Anda di halaman 1dari 47

REFLEKSI KASUS

ILEUS OBSTRUKTIF
Oleh :
TIRTA SARI PUTRI HUTAMA
N 111 18 012
 
 
PEMBIMBING KLINIK
dr. ALFRETH LANGITAN, Sp.B., FINACS, FICS
BAB I
PENDAHULUAN
• Obstruksi intestinalis meru pakan kelainan bedah
(darurat) usus yang paling sering ditemukan.
Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh
obstruksi lumen usus atau oleh gangguan
peristaltis.

• Ileus obstruktif merupakan kegawatan di bidang b
edah digestive yang sering dilaporkan. Gangguan
saluran cerna ini menduduki 20% dari seluruh
kasus nyeri akut abdomen.
BAB II
LAPORAN KASUS
• Nama : Tn. S
• Umur : 36 tahun
• Jenis kelamin : laki-laki
• Pekerjaan : Petani
• Agama : Islam
• Alamat : Desa Kalukubula
• No. RM : 01-01-94-77
• Tanggal masuk RS : Januari 2020
ANAMNESIS
• Keluhan Utama : Nyeri perut
 
• Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk Rumah Sakit dengan keluhan nyeri perut yang
dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Nyeri yang
dirasakan seperti melilit nyeri yang dirasakan terus menerus,
dan perut pasien terasa kembung. Pasien juga tidak tidak buang
air besar sejak 7 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan tidak
kentut selama 7 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan mual
dan muntah. Pasien sempat demam sebelum masuk Rumah
Sakit.

• Riwayat Penyakit Terdahulu :


Pasien sebelumnya pernah mengalami hal yang sama. Riwayat
operasi pada perutnya 2 tahun yang lalu.
ANAMNESIS

• Riwayat Penyakit Keluarga :


Riwayat penyakit hipertensi (-), diabetes
mellitus (-), asma (-) dan riwayat keganasan
pada anggota keluarga (-)
Pemeriksaan fisik

• Primary Survey :
Airway: Endotacheal Tube (-), Stridor (-), Gurgling (-), Snooring (-)
Breathing: RR : 24x/menit, sianosis (-), vesikular (+/+), wheezing
(-/-), ronchi (-/-), thorax simetris bilateral (+/+), SpO2 98%,
Circulation : Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 72x/menit
(reguler, isi dan tegangan cukup), Suhu 36,50C, akral hangat, kulit
lembab.
Disability : kesadaran E4M6V5 (composmentis), pupil isokor
(+/+),ukuran 2,5 mm/2,5 mm, Refleks cahaya langsung (+/+),
refleks cahaya tidak langsung (+/+), refleks kornea (+/+),
lateralisasi (-/-), Alert
Exposure : jejas di bagian tubuh lain (-), krepitasi (-), edema (-),
Pemeriksaan fisik
• Secondary Survey
Kepala : Normocephal, VAS score 6
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
pupil isokor (+/+) ukuran 2 mm/2 mm, raccon eye (-/-),
Hidung : nafas cuping (-), sekret (-), septum deviasi (-),
Rhinorrhea (-)
Telinga : Ottorhea(-), battle sign (-/-)
Mulut: bibir sianosis (-), parrese (-)
Tenggorokan: tidak dapat dievaluasi
Leher : penonjolan (-), pembengkakan (-)
Pemeriksaan fisik
• Thorax
Pulmo
₋ Inspeksi : simetris statis dan dinamis, retraksi sela iga (-/-), jejas (-),
oedem (-), hematom (-), deformitas (-).
₋ Palpasi : vocal fremitus simetris kiri dan kanan , nyeri tekan (-/-)
₋ Perkusi : sonor di kedua lapang paru
₋ Auskultasi : vesikular kanan dan kiri, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
• Jantung
Auskultasi : bunyi jantung I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-)
• Abdomen
Inspeksi : tampak kontur usus, tampak sikatrix bekas luka operasi
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan meningkat
Palpasi : nyeri tekan abdomen (+) region hipogastric, defans
muskular (-)
Perkusi : timpani (+)
• Ekstremitas atas & bawah : akral hangat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Radiologi :
 USG :dilatasi loop usus dengan peristaltik
meningkat
Hasil Pemeriksaan Radiologi foto polos abdomen posisi LLD
Tampak gamparan air fluid level, tampak step ladder appereance
Resume
• Pasien masuk Rumah Sakit dengan keluhan nyeri perut yang dirasakan
sejak 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Nyeri yang dirasakan seperti
melilit. Pasien juga tidak tidak buang air besar sejak 7 hari yang lalu.
Pasien juga mngeluhkan tidak kentut selama 7 hari yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan mual dan muntah. Pasien sempat demam sebelum masuk
Rumah Sakit.
• Pada pemeriksaan fisik, TD 120/80 mmHg, N 72x/menit, P 24 x/menit,
S 36,5oC, kesadaran composmentis (GCS E4M6V5). Score VAS 6 .Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan, tampak distensi abdomen tampak
kontur usus, tampak sikatrix bekas luka operasi, peristaltik (+) kesan
meningkat, nyeri tekan abdomen (+) region hipogastric.
• Dari hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya leukositosis
dimna WBC 8,42x103/ul, RBC 4,75x106/ul, Hb 13,7 g/dL, HCT 39,1%,
GDS 94 mg/dL, Creatinin 1,32 mg/dL, Urea 69 mg/dL.
• adiologi : USG : dilatasi loop usus dengan peristaltik meningkat. Foto
polos abdomen LLD : Tampak gamparan air fluid level, tampak step
ladder appereance
DIAGNOSIS

• Ileus obstruktif

• Differensial Diagnosis :
• Ileus paralitik
• Appendicitis
PENATALAKSANAAN

• Medikamentosa
1. IVFD RL 28 tpm
2. Injeksi pantoprazole 20 mg/24 jm
3. Ondancentron 4 mg/ 24 jam

• Non medikamentosa
1. Pasang NGT
2. Pasang Kateter Pasien di puasakan
3. Tindakan : laparatomi eksploratif
PROGNOSIS
• Qua Ad Vitam : Dubia Ad Bonam
• Qua Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam
• Qua Ad Fungtionam : Dubia Ad Bonam
Foto Pembedahan

 
Foto Klinis sebelum dioperasi
Tanggal Keluhan dan Pemeriksaan Instruksi Dokter

FOLLOW UP 06/01/202
0
S : - nyeri perut (+), tidak bisa BAB
(+), tidak bisa kentut (+), perut terasa
- IVFD RL/Dextrose
1500ml/24jam
kembung (+) - Inj. Ceftriaxone
O : GCS : E4M6V5 1gr/24jam/IV
 TD : 120/70 mmHg - Metronidazole 0,5 gr/12
 N : 80 x/menit jam/IV
 P : 20 x/menit - Inj. Ketorolac

 S : 36,5ºC 30mg/8jam/IV
- Inj. Omeprazole

A : ileus obstruktif 40mg/12jam/IV


- Puasa

07/01/202 S : - nyeri perut (+), tidak bisa BAB - IVFD RL/Dextrose


0 (+), tidak bisa kentut (+), perut terasa 1500ml/24jam
kembung (+) - Inj. Ceftriaxone
O : GCS : E4M6V5 1gr/24jam/IV
 TD : 120/70 mmHg - Metronidazole 0,5 gr/12
 N : 80 x/menit jam/IV
 P : 20 x/menit - Inj. Ketorolac

 S : 36,5ºC 30mg/8jam/IV
- Inj. Omeprazole

A : ileus obstruktif 40mg/12jam/IV


- Puasa
- Dilakukan operasi
laparatomi eksploratif

08/01/202 S : - nyeri bekas operasi - IVFD RL/Dextrose


08/01/202 S : - nyeri bekas operasi - IVFD RL/Dextrose
0 O : GCS : E4M6V5 1500ml/24jam
 TD : 120/70 mmHg - Inj. Ceftriaxone
 N : 80 x/menit 1gr/24jam/IV
 P : 20 x/menit - Metronidazole 0,5 gr/12

 S : 36,5ºC jam/IV
- Inj. Ketorolac

A : Post Laparatomi ec ileus obstruktif 30mg/8jam/IV

adhesi (H1) - Inj. Omeprazole


40mg/12jam/IV
- Puasa hari 1
9/1/2020 S : - Nyeri bekas operasi - IVFD RL/Dextrose
- Flatus (+) 1500ml/24jam
O : GCS : E4M6V5 - Inj. Ceftriaxone
 TD : 120/80 mmHg 1gr/24jam/IV
 N : 80 x/menit - Metronidazole 0,5 gr/12
 P : 20 x/menit jam/IV

 S : 36,5ºC - Inj. Ketorolac

A : Post Laparatomi ec ileus obstruktif 30mg/8jam/IV

adhesi - Inj. Omeprazole

(H2) 40mg/12jam/IV
- Puasa hari 2
10/1/2020 S : - Nyeri bekas operasi - IVFD RL/Dextrose
- Perut kembung 1500ml/24jam
- Pasien makan dan minum - Inj. Ceftriaxone
O : GCS : E4M6V5 1gr/24jam/IV
 TD : 120/80 mmHg - Metronidazole 0,5 gr/12
 N : 88 x/menit jam/IV
 P : 20 x/menit - Inj. Ketorolac

 S : 36,5ºC 30mg/8jam/IV

A : Post Laparatomi ec ileus obstruktif - Inj.Omeprazole

adhesi 40mg/12jam/IV

(H3) - Puasa hari ke 3

11/1/2020 S : - Nyeri bekas operasi - IVFD RL/Dextrose


- Kembung menurun 1500ml/24jam
O : GCS : E4M6V5 - Inj. Ceftriaxone
 TD : 110/70 mmHg 1gr/24jam/IV
 N : 80 x/menit - Metronidazole 0,5 gr/12
 P : 20 x/menit jam/IV

 S : 36,5ºC - Inj. Ketorolac

A : Post Laparatomi ec ileus obstruktif 30mg/8jam/IV

adhesi - Inj. Omeprazole

(H4) 40mg/12jam/IV
- Puasa hari ke 4
12/1/2020 S : - Nyeri bekas operasi - IVFD RL/Dextrose
- Kembung menurun 1500ml/24jam
O : GCS : E4M6V5 - Inj. Ceftriaxone
 TD : 110/70 mmHg 1gr/24jam/IV
 N : 80 x/menit - Metronidazole 0,5 gr/12
 P : 20 x/menit jam/IV
 S : 36,5ºC - Inj. Ketorolac

A : Post Laparatomi ec ileus obstruktif 30mg/8jam/IV

adhesi - Inj. Omeprazole

(H5) 40mg/12jam/IV
- Puasa hari ke 5
13/1/2020 S : - nyeri bekas operasi berkurang - IVFD RL/Dextrose
O : GCS : E4M6V5 1500ml/24jam
 TD : 110/70 mmHg - Inj. Ceftriaxone
 N : 80 x/menit 1gr/24jam/IV
 P : 20 x/menit - Metronidazole 0,5 gr/12

 S : 36,5ºC jam/IV

A : Post Laparatomi ec ileus obstruktif - Inj. Ketorolac

adhesi 30mg/8jam/IV

(H6) - Inj. Omeprazole


40mg/12jam/IV
- Aff NGT
- Minum 2 sendok/jam
14/1/2020 S : - Nyeri bekas operasi berkurang - IVFD RL/Dextrose
O : GCS : E4M6V5 1500ml/24jam
 TD : 110/70 mmHg - Inj. Ceftriaxone
 N : 80 x/menit 1gr/24jam/IV
 P : 20 x/menit - Metronidazole 0,5 gr/12

 S : 36,5ºC jam/IV

A : Post Laparatomi ec ileus obstruktif - Inj. Ketorolac

adhesi 30mg/8jam/IV

(H6) - Inj. Omeprazole


40mg/12jam/IV
15/1/2020 S : - keluhan tidak ada , flatus (+), mual - IVFD RL/Dextrose
(-) muntah (-), demam (-) 1500ml/24jam
O : GCS : E4M6V5 - Inj. Ceftriaxone
 TD : 120/80 mmHg 1gr/24jam/IV
 N : 80 x/menit - Metronidazole 0,5 gr/12
 P : 20 x/menit jam/IV

 S : 36,5ºC - Inj. Ketorolac

A : Post Laparatomi ec ileus obstruktif 30mg/8jam/IV

adhesi - Inj. Omeprazole

(H7) 40mg/12jam/IV
16/1/2020 S : - keluhan tidak ada , flatus (+), mual - IVFD RL/Dextrose
(-) muntah (-), demam (-) 1500ml/24jam
O : GCS : E4M6V5 - Inj. Ceftriaxone
 TD : 120/80 mmHg 1gr/24jam/IV
 N : 86 x/menit - Metronidazole 0,5 gr/12
 P : 20 x/menit jam/IV

 S : 36,5ºC - Inj. Ketorolac

A : Post Laparatomi ec ileus obstruktif 30mg/8jam/IV

adhesi - Inj. Omeprazole

(H8) 40mg/12jam/IV
- Minum susu
17/1/2020 S : keluhan tidak ada , mual (-) muntah - IVFD RL/Dextrose
(-), demam (-) 1500ml/24jam
O : GCS : E4M6V5 - Cefixime 2x200 mg
 TD : 120/80 mmHg - Asam mefenamat 3x500
 N : 80 x/menit mg
 P : 20 x/menit - Omeprazole 20 mg 2x1

 S : 36,5ºC - Diet bubur saring

A : Post Laparatomi ec ileus obstruktif - Aff cateter

adhesi
(H9)
18/1/2020 S: - keluhan tidak ada - Cefixime 2x200 mg
O : GCS : E4M6V5 - Asam mefenamat 3x500 mg
 TD : 110/70 mmHg - Omeprazole 20 mg 2x1
- Aff infuse
 N : 80 x/menit
- Pasien boleh pulang
 P : 20 x/menit

 S : 36,5ºC

A : Post Laparatomi ec ileus obstruktif adhesi


(H10)
BAB III
PEMBAHASAN

• Pada kasus ini, diagnosis ileus obstruktif


ditegakkan berdasarkan
Anamnesis
pemeriksaan fisik
pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Temuan Kasus Teori
• keluhan utama nyeri perut • Hal ini sesuai dengan teori yang
yang dirasakan sejak 3 ada, bahwa pasien dengan ileus
hari sebelum masuk obstruktif mempunyai keluhan
Rumah Sakit. Nyeri yang utama nyeri perut. Obstruksi
dirasakan seperti melilit, yang terletak di bagian tengah
nyeri yang dirasakan terus atau letak tinggi dari usus halus
menerus. (jejenum dan ileum bagian
proksimal) maka nyeri dapat
bersifat konstan/menetap.
Nyeri perut bervariasi dan
bersifat intermittent atau kolik
dengan pola naik turun.
Temuan Kasus Teori

• Pasien juga merasakan • Hal ini sesuai dengan teori


perutnya kembung. Dalam yang ada. Konstipasi dapat
teori selain nyeri perut, dibedakan menjadi dua, yaitu
kembung juga merupakan gejala konstipasi absolut ( dimana
lain dari ileus obstruktif yang feses dan gas tidak bisa keluar)
merupakan gejala dari dan relatif (dimana hanya gas
penyumbatan usus itu sendiri. yang bisa keluar). Kegagalan
Pasien juga tidak tidak buang mengerluarkan gas dan feses
air besar sejak 7 hari yang lalu. per rektum juga suatu
Pasien juga mengeluhkan tidak gambaran khas ileus obstruktif
kentut selama 7 hari yang lalu.
• Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah.
Hal ini sesuai dengan teori yang ada

Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain


nyeri kolik abdomen, mual, muntah, perut
distensi dan tidak bisa buang air besar
(obstipasi). Mual muntah umumnya terjadi pada
obstruksi letak tinggi. Bila lokasi obstruksi di
bagian distal maka gejala yang dominan adalah
nyeri abdomen. Distensi abdomen terjadi bila
obstruksi terus berlanjut dan bagian proksimal
usus menjadi sangat dilatasi.
Pasien riwayat operasi pada perutnya 2 tahun yang lalu, di RS
Wirabuana.

Dari anamnesis ini sesuai dengan teori yang ada


dapat diketahui bahwa salah satu etiologi dari
ileus obstruktif, yaitu 60% penyebab obstruksi
ileus disebabkan oleh adhesi yang terjadi
pasca operasi regio abdominal, tindakan
laparatomi dalam lima tahun belakang,
mempunyai risiko yang lebih besar untuk
mengalami adhesi.
• Hampir seluruhnya ileus obstruksi
karena adhesi pasca operasi Dimana persentasi etiologi
dari ileus obstruktif
terjadi pada usus halus dan jarang
sekali terjadi pada usus besar. 1) Adhesive disease (60%)
2) Neoplasma (20%)
3) Herniasi (10%)
• Diperkirakan setiap tahunnya kasus 4) Inflammatory bowel disease (5 percent),
5) Intussusception (<5%),
ileus obstruksi yang disebabkan 6) Volvulus (< 5%),
7) lainnya (<5%).
 adhesi pascaoperasi ± 1 % dari
seluruh kasus rawat inap,
 3% dari kasus emergensi,
 dan 4% dari seluruh kasus
laparotomi eksplorasi.
TEMUAN KASUS TEORI

• Pada pemeriksaan fisik, • Dalam teori, pada tahap awal,


Tekanan Darah 120/80 tanda vital nomal seiring dengan
mmHg, Nadi 72x/menit, kehilangan cairan dan elektrolit,
maka akan terjadi dehidrasi
Pernafasan 24 x/menit, Suhu
dengan manifestasi klinis takikardi
36,5oC, kesadaran dan hipotensi postural. Suhu
composmentis (GCS tubuh biasanya normal tetapi
E4M6V5). Score VAS 6 kadang – kadang dapat meningkat.
Hipovolemia dan kekurangan
elektrolit dapat terjadi dengan
cepat kecuali jika pasien mendapat
cairan pengganti melalui
pembuluh darah (intravena).
Temuan Kasus TEORI
• Pada pemeriksaan • Hal ini sesuai dengan teori yang
abdomen didapatkan, ada yaitu Pada pemeriksaan
tampak distensi abdomen, abdomen didapatkan abdomen
tampak kontur usus, tampak distensi, terdapat darm
tampak sikatrix bekas contour (gambaran usus), dan
luka operasi darm steifung (gambaran
gerakan usus). Bekas luka
operasi ini menandakan pasien
punya riwayat operasi
sebelumnya yang merupakan
salah satu etiologi dari
penyebab ieus obstruktif.
• Pada pemeriksaan auskultasi abdomen
didapatkan peristaltik (+) kesan
meningkat

Dalam teori yang ada pada pemeriksaan


auskultasi abdomen pada ileus obstruktif
terdapat hiperperistaltik, bunyi usus pada
umumnya keras, dan frekuensinya meningkat.
• Pemeriksaan palpasi abdomen didapatkan nyeri tekan
abdomen (+) region hipogastric.

 Dalam teori yang ada Obstruksi pada usus halus


menimbulkan gejala seperti nyeri perut sekitar
umbilikus atau bagian epigastrium. Pada pasien
dengan suatu obstruksi sederhana yang tidak
melibatkan pembuluh darah, sakit cenderung menjadi
kolik yang pada awalnya ringan, tetapi semakin lama
semakin meningkat, baik dalam frekuensi atau derajat
kesakitannya
• Hasil pemeriksaan laboratorium adalah WBC
8,42x103/ul, RBC 4,75x106/ul, Hb 13,7 g/dL,
HCT 39,1%, GDS 94 mg/dL, Creatinin 1,32
mg/dL, Urea 69 mg/dL. hbsAg non reaktiv.

• Hal ini sesuai dengan teori Nilai laboratorium


pada awalnya normal, kemudian akan terjadi
hemokonsentrasi, leukositosis, dan gangguan
elektrolit.
• Radiologi : USG : dilatasi loop usus dengan peristaltik
meningkat. Foto polos abdomen LLD Tampak gamparan
air fluid level, tampak step ladder appereance.

 Dalam teori Pada pemeriksaan radiologis, dengan posisi


tegak, terlentang dan lateral dekubitus menunjukkan
gambaran anak tangga (step ladder appreance) dari usus
kecil yang mengalami dilatasi dengan air fluid level.

 Tampak air fluid level pendek-pendek berbentuk seperti


tangga yang disebut step ladder appearance karena cairan
transudasi berada dalam usus halus yang terdistensi
Penatalaksanaan
Tatalaksana TEORI
 Hal ini sudah sesuai dengan teori.
• Tatalaksana awal pada
Langkah awal yang paling penting
pasien ini saat berada di IGD adalah resusitasi cairan yang agresif
ialah pasien diberikan karena pasien dengan obstruksi usus
cairan intravena berupa halus sering banyak kehilangan
ringer laktat 28 tetes/menit. cairan dan elektrolit, khususnya
kalium. Resusitasi dilakukan dengan
cairan kristaloid seperti NaCl 0.9%
atau Ringer Laktat

 Diharapkan setelah resusitasi secara


klinis hemodinamik pasien stabil
dan fungsi renal dapat kembali ke
normal. Dalam resusitasi yang perlu
diperhatikan adalah mengawasi
tanda tanda vital, dehidrasi dan syok.
TATALAKSANA TEORI

• Pemasangan NGT dan kateter. • NGT digunakan untuk mengosongkan


lambung, mencegah aspirasi pulmonum
bila muntah dan mengurangi distensi
abdomen.

• Dekompresi dengan pemasangan


nasogastric tube (NGT) mutlak harus
dilakukan dalam manajemen ileus
obstruksi yang disebabkan adhesi pasca
operasi.

• NGT juga mencegah distensi intestinal


karena tertelannya udara dan mencegah
aspirasi selama pasien muntah. Secara
simptomatis, dekompresi membantu
meringankan distensi abdomen dan dapat
meningkatkan ventilasi pada pasien dengan
gangguan respirasi
TATALAKSANA TEORI

• Setelah itu pasien diberikan Hal ini sesuai dengan teori


Injeksi pantoprazole 20 mg/24 yang ada diberikan untuk
jam, injeksi Ondancentron 4 menghilangkan peregangan
mg/ 24 jam dan muntah dengan
dekompresi. Antiemetik dapat
diberikan untuk mengurangi
gejala mual muntah
• Setelah itu pasien direncakan untuk dilakukan
operasi yaitu laparatomi eksploratif.

TEORI

 Hal ini sudah sesuai dengan teori bahwa dilakukan


tindakan operasi jikan dengan pengobatan konservatif
tidak ada perbaikan. Setelah 3 – 5 hari manajemen
konservatif, pasien dengan obstruksi usus kecil harus
menjalani operasi.
Pasca operasi diberikan cairan intravena berupa RL/Dextrose
1500ml/24jam, diberikan antibiotic Inj. Ceftriaxone 1gr/24jam/IV dan
Metronidazole 0,5 gr/12 jam/IV, diberikan anti nyeri berupa Ketorolac
30mg/8jam/IV Omeprazole 40mg/12jam/IV untuk mengatasi gangguan
lambung dan pasien dipuasakan.

TEORI
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan
dan elektrolit. Harus dicegah terjadinya gagal ginjal dan harus
memberikan kalori yang cukup. Perlu diingat bahwa pasca bedah,
usus pasien masih dalam keadaan paralitik. Tujuan pengobatan
yang paling utama adalah dekompresi kolon yang mengalami
obstruksi sehingga kolon tidak perforasi
Kesimpulan
 Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik
adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna
tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena
adanya sumbatan/hambatan mekanik yang
disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding
usus atau luar usus yang menekan atau kelainan
vaskularisasi pada suatu segmen usus yang
menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.

 Penyebab obstruksi ileus yaitu 60% disebabkan oleh


adhesi yang terjadi pasca operasi regio abdominal.
 Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen,
mual, muntah, perut distensi dan tidak bisa buang air besar
(obstipasi). Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak
distensi, terdapat darm contour (gambaran usus), dan darm steifung
(gambaran gerakan usus), pada auskultasi terdapat hiperperistaltik

 Gambaran “step ladder" dan “air fluid level" pada foto polos abdomen
dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi.

 Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan


elektrolit dan cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan
dekompresi, mengatasi peritonitis dan syok bila ada, dan
menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan
fungsi usus kembali normal.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai