Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI SARS

Dosen Pembimbing :

Disusun Oleh :

1. Yulia Pratiwi P27820117010


2. Agung Setiyawan P27820117032
3. Ika Aprilia Damayati P27820117044
4. Linda Dwi Prastiwi P27820117076
Tingkat III Semester 6

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA


PRODI DIII KEPERAWATAN SOETOMO
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam beberapa dekade terakhir beberapa jenis virus yang menyebabkan infeksi pada
manusia muncul sebagai penyebab penyakit yang sangat mengkhawatirkan dan
menimbulkan perhatian yang besar. Beberapa diantaranya seperti virus HIV, hepatitis F,
Ebola, Hanta, dan Nipah telah terbukti menjadi sumber malapetaka baru semenjak penyakit
pes dikenal sebagai penyebab kematian yang besar. Badan Kesehatan Dunia (World Health
Organization/WHO) mengeluarkan suatu penyakit yang disebutnya sebagai sindrom
pernafasan akut parah (Severe Acute Respiratory Syndrome/SARS). Penyakit ini
digambarkan sebagai radang paru (pneumonia) yang berkembang secara cepat, progresif,
dan seringkali bersifat fatal (Surjawidjaja, 2003).
Sindrom pernafasan akut yang parah/Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
pertama kali dideteksi di Guangdong provinsi Cina pada akhir tahun 2002. Penyakit SARS
menyebar ke seluruh dunia dan menghasilkan hamper 8.500 kasus di 29 negara, termasuk
Kanada dan Amerika Serikat menjelang pertengahan tahun 2003. Penyakit tersebut
menyebar ke beberapa Negara disebabkan perjalanan internasional. Beberapa kasus terjadi
di Asia (terutama di Cina) pada akhir tahun 2006 dan awal tahun 2004. Pertengahan tahun
2006 tidak ada kasus yang dilaporkan. Secara keseluruhan sekitar 10% penderita SARS
meninggal, meskipun risiko kematian bervariasi sesuai usia dan akses ke perawatan medis
tingkat lanjut. Penderita yang berusia diatas 60 tahun, tingkat kematiannya lebih tinggi dari
50% (Mahdiana, 2010).
Sindrom pernafasan akut yang parah/Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
disebabkan oleh infeksi virus dan hadir dengan gejala-gejala seperti flu (demam, sakit
kepala, menggigil, dan sakit otot) dan kesulitan bernafas yang kadang kala menjadi parah.
Infeksi tersebut bisa jadi fatal (Mahdiana, 2010).
Status penderita sangat berperan terhadap penatalaksanaan yang akan diberikan.
Tindakan yang dilakukan adalah isolasi penderita di Rumah Sakit, pengambilan sampel
(sputum, darah, serum, urin) dan foto thoraks untuk menyingkirkan pneumonia yang
atipikal. Pada SARS berbagai jenis antibiotika sudah digunakan namun sampai saat ini
hasilnya tidak memuaskan, dapat diberikan ribavirin dengan atau tanpa steroid dan perhatian
khusus diberikan pada tindakan yang dapat menyebabkan terjadinya aerolization seperti
nebuliser dengan bronkodilator, bronkoskopi, gastroskopi yang dapat mengganggu system
pernafasan. Penanganan penderita SARS yang dianggap paling penting adalah terapi
supportif yaitu mengupayakan agar penderita tidak mengalami dehidrasi dan infeksi ikutan
(Surjawidjaja, 2003).
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit SARS?
2. Apa saja etiologi dari penyakit SARS?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit SARS?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada penderita penyakit SARS?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari penyakit SARS.
2. Memahami dan mengetahui etiologi dari penyakit SARS.
3. Mengerti dan memahami patofisiologi dari penyakit SARS.
4. Memahami dan mengetahui asuhan keperawatan pada penderita penyakit SARS.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Laporan Pendahuluan
2.1.1 Pengertian
Sever acute respiratory syndrome-coronavirus (SARS) merupakan suatu penyakit yang
serius dan disebabkan oleh infeksi virus pada paru yang bersifat mendadak dan menunjukkan
gejala gangguan pernapasan pada pasien yang mempunyai riwayat kontak dengan pasien
SARS (Widoyono, 2008).
2.1.2 Etiologi
Dua virus yang pertama kali dicurigai sebagai penyebab SARS adalah Paramyxovirus
dan Coronavirus. Dan terakhir hanya Coronavirus yang diduga sebagai penyebab SARS.
Proses penularan SARS adalah berdasarkan droplet dan kontak. Penularan fecal-oral juga
mungkin terjadi melalui diare. SARS juga bisa menyebar jika seseorang menyentuh secret
atau permukaan/obyek yang terinfeksius dan kemudian secara langsung menyentuh mata,
hidung atau mulut, juga melalui batuk atau bersin dari pasien SARS. Setelah masuk ketubuh
manusia Coronavirus ini dapat menimbulkan infeksi saluran pernapasan atas dan juga bawah
sehingga mengakibatkan system imunitas pernapasan menjadi turun dan berakibat batuk
yang lama dan akan mengakibatkan kerusakan epitel dan gerakan silia berkurang jika
diteruskan akan mengakibatkan infeksi bertambah berat (Sumarmo, 2002).
2.1.3 Patofisiologi

2.2 Asuhan Keperawatan Teori


2.2.1 Pengkajian
a. Keluhan utama : klien biasanya mengeluh batuk (batuk yang diasosiasikan dengan
SARS cenderung batuk kering), flu, temperature diatas 380 C selama 24 jam dan
kesulitan bernapas. (Nurarif dan Kusuma, 2016).
b. Riwayat penyakit sekarang : kemungkinan klien sebelum sakit mempunyai riwayat
bepergian ke daerah geografis yang tercatat sebagai daerah dengan penularan
penyakit SARS atau ada riwayat kontak erat dengan seseorang yang diyakini
menderita SARS dan tinggal di daerah dengan transmisi lokal SARS.
c. Riwayat Keluarga : kemungkinan keluarga klien ada yang menderita SARS karena
proses penularan SARS adalah berdasarkan droplet dan kontak.
d. Pemeriksaan fisik difokuskan :
1) Keadaan umum :
2) Kulit, bibir, dan kuku penderita tampak kebiruan (sianosis)
3) Terdengar bunyi pernafasan abnormal (seperti ronki atau wheezing).
4) Tekanan darah seringkali rendah
5) Temperature diatas 380 C
e. Pola-pola Gordon
1)
f. Pemeriksaan penunjang
1) Rontgen dada menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yang
seharusnya terisi udara.
2) CT-scan toraks menunjukkan gambaran Bronkiolitis Obleterans Organizing
Pneumonia.
3) Pemeriksaan laboratorium ditemukan hasil :
a) Limfoma, leucopenia, dan trombositopenia : pada pemeriksaan sederhana
menunjukkan hitung leukosit kurang dari 3,5×109/L dan limfopenia kurang
dari 1×109/L.
b) Hiponatremia dan hypokalemia ringan.
c) Peningkatan LDH, ALT dan kadar transaminase hepar.
d) Peningkatan kadar kreatinin kinase (CK).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


a. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus-kapiler.
b. Kekurangan volume cairan b.d intake oral tidak adekuat, takipneu, demam
c.
2.2.3 Intervensi
a. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolus-kapiler.
Tujuan:
b. Kekurangan volume cairan b.d intake oral tidak adekuat, takipneu, demam
Tujuan:
2.2.4 Implementasi
2.2.5 Evaluasi

BAB 3
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai