ILEUS OBSTRUKTIF
Oleh :
TIRTA SARI PUTRI HUTAMA
N 111 18 012
PEMBIMBING KLINIK
dr. ALFRETH LANGITAN, Sp.B., FINACS, FICS
BAB I
PENDAHULUAN
• Obstruksi intestinalis meru pakan kelainan bedah
(darurat) usus yang paling sering ditemukan.
Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh
obstruksi lumen usus atau oleh gangguan
peristaltis.
• Ileus obstruktif merupakan kegawatan di bidang b
edah digestive yang sering dilaporkan. Gangguan
saluran cerna ini menduduki 20% dari seluruh
kasus nyeri akut abdomen.
BAB II
LAPORAN KASUS
• Nama : Tn. S
• Umur : 36 tahun
• Jenis kelamin : laki-laki
• Pekerjaan : Petani
• Agama : Islam
• Alamat : Desa Kalukubula
• No. RM : 01-01-94-77
• Tanggal masuk RS : Januari 2020
ANAMNESIS
• Keluhan Utama : Nyeri perut
• Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk Rumah Sakit dengan keluhan nyeri perut yang
dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Nyeri yang
dirasakan seperti melilit nyeri yang dirasakan terus menerus,
dan perut pasien terasa kembung. Pasien juga tidak tidak buang
air besar sejak 7 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan tidak
kentut selama 7 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan mual
dan muntah. Pasien sempat demam sebelum masuk Rumah
Sakit.
• Primary Survey :
Airway: Endotacheal Tube (-), Stridor (-), Gurgling (-), Snooring (-)
Breathing: RR : 24x/menit, sianosis (-), vesikular (+/+), wheezing
(-/-), ronchi (-/-), thorax simetris bilateral (+/+), SpO2 98%,
Circulation : Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 72x/menit
(reguler, isi dan tegangan cukup), Suhu 36,50C, akral hangat, kulit
lembab.
Disability : kesadaran E4M6V5 (composmentis), pupil isokor
(+/+),ukuran 2,5 mm/2,5 mm, Refleks cahaya langsung (+/+),
refleks cahaya tidak langsung (+/+), refleks kornea (+/+),
lateralisasi (-/-), Alert
Exposure : jejas di bagian tubuh lain (-), krepitasi (-), edema (-),
Pemeriksaan fisik
• Secondary Survey
Kepala : Normocephal, VAS score 6
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
pupil isokor (+/+) ukuran 2 mm/2 mm, raccon eye (-/-),
Hidung : nafas cuping (-), sekret (-), septum deviasi (-),
Rhinorrhea (-)
Telinga : Ottorhea(-), battle sign (-/-)
Mulut: bibir sianosis (-), parrese (-)
Tenggorokan: tidak dapat dievaluasi
Leher : penonjolan (-), pembengkakan (-)
Pemeriksaan fisik
• Thorax
Pulmo
₋ Inspeksi : simetris statis dan dinamis, retraksi sela iga (-/-), jejas (-),
oedem (-), hematom (-), deformitas (-).
₋ Palpasi : vocal fremitus simetris kiri dan kanan , nyeri tekan (-/-)
₋ Perkusi : sonor di kedua lapang paru
₋ Auskultasi : vesikular kanan dan kiri, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
• Jantung
Auskultasi : bunyi jantung I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-)
• Abdomen
Inspeksi : tampak kontur usus, tampak sikatrix bekas luka operasi
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan meningkat
Palpasi : nyeri tekan abdomen (+) region hipogastric, defans
muskular (-)
Perkusi : timpani (+)
• Ekstremitas atas & bawah : akral hangat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Radiologi :
USG :dilatasi loop usus dengan peristaltik
meningkat
Hasil Pemeriksaan Radiologi foto polos abdomen posisi LLD
Tampak gamparan air fluid level, tampak step ladder appereance
Resume
• Pasien masuk Rumah Sakit dengan keluhan nyeri perut yang dirasakan
sejak 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Nyeri yang dirasakan seperti
melilit. Pasien juga tidak tidak buang air besar sejak 7 hari yang lalu.
Pasien juga mngeluhkan tidak kentut selama 7 hari yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan mual dan muntah. Pasien sempat demam sebelum masuk
Rumah Sakit.
• Pada pemeriksaan fisik, TD 120/80 mmHg, N 72x/menit, P 24 x/menit,
S 36,5oC, kesadaran composmentis (GCS E4M6V5). Score VAS 6 .Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan, tampak distensi abdomen tampak
kontur usus, tampak sikatrix bekas luka operasi, peristaltik (+) kesan
meningkat, nyeri tekan abdomen (+) region hipogastric.
• Dari hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya leukositosis
dimna WBC 8,42x103/ul, RBC 4,75x106/ul, Hb 13,7 g/dL, HCT 39,1%,
GDS 94 mg/dL, Creatinin 1,32 mg/dL, Urea 69 mg/dL.
• adiologi : USG : dilatasi loop usus dengan peristaltik meningkat. Foto
polos abdomen LLD : Tampak gamparan air fluid level, tampak step
ladder appereance
DIAGNOSIS
• Ileus obstruktif
• Differensial Diagnosis :
• Ileus paralitik
• Appendicitis
PENATALAKSANAAN
• Medikamentosa
1. IVFD RL 28 tpm
2. Injeksi pantoprazole 20 mg/24 jm
3. Ondancentron 4 mg/ 24 jam
• Non medikamentosa
1. Pasang NGT
2. Pasang Kateter Pasien di puasakan
3. Tindakan : laparatomi eksploratif
PROGNOSIS
• Qua Ad Vitam : Dubia Ad Bonam
• Qua Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam
• Qua Ad Fungtionam : Dubia Ad Bonam
Foto Pembedahan
Foto Klinis sebelum dioperasi
Tanggal Keluhan dan Pemeriksaan Instruksi Dokter
FOLLOW UP 06/01/202
0
S : - nyeri perut (+), tidak bisa BAB
(+), tidak bisa kentut (+), perut terasa
- IVFD RL/Dextrose
1500ml/24jam
kembung (+) - Inj. Ceftriaxone
O : GCS : E4M6V5 1gr/24jam/IV
TD : 120/70 mmHg - Metronidazole 0,5 gr/12
N : 80 x/menit jam/IV
P : 20 x/menit - Inj. Ketorolac
S : 36,5ºC 30mg/8jam/IV
- Inj. Omeprazole
S : 36,5ºC 30mg/8jam/IV
- Inj. Omeprazole
S : 36,5ºC jam/IV
- Inj. Ketorolac
(H2) 40mg/12jam/IV
- Puasa hari 2
10/1/2020 S : - Nyeri bekas operasi - IVFD RL/Dextrose
- Perut kembung 1500ml/24jam
- Pasien makan dan minum - Inj. Ceftriaxone
O : GCS : E4M6V5 1gr/24jam/IV
TD : 120/80 mmHg - Metronidazole 0,5 gr/12
N : 88 x/menit jam/IV
P : 20 x/menit - Inj. Ketorolac
S : 36,5ºC 30mg/8jam/IV
adhesi 40mg/12jam/IV
(H4) 40mg/12jam/IV
- Puasa hari ke 4
12/1/2020 S : - Nyeri bekas operasi - IVFD RL/Dextrose
- Kembung menurun 1500ml/24jam
O : GCS : E4M6V5 - Inj. Ceftriaxone
TD : 110/70 mmHg 1gr/24jam/IV
N : 80 x/menit - Metronidazole 0,5 gr/12
P : 20 x/menit jam/IV
S : 36,5ºC - Inj. Ketorolac
(H5) 40mg/12jam/IV
- Puasa hari ke 5
13/1/2020 S : - nyeri bekas operasi berkurang - IVFD RL/Dextrose
O : GCS : E4M6V5 1500ml/24jam
TD : 110/70 mmHg - Inj. Ceftriaxone
N : 80 x/menit 1gr/24jam/IV
P : 20 x/menit - Metronidazole 0,5 gr/12
S : 36,5ºC jam/IV
adhesi 30mg/8jam/IV
S : 36,5ºC jam/IV
adhesi 30mg/8jam/IV
(H7) 40mg/12jam/IV
16/1/2020 S : - keluhan tidak ada , flatus (+), mual - IVFD RL/Dextrose
(-) muntah (-), demam (-) 1500ml/24jam
O : GCS : E4M6V5 - Inj. Ceftriaxone
TD : 120/80 mmHg 1gr/24jam/IV
N : 86 x/menit - Metronidazole 0,5 gr/12
P : 20 x/menit jam/IV
(H8) 40mg/12jam/IV
- Minum susu
17/1/2020 S : keluhan tidak ada , mual (-) muntah - IVFD RL/Dextrose
(-), demam (-) 1500ml/24jam
O : GCS : E4M6V5 - Cefixime 2x200 mg
TD : 120/80 mmHg - Asam mefenamat 3x500
N : 80 x/menit mg
P : 20 x/menit - Omeprazole 20 mg 2x1
adhesi
(H9)
18/1/2020 S: - keluhan tidak ada - Cefixime 2x200 mg
O : GCS : E4M6V5 - Asam mefenamat 3x500 mg
TD : 110/70 mmHg - Omeprazole 20 mg 2x1
- Aff infuse
N : 80 x/menit
- Pasien boleh pulang
P : 20 x/menit
S : 36,5ºC
TEORI
TEORI
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan
dan elektrolit. Harus dicegah terjadinya gagal ginjal dan harus
memberikan kalori yang cukup. Perlu diingat bahwa pasca bedah,
usus pasien masih dalam keadaan paralitik. Tujuan pengobatan
yang paling utama adalah dekompresi kolon yang mengalami
obstruksi sehingga kolon tidak perforasi
Kesimpulan
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik
adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna
tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena
adanya sumbatan/hambatan mekanik yang
disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding
usus atau luar usus yang menekan atau kelainan
vaskularisasi pada suatu segmen usus yang
menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.
Gambaran “step ladder" dan “air fluid level" pada foto polos abdomen
dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi.