PENDAHULUAN
1
Hidrosalping ditemukan pada 10-30% wanita sebagai penyebab infertilitas.
Hidrosalping adalah suatu bentuk dari kerusakan tuba yang dapat disebabkan oleh
faktor intrinsik (infeksi ascending salpingitis) atau faktor ekstrinsik (peritonitis,
endometriosis, operasi pelvis). Terdapatnya suatu hidrosalping akan
mempengaruhi kesuburan dan keberhasilan fertilisasi in vitro (IVF).1
Angka kejadian infeksi C. trachomatis pada wanita infertil cukup tinggi.
Pemeriksaan IgG C. trachomatis dapat menjadi penanda adanya kerusakan tuba
fallopi. Infeksi chlamydia trachomatis berhubungan dengan peningkatan risiko
kerusakan tuba fallopi. Pada penelitian di RSUD dr. Soetomo, Surabaya,
didapatkan bahwa sebagian besar tuba fallopi pada subyek dengan infeksi
chlamydia trachomatis menunjukkan kerusakan, ditandai dengan adanya adhesi
perituba, oklusi tuba, fimosis fimbria, atau hidrosalping. IgG C. trachomatis
memiliki sensitifitas 62,5%, spesifisitas 81,25%, PPV 62,5% dan NPV 81,25%
dalam mendeteksi kerusakan tuba fallopi bila dikonfirmasi dengan hasil
laparoskopi.6
Sekitar 15% dari infertilitas wanita disebabkan oleh patologi tuba, sehingga
menjadi salah satu indikasi utama untuk penerapan teknik IVF. Namun, diketahui
bahwa wanita dengan bentuk patologi tuba distal yang paling parah dimana salah
satunya adalah hidrosalping, memiliki tingkat kehamilan yang lebih buruk setelah
pengobatan IVF dibandingkan dengan wanita dengan bentuk infertilitas tuba
lainnya.7Pada infertilitas karena faktor tuba yang disebabkan oleh hidrosalping
bilateral, fertilisasi in vitro (IVF) sekarang dianggap sebagai opsi utama dibanding
pengembalian fungsi tuba. Namun, hidrosalping sendiri mempengaruhi hasil IVF
dengan mengurangi tingkat implantasi dan meningkatkan risiko keguguran.8
Wanita dengan hidrosalping akan memiliki tingkat implantasi dan kehamilan
yang lebih rendah dalam assisted reproductive technology (ART), karena
kombinasi dari faktor mekanik dan faktor kimia hidrosalping yang dianggap
mengganggu lingkungan endometrium.9Insiden hidrosalping pada wanita infertil
adalah antara 10% sampai 13% ketika didiagnosis dengan USG. Angka ini
meningkat hingga 30% dengan penggunaan hysterosalpingography atau
laparoskopi.10
2
Beberapa penelitian telah menunjukkan konsekuensi merugikan dari
hidrosalping pada tingkat kehamilan, implantasi, aborsi, kelahiran prematur, dan
persalinan hidup pada pasien yang menjalani fertilisasi in vitro (IVF).11
Beberapa penelitian telah menunjukkan efek merugikan dari hidrosalping pada
tingkat keberhasilan fertilisasi in vitro (IVF). Hasil IVF yang buruk dengan
hidrosalping termasuk, penurunan 50% pada kehamilan dan peningkatan 2 kali
lipat pada aborsi spontan. Pengangkatan hidrosalping atau oklusi tuba proksimal
melalui pembedahan dapat meningkatkan keberhasilan IVF. Aspirasi transvaginal
cairan hidrosalping juga dapat meningkatkan keberhasilan IVF. Meskipun
intervensi ini dapat menyelesaikan hidrosalping, akan tetapi intervensi ini invasif,
mahal, dan tidak sepenuhnya memperbaiki reproduksi.3
Salpingektomi laparoskopi telah terbukti menjadi pilihan yang efektif untuk
menghindari konsekuensi yang merugikan ini. Ketika laparoskopi tidak
dianjurkan, histeroskopi dengan alat tertentu tampaknya menjadi alternatif untuk
pengelolaan hidrosalping sebelum dilakukannya IVF.8 Namun, masih ada peran
salpingostomi dalam pengobatan hidrosalping pada sub kelompok perempuan
tertentu, yang memenuhi beberapa keadaan, untuk dilakukan uji coba konsepsi
alami.9
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Saluran genital wanita berasal dari sistem saluran Mullerian karena pada
prinsipnya, saluran ini merupakan elaborasi dari saluran paramesonefrik. Dari
bagian proksimal saluran Mullerian sampai proses dinamis yang kompleks, maka
akan terbentuk tuba falopii fungsional.12
Suplai arteri dari tuba berasal dari arteri uterus dan ovarium, dan dapat
berubah secara sinkron dengan siklus menstruasi dan berbagai tahap kehamilan.
4
Aliran balik vena erat mengikuti perubahan arteri dengan jaringan kapiler
interkoneksi di bawah serosa, di lapisan otot dan di mukosa. 12 Inervasi simpatis
dan parasimpatis pada tuba berasal dari pleksus hipogastrik dan nervus splanik
pelvik yang meregulasi aktivitas otot dan pembuluh darah tuba.13
Dinding tuba falopi terdiri dari tiga lapisan: mukosa, muskularis, dan serosa.
Mukosa internal termasuk lamina propria dan epitel kolumnar bersilia, yang
terutama terdiri dari dua jenis sel utama. Di permukaan, sel-sel kolumnar bersilia
yang banyak bergerak secara gelombang menuju rahim, membantu dalam
transportasi telur. Sel-sel peg yang mensekresi lendir dan lebih pendek, berada di
antara sel-sel bersilia. Silia ini mendorong lendir yang mereka hasilkan menuju
rahim, membantu mengangkut sel telur, dan menghalangi akses bakteri ke rongga
peritoneum. Muscularis — lapisan tengah dinding tuba falopii — mengandung
lapisan otot polos melingkar dalam dan luar memanjang. Kontraksi seperti
gelombangnya akan menggerakkan sel telur menuju rahim. Penutup luar tuba
falopii adalah serosa; lapisan pelumas ini adalah bagian dari peritoneum visceral.13
Permukaan bagian dalam epitel tuba dilapisi oleh sel bersilia yang paling
menonjol pada bagian infundibulum dan fimbria. Selain itu, aktivitas silia sangat
aktif dalam fase sekretori siklus menstruasi. Banyak kondisi patologis yang terkait
dengan infertilitas telah terbukti berhubungan dengan hancurnya silia atau
berkurangnya gerakan siliaris.12
2.2 DEFINISI
Hidrosalping berasal dari kata Yunani yang menandakan tuba falopi yang
diisi dengan air atau cairan karena oklusi distal total, dengan distensi abnormal di
bagian ampula.14
Hidrosalping juga didefinisikan sebagai kumpulan cairan dalam lumen tuba
falopi karena adanya obstruksi distal. Hidrosalping didokumentasikan dengan
baik oleh USG atau studi pencitraan lain yang menunjukkan gambaran tuba
falopii menjadi struktur tubular berisi cairan berbentuk C atau S, dan terpisah dari
ovarium.2
5
Gambar 2.2 Hidrosalping ketika dilakukan laparoskopi. Perhatikan dinding tuba
yang terdilatasi seperti balon (panah).
2.3 ETIOLOGI
6
Penyakit menular seksual seperti chlamydia atau gonorrhea
Aborsi
Riwyat operasi abdominal (seperti ruptur appendiks)
Riwayat operasi tuba
Endometriosis pelvis
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
Tuberkulosis tuba
2.4 PATOFISIOLOGI
Meskipun silia dari lapisan dalam dari tuba falopi bergerak menuju rahim,
cairan tuba biasanya dikeluarkan melalui ujung fimbria ke dalam rongga
peritoneum dari tempat ia diserap.14 Karena infeksi dan peradangan, proses
penyembuhan tuba pada ujung bagian fimbrial menjadi hancur. Fimbria kemudian
beraglutinasi sehingga menutup ujung bagian peritoneum tuba fallopi. 15 Jika ujung
tuba bagian fimbria teraglutinasi, obstruksi yang dihasilkan tidak memungkinkan
cairan tuba lewat, sehingga terjadi akumulasi dan pembalikan aliran ke dalam
rahim. Tuba menjadi melebar pada bagian distal, berisi cairan, dan tidak dapat
berpartisipasi dalam proses reproduksi.14
Sekitar 25% dari semua infertilitas wanita disebabkan oleh faktor tuba,
dimana manifestasi penyakit tuba yang paling buruk adalah hidrosalping yang
tingkat kejadiannya bisa mencapai 10-30% dari penyakit tuba.9 Mayoritas
infertilitas tuba disebabkan oleh infeksi menular dari penyakit menular seksual
yang mengarah ke penyakit radang panggul (PID). Jika tidak diobati, PID dapat
menyebabkan peradangan kronis pada tuba Fallopii distal, yang dapat
menyebabkan penyumbatan dan akumulasi cairan yang dikenal sebagai
hidrosalping.16
Selain berperan dalam infertilitas, hidrosalping memiliki efek buruk pada
hasil fertilisasi in vitro (IVF). Tingkat kelahiran hidup wanita infertil dengan
hidrosalping setelah tindakan IVF berkurang sebanyak 50% dibandingkan dengan
infertilitas faktor tuba lainnya. Faktanya, hidrosalping berhubungan dengan
berkurangnya peluang implantasi dan peningkatan risiko abortus. Hal ini mungkin
terjadi akibat hasil dari efek buruk pada lingkungan endometrium yang
disebabkan oleh cairan hidrosalpingeal, setelah refluksnya masuk ke dalam
rahim.17
7
Telah banyak diketahui bahwa keberadaan hidrosalping dikaitkan dengan
tingkat implantasi dan kehamilan yang lebih rendah. Banyak penelitian telah
menunjukkan bahwa keberadaan hidrosalping mempengaruhi hasil IVF, dengan
penurunan tingkat kelahiran hidup sekitar 50%. Akan tetapi, mekanisme ini
sendiri belum dipahami dengan baik. Cairan hidrosalping dikenal sebagai
embriotoksik dan mengandung inhibitor faktor pertumbuhan (growth factor
inhibitor). Selain itu, telah diperkirakan bahwa cairan hidrosalping mengandung
konsentrasi protein dan bikarbonat yang lebih rendah daripada serum dan
mungkin juga mengandung debris seluler atau infeksi, limfosit dan komponen
lainnya, seperti sitokin, prostaglandin, leukotrien, dan katekolamin yang
seluruhnya memiliki sifat peradangan yang merusak, efek infeksi atau efek
imunologis pada embrio yang sedang berkembang dan dapat membuat
endometrium menjadi tidak cocok untuk perkembangan embrio.10
Aliran darah endometrium juga dapat mempengaruhi pada pasien dengan
hidrosalping. Satu studi telah menyelidiki aliran darah pada pasien dengan dan
tanpa hidrosalping dan menemukan bahwa endometrium dan sub-endometrium
pasien dengan hidrosalping memiliki aliran darah yang berkurang secara
signifikan dibandingkan dengan pasien tanpa hidrosalping.10
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengapa hidrosalping
menyebabkan menurunnya tingkat kehamilan, yaitu sebagai berikut.15
a. Kebocoran retrograde dari cairan tuba ke rongga uterus
Terdapatnya sitokin inflamasi di cairan hidrosalping diduga bersifat
embriotoksik yang akan mencegah terjadinya proses fertilisasi. Diduga
cairan hidrosalping akan menyebabkan motilitas dari sperma menjadi
berkurang.15
b. Permasalahan mekanis
Hidrosalping akan menyebabkan terganggunya pertemuan antara
permukaan endometrium dengan embrio, ataupun menyebabkan embrio
terbilas keluar melalui serviks oleh karena adanya kebocoran cairan tuba
ke rongga endometrium. Kebocoran dari cairan hidrosalping ke rongga
uterus juga dapat menyebabkan terjadinya ekspulsi dari embrio. Diduga
juga bahwa cairan hidrosalping dapat meningkatkan gerakan peristaltik
dari endometrium.15
8
c. Heat-shock protein
Heat-shock Protein menimbulkan reaksi imun dan inflamasi yang kuat dan
mungkin bertanggung jawab untuk respons imun lokal, yang mengarah
pada reaksi inflamasi, berkurangnya implantasi, dan penolakan imun
setelah prosedur pemindahan embrio. Insiden infeksi Chlamydia
trachomatis lebih umum pada pasien dengan hidrosalping. 15Infeksi
Chlamydia trachomatis berhubungan dengan peningkatan risiko kerusakan
tuba fallopi. Adanya heat shock protein 60 (hsp) Chlamydia, reaksi imun
tipe lambat serta pelepasan sitokin merupakan mekanisme yang
menimbulkan kerusakan pada tuba fallopi.6
d. Penerimaan Endometrium
Hubungan antara embrio dan endometrium adalah hal yang wajib untuk
implantasi embrio dan hal ini dimediasi oleh ekspresi sitokin yang tepat
dan zat terkait selama periode implantasi. Proses ini dapat terganggu
karena adanya cairan hidrosalping.15
Sitokin seperti interleukin-1 (IL-1), faktor penghambat leukemia (LIF),
faktor perangsang koloni-1 (CSF-1), dan integrin adalah semua faktor
yang penting selama implantasi; mereka dan beberapa reseptornya akan
diekspresikan dan diatur oleh embrio atau endometrium selama jendela
implantasi.15
e. Sifat Embriotoksik dari Cairan Hidrosalping
Cairan hidrosalping tampaknya tidak mengandung faktor-faktor kuat yang
berpotensi merusak perkembangan embrio. Kurangnya substrat esensial
tertentu lebih cenderung bertanggung jawab atas gangguan perkembangan
embrio di hidrosalping.15
9
Hidrosalping dapat terjadi secara unilateral dan bilateral. Pada pasien
dengan hidrosalping unilateral, tuba yang berlawanan dari hidrosalping umumnya
juga mengalami abnormalitas.15
Terdapat teori bahwa cairan dalam hidrosalping memainkan peran kausatif
dalam mengurangi tingkat kehamilan dalam teknologi reproduksi terbantu
(Assisted Reproductive Technology); keberhasilan ART untuk wanita dengan
penyakit tuba hidrosalping berkurang 50% dibandingkan dengan wanita yang
tidak memiliki hidrosalping. Ketika hidrosalping hadir pada pasien yang
menjalani IVF, tingkat implantasi menjadi lebih rendah (2,9% dibanding 10%
pada kelompok tanpa hidrosalping) dan hidrosalping menyebabkan tingkat
kehamilan yang lebih rendah (22% dibanding 36% pada kelompok tanpa
hidrosalping). Pasien dengan hidrosalping juga memiliki tingkat kehamilan
ektopik dan keguguran yang tinggi.9
Prognosis yang baik dikaitkan dengan pasien yang tidak mengalami adhesi
adnexa, tuba yang hanya sedikit melebar (<3 cm) dengan dinding tipis dan lentur,
dan endosalping subur dengan lipatan mukosa yang masih baik. Prognosis yang
buruk memiliki adhesi peritubal padat yang luas, tuba melebar secara masif
dengan dinding fibrotik yang tebal, dan / atau mukosa luminal yang jarang atau
tidak ada.4
2.6 DIAGNOSIS
2.6.1 USG
Tuba falopi menjadi terlihat pada USG hanya ketika tuba mengalmi distensi
dengan cairan, darah, atau nanah di dalamnya. Tuba tampak seperti lesi kistik
dengan septa dan sering sulit dibedakan dengan kista ovarium atau kumpulan
cairan di adneksa.15
Gambaran USG yang dapat terlihat adalah :15
10
Dinding tipis atau tebal (dalam kasus kronis), memanjang atau terlipat,
berbentuk tabung, berbentuk C, atau berbentuk cairan yang berisi struktur
S, yang berbeda dari uterus dan ovarium.
Lipatan longitudinal yang ada dalam tuba falopii normal dapat menebal
dengan adanya hidrosalping. Lipatan dapat menghasilkan penampilan
"cogwheel" yang khas ketika dicitrakan secara melintang. Lipatan ini
adalah patognomonik dari hidrosalping.
Septa yang tidak lengkap juga bisa memberi tanda "beads on a string".
Kadang-kadang tuba falopi yang melebar mungkin tidak menunjukkan
lipatan memanjang. Jika sifat memanjang lipatan ini tidak diperhatikan,
pemeriksa mungkin keliru sebagai nodul mural dari massa kistik ovarium.
Jaringan parut hidrosalping yang signifikan dapat hadir sebagai massa
kistik multi-lokular dengan septa multipel (seringkali tidak lengkap) yang
menciptakan banyak kompartemen. Septa ini umumnya tidak lengkap, dan
kompartemen dapat dihubungkan. Namun, dengan jaringan parut yang
lebih banyak, diferensiasi dari massa ovarium dapat tidak memungkinkan.
Penggunaan 3D volume dapat menghubungkan lesi kistik yang terletak di
berbagai bidang dan meningkatkan kemampuan diagnostik USG. Mode
3D inverse dapat lebih membantu dalam memvisualisasikan seluruh
tabung, di mana semua bagian yang diisi cairan menjadi buram,
membentuk gips dari tabung kistik. Ini membedakan hidrosalping dari
massa kistik ovarium.
Gambaran USG untuk hidrosalping adalah massa kistik tubular atau kista
berbentuk huruf S yang terpisah dari ovarium, dengan :15
Penampilan "beads on a string" atau "cogwheel" (nodul kecil berukuran
kurang dari 3 mm yang mewakili lipatan endosalpingeal bila dilihat pada
bagian melintang)
"waist sign" (lekukan pada sisi yang berlawanan)
Septa tidak lengkap, yang dihasilkan dari segmen lipatan tabung
terdistensi / melekat ke segmen tuba lainnya
11
Gambar 2.3 Struktur kistik tubular terdilatasi dengan septa tidak lengkap, waist
sign (+).15
12
Gambar 2.4 Gambar 3D multiplanar dan gambar permukaan struktur berarsir --
berbentuk sosis tubular terdilatasi dengan gema internal
(pyohidrosalping/hematosalping).15
13
2.6.2 CT-Scan
2.6.3 MRI
14
Gambar 2.6 Struktur tuba terdilatasi dengan plika submukosal dan septa
inkomplit.
15
Gambar 2.7 Tuba terdilatasi bilateral sampai ke ujung distal.
2.6.5 Laparoscopy
2.7 TATALAKSANA
16
Gambar 2.8 Salpingostomi.
Selama operasi tuba distal diinsisi dan dibuka di daerah avaskular, dan
ostium yang baru dibuat dijahit kembali ke mesosalpinx. Namun, karena
meningkatnya penggunaan pengobatan IVF / ICSI, operasi sterilisasi
(salpingektomi dan oklusi tuba) telah terbukti menggandakan peluang
keberhasilan IVF dan sekarang sedang dilakukan dalam preferensi untuk
memastikan bahwa hydrosalpingeal tidak mengganggu endometrium. 16
Operasi sterilisasi memiliki kelemahan utama yaitu pada pasien yang
memiliki hidrosalping bilateral akan bergantung pada perawatan IVF / ICSI untuk
mencapai kehamilan di masa depan. Tinjauan sistematis dari 22 studi (termasuk
2810 pasien) menunjukkan bahwa wanita yang telah menjalani salpingostomi
untuk hidrosalping memiliki tingkat kehamilan spontan 27%, tingkat kehamilan
klinis kumulatif 25,5% pada 24 bulan setelah salpingostomi dan tingkat kelahiran
hidup 25%, menunjukkan bahwa ini adalah strategi pengobatan alternatif yang
efektif untuk mensterilkan prosedur tuba. 16
17
Winston et al. menunjukkan bahwa tingkat kerusakan tuba, ditentukan
oleh tingkat kerusakan mukosa dan fibrosis tuba, adanya penyakit ismusik dan
kualitas adhesi tuba dan ovarium, mempengaruhi prognosis. Untuk hydrosalping
berdinding tipis dengan mukosa yang baik, dikelilingi oleh beberapa atau adhesi
halus, hasil yang sangat baik telah dilaporkan setelah operasi rekonstruksi tuba
dengan lebih dari setengah dari pasien mencapai kehamilan intrauterine.
Sebaliknya, hydrosalping berdinding tebal dengan fibrosis dinding memiliki
prognosis yang buruk. Tingkat kekambuhan hidrosalping setelah salpingostomi
dilaporkan mencapai 70% pada kelompok prognostik yang buruk. 16Rekurensi
Adhesi ditemukan pada 19 pasien, dan adhesi padat secara signifikan lebih
mungkin akan terbentuk kembali.17
b. Laparoskopi salpingektomi
Metode ini melakukan pengangkatan lengkap pada tuba. Metode ini harus
dilakukan dengan tindakan pencegahan berikut - penggunaan elektrokauter
dengan hati-hati, mesosalping harus direseksi dengan hati-hati untuk menghindari
kerusakan pada arteri tuba medial, dan jika tuba sangat menempel pada ovarium,
lebih baik untuk meninggalkan sebagian dari tuba yang melekat pada ovarium
daripada melakukan salpingektomi radikal yang tidak perlu. Dianjurkan untuk
tidak mereseksi tuba terlalu dekat dengan uterus untuk menghindari risiko
dehiscence di dinding rahim dan fistula kornu.15
18
Gambar 2.9 Salpingektomi.
Johnson et al. menunjukkan bahwa tingkat kehamilan klinis yang sedang
berlangsung pada kelompok intervensi adalah 31% berbanding 17,6% pada
kelompok kontrol (rasio odds [OR] 2.2, interval kepercayaan 95% [CI]. Dalam
salpingektomi, jaringan yang terinfeksi secara kronis dihilangkan, dan ini
membatasi kemungkinan pembentukan abses atau torsi berikutnya, serta
peningkatan akses ke ovarium selama pengambilan telur di IVF. 16
Salpingektomi juga membawa peningkatan risiko kehamilan interstitial
(IP) (kehamilan dalam bagian tuba falopi yang terletak di dinding rahim dan
terhubung dengan sisa tabung ke rongga endometrium) dalam kasus di mana
transeksi tuba falopii berada di situs yang terlalu dekat dengan cornua. Wang et al.
mengidentifikasi 43 kasus IP, 71% di antaranya telah menjalani salpingektomi
bilateral sebelum IVF. 16
19
kehamilan klinis adalah 59% pada pasien yang menjalani oklusi tuba
proksimal.Tidak ada komplikasi pasca operasi yang dilaporkan.18
20
nyeri panggul yang sedang berlangsung akibat tekanan dan adanya tuba yang
sakit, dan risiko torsi adneksa dan selanjutnya diperlukan operasi bagian
adneksa.16
Essure adalah sebuah alat yang diletakkan di tuba yang terbuat dari besi
stainless pada kumparan dalam, dan nikel titanium serta fiber polietil pada
kumparan luar. Alat ini diletakkan dengan histeroskopi pada bagian proksimal dari
tuba, dengan tujuan untuk mencegah adanya cairan berpindah dari rongga
peritoneal. Fiber polietil akan memicu pertumbuhan jaringan dalam waktu 3
bulan, sehingga hal ini akan menjadi oklusi tuba proksimal yang permanen.5
Essure® dan Adiana® adalah perangkat yang dijelaskan untuk oklusi tuba
histeroskopi, tetapi hanya yang pertama sejauh ini telah digunakan dalam
pengelolaan hidrosalpinx. Essure® telah banyak digunakan untuk sterilisasi tuba
histeroskopi. Ini adalah insersi mikro, panjang 4 cm dan diameter 2 mm bila
diperluas. Serat polietilen tereftalat, yang berjalan melalui kumparan bagian dalam
perangkat Essure®, menyebabkan reaksi jaringan dan mengakibatkan
penyumbatan tuba saat dimasukkan. 16
21
Gambar 2.11 Oklusi tuba dengan histeroskopi menggunakan Essure.
e. Aspirasi transvaginal
Keuntungan dari metode ini adalah tidak invasif, lebih aman, lebih mudah
untuk dilakukan dalam kasus adhesi yang tebal, dan masa rawat inap yang
lebih singkat. Akan tetapi, metode ini memiliki tingkat rekurensi yang
tinggi, serta memilki resiko infeksi pelvis.15
Jarum aspirasi dimasukkan ke dalam hidrosalping setelah pengambilan
oosit dan pengisapandiaplikasikan untuk aspirasi cairan hidrosalpinx
sepenuhnya.Dalam kasus dengan hydrosalpinx bilateral, prosesnyatersebut
diulangi di sisi yang berlawanan. Cairan Hydrosalpinx yang diaspirasi
kemudian dilakukan pemeriksaan mikrobiologis.Tingkat kehamilan klinis
berkisar dari 12,82 – 27,5 %.Rekurensi Akumulasi ulang cairan
hydrosalpinx selama periode implantasi.19
f. Neosalpingostomi
Sejak salpingostomi laparoskopi diperkenalkan oleh Gomel pada tahun
1977, prosedur ini telah menjadi metode pembedahan untuk hidro-salpinx pada
wanita yang ingin mempertahankan kesuburannya. Selain itu, dengan
perkembangan instrumen laparoskopi dan teknik bedah, single-port laparoscopic
22
surgery (SP-LS) telah dilaporkan di berbagai bidang ginekologi dan menjadi
semakin populer karena banyak keunggulannya, seperti tetap di rumah sakit yang
lebih pendek, waktu pemulihan lebih cepat , hasil kosmetik yang lebih baik, dan
komplikasi luka yang lebih sedikit. Namun belum terdapat laporan penggunaan
single-port laparoscopic neosalpingostomy (SP-LN) untuk hidrosalping.20
Penelitian yang dilakukan oleh yuk, dkk pada tahun 2017 dengan
menggunakan prosedur single-port laparoscopic neosalpingostomy (SP-LN)
menyatakan bahwa Selama masa studi, 48 wanita memenuhi syarat untuk
mendaftar. Lima belas wanita dari kelompok ini memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi dan setuju untuk menjalani SP-LN. 20
Enam wanita menjalani SP-LN unilateral untuk alasan berikut: tiga
memiliki tuba paten kontralateral, dua memiliki salpingektomi kontralateral
sebelumnya karena kehamilan tuba, dan satu telah menerima adhesiolisis
sederhana dalam tuba kontralateral. 20
Demam pasca operasi diselesaikan dengan manajemen konservatif, dan
tidak ada komplikasi lain yang diamati. Tidak ada konversi ke laparoskopi
multiport atau laparotomi. Meskipun penggunaan SP-LS untuk ginekologi
keganasan telah dipublikasikan sebelumnya, kurangnya studi tentang SP-LN
tampaknya disebabkan oleh faktor-faktor berikut: (1) Insiden hidrosalping rendah,
dan neosalpingostomi kurang banyak digunakan karena pengembangan
pembantuan teknik reproduksi. (2) Berbeda dengan sebagian besar operasi
ginekologis, yang terdiri dari prosedur destruktif, termasuk eksisi dan sayatan,
neo-salpingostomi membutuhkan adhesiolisis yang teliti, insisi, koagulasi, dan
penjahitan. (3) SP-LS memiliki kendala teknis yang tak terhindarkan yang
disebabkan oleh pembatasan ruang, yang membatasi jumlah lengan yang dapat
digunakan. Oleh karena itu, beberapa metode baru dikembangkan untuk
mengatasi masalah ini. Tetapi dari kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh yuk,
dkk pada tahun 2017, mengingat bahwa wanita premenopause yang relatif muda
adalah kandidat untuk neosalpingostomi untuk hidrosalping, SP-LN diyakini
menjadi alternatif yang menarik pada wanita dengan hidrosalping karena efek
kosmetik yang menguntungkan.20
23
Walaupun salpingostomi menghasilkan kehamilan intrauterin yang rendah
dan tingkat kehamilan tuba yang tinggi pada keadaan tuba dengan kerusakan luas,
hasil pada keadaan tuba dengan kerusakan ringan hingga sedang sangat baik.
Tingkat kehamilan intrauterin meningkat hingga 70% pada kasus ringan.
Prognosis akan menjadi buruk dengan adanya perlengketan intratubal dan tidak
adanya lipatan mukosa dengan bercak-bercak mukosa parut yang rata. Hal yang
sama berlaku untuk hidrosalping berdinding kaku dan tebal, yang biasanya tidak
membesar. Dalam kasus seperti itu, salpingostomi tidak diindikasikan.20
Intervensi bedah seperti salpingektomi atau oklusi tuba sebelum IVF
meningkatkan hasil dari IVF, tetapi prosedur ini sering dikontraindikasikan pada
wanita dengan adhesi panggul yang padat. 21 Prosedur ini adalah prosedur invasif
dengan risiko tinggi untuk terjadi adhesi intraabdominal yang signifikan. Selain
itu, prosedur ini dapat mengganggu suplai darah ke ovarium yang mengakibatkan
berkurangnya aliran darah ke ovarium. Hasil oklusi tuba proksimal laparoskopi
telah menjanjikan, tetapi tindakan ini masih melakukan intervensi di dalam rongga
abdominopelvis dengan risikonya tersendiri.11
Pendekatan laparoskopi tidak sepenuhnya bebas dari komplikasi, seperti
adhesi, perforasi usus dan cedera pada saluran kemih. Efek samping ini dapat
mempengaruhi kesuburan bahkan menjadi lebih parah dari kondisi awal, terutama
pada kelompok pasien yang rentan terkena PID. Ketika laparoskopi tidak
dianjurkan, tatalaksana secara histeroskopi merupakan pilihan paling efektif untuk
pengelolaan hidrosalping sebelum IVF.21
g. Milking out
Kehamilan ektopik awal yang belum rupture dapat ditatalaksana secara
efektif secara laparaskopik. Ahli bedah akan mengupayakan milking out dari
kantung gestasional. Selain itu, kondisi ini juga data diobati dengan injeksi local
methotrexate ke dalam kantung gestasional. Semua prosedur tersebut merupakan
tatalaksana konservatif untuk mempertahankan potensial fungsi reproduksi
wanita.22
Prosedur ini dapat dilakukan pada kehamilan fimbrial namun pendarahan
yang massif dan berkelanjutan serta jaringan trofoblastik yang persisten
24
meningkatkan tesiko terjadinya rekurensi kehamilan ektopik dan prosedur ini
tidak dianjurkan pada kondisi tersebut.22
Hidrosalping pada tuba dapat ditatalaksana dengan salpingostomi lateral
dan fimbrioplasti dengan eversi pada fimbriae yang inverted dan modifikasi cuff.
Pada tuba yang terblokir, reseksi segmental dan anastosmosis telah terbukri
berhasil dilakukan dengan laparaskopi. Hidrosalping harus ditatalaksana secara
tuntas sebelum dimulainya IVF/ n vivo fertilitation untuk meningkatkan angka
keberhasilan hamil.22
Tabel 2.1. Perbandingan Tatalaksana Hidrosalping.
Oklusi tuba
Oklusi tuba
2 Laparoskopi proksimal Aspirasi Neosalping
Konservatif Salpingostomy dengan
2,27 15,16,17,28 salpingektomi1 dengan transvaginal1 ostomi11,20,21
5,16 histeroskopi5
laparoskopi1 ,7,15,16
5,19 ,30
1,18
tingkat
implantasi
tindakan dan
tingkat
oklusi tuba Tingkat kehamilan
lebih dari kehamilan Tingkat
dan kehamilan yang Tingkat
setengah dari klinis yang kehamilan
salpingekto klinis adalah sebanding kehamilan
pasien sedang intrauterin
Keberhasilan mi lebih 59% pada pada wanita klinis
mencapai berlangsung meningkat
IVF superior pasien yang yang telah berkisar dari
kehamilan pada hingga 70%
dibandingka menjalani mengalami 12,82 – 27,5
intrauterine kelompok pada kasus
n dengan oklusi tuba oklusi tuba, %
(80%) intervensi ringan.
tatalaksana proksimal salpingekto
adalah 31%
konservatif mi dan
salpingosto
mi.
Teknik Milking Selama operasi penggunaan Semua Oklusi tuba Jarum dengan
Pengerjaan Out: Ahli tuba distal elektrokauter , oklusi tuba dengan aspirasi menggunak
bedah akan diinsisi dan mesosalping proksimal histeroskopi dimasukkan an prosedur
mengupayak dibuka di direseksi bilateral biasanya ke dalam single-port
an milking daerah kemudian dilakukan menggunaka hidrosalping laparoscopi
out dari avaskular, dan lebih baik secara n alat yang setelah c
kantung ostium yang untuk laparoskopi beranama pengambilan neosalping
gestasional. baru dibuat meninggalkan dengan Essure.15 oosit dan ostomy
Selain itu, dijahit kembali sebagian dari bipolar Penempatan pengisapan (SP-LN)
kondisi ini ke tuba yang diatermi Essure diaplikasika
juga data mesosalpinx. melekat pada pada segmen secara n untuk
diobati ovarium isthmic pada histeroskopi aspirasi
dengan daripada dua akan cairan
injeksi local melakukan area menyumbat hidrosalpinx
methotrexate salpingektomi terpisah, dan tuba fallopi sepenuhnya.
ke dalam radikal yang drainase dan dengan Dalam kasus
kantung tidak perlu hidrosalping demikian dengan
gestasional tidak akan hydrosalpin
dilakukan. mencegah x bilateral,
Pasien kebocoran prosesnya
25
tersebut
diulangi di
sisi yang
berlawanan.
cairan Cairan
dipulangkan
hidrosalping Hydrosalpin
sehari
eal ke dalam x yang
setelah
rongga diaspirasi
operasi.
rahim. kemudian
dilakukan
pemeriksaan
mikrobiolog
is
pendarahan
yang massif
dan nyeri
berkelanjuta panggul
Demam
n serta yang sedang
pasca
jaringan Adhesi berlangsung
operasi
trofoblastik ditemukan akibat Rekurensi
kerusakan diselesaika
yang pada beberapa tekanan dan Akumulasi
pada arteri Tidak ada n dengan
Komplikasi persisten kasus, dan adanya tuba ulang
tuba medial, komplikasi manajemen
tindakan/ meningkatka adhesi padat yang sakit, cairan
dehiscence di pasca konservatif,
resiko n tesiko secara dan risiko hydrosalpin
dinding rahim operasi yang adhesi,
penyakit lain terjadinya signifikan torsi x selama
dan fistula dilaporkan perforasi
rekurensi lebih mungkin adneksa dan periode
kornu usus dan
kehamilan akan terbentuk selanjutnya implantasi
cedera pada
ektopik dan kembali. diperlukan
saluran
prosedur ini operasi
kemih.
tidak bagian
dianjurkan adneksa.
pada kondisi
tersebut
26
ovarium
lebih
tetap
sedikit
dipertahan
2. prosedur
kan
invasif
2. risiko torsi
dengan
adneksa
risiko
dan
tinggi
selanjutny
untuk
a
terjadi
diperlukan
adhesi
operasi
pasien intraabdo
bagian
3. Direkome minal
adneksa.
ndasikan yang
3. Diindikasi
ketika signifikan
ektopik berdasarkan kan pada
adhesi 3. Indikasi:
awal yang pada pasien
pelvis tiga
belum keadaan dengan
sangat memiliki
rupture mukosa tuba kontraindi yang lebih
tebal tuba
dapat yang sehat kasi untuk singkat.
sehingga paten
ditatalaksa 4. Tingkat laparoskop
na secara kekambuhan
panggul terdapat
i (obesitas,
4. Ak kontralate
4. Tidak resiko an tetapi, ral, dua
efektif hidrosalping frozen
ditemukan melukai metode ini memiliki
secara setelah pelvis,
pada organ memiliki salpingek
laparaskop salpingosto dll.).
penelitian sekitar tingkat tomi
ik mi manajeme
sebelumnya ketika rekurensi kontralate
4. Tidak dilaporkan n
melakukan yang ral
ditemukan mencapai alternatif,
salpingekt tinggi. sebelumn
pada 70% pada terutama
omi ya karena
penelitian kelompok dalam
4. Tidak kehamila
sebelumny prognostik kasus
ditemukan n tuba,
a yang buruk.. anatomi
pada dan satu
panggul
penelitian telah
yang
sebelumny menerima
terdistorsi
a adhesiolis
pada
is
mereka
sederhana
yang
dalam
memiliki
tuba
adhesi
kontralate
panggul
ral.
yang
4. Tingkat
parah
rekurensi
4. Mudah
sebesar
terjadi
70%
rekurensi
27
mereka dengan nyeri panggul atau kemandulan, atau yang diagnosisnya tidak
pasti, laparoskopi diagnostik sering dipilih.23
Pada sebuah studi meta-analisis, didapati bahwa terdapat 7 penelitian
dengan metode uji acak terkendali (randomized controlled trial) yang memiliki
kesimpulan bahwa pada wanita hamil yang mengalami hidrosalping, kelompok
hidrosalping yang tidak ditatalaksana secara pembedahan memilki risiko dua kali
lipat mengalami keguguran dibandingkan dengan kelompok hidrosalping yang
ditatalaksana secara pembedahan. Studi meta-analisis ini juga menyatakan bahwa
terdapat 6 penelitian kohort observasional yang memiliki kesimpulan yang sama.10
Pada studi meta-analisis lainnya, juga didapati bahwa tindakan oklusi tuba
dan salpingektomi lebih superior dibandingkan dengan tatalaksana konservatif
untuk tatalaksana kasus hidrosalping dengan kehamilan. Untuk hasil klinis pada
kandungan pasien dengan hidrosalping dengan kehamilan, tindakan oklusi tuba
dan salpingektomi juga lebih superior.24
28
cairan hidrosalpingeal terpisah dari rongga endometrium tempat embrio
ditempatkan. Ada bukti bahwa dengan menggunakan teknik sterilisasi ini akan
menggandakan peluang keberhasilan IVF pada wanita dengan hidrosalping
sehingga operasi sterilisasi telah menjadi praktik klinis yang umum dilakukan.16
Dengan kemajuan dalam teknik IVF, teknik ini menjadi teknik yang paling
sering digunakan saat ini daripada mencoba memulihkan fungsi tuba. Selain itu,
efek buruk dari hidrosalping pada implantasi dan tingkat kehamilan di IVF telah
dipelajari dengan baik, menyebabkan banyak ahli bedah memutuskan untuk
mengangkat tuba falopi yang rusak sebelum teknik IVF.14
Teknik reproduksi berbantuan (ART) menghasilkan tingkat keberhasilan
yang tinggi untuk wanita dengan infertilitas faktor tuba. Karena ART berpotensi
efektif untuk semua kategori infertilitas, selama dua dekade ini penelitian
infertilitas telah difokuskan pada teknik dan hasil IVF, daripada mengembangkan
teknik bedah atau melatih tindakan dalam bedah mikro tuba. Melakukan
salpingostomi laparoskopi sebelum IVF pada wanita dengan kelainan tuba dengan
prognosis yang baik dapat meningkatkan hasil dari IVF, dan sekaligus
menawarkan potensi konsepsi spontan.20
Karena tingginya penatalaksanaan IVF pada kasus infertilitas tuba, operasi
sterilisasi (salpingektomi dan oklusi tuba) menunjukkan peningkatan tingkat
keberhasilan IVF sebanyak dua kali lipat. Hal ini menjadikan prosedur operasi
sterilisasi semakin rutin dilakukan dengan harapan cairan hidrosalping tidak
mencapai dan mengganggu lingkungan endometrium. Namun, masih ada peran
salpingostomi dalam pengobatan hidrosalping pada sub kelompok perempuan
tertentu, yang memenuhi beberapa keadaan, untuk dilakukan uji coba konsepsi
alami.9
Tinjauan sistematis dari 22 studi (termasuk 2810 pasien) menunjukkan
bahwa wanita yang telah menjalani salpingostomi untuk hidrosalping memiliki
tingkat kehamilan spontan 27%, tingkat kehamilan klinis kumulatif 25,5% pada
24 bulan setelah salpingostomi dan tingkat kelahiran hidup 25%. Hal ini
menunjukkan bahwa salpingostomi adalah strategi pengobatan alternatif yang
efektif untuk prosedur sterilisasi tuba. Akan tetapi, terdapat risiko tinggi
29
kehamilan ektopik setinggi 10%, dan studi lebih lanjut diperlukan untuk
mengidentifikasi subpopulasi yang akan mendapat manfaat paling besar dari
operasi konservasi tuba, dengan pertimbangan yang masuk akal mengenai
kemungkinan konsepsi alami berikutnya.16
30
terjadinya kehamilan dibandingkan tanpa intervensi (36% vs 13%), tindakan ini
juga meningkatkan keguguran yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
intervensi lain (38% vs 15%).5
Hasil yang didapat pada studi meta-analisis yang dilakukan oleh Tsiami dkk.
mendapat hasil yang berbeda. Studi meta-analisis ini mendapatkan hasil bahwa
oklusi tuba merupakan tatalaksana pembedahan yang lebih baik dibandingkan
dengan salpingektomi.24,26
Sebuah studi yang membandingkan oklusi tuba dengan salpingektomi untuk
kasus hidrosalping sebelum IVF melaporkan bahwa kadar follicle-stimulating
hormone (FSH) meningkat setelah tindakan salpingektomi, tetapi tidak meningkat
setelah tindakan oklusi proksimal. Walaupun terdapat perbedaan ini, studi ini
menemukan bahwa tidak ada perbedaan dalam stimulasi ovarium atau hasil IVF
antara kedua tindakan.4
31
BAB 3
KESIMPULAN
Hidrosalping berasal dari kata Yunani yang menandakan tuba falopi yang
diisi dengan air atau cairan karena oklusi distal total, dengan distensi abnormal di
bagian ampula.Modalitas diagnosis dalam hidrosalping adalah USG, CT-Scan,
MRI, dan Histerosalpingografi (HSG). Hidrosalping cenderung tidak
menunjukkan gejala, dan konsekuensi utamanya adalah infertilitas.
32
Suatu studi mendapatkan kesimpulan bahwa salpingektomi dikaitkan
dengan kelahiran hidup IVF, kehamilan dan tingkat implantasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pilihan pengobatan hidrosalping lainnya.
Prognosis yang baik dikaitkan dengan pasien yang tidak mengalami adhesi
adnexa, tuba yang hanya sedikit melebar (<3 cm) dengan dinding tipis dan lentur,
dan endosalping subur dengan lipatan mukosa yang masih baik. Prognosis yang
buruk memiliki adhesi peritubal padat yang luas, tuba melebar secara masif
dengan dinding fibrotik yang tebal, dan / atau mukosa luminal yang jarang atau
tidak ada.
33
DAFTAR PUSTAKA
34
10. Harb, H., Ghosh, J., Al-Rshoud, F., Karunakaran, B., Gallos, I. and
Coomarasamy, A. (2019). Hydrosalpinx and pregnancy loss: a systematic
review and meta-analysis. Reproductive BioMedicine Online, 38(3),
pp.427-441.
11. Amer, M., Ahmed, M. and Hassan, D. (2018). Hysteroscopic tubal
occlusion using iso-amyl-2-cyanoacrylate in patients with
hydrosalpinx. Journal of Obstetrics and Gynaecology Research, 44(12),
pp.2174-2180.
12. Briceag, I., Costache, A., Purcarea, V. L., Cergan, R., Dumitru, M., Sajin,
M., Ispas, A. T. (2015). Fallopian tubes – literature review of anatomy and
etiology in female infertility. Journal of Medicine and Life, 8(2), pp. 129-
131.
13. Hays, D. and Clark, N.R., 2016. Gynecologic Anatomy and
Physiology. Women’s Gynecologic Health, p.77.
14. Farhan, A.S. (2016). Laparoscopic Versus Hysteroscopic Tubal
Disconnection in Unilateral Hydrosalpinx and it's Value on Occurrence of
Spontaneous Pregnancy. International Invention Journal of Medicine and
Medical Sciences, 3(8), p.153-158.
15. Indian Fertility Society 2017, ARText : Hydrosalpinx in Assisted
Reproduction, Indian Fertility Society.
16. Ng, K. Y. B., & Cheong, Y. (2019). Hydrosalpinx–salpingostomy,
salpingectomy or tubal occlusion. Best Practice & Research Clinical
Obstetrics & Gynaecology.
17. Taylor RC; Berkowitz J; McComb PF. Role of laparoscopic salpingostomy
in the treatment of hydrosalpinx. Fertility and Sterility. 2001; 75(3): 1-7.
18. Cenksoy; PO, et al. The Proximal Tuba Occlusion In Women with
Bilateral Hydrsalpinx Undergoing in Vitro Fertilization. Journal of Clinical
and Analytical Medicine. 2015: 1-4.
19. Fouda UM; Sayed AM; Abdelmoty HI; Elsetohy KA. Ultrasound guided
aspiration of hydrosalpinx fluid versus salpingectomy in the management
of patients with ultrasound visible hydrosalpinx undergoing IVF-ET: a
randomized controlled trial. BMC Women’s Health. 2015:15; 21.
35
20. Yuk, J. S., Kim, K. H., Park, J. K., & Lee, J. H. (2017). Single-port
laparoscopic neosalpingostomy for hydrosalpinx. Gynecology and
minimally invasive therapy, 6(3), 116-119.
21. Chu, J., Harb, H., Gallos, I., Dhillon, R., Al-Rshoud, F., Robinson, L. and
Coomarasamy, A. (2015). Salpingostomy in the treatment of hydrosalpinx:
a systematic review and meta-analysis. Human Reproduction, 30(8),
pp.1882-1895.
22. Padubidri VG; Daftary SN. Howkins & Bourne : Shaw’s Textbook of
Gynaecology: 16 th Edition. Elsevier. 2015. Available at:
https://books.google.co.id/books?
id=hDITBwAAQBAJ&pg=PA306&lpg=PA306&dq=shaws+textbook+of+
gynecology+milking&source=bl&ots=K6r5NezTML&sig=ACfU3U0jkAz
LxlJOlVzPB2e6GJQqo3opzg&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwicxM6IqMD
lAhXKs48KHVajDNcQ6AEwAHoECAoQAQ#v=onepage&q=milking&f
=false [Accessed on 29 October 2019]
23. D’Arpe, S., Franceschetti, S., Caccetta, J., Pietrangeli, D., Muzii, L. and
Panici, P. (2014). Management of hydrosalpinx before IVF: A literature
review. Journal of Obstetrics and Gynaecology, 35(6), pp.547-550.
24. Gomel, V. (2015). The place of reconstructive tubal surgery in the era of
assisted reproductive techniques. Reproductive BioMedicine Online, 31,
pp. 722-731.
25. Hoffman, B., Schorge, J., Bradshaw, K., Halvorson, L., Schaffer, J. and
Corton, M. (2016). Williams gynecology. 3rd ed. New York: McGraw-Hill
Education.
26. Tsiami, A., Chaimani, A., Mavridis, D., Siskou, M., Assimakopoulos, E.
and Sotiriadis, A. (2016). Surgical treatment for hydrosalpinx prior toin-
vitrofertilization embryo transfer: a network meta-analysis. Ultrasound in
Obstetrics & Gynecology, 48(4), pp.434-445.
27. Song T; Lee DH; Kim HC; Seong SJ. Laparrascopic tube-preserving
surgical procedures for ectopic tubal pregnancy. Obstet Gynecol Sci. 2016;
59(6): 512-518.
28. Mol F, et al. The ESEP study: Salpingostomy versus salpingectomy for
tubal ectopic pregnancy: The impact on future fertility: A randomized
controlled trial. BMC Women’s Health. 2008; 8: 11.
36
29. Health Evidence Review Commision. Opportunistic Salpingectomy for
Ovarian Cancer Prevention. 2017 Available at:
https://www.oregon.gov/oha/HPA/DSI-HERC/EvidenceBasedReports/CG-
Salpingectomy.pdf [Accessed on 31 October 2019]
30. Bayrak A, et al. Recurrence of hydrosalpinges after cuff neosalpingostomy
in a poor prognosis populayion. J Assist Reprod Genet. 2006; 23: 285-288
37