sel terutama sel saraf. Jika reseptor adenosine berkaitan dengan kafein,
maka aktivitas sel saraf akan tetap akitif karena adenosine tidak bisa bekerja
kantuk saat seseorang sudah terjaga dalam waktu yang lama dan mulai reda
setelah tidur. Setelah minum alkohol, produksi adenosine akan meningkat yang
Merokok juga merupakan salah satu perilaku yang harus dihindari sebelu,
menyebabkan proses jatuh tidur semakin lama (Liem, 2010). Penelitian Vaora
tahun 2014 menemukan bahwa perokok berat memiliki risiko 9.3 kali lebih besar
mengalami insomnia.
38
dilakukan dengan bangun pada waktu yang sama setiap hari, batasi waktu
ditempat tidur, hindari tidur sekejap di siang hari, batasi waktu di tempat tidur,
aktif berolahraga di sore hari, merendam kaki dengan air hangat selama 20
menit,hindari makan banyak sebelum tidur, lakukan relaksasi sebelum tidur dan
Index (SHI). kuisioner ini digunakan sebagai alat ukur untuk menilai baik atau
sleep hygiene index yang oleh mastin et all tahun 2006 terdiri dari 13 pertanyaan
yang terdiri dari 4 komponen yaitu jadwal tidur- bangun, lingkungan, diet dan
kebiasaan yang menginduksi tidur dengan rentang skor 1-5. Hasil interpretasi
sleep hygiene index dibagi menjadi tiga yaitu skor 13-27 (baik), 28-40 (sedang),
1. Defenisi
hygiene adalah pendidikan pola tidur yang sehat kepada pasien yang
kepada pasien tentang kebiasaan tidur yang sehat dan didorong untuk
Menurut (Hodges- Crowder, 2007) Pedoman sleep hygiene yang baik yaitu :
a. Pergi ke tempat tidur dan bangun di waktu yang sama setiap hari
ketika berbaring
tidur
bagaimana kita tidur, ini sangat membantu untuk menyimpan log dari
tidur.
hari.
7) Waktu di luar tempat tidur: Catat waktu bangkit dari tempat tidur
Hygiene Index
dan masalah tidur yang sedang dialami seseorang. Hal ini berarti, intervensi
sleep hygiene akan mempengaruhi perilaku sleep hygiene kearah yang lebih
baik dan dapat membantu seseorang memiliki kualitas tidur yang baik pula.
b. Dapat memperkuat irama sirkandian dan onset latensi tidur yang teratur
METODE PENELITIAN
A. Jenis Review
pustaka yang selama ini umum dilakukan oleh peneliti. Paper- paper ilmiah
Garuda Ristekdikti, dll. Peneliti menuliskan kata kunci sesuai MeSH (Medical
Kualitas Tidur Remaja” dan Perilaku Sleep Hygiene (Sleep Hygiene Index).
43
44
dll. Peneliti menuliskan kata kunci sesuai MeSH (Medical Subject Headding)
yaitu kosa kata atau tersaurus terkontrol dari US National Library of Medicine
yang digunakan untuk mencari data di PubMed dan beberapa database lain
nggunakan keyword melalui database Garuda Ristekdikti, Google Scholar,PubMed dan Science Dierect N = 117
Exclude ( n = 24 )
Tidak sesuai topik ( n= 13 )
Literatur review ( n = 3 )
Book chapters, skripsi
(n=3)
Tidak ada hubungan dengan
kualitas tidur atau sleep hygiene
(n=5)
Exclude ( n = 11 )
Penelitian non- eksperimen /
non intervensi ( n = 9 )
Tujuan tidak sesuai ( n = 2 )
5-10 jurnal terkait intervensi sleep hygiene pada remaja dan pengaruhnya
terhadap kualitas tidur dan atau perilaku sleep hygiene remaja, bergantung
dari hasil pemilihan yang sesuai dengan kriteri inklusi dan ekslusi.
D. Ekstrasi Data
Data diekstraksi dari setiap sudut yang sesuai dengan kriteria inklusi
sudah ditetapkan
2. Menseleksi jurnal, artikel sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang
telah di tetapkan.
3. Menganalisis jurnal
google scholar ditemukan 925 jurnal dengan science dierect 1.025, PubMed
284 jurnal dan dengan portal garuda ristekdikti sebanyak 17 jurnal. Namun
setelah di telesuri lebih jauh hanya 90 jurnal yang memuat tentang intervensi
sleep hygiene dan pengaruhnya terhadap kualitas tidur dan perilaku sleep
jurnal ditemukan dari portal garuda ristekdikti 12 Jurnal dari science dierect
dan 61 jurnal lainnya dari google scholar. Setelah dilakukan seleksi jurnal
dalam rentang 5-10 tahun terakhir serta jurnal yang berbahasa Indonesia atau
lanjut terhadap judul dan duplikat jurnal dan menemukan ada 45 jurnal
dan lebih lanjut ditemukan 10 jurnal yang bisa penulis analisis lebih lanjut.
48
49
A. Ekstrasi Data
49
50
booklet untuk
kelompok 2.
2. Peneliti : Penelitian - 1.347 orang Kuisioner : Intervensi dalam Ada perbedaan
(tsuka et terbuka,: kelompok - program ini diberikan prevelensi masalah tidur
al., n.d.) Rancangan intervensi demographic dalam bentuk antara kelompok
Tahun posttest - 1.468 orang variables pendidikan kesehatan intervensi dan kelompok
terbit: 2019 only control kelompok -sleep status dengan menggunakan kontrol setelah diberikan
group kontrol -lifestyle, bahan ajar yang sleep hygiene education
design -mental health berjudul “Healthy (p=0.035)
status, Living Sleep Guide
- lines for High School
Internet Students: 12 Sleeping
Usage Catchphrases for
High School
materi bahan Students”. Materi
ajar sleep bahan ajar yang
hygiene. diberikan berfokus
pada pentingnya tidur,
fisiologi tidur, durasi
51
al., 2019) compared kelompok Practice Scale melalui pesan teks hygiene index kelompok
Tahun an intervensi yang dikirim setiap intervensi (p = 0,004) dan
- Sleep
Terbit : intervention - 44 orang 2x seminggu yaitu kelompok kontrol (p =
Hygien
2019 group and kelompok setiap hari senin dan 0,001).
e
an attention kontrol kamis pukul 3 sore Begitu juga dengan skor
yang berlansung rerata kualitas tidur ada
Index
control
selama 6 minggu. penurunan skor bermakna
-Pittsburgh
group
Pesan teks yang kelompok intervensi (p =
Sleep
dikirim merupakan 0,02). kelompok kontrol
Quality Inde
informasi adaptasi ( p = 0,02).
-Self-
yang di
Efficacy for
rekomendasikan oleh
Sleep
National Sleep
Hygiene
Foundation berupa
Inventory
informasi
rekomendasi sleep
hygiene prosedur dan
ditulis mengacu pada
rekomendasi Centers
for Disease Control
54
and Prevention.
Guide to Writing for
Social Media (Pusat
Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit,
Panduan Menulis
untuk Media Sosial)
5. Peneliti Randomized 58 Orang Sleep Hygiene Intervensi yang Ada hubungan yang
:(John et (34 orang diberikan dalam signifikan antara
controlled Index ,
al., 2016) kelompok bentuk Program kebersihan tidur dengan
pilot trial Pittsburgh
Tahun intervensi dan promosi tidur kualitas tidur, diamati
Sleep Quality
Terbit : 24 kelompok Program dibagi ke pada kelompok
Inde, The
2016 kontrol) dalam 3 sesi yang eksperimen dan kontrol
Cleveland
terdiri dari 50 menit (𝑝 <0,01).
Adolescent
sesi sleep hygiene
Sleepiness Kualitas tidur secara
education, 50 menit
Questionnair signifikan terkait dengan
sesi pelatihan visual
e skor kebersihan tidur (𝑡
yang menampilkan
video stress = 4,9, 𝑝 = 0,000, <0,01)
B. Hasil Penelitian
Dari 10 hasil penelitian yang ditelaah, ditemukan bahwa ada banyak mode
message intervention, Program promosi tidur, dan ada juga pemberian intervensi
Environment, Timing).
memberikan edukasi dan informasi mengenai tidur, kualitas tidur dan perilaku
booklet, power point, video, serta bahan ajar dan materi berupa modul. Penelitian
yang dilakukan (Rigney et al., 2015, Lin et al., 2018 dan Tan et al., 2012) bahkan
melibatkan orang tua responden dalam memberikan intervensi dengan tujuan dan
harapan apa yang diajarkan ke remaja bisa dipantau pelaksanaan prakteknya oleh
kesehatan diantaranya :
64
kebersihan tidur atau sleep hygiene tersebut selama 3 hari dan setiap
anak juga diminta untuk isi lembar praktik kebersihan tidur yang sudah
mereka lakukan.
iii. Jurnal penelitian (John et al., 2016) Melakukan program promosi tidur
menit edukasi tentang tips manajemen waktu. Hasil dari program ini
post intervensi.
yang diadakan dengan empat sesi kelompok tatap muka dengan remaja
dan satu sesi dengan orang tua mereka. Sesi dijadwalkan 1x 2 minggu
intervensi
66
terdiri dari 12 materi yang berbeda- beda, yang mana materi tersebut
berfokus pada pentingnya tidur, fisiologi tidur, durasi tidur esuai usia,
ii. Siswa kelompok intervensi pada jurnal penelitian (Rigney et al., 2015)
sesi pelatihan selama tiga jam dan telah diberikan panduan pendidikan
Program yang diberikan ACES ini juga melibatkan orang tua murid
tidur ( sleep hygiene ). Perubahan perilaku tidur dan sleep hygiene siswa
post intervensi diukur 2 kali yaitu minggu ke-6 dan minggu ke-18.
67
intervensi hingga 6 bulan dan (Tan et al., 2012) dengan waktu pengukuran
prosedur modifikasi dari program ferret yang terdiri atas tidur pada waktu
yang sama setiap hari, tidak minum apapun 30 menit sebelum tidur, tidak
tidur, tidak mengerjakan tugas sekolah di tempat tidur, dan membuka jendela
menerima intervensi melalui pesan teks 2x seminggu yaitu setiap hari senin
dan kamis pukul 3 sore yang berlansung selama 6 minggu. Contoh pesan
terbentuk selama
68
yang signifikan pada skor kualitas tidur kedua kelompok. Skor PSQI
kelompok booklet turun dari 6.51 jadi 3.52 dan kelompok audiovisual 6.60
kualitas tidur kelompok intervensi turun dari 6.09 menjadi 4.39 dan
penurunan signifikan dari 6.09 menjadi 6.04. Penelitian (John et al., 2016)
kualitas tidur, onset latensi tidur, serta durasi tidur antara kelompok
kelompok intervensi turun dari 6.89 jadi 5.49 sedang kelompok kontrol
turun dari 6.98 jadi 6.04. Penelitian (Lin et al., 2018) mendapatkan hasil
6.16 – 6.22.
69
peningkatan pada aspek total waktu tidur, waktu memulai tidur dan waktu
kualitas tidur
sleep hygiene rata- rata gangguan tidur responden turun dari 56.80 jadi
dan menemukan hal serupa yaitu penurunan rerata skor kualitas tidur yaitu
dari
kualitas tidur
skor rerata kualitas tidur kelompok intervensi turun dari 5.46 jadi 4.7
hygiene
perilaku sleep hygiene kelompok intervensi turun dari 20.06 jadi 16.66
20.74 jadi 19.98. Sementara itu Penelitian lainnya oleh John et al.,
post 1 bulan- post 6 bulan naik dari 3.76 – 3.90 – 3.91 sedangkan
kelompok
pretest 30,7 posttest 6minggu 30,3 dan posttest 18minggu 29,9. Namun
rata ASHS naik dari 4,70 menjadi 4,95 ( p < 0.001 ) yang artinya terjadi
sleep hygiene
PEMBAHASAN
hygiene yang diberikan oleh jurnal penelitian dan pengaruhnya terhadap kualitas
tidur dan sleep hygiene index atau perilaku sleep hygiene pada remaja. Dari
sepuluh jurnal yang direview ditemukan bahwa bahwa ada banyak metode
pemberian intervensi sleep hygiene yang dilakukan oleh peneliti. Kuisioner yang
digunakan oleh sepuluh jurnal penelitian yang direview juga beragam namun
kuisioner yang paling banyak digunakan untuk mengukur kualitas tidur yaitu
Pittsburgh Sleep Quality Inde (PSQI) dan Sleep disturbance scale for children
(SDSC) dan untuk mengukur perilaku sleep hygiene kuisioner yang banyak
digunakan yaitu Sleep Hygiene Index (SHI) dan Adolescent Sleep Hygiene Scale
(ASHS). Jangka waktu pemberian intervensi juga sangat bervariasi mulai dari 3
hari (Tumakaka et al., 2019) sampai dengan 5 bulan (Tan et al., 2012). Dengan
rata- rata pemberian intervensi 1-2x seminggu dan setiap pertemuan berkisar 25-
90 menit.
73
74
ini yaitu (Luh et al., 2020), (Tumakaka et al., 2019), (John et al., 2016),(Kloss
et al., 2015) dan (Lin et al., 2018). Menurut Menurut WHO (2012) Pendidikan
kesehatan adalah salah satu upaya dibidang kesehatan yang menitik beratkan
pada upaya meningkatkan perilaku sehat yang mana tujuannya adalah untuk
Jurnal (Luh et al., 2020) dan (Tumakaka et al., 2019) sama- sama
serta sama- sama menemukan bahwa sebelum intervensi rerata skor PSQI
kelompok masih diatas 6 yang menandakan kualitas tidur buruk namun pasca
intervensi (Luh et al., 2020) menemukan bahwa 2 kelompok nya yang sama-
rerata skor PSQI turun dibawah angka 5. Begitupun dengan (Tumakaka et al.,
2019) yang menemukan pada kelompok intervensi skor PSQI turun dibawah
pengaruh pada arah yang lebih baik pada aspek kualitas tidur respondennya.
75
intervensi terhadap perilaku sleep hygiene resoponden kearah yang lebih baik.
jurnal ini juga kuisioner PSQI untuk mengukur kualitas tidur. (John et al.,
kualitas tidur kearah yang lebih baik namun sayangnya tidak menampilkan
data skor PSQI sebelum dan sesudah intervensi berbeda dengan (Kloss et
al., 2015) yang menampilkan skor kuisioner sebelum dan sesudah intervensi
dimana (John et al., 2016) sayangnya tidak menampilkan skor SHI sesudah
CY, et al 2017). Pada aspek kualitas tidur (Lin et al., 2018) menggunakan
kontrol yang justru skor PSQI nya terus meningkat. Begitu juga untuk aspek
penelitian yaitu penelitian (Rigney et al., 2015) dan (tsuka et al., 2019).
Karena berbasis sekolah, maka intervensi diberikan oleh guru, dimana para
diharapkan seharusnya bisa memberikan informasi dan contoh yang baik bagi
para siswanya.
al., 2015) berkaitan dengan fisiologi tidur serta perilaku kebersihan tidur
yang lebih
78
kualitas tidur pada penelitian (Rigney et al., 2015) bisa jadi karena
ditarik kesimpulan bahwa ada sedikit perubahan kearah yang lebih baik
Jurnal penelitian (Mariyana, 2019) dan (Tan et al., 2012) sama- sama
dengan pendekatan ini terdiri atas tidur pada waktu yang sama setiap hari,
tempat tidur, dan membuka jendela serta menyalakan lampu kamar saat
bangun tidur.
Pittsburgh Sleep Quality Inde (PSQI). Kedua jurnal ini sama- sama
dengan naiknya skor SDSC dan terjadi penurunan pada skor kuisioner PSQI
responden, Sementara itu (Tan et al., 2012) mengukur perilaku sleep hygiene
dan menemukan kenaikan skor ASHS yang berarti ada pengaruh intervensi
kearah yang lebih untuk aspek sleep hygiene melalui intervensi ini.
Pendekatan ferret ini juga sesuai dengan komponen sleep hygiene yaiu tidur-
bangun, lingkungan, diet dan kebiasaan tidur yang dapat menginduksi tidur
salah satu cara yang efektif dalam menyampaikan informasi. Alasan ini
penggunaan internet dan smartphone telah diteliti lama dan tebukti secara
menumukan bahwa ada penurunan walaupun tidak signifikan pada skor PSQI
diatas 5) kearah yang lebih baik yaitu dibawah 5. Tidak ada perbedaan yang
signifikan post intervensi pada skor sleep knowledge, sleep hygiene, self-
efficacy for sleep hygiene, dan sleep quality pada kedua kelompok yang mana
intervensi maupun kelompok kontrol bisa jadi dikarenakan kedua nya sama-
Dari semua jurnal yang direview bisa dilihat bahwa semua jurnal hasil
pengaruh positif pada kualitas tidur yang diiringi oleh perbaikan kearah yang
lebih baik juga pada perilaku sleep hygiene responden walaupun tidak
skornya hanya 0,76. Keberhasilan jurnal penelitian ini bisa saja dipicu karena
selama 6 minggu dan juga bisa jadi karena isi pesan teks yang dikirimkan
membandingkan mana penelitian yang pro dan kontra. Hal ini mungkin
mencari jurnal penelitian terkait topik ini. Selain itu, bisa kita lihat juga
direview memang mengukur kualitas tidur namun hanya sebagian yang juga
menjadi salah satu keterbatasan studi literatur penulis karena akhirnya tidak
semua dari jurnal yang di review bisa dinilai apakah memang kualitas tidur
merupakan yang paling rendah dalam indikator kognitif yaitu remaja sering
melakukan hal yang membuat terjaga sebelum tidur. Sehingga dapat ditarik
disimpulkan bahwa perilaku sleep hygiene yang buruk merupakan salah satu
responden dengan sleep hygiene yang buruk beresiko 4,1 kali lebih besar
jurnal yang peneliti review dimana mayoritas skor sleep hygiene responden
salah satu upaya dibidang kesehatan yang menitik beratkan pada upaya
mendorong niat baca serta relatif murah dari segi biaya. Sedangkan
tingkat retensi ( daya serap serta daya ingat ) seseorang meningkat terhadap
A. Kesimpulan
peningkatan kualitas tidur dan sleep hygiene index remaja ini disimpulkan sebagai
berikut :
efektif dan sama- sama memberikan pengaruh positif atau pengaruh kearah
84
85
keaarah yang lebih baik pada aspek perilaku sleep hygiene responden
waktu yang sama setiap hari, tidak minum apapun 30 menit sebelum tidur,
lampu tidur, tidak mengerjakan tugas sekolah di tempat tidur, dan membuka
B. Saran
hygiene yang dilihat dari kualitas tidur dan perilaku sleep hygiene atau sleep
keperawatan dan intervensi sleep hygiene bisa dijadikan salah satu alternatif
memberikan efek pada kualitas tidur dan perilaku sleep hygiene remaja.
metode dan materi yang sesuai dan tepat yang bisa digunakan di Indonesia
Amir N. Gangguan Tidur pada Lanjut Usia Diagnosis dan Penatalaksanaan. Cermin
Dunia Kedokt. 2007;(157).
Awwal, H., Hartanto, F., & Hendrianingtyas, M. (2015). Prevalensi Gangguan Tidur
Pada Remaja Usia 12-15 Tahun : Studi pada Siswa SMP N 5 Semarang.
Jurnal Media Medika Muda
Berman, A., Snyder, S.J., Frandsen, G. (2016). Kozier & Erb’s Fundamentals of
Nursing: Concepts, Process, and Practice (Tenth Edition). New York:
Pearson Education, Inc
87
Buysse, D.J., (1998). The Pittsburgh Sleep Quality Index: A New Instrument for
Psychiatric Practice and Research.Psychiatric Research, 28, 193-213.
(2008).
Chronic Insomnia. Am J Psychiatry. 165 (6): 678-686
Demirci, K., Akgonul, M,. & Akpinar, A. (2015). Relationship of smartphone use
severity with sleep quality, depression, and anxiety in university students.
Journal of Behavioral Addictions 4(2), 85–92
Gipson, C. S., Chilton, J. M., Dickerson, S. S., Alfred, D., & Haas, B. K. (2019).
Effects of a sleep hygiene text message intervention on sleep in college
students. Journal of American College Health, 67(1), 32–41.
https://doi.org/10.1080/07448481.2018.1462816
Gellis, L. A., Park, A., Stotsky, M. T., & Taylor, D. J. (2014). Associations Between
Sleep Hygiene and Insomnia Severity in College Students: Cross-Sectional
and Prospective Analyses. Behavior Therapy, 45,(6), 806–816.
Halal CSE, Nunes ML. Education in children’s sleep hygiene: which approaches are
effective? A systematic review. J Pediatr (Rio J) 2014;90:449-56
Harmoniati, E. D., Sekartini, R., Gunardi, H., Ilmu, D., Anak, K., Kedokteran, F.,
Indonesia, U., Harmoniati, E. D., Sekartini, R., & Gunardi, H. (2016). Sleep
Hygiene. Sari Pediatri, 18(2), 93–99
Havighurst. (1961). Human Development & Education. New York: David Mckay Co.
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi dan
Konsep Proses Keperawatan. Jakar: Salemba Medika (2008). Pengantar
Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: salemba medika
88
Huda, N. (2016).100 Fakta Seputar Tidur yang Perlu Anda Tahu. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo
Jansson-Fröjmark, M., Evander, J., & Alfonsson, S. (2019). Are sleep hygiene
practices related to the incidence, persistence and remission of insomnia?
Findings from a prospective community study. Journal of Behavioral Medicine,
42(1), 128–138.
John, B., Bellipady, S. S., & Bhat, S. U. (2016). Sleep Promotion Program for
Improving Sleep Behaviors in Adolescents: A Randomized Controlled Pilot
Study. Scientifica, 2016. https://doi.org/10.1155/2016/8013431
Kloss, J. D., Nash, C. O., Walsh, C. M., Culnan, E., Horsey, S., & Sexton-Radek, K.
(2016). A “Sleep 101” program for college students improves sleep hygiene
knowledge and reduces maladaptive beliefs about sleep. Behavioral Medicine,
42(1), 48–56. https://doi.org/10.1080/08964289.2014.969186
Lehmann, Mick. Thomas, Schreiner. Erich, Seifritz. et al. 2016. Emotional arousal
modulates oscillatory correlates of targeted memory reactivation during
NREM, but not REM sleep. Scientific RepoRts6:39229 DOI:
10.1038/srep39229.
Levin, K. A., Currie, C., & Muldoon, J. (2009). Mental well-being and subjective
health of 11- to 15-year-old boys and girls in Scotland, 19942006. European
Journal of Public Health, 19(6), 605–610.
Lin, C. Y., Strong, C., Scott, A. J., Broström, A., Pakpour, A. H., & Webb, T. L.
(2018).
Lin, C. Y., Strong, C., Scott, A. J., Broström, A., Pakpour, A. H., & Webb, T. L.
(2018). 41(11), 1–11. https://doi.org/10.1093/sleep/zsy170
Luh, N., Purnama, A., & Silalahi, V. (2020). Jurnal Keperawatan Muhammadiyah.
5(1).
89
Lumantow, I., Ropas, S. & Onibala, F. (2016). Hubungan kualitas tidur dengan
tekanan darah ada remaja di desa Tombasian atas kecamatan Kawangkoan
Barat. E-Jurnal Keperawatan (e-Kp), 4, 1-6.
McKenzie, J.F. , Neiger, B.L. , & Thackeray, R. (2006). Planning, implementing, and
evaluating health promotion programs (5th ed.).
Matizih. Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya. Alex Media Komputindo. 2004.
Mardalifa, T., Yulistini, Y., & Susanti, R. (2018). Hubungan Sleep Hygiene dengan
Hasil Belajar Blok Pada Mahasiswa Tahap Akademik Fakultas Kedokteran.
Jurnal Kesehatan Andalas.
Mariyana, R., Oktorina, R. & Pratama, A. (2020). Terapi Wudhu dan Hyigiene
terhadap Gangguan Tidur Anak Usia Sekolah.REAL in Nursing Journal
(RNJ), 3(1), 11–19.
Mastin, D. F., Bryson J., Corwyn, R. (2006) Assesment Of Sleep Hygiene Using the
Sleep Hygiene Index. Journal of Behavioral Medicine, 29, (3), 223- 227.
Nashori, F. & Diana, R. R. (2005). Perbedaan kualitas tidur dan kualitas mimpi
anatara mahasiswa laki-laki dan perempuan. Humanitas: Indonesia
Psychlogical Journal, 2, 77-88.
Notoatmodjo, S (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit
EGC.
90
Nursalam & Efendi, F (2008). Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Nursalam, M., Apriani, N. K., Has, E. M. M., & Efendi, F. (2013). Sleep hygiene
behavior among Balinese adolescent. Journal of Nursing Education and
Practice, 4(3), 155–160.
Otsuka, Y., Kaneita, Y., Itani, O., & Tokiya, M. (2019). A school-based sleep hygiene
education program for adolescents.pdf.
Pandi S., Jaime. Principles and Practice of Geriatric Sleep Medicine. Cambridge
Univ Press. 2010;
Pieter, Herri Zan dan Lubis, Namora Lumongga. (2010). Pengantar Psikologi dalam
Keperawatan. Jakarta : Kencana
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,
proses, dan praktik. Jakarta: EGC
Potter, P.A., Perry, A.G., Stockert, P.A & Hall, A.M. (2013). Fundamentals of
Nursing (Eighth Edition). St. Louis: Mosby
Prasadja, A. 2009. Ayo Bangun Dengan Bugar Karena Tidur Yang Benar. Jakarta
P2PTM Kemenkes RI. (2016). Kebutuhan tidur sesuai usia – Direktorat P2PTM. 22
September
Rigney, G., Blunden, S., Maher, C., Dollman, J., Parvazian, S., Matricciani, L., &
Olds,
T. (2015). Can a school-based sleep education programme improve sleep
knowledge, hygiene and behaviours using a randomised controlled trial. Sleep
Medicine, 16(6), 736–745. https://doi.org/10.1016/j.sleep.2015.02.534
91
Roehrs, T. A., Harris, E., Randall, S., & Roth, T. (2012). Pain Sensitivity and
Recovery From Mild Chronic Sleep Loss. SLEEP
Smyth, Carole. (2012). The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Available from:
http://consultgerim.org/uploads/File/trythis/trythis61.pdf. Acessed 13 Feb
2020.
Stanley, M., & Beare, P. G. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.
Suci R. Pengaruh Penggunaan Lampu Pada Saat Tidur Terhadap Kualitas Tidur
Remaja di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pontianak. Universitas Tanjung Pura
Pontianak; 2015.
Tan, E., Healey, D., Gray, A. R., & Galland, B. C. (2012). Sleep hygiene intervention
for youth aged 10 to 18 years with problematic sleep: A before-after pilot study.
BMC Pediatrics, 12. https://doi.org/10.1186/1471-2431-12-189
Tarwoto & Wartonah . 2010. Kebutuhan Dasar manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Tama, R. A. (2005). Kualitas tidur dan suasana hati mahasiswa. Jurnal Psikologi
Islam, 1, 2, 163-175.
Tumakaka, G. Y. S., Agustini, N., Nurhaeni, N., & Rustina, Y. (2019). The Effect of
Sleep Hygiene Education on Sleep Quality in Children with Type 1 Diabetes
Mellitus: A Preliminary Study. Comprehensive Child and Adolescent Nursing,
42(sup1), 189–196. https://doi.org/10.1080/24694193.2019.1578440
Wahyuningrum, E., Hartini, S., & Rahmat, I. (2018). Effect of Health Education of
Sleep Hygiene on Sleep Problems in Preschoolers. Belitung Nursing Journal,
4(1), 68–75.
WHO (World Health Organisation). (2014). Health for the World’s Adolescents.
World Health Organisation
Wilkinson J.M., Treas, L.S., Barnett, K.L., Smith, M.H. (2016) Fundamentals of
Nursing: Theory, Concept, and Application (Third Edition: Volume 1).
Philadelphia: F.A Davis
92
Wulandari, A. (2014). Karakteristik Pertumbuhan Perkembangan Remaja dan
Implikasinya Terhadap Masalah Kesehatan dan Keperawatannya. Jurnal
Keperawatan Anak.
Zhu, L., & Zee, P. C. (2012). Circadian Rhythm Sleep Disorders. In Neurologic Cl
93
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
Nama : Asti Widya Utami
No.BP : 1611312011
Judul : “ Pengaruh Intervensi Sleep Hygiene Terhadap Kualitas Tidur dan Sleep Hygiene Index Remaja : Sebuah Literatur Review "
No. Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1. Pengajuan Judul Penelitian
2. Acc Judul Penelitian
3. Penyusunan Proposal Penelitian
4. Persiapan Ujian Proposal
5. Ujian Seminar Proposal
6. Perbaikan Proposal Penelitian
7. Pencarian data/ Jurnal
8. Pengolahan dan Analisa Jurnal
9. Penyusunan Hasil Penelitian
10. Ujian Skripsi
11. Perbaikan Hasil Ujian Skripsi
94
Lampiran 2. Anggaran Biaya Penelitian
95
Lampiran 3. Kartu Bimbingan Skripsi
96
97
Lampiran 4. Curriculum Vitae
A. Biodata Pribadi
Nama : Asti Widya Utami
Tempat/Tanggal Lahir : Padang/ 18 Desember 1997
Agama : Islam
Daerah Asal : Jln. Pemandian No. 48 Minangkabau, Kecamatang
Sungayang, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat
Pekerjaan : Mahasiswi Fakultas Keperawatan UNAND
Status : Belum Menikah
Nama Ayah : Yan Kas Bari, SE
Nama Ibu : Meri Anas
Alamat : Jln. Pemandian No. 48 Minangkabau, Kecamatang
Sungayang, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera
Barat
Email : astiwidyautami@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan
98