PENYAKIT SARS
Dosen Pengampu Ns. Sova Evie, S. Kep, M. Kep
2
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit pernapasan
yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran pernafasan yang
disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus.
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan paru-paru
dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya pengumpulan cairan di
paru-paru (edema paru).
Penyakit ini pertama kali ditemukan di China Selatan pada November 2002. WHO
kemudian mengumumkan SARS sebagai ancaman global pada 15 Maret 2003. Saat itu SARS
merupakan epidemi baru yang menyebar dengan cepat ke seluruh dunia, terutama di negara-
negara Asia.
B. PATOFISIOLOGI
Penyebab penyakit SARS disebabkan oleh coronavirus (family paramoxyviridae) yang pada
pemeriksaan dengan mikroskop electron. Virus ini stabil pada tinja dan urine pada suhu kamar selama
1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita diare. Seperti virus lain, corona menyebar
lewat udara, masuk melalui saluran pernapasan, lalu bersarang di paru-paru. Lalu berinkubasi dalam
paru-paru selama 2-10 hari yang kemudian menyebabkan paru-paru akan meradang sehingga bernapas
menjadi sulit. Metode penularannya melalui udara serta kontak langsung dengan pasien atau terkena
cairan pasien. Misalnya terkena ludah (droplet) saat pasien bersin dan batuk. Dan kemungkinan juga
melalui pakaian dan alat-alat yang terkontaminasi.
Cara penularan : SARS ditularkan melalui kontak dekat, misalnya pada waktu merawat
penderita, tinggal satu rumah dengan penderita atau kontak langsung dengan secret atau cairan tubuh
dari penderita suspect atau probable. Penularan melalui udara, misalnya penyebaran udara, ventilasi,
dalam satu kendaraan atau dalam satu gedung diperkirakan tidak terjadi, asal tidak kontak langsung
berhadapan dengan penderita SARS. Untuk sementara, masa menular adalah mulai saat terdapat demam
atau tanda-tanda gangguan pernafasan hingga penyakitnya dinyatakan sembuh.
Masa penularan berlangsung kurang dari 21 hari. Petugas kesehatan yang kontak langsung dengan
penderita mempunyai risiko paling tinggi tertular, lebih-lebih pada petugas yang melakukan tindakan
pada sistem pernafasan seperti melakukan intubasi atau nebulasi.
3
C. TANDA DAN GEJALA
Gejala SARS merupakan perpaduan antara gejala flu dan pneumonia. Umumnya gejala muncul
dalam dua hingga tujuh hari setelah terpapar SARS CoV. Beberapa gejala yang umum muncul adalah:
Setelah kemunculan beberapa gejala awal tersebut, infeksi akan mulai berdampak pada paru-
paru dan sistem pernapasan lainnya. Hal ini dapat menimbulkan munculnya gejala tambahan, seperti:
Batuk kering
Kesulitan bernapas
Kurangnya oksigen dalam darah, yang bisa berakibat fatal pada kasus yang parah
D. TES DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan radiologis : air bronchogram : Streptococcus pneumonia.
2. Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi pernafasan abnormal
(seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali rendah dan kulit, bibir serta kuku
penderita tampak kebiruan (sianosis, karena kekurangan oksigen).
3. Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis SARS :
a. Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yang seharusnya terisi
udara)
b. Gas darah arteri
c. Hitung jenis darah dan kimia darah
d. Bronkoskopi.
4. Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit.
5. Pemeriksaan Bakteriologis : sputum, darah, aspirasi nasotrakeal atau transtrakeal, aspirasi jarum
transtorakal, torakosentesis, bronskoskopi, biopsy
6. Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh hasilnya dalam 8 jam dan sangat
akurat. Test yang lama hanya mampu mendeteksi antibody.
4
E. PENATA LAKSANAAN
1. Terapi supportif umum : meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat,
pemberian multivitamin dan lain-lain.
Terapi oksigen
Humidifikasi dengan nebulizer
Fisioterapi dada
Pengaturan cairan
Pemberian kortokosteroid pada fase sepsis berat
Obat inotropik
Ventilasi mekanis
Drainase empiema
Bila terdapat gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori cukup
2. Terapi antibiotic
Agen anti-bakteri secara rutin diresepkan untuk SARS karena menyajikan fitur non-
spesifik dan cepat tes laboratorium yang dapat diandalkan untuk mendiagnosis SARS-cov
virus dalam beberapa hari pertama infeksi belum tersedia. Antibiotik empiris yang sesuai
dengan demikian diperlukan untuk menutupi terhadap patogen pernafasan Common per
nasional atau pedoman pengobatan lokal bagi masyarakat-diperoleh atau nosokomial
pneumonia.
Setelah mengesampingkan patogen lain, terapi antibiotik dapat ditarik. Selain efek
antibakteri mereka, beberapa antibiotik immunomodulatory dikenal memiliki sifat,
khususnya quinolones dan makrolid. Efeknya pada kursus SARS adalah belum ditentukan.
SARS dapat hadir dengan spektrum keparahan penyakit. Sebagian kecil pasien
dengan penyakit ringan pulih baik bentuk khusus tanpa pengobatan atau terapi antibiotik
saja.
Antibiotik :
Pemerintah tidak cuek menghadapi serangan SARS ke Indonesia. Sejak awal, Departemen
Kesehatan telah mengeluarkan imbauan untuk waspada (travel alert) bukan larangan berkunjung (travel
5
advisory) bagi warga negara Indonesia yang hendak berkunjung ke Singapura, Vietnam, Thailand,
Hongkong, dan China. Imbauan waspada ini lantaran di kelima negara ini berjangkit SARS.
Menurut Menkes, undang-undang (UU) itu diperlukan karena di dalamnya ada unsur
pemaksaan. Misalnya, pendatang yang baru turun dari pesawat harus mau diperiksa dan harus masuk ke
rumah sakit tertentu. Orang tersebut tidak bisa menolak karena undang-undangnya sudah ada.
Dalam UU itu disebutkan (Pasal 3-4), Menteri Kesehatan menetapkan jenis-jenis penyakit
tertentu yang dapat menimbulkan wabah. Menkes juga menetapkan daerah tertentu dalam wilayah
Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah.
Upaya penanggulangan wabah ini bertujuan memperkecil angka kematian akibat wabah dengan
pengobatan. Selain itu, membatasi penularan dan penyebaran penyakit agar penderita tidak bertambah
banyak dan wabah tidak meluas ke daerah lain.
Penyelidikan epidemiologis dilakukan untuk mengenal sifat-sifat penyebabnya serta faktor yang
dapat mempengaruhi timbulnya wabah. Dengan penyelidikan tersebut, wabah dapat ditanggulangi
dalam waktu secepatnya, sehingga meluasnya wabah dapat dicegah dan jumlah korban dapatditekan
serendah-rendahnya. Sementara tindakan karantina bertujuan memberikan pertolongan medis kepada
penderita agar sembuh dan mencegah agar mereka tidak menjadi sumber penularan. Selain itu,
menemukan dan mengobati orang yang nampaknya sehat, tetapi mengandung penyebab penyakit,
sehingga secara potential dapat menularkan penyakit "carrier".
Bagi mereka yang mengalami kerugian harta benda yang diakibatkan oleh upaya
penanggulangan wabah dapat diberikan ganti rugi. Upaya penangulangan ini, seperti yang disebut
dalam Pasal 5. Pelaksanaan pemberian ganti rugi diatur dengan Peraturan Pemerintah (pasal 14).
6
Sebaliknya, barangsiapa yang dengan sengaja menghalangi pelaksanaan penanggulangan wabah
diancam dengan pidana penjara selama-lamanya 1 tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp1 juta
(Pasal 14 ayat 1). Selanjutnya, barangsiapa karena kealpaannya mengakibatkan terhalangnya
pelaksanaan penanggulangan wabah diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 bulan
dan/atau denda setinggi-tingginya Rp500.000 (Pasal 14 ayat 2).
Sanksi bagi mereka yang menghalangi penanggulangan SARS memang ringan. Namun, bagi
mereka yang dengan sengaja mengelola secara tidak benar bahan-bahan sehingga dapat menimbulkan
wabah, diancam dengan pidana penjara selama-lamanya 10 tahun dan/atau denda setinggi-tingginya
Rp100 juta. Sanksi berat ini diberikan bagi orang-orang yang mempunyai pendidikan, pengetahuan
tinggi dalam penelitian bibit penyakit yang dapat menimbulkan wabah, kemudian mengelola bahan-
bahan tersebut secara tidak benar.
7
BAB II
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, keyakinan, pekerjaan, status perkawinan, dan
alamat.
2. Riwayat kesehatan
sejak kapan, semakin memburuknya kondisi / kelumpuhan, upaya yang dilakukan selama
menderita penyakit.
3. Pengkajian fisik
B1:
Inspeksi : Sesak, batuk, nyeri dada, penggunaan otot bantu pernafasaan, pernafasaan
diafragma
dan perut meningkat, pernafasan cuping hidung, pola nafas cepat dan dangkal,
retraksi
otot bantu pernafasan, RR > 30x/menit.
B2:
Sianosis, nadi > 100x/menit, CRT > 3 detik, BGA menunujukkan hipoksemia, S1 dan S2 tunggal.
B3:
B4:
B5:
B6:
8
Nyeri otot, kelemahan pada otot.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
(SDKI 2017)
1 Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
2 Pola napas tidak efektif b/d kelemahan saat bernapas
3 Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif
4 Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis
5 Hipertermia b/d proses penyakit
C. INTERVENSI
9
6. Sebagai persiapan dalam
memberikan terapi O2
6. Siapkan dan atur peralatanO2
7. O2 tambahan dapat
mencegah terjadinya
7. Berikan O2 tambahan hypoglikemia
Kolaborasi:
8. Ketepatan dosis dalam
Kolaborasi: pemberian O2
8. Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
Terapeutik: Terapeutik:
3. Posisikan semi fowler atau 3. Memudahkan pemeliharaan
fowler jalan napas dan
mempermudah udara masuk
Terapeutik: Terapeutik:
3. Hitung kebutuhan cairan 3. untuk mengetahui
kebutuhan cairan pasien
Kolaborasi: Kolaborasi:
5. Kolaborasi pemberian cairan 5. Membantu pemunuhan
intravena kebutuhan cairan
Terapeutik: Terpeutik:
4. Kontrol lingkungan yang 4. Untuk membantu
memperberat rasa nyeri meminimalisir nyeri pasien
5. Fasilitasi istirahat dan tidur 5. Dengan istirahat pasien
11
tidak dapat beraktivitas
yang dapat menimbulkan
nyeri
Edukasi: Edukasi:
6. Ajarkan teknik nonfarmakologis 6. Memberi pengetahuan
untuk mengurangi nyeri pada pasien cara
menangani rasa nyeri
Kolaborasi: Kolaborasi:
7. Kolaborasi pemberian analgetik 7. Untuk membantu
menghilangkan atau
mengurangi rasa nyeri
Hipertermia b/d proses penyakit Intervensi utama:
Majemen hipertermia
Observasi: Observasi:
1. Identifikasi penyebab 1. Untuk mengetahui faktor
hipertermia penyebab hipertermia
Terapeutik:
Terapeutik:
3. Agar suhu panas dalam
3. Longgarkan atau lepaskan
tubuh dapat keluar dari
pakaian
dalam tubuh
4. Untukmempertahankan
4. Berikan cairan oral
cairan tubuh
Kolaborasi:
Kolaborasi:
5. Untuk membantu
5. Kolaborasi pemberian cairan
mengatasi kehilangan
dan elektrolit intravena
cairan tubuh
D. IMPLEMENTASI
12
Menurut (snyder, 2010), implementasi keperawatan adalah sebuah fase diamana perawat
melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah dibuat sebelumnya. Implementasi keperawatan
membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas perawat. Sebelum melakukan suatu tindakan, perawat harus
mengetahui alas an mengapa tindakan tersebut dilakukan. Beberapa hal yang harus diperhatikan
diantaranya tindakan keperawatan yang dilakukan harus sesuai dengan yang sudah direncanakan,
dilakukan dengan cara yang tepat, aman, serta sesuai dengan kondisi klien, selalu di evaluasi menegnai
keefektifan dan selalu mendokumentasikan menurut urutan waktu.
E. EVALUASI
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan untuk mengukur respon klien
terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan respons klien kearah pencapaian tujuan (potter &
perry,2009). Menurut (Deswani, 2011), evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil.
Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program berlangsung.
Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi efektivitas
pengambilan keputusan. Menurut Dinarti, Aryani, Nurhaeni, Chairani, & Tutiany (2013), evaluasi
asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subyektif, obyektif, assessment, planing).
Komponen SOAP yaitu S (subyektif) dimana perawat menemukan keluhan klien yang masih dirasakan
setelah dilakukan tindakan. O (obyektif) adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran atau observasi
klien secara langsung dan dirasakan setelah selesai tindakan keperawatan. A (assesment) adalah
kesimpulan dari data subyektif dan obyektif (biasaya ditulis dala bentuk masalah keperawatan). P
(planning) adalah perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan dihentikan, dimodifikasi atau
ditambah dengan rencana kegiatan yang sudah ditentukan sebelumnya
13
DAFTAR PUSTAKA
Klik.dokter. 2020. Penyakit SARS. Di akses pada 27 juli 2021. Dari: https://m.klikdokter.com/penyakit/sars
halodoc.com. 2019. begini pemeriksaan untuk deteksi SARS. Diakses pada 27 juli 2021. Dari:
https://www.halodoc.com/artikel/begini-pemeriksaan-untuk-deteksi-sars
hukum online.com. 2003. SARS mengintai, UU wabah penyakit menular. Diakses pada 27 juli 2021. Dari:
https://www.hukumonline.com/berita/baca/hol7757/sars-mengintai-uu-wabah-penyakit-
menular-diaktifkan-/?page=3
PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). Edisi 1. Cetakan III. Jakarta
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Edisi I. Cetakan II. Jakarta
14